Spesifikasi RTH

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

METODE PELAKSANAAN

LINGKUP PEKERJAAN

1. Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sesuai Surat Perjanjian
Pemborongan Pekerjaan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Krian - Kab. Sidoarjo
yang terdiri dari :
a. Pekerjaan Pendahuluan
a. Pembuatan Papan nama Proyek
b. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
c. Administrasi

b. Pekerjaan Site DepelovmentArea Parkir Roda 4


1) Pekerjaan Tanah
2) Pekerjaan Pasangan dan Vegetasi 3)
Pekerjaan Drainase
c. Pekerjaan Pendestrian
1) Pekerjaan Persiapan
2) Pekerjaan Pasangan
d. Pekerjaan Vegetasi
1) Pekerjaan Persiapan
2) Pekerjaan Taman
e. Pekerjaan Instalasi Air Bersih dan Air Kotor
1) Pembuatan Ground Tank 1 Unit
2) Pembuatan Sumur 1 Unit
3) Sanitasi
f. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

2. Selain pekerjaan diatas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor
Pelaksana dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur didalam
pasal-pasal selanjutnya didalam bab ini, yang terdiri atas :
a) Penyediaan tenaga.
b) Pembuatan rencana jadual pelaksanaan.
c) Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan.
d) Penyediaan peralatan.
e) Penyediaan bahan.
f) Pembuatan shop drawing (gambar pelaksanaan).
g) Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (as build drawing).
h) Pembuatan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan.
i) Pembenahan/perbaikan kembali lingkungan sekitar dan pembersihan lokasi.

Pasal 2. PENYEDIAAN TENAGA


1. Selama masa pelaksanaan Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai
untuk proyek ini yang sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Site Manager (S1 – Teknik Arsitektur) berpengalaman 5 tahun, memiliki
Surat Keterangan Keahlian (SKA – Arsitek) dan telah memiliki NPWP yang selalu ada
dilapangan.
b. 1 (satu) orang Pelaksana (D3 – Teknik Sipil/Arsitek) berpengalaman 5 tahun, memiliki
SKT TA022 Tk. I Pelaksana Bangunan Gedung / Pekerjaan Gedung yang selalu ada
dilapangan.
c. 1 (satu) orang Juru Ukur (STM/SMK) berpengalaman 5 tahun, memiliki SKT TS004 Tk. I
Juru Ukur / Teknisi Survey Pemetaa yang selalu ada dilapangan.
d. 1 (satu) orang tenaga Administrasi proyek (STM/SMK/SMA yang berpengalaman yang
memiliki kemampuan di bidang adminsitrasi proyek).
e. 1 (satu) orang tenaga logistik (STM/SMK/SMA).
f. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja)
dikeluarkan, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang
dipergunakan diatas lengkap dengan curriculum vitaenya serta Bagan Organisasinya.
2. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya, ditambah 1 (satu) orang
draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing.
3. Kontraktor berkewajiban menambah / mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1
dan 2 diatas apabila diminta oleh Pengawas berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis
yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sangsi / denda kelalaian sesuai
pasal 16 (isi Surat Perjanjian Pemborongan pada pasal 8) RKS ini.

Pasal 3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN


1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat Jadual Pelaksanaan dalam
bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik presentasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadual Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah dimulainya pelaksanaan dilapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud disini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
3. Bila selama waktu 10 (sepuluh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai Kontraktor
Pelaksana belum dapat menyelesaikan pembuatan Jadual Pelaksanaan, maka Kontraktor
Pelaksana harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 (dua)
minggu pertama dan 2 (dua) minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan.
Jadual Pelaksanaan 2 (dua) mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawasan.

Pasal 4. PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan / mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan
alat dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan dinilai
oleh Konsultan Pengawas. Bila Konsultan Pengawas menilai barak / gudang tersebut kurang
layak dengan alasan-alasan teknis, maka Kontraktor Pelaksana harys melakukan perbaikan /
penyempurnaan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan / mendirikan barak direksi (Direksi Keet) yang
dilengkapi:
a. Meja rapat lengkap dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup.
b. Meja dan kursi berlaci dan berkunci.
c. 1 set Dokumen Kontrak.
d. Direksi keet tersebut harus dibangun dengan persyaratan sebagai berikut:
1) Atap : Asbes semen / Seng gelombang
2) Dinding : Lapis Tripleks
3) Pondasi : Batu kali setempat untuk kolom dan rollag batu bata sebagai frame
block
4) Lantai : Rabat beton / concrete block
5) Dilengkapi pula kamar kecil (1,5 x 2 m) beserta penyediaan air bersih dan saluran
pembuangan air kotorannya untuk keperluan Direksi dan tamu-tamu Direksi.

3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup ditempat pekerjaan untuk para pekerja,
kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan keselamatan kerja. Bila
terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus segera mengambil tindakan
penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana (dalam hal ini Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengikuti ASTEK).
4. Semua material yang tersebutkan didalam butir 1, 2 dam 3 diatas setelah selesainya
pelaksanaan, kembali menjadi milik Kontraktor Pelaksana dan harus dibersihkan dari lapangan
pekerjaan.

Pasal 5. PENYEDIAAN PERALATAN


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta berfungsi
dengan baik yang macamnya sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-masing komponen
konstruksinya yang terdiri dari :
a) Molen 0.13 m3 1 unit
b) Stumpper 1 unit
c) Tandem Vibratory Roller 1 Unit
d) Theodolite 1 Unit
e) Kereta Dorong 4 set
2. Kontraktor Pengawas dapat menghentikan pelaksanaan komponen konstruksi bila secara
teknis peralatan yang dipergunakan Kontraktor Pelaksana dinilai tidak memenuhi persyaratan
baik jumlahnya maupun kelayakan fungsinya.
3. Guna kesempurnaan pelaksanaan konstruksi, selama masa pelaksanaan Kontraktor Pelaksana
harus senantiasa menyediakan alat ukur theodolite guna pengukuran dan pengontrolan
kebenarannya oleh Konsultan Pengawas.
Bila Kontraktor Pelaksana tidak dapat menyediakannya, Konsultan Pengawas berhak
menyediakannya dengan biaya sewa sepenuhnya harus ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.

Pasal 6. PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan-bahan bangunan yang memenuhi persyaratan
mutu dan jumlah / volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan konstruksi sesuai dengan
jadual pelaksanaan.
2. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah sebagai dibawah ini :
Sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan disyaratkan langsung
didalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
a. A i r :
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan penyiraman
guna pemeliharaannya harus air tawar yang bersih, tidak mengandung minyak, garam,
asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat
sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan
rekomendasi laboratorium.

b. Semen Portland ( PC ) :
Semen Portland yang digunakan adalah PC jenis I harus satu merk untuk penggunaan dalam
pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau seluruhnya.
Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan didalam tempat (gudang) yang
memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan diatas.

c. Pasir ( Ps ) :
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran lumpur,
asam, garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas :
- Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
- Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah
terletak antara 0,075 – 1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir pasang.
- Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi
dari laboratorium.

d. Kerikil ( Kr ) :
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.

e. Batu bata :
Batu bata untuk pekerjaan pasangan dinding dan lain-lain yang disebutkan didalam gambar,
harus menggunakan batu bata merah yang memenuhi standart sebagai berikut :
1) Berukuran standart dan berwarna merah bata tua sebagai hasil dari pembakaran yang
sempurna / matang.
Pembakaran yang dimaksud adalah pembakaran dengan menggunakan kayu.
2) Sisi-sisinya bersudut tajam, dan kuat tidak dapat dikopek dengan tangan,
berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
3) Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya sehingga
pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 50 % permukaan bata tertutup tebal
oleh bercak-bercak putih.

Pasal 7. PEMBUATAN SHOP DRAWING


1. Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan bila :
a. Gambar detail konstruksi yang tertuang didalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang
memadai.
b. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan)
pada konstruksi yang mendahuluinya.
Misalnya : gambar kerja untuk konstruksi kuda-kuda atap bila terjadi penyimpangan
kedudukan kolom tempat bertumpunya kuda-kuda tersebut.
c. Direksi (Konsultan Pengawas) memerintahkan secara tertulis untuk itu demi kesempurnaan
konstruksi.
2. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Direksi sebelum elemen konstruksi yang
bersangkutan dilaksanakan.

Pasal 8. PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILD DRAWING) DAN BUKU
PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
1. Sebelum penyerahan pekerjaan ke I, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan
gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas:
a. Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
b. Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar perubahan.
2. Penyelesaian yang pada ayat 1 diatas harus diartikan telah memperoleh persetujuan Direksi
setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
3. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan ke I. Kekurangan dalam hal ini
akan berakibat Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan.

Pasal 9. PEMBENAHAN / PERBAIKAN KEMBALI


1. Pembenahan / perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor Pelaksana meliputi:
a. Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurang sempurnaan pelaksanaan.
b. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan pokok
yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya: jalan, halaman dan
lain sebagainya).
2. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan Direksi keet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak
berakhir.

Pasal 10. PERATURAN / PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT


1. Peraturan Teknik yang dikeluarkan / ditetapkan oleh Pemerintah RI.
a. Apabila tidak disebutkan lain didalam RKS dan Gambar maka berlaku mengikat peraturan-
peraturan dibawah ini :
1) Peraturan Beton (PB) 1989 dan SK SNI 1991.
2) Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPBB NI-3/56).
3) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2010)
4) Peraturan Umum Muatan Indonesia (PUMI BI 18/1970).
5) Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982).
6) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI).
7) Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang Pengerahan Tenaga Kerja).
8) Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat.
9) SKSNI T -15-1991-03.
10) Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Atruktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.

2. Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS yang harus diikuti.


a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka gambar
detail yang diikuti.
b. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang
diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketikdaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Direksi lebih dahulu.
c. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti kecuali bila hal
tersebut terjadi karena kesalahan penulisan yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi harus mendapatkan keputusan Direksi.
d. RKS dan Gambar saling melengkapi bila didalam gambar menyebutkan lengkap sedang
RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga sebaliknya.
e. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar diatas adalah RKS dan Gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan didalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

Pasal 11. PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN


1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban meneliti kembali seluruh dokumen pelaksanaan secara
seksama dan bertanggung jawab. Bila didalam penelitian tersebut dijumpai:
a. Hal-hal yang disebutkan dalam sub pasal 6.2. diatas.
b. Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis yang bila
dilaksanakan dapat menimbulkan kerusakan konstruksi atau kegagalan struktur, maka
Kontraktor Pelaksana wajib melaporkannya kepada Direksi secara tertulis, dan
menangguhkan pelaksanaan sampai memperoleh keputusan yang pasti dari Direksi.
2. Bila akibat kurang ketelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pemeriksaan Dokumen
Pelaksanaan tersebut, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan
maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang
sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakan kembali setelah memperoleh
keputusan Direksi tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

Pasal 12. PEKERJAAN PERSIAPAN


1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan Air dan Listrik Kerja
1) Air dapat diambil dari sumber terdekat dilapangan dengan izin dari Direksi atau
Pemimpin Kegiatan. Jika sumber air tidak ada atau tidak ada izin untuk memakai
sumber air yang ada, maka Kontraktor harus membuat sumur pompa atau dipasok
dari luar dan air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari limbah, minyak dan bahan-
bahan kimia lain yang merusak.
2) Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari sumber listrik
terdekat

b. Mobilisasi dan Demobilisasi


Termasuk dalam pekerjaan mobilisasi/demobilisasi disini adalah kewajiban Kontraktor
untuk:
1) Mendatangkan peralatan untuk sarana bekerja.
2) Memindahkan peralatan-peralatan sesuai kebutuhan.
c. Mengadakan atau membangun bangsal Direksi dan barak kerja.
d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyimpanan bahan.
e. Mengadakan pengukuran / Uitzet
f. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya.
g. Jalan masuk ke lokasi proyek.
h. Papan nama proyek.
2. Bahan – Bahan
a. Usuk meranti 5/7 dan kayu papan untuk Bowplank.
b. Bahan untuk bangsal Direksi seperti diatur pada Pasal 4

3. Syarat - syarat Pelaksanaan


a. Pekerjaan Persiapan
1) Sebelum memulai pekerjaan, masih dalam keadaan awal setidak – tidaknya difoto
dari 4 (empat) arah sebagai laporan fisik sebelum dimulainya pekerjaan.
2) Sebelum pekerjaan dimulai, maka Kontraktor mengadakan persiapan ijin dan
berkoordinasi dengan Pemimpin Proyek.
b. Jalan masuk ke lokasi proyek
Jalan masuk ke lokasi proyek ini melalui jalan yang ada, apabila jalan ke lokasi belum ada,
maka Kontraktor harus membuat jalan maupun jembatan/gorong- gorong dari beton
bertulang pada saluran pintu masuk dan diwajibkan untuk memelihara selama pekerjaan
berlangsung serta mengadakan perbaikan apabila terjadi kerusakan – kerusakan akibat
adanya kegiatan proyek ini.
4. Papan nama proyek baik ukuran maupun bentuknya akan ditentukan kemudian.

Pasal 13. PEKERJAAN TANAH


1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Galian
Galian lubang atau menerus pada permukaan lahan dilaksanakan pada:
1) Semua bagian untuk pekerjaan galian pondasi dan pedestrian
2) Semua jalur untuk pekerjaan drainase
3) Semua jalur untuk pekerjaan pemasangan instalasi pipa penyiraman
4) Semua jalur untuk pekerjaan pemasangan instalasi listrik
5) Semua bagian untuk pekerjaan penanaman pohon/semak/perdu (vegetasi)
6) Serta bagian - bagian yang ditunjukkan dalam gambar.
Galian lubang tanah dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik lebar, panjang,
kedalaman, kemiringan. Bila terjadi kesulitan pelaksanaan pekerjaan menurut gambar,
Pemborong segera mengajukan usulan kepada Direksi mengenai penyelesaiannya.

b. Pekerjaan Urugan
Pekerjaan pengurugan tanah dilaksanankan pada:
1) Semua bekas bagian untuk pekerjaan galian pondasi dan pedestrian
2) Semua bekas jalur untuk pekerjaan drainase
3) Semua bekas jalur untuk pekerjaan pemasangan instalasi pipa penyiraman
4) Semua bekas jalur untuk pekerjaan pemasangan instalasi listrik
5) Semua bagian dari tanah yang akan ditanam Pohon / semak / perdu
6) Pelaksanaan pengurugan menurut gambar serta peil-peil yang telah ditetapkan.

2. Bahan – bahan
a. Urugan Tanah
1) Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan organisme
lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan urugan itu
sendiri.
2) Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian
b. Pasir
Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.
c. Umum
1) Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa tanah atau pasir sebelum
digunakan,harus sudah mendapat ijin Direksi.
2) Apabila tanah untuk pengurugan diambil dari luar lokasi, maka tanah yang diambil
harus dari satu sumber serta tidak mengandung unsur sampah didalamnya dan
sudah mendapat persetujuan dari pihak Direksi.
3) Apabila bahan material susah di dapat di lapangan kontraktor wajib mencari alternatif
lain dan harus disetujui Direksi

3. Syarat – syarat Pelaksanaan


a. Pekerjaan Galian
1) Kedalaman galian saluran komplek minimal sesuai dengan gambar, sedangkan untuk
galian pondasi minimal sama dengan gambar atau telah mencapai tanah keras. Yang
dimaksud tanah keras adalah tanah dengan kemampuan daya dukung 1 kg/cm2.
2) Apabila sampai kedalaman sesuai dengan gambar belum mendapatkan tanah keras,
maka Kontraktor harus menggali lebih dalam maksimal 1,50 m dari gambar rencana.
3) Apabila pada kedalaman yang dimaksud pada butir 2) belum menemukan tanah
keras maka Kontraktor harus menghentikan galian dan dikonsultasikan dengan
Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan pemecahan sebaik-baiknya.
4) Apabila dalam melaksanakan penggalian kedalaman galian pada tanah keras lebih
dalam dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan kedalaman dilakukan
dengan gambar, maka Penyesuaian kedalaman dilakukan dengan menggunakan beton
tumbuk tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
5) Pada galian tanah yang mudah longsor, Kontraktor harus mengadakan tindakan
pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang disetujui Direksi.
6) Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas – bekas akar, poko
kayu, longsoran atau benda – benda yang dapat mengganggu konstruksi pondasi.

7) Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam


galian harus dihindarkan dari genangan air. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan
pompa air dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan
tersebut.

b. Pekerjaan Urugan
1) Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap lapis dengan
ketebalan tiap lapisan + 25 cm dan dipadatkan dengan stamper.
2) Tanah yang akan diurugkan harus bersih dari segala sampah atau kotoran dan
dalam keadaan terurai, bukan merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah
dipadatkan.
3) Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan apabila terkena air
tanah dan terurai mudah terjadi penurunan lantai.
4) Dalam pelaksanaan pengurugan terutama urugan pasir dibawah lantai dan paving,
Kontraktor harus memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi
penurunan lantai dan paving akibat konsolidasi urugan.

Pasal 14. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN


1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Pasangan Pondasi Rollag Batu Merah
1) Urugan pasir dibawah bata merah sebagai landasan pondasi.
2) Pasang bata merah berjajar dengan posisi berdiri.
b. Pekerjaan Pasangan bata merah ½ bata terdiri dari :
1) Pasangan dinding trassram dengan campuran 1 Pc : 4 Ps antara lain :
Pasangan diatas Lantai setinggi 30 cm.
Tempat-tempat yang oleh Direksi dianggap perlu/tempat yang selalu berhubungan
dengan air.
2) Pasangan dinding biasa dengan campuran 1 Pc : 6 Ps dilaksanakan pada semua
pekerjaan diluar pasal 14.1. poin b.1
c. Pasangan Batu Kali
1) Pasangan batu kosong (aanstamping) dilaksanakan pada semua tempat-tempat yang
tertera pada gambar perencanaan, spesifikasi teknis dan bill of quantity
2) Pasangan batu kali dengan campuran 1 Pc : 6 Ps dilaksanakan pada semua tempat-
tempat yang tertera pada gambar perencanaan, spesifikasi teknis dan bill of quantity
d. Plesteran
1) Plesteran biasa dengan campuran 1 Pc : 3 Ps dilaksanakan pada semua pekerjaan
beton yang nampak.
2) Plesteran ekspose dengan campuran 1 Pc : 2 Ps dilaksanakan pada tempat-tempat
yang ditentukan dalam gambar perencanaan, spesifikasi teknis dan bill of quantity
3) Siar/setrikan pasangan batu kali menggunakan campuran 1 Pc : 2 Ps
e. Benangan
1) Benangan sudut dengan campuran 1 Pc : 4 Ps dilaksanakan pada semua pekerjaan
plesteran sudut yang nampak.
2) Benangan sudut, dengan campuran bagian campuran 1 Pc : 4 Ps selebar 7 cm dari
sudut pasangan tembok dan yang dimaksudkan diatas.
3) Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak kering permukaan acian digosok
dengan kertas semen.

2. Bahan – bahan
a. Bata Merah
Bata merah harus kualitas baik, mempunyai rusuk – rusuk yang tajam dan siku, bidang
sisinya datar, padat dan tidak menunjukkan retak – retak dengan kuat tekan minimal 10
kg/cm2. Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya pada rusuk yang
panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1 meter, maka penjangnya berkurang
akibat aus maksimum 1 cm.
b. Batu kali
Batu kali untuk pondasi harus bersih dari kotoran, keras dan memenuhi persyaratan yang
ada di PUBI 1970 (NI-3). Batu Gunung yang digunakan berasal dari daerah terdekat.
c. Semen Portland (PC).
Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk lain yang sekwalitas dan
yang digunakan harus satu jenis merk pabrik juga untuk pekerjaan beton bertulang.
d. Pasir Pasang
Pasir pasang berasal dari lokasi setempat, gradasi tidak seragam, berujung runcing, bersih
dari lumpur dan kotoran lainnya.
3. Syarat – syarat Pelaksanaan
a. Perekat untuk Pasangan
1) Pencampuran unsur-unsur perekat dicampur berdasar pada perbandingan volume
dengan perbandingan setiap unsur perekat sesuai dengan yang telah ditentukan
diatas.
2) Untuk plesteran, pasir yang digunakan harus diayak hingga lembut.
3) Air sebagai bahan pencampur adalah air bersih yang diijinkan.
b. Pasangan Bata merah
1) Bata merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari jumlah
bata merah yang utuh.
2) Pasangan tembok bata merah harus dipasang dengan hubungan (verband) yang baik
tegak lurus siku dan rata. Tinggi pasangan tembok ½ batu hanya diperbolehkan
maximum tinggi 1 meter untuk setiap hari kerja.
3) Semua voeg/siar diantara pasangan batu pada hari pemasangan harus dikeruk yang
rapi.
c. Pasangan batu kali
1) Pasangan Batu Kali
a) Pemasangan batu belah untuk pondasi bila tidak dipakai Aanstamping harus diberi
dasar pasir setelah 5 cm di siram air hingga padat.
b) Batu belah harus bersih dari kotoran.
c) Ukuran sisi maksimum 20 cm dan pemasangan harus bersilang, semua
permukaan bagian dalam harus terisi adukan (mortal) sesuai dengan campuran
yang digunakan.
d) Semua nat yang tebal harus diisi batu kricak.
e) Tinggi pemasangan dalam 1 hari tidak boleh lebih dari 0,5 m.
f) Sisi samping pondasi harus dibuat (plester kasar) sesuai dengan adukan pondasinya.
g) Dalam proses pengeringan pondasi harus selalu dibasahi atau disiram air.
h) Selama pondasi belum selesai mencapai bentuk profilnya, lubang bekas galiannya
tidak boleh diurug.
d. Plesteran
1) Sebelum bidang permukaan diplester baik itu pasangan batu merah maupun beton,
harus terlebih dahulu disiram permukaannya dengan air agar mortar plesteran dapat
merekat dengan baik dipermukaan tersebut.
2) Hasil permukaan plesteran harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata.
3) Seluruh beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata. Bila
pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus dan
rata, maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan permukaan
seperti yang dimaksudkan didalam gambar rancangan pelaksanaan.
4) Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan lebih dahulu dengan pekerjaan
pendahuluan dengan ukuran sebagai berikut :
a) permukaan dibuat kasar dengan batel
b) dibasahi dengan air
c) disaput air semen (Pc)
5) Mortar untuk plesteran adalah campuran 1 Pc : 2 Ps yang diaduk secara benar-benar
homogen.
6) Ketebalan plesteran rata-rata adalah 15 mm.
7) Plesteran biasa diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc).

Pasal 15. PEKERJAAN BETON


1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan beton sesuai dimensi dan mutu yang telah di
tunjukkan dalam spesifikasi teknis, gambar dan bill of quantity

2. Bahan – bahan
a. Semen Portland
Semen Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut peraturan Semen Portland Indonesia
1972 (NI-8) atau British Standard No.12 1965. Semen harus sampai ditempat kerja dalam
kondisi serta dalam kantong-kantong semen asli dari pabrik. Merk PC dianjurkan Dalam
Negeri seperti Gresik, Tiga Roda, dan lain-lain satu macam dan dengan persetujuan
Pengawas Lapangan / Direksi. Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air,
berventilasi baik, diatas lantai setinggi 30 cm. Kantong-kantong semen tidak boleh ditumbuk
lebih dari 10 lapis. Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap pengiriman.

b. Agregat
Agregat (pasir, kerikil atau batu pecah) dapat dipakai Agregat alami atau buatan asal
memenuhi syarat menurut PBI 1971 (NI-2) Pasal 3.3, 3.4, 3.5 dan SK-SNI 1991. Agregat
tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulangan
terhadap karatan. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh yang memenuhi
syarat dari berbagai sumber (tempat pengambilan).
Agregat-agregat harus disimpan di tempat yang saling terpisah dalam tumpukan yang
tidak lebih dari 1 m berpermukaan yang bersih,
padat serta kering dan harus dicegah terhadap pengotoran.

c. Air
Air untuk campuran dan untuk pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air tersebut harus memenuhi syarat- syarat
menurut PBI 1971 (NI-2) Pasal 3.6.

d. Baja Tulangan
1) Baja tulangan yang dipakai harus dari baja mutu U-24 menurut PBI 1971 atau
Japanese Standard Class SR 24, dan harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya.
Bila baja tulangan oleh Pengawas Lapangan / Direksi diragukan kwalitasnya, harus
diperiksakan di Lembaga Penelitian bahan yang diakui, atas biaya Kontraktor.
2) Ukuran baja harus sesuai tersebut dalam gambar. Penggantian dengan diameter lain,
hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis Pengawas Lapangan / Direksi. Bila
penggantian disetujui, maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari
yang tersebut di dalam gambar atau perhitungan. Segala biaya yang diakibatkan oleh
penggantian tulangan terhadap yang digambar, sejauh bukan kesalahan gambar,
adalah tanggung jawab kontraktor.
3) Semua baja tulangan harus disimpan yang bebas lembab, dipisahkan sesuai
diameter serta asal pembelian. Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap segala
macam kotoran dan lemak serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karatan.

e. Bekisting / Acuan
Bahan acuan dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering dengan tebal
minimum 3 cm atau panil-panil plywood baru, berukuran 120 x 120 cm dengan ketebalan
1,2 cm dengan rangka penguat, penyokong, penyangga dan lain-lain, sehingga mampu
mendukung beton sampai selesai proses ikatan beton.

f. Semua bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan Pengawas


Lapangan/Direksi. Dalam keadaan diragukan maka Perencana berhak meminta
pemeriksaan Laboratorium bahan konstruksi teknik atas biaya Kontraktor.

3. Syarat – syarat Pelaksanaan


a. Bekisting.
1) Bahan untuk bekisting harus dari kayu meranti sesuai persyaratan kayu struktural
yang diatur pada RKS ini yang terdiri dari:
a) Papan bekisting minimal tebal 2 cm.
b) Klem bekisting minimal perpenampang 4/6 cm.
c) Perancah dan penyanggah lainnya minimal berpenampang 5/7 cm
2) Bekisting harus dipotong dan dirangkai sedemikian rupa sehingga:
a) Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan atau
tekanan lateralnya pada saat pengecoran.
b) Antara bekisting yang satu dengan yang lain harus sejajar dan tegak lurus atau
sesuai dengan gambar.
c) Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting
kolom disyaratkan tinggi penuangan maksimum adalah 2 m dari permukaan dasar
yang telah mengeras.
d) Mudah pembongkarannya tidak membahayakan konstruksi. Untuk dapat
memenuhi hal ini, Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar pelaksanaannya
(shop drawing) lebih dahulu beserta perhitungan konstruksinya, dan telah
mendapatkan persetujuan Direksi (Konsultan Pengawas) sebelum bekisting
dilaksanakan.
3) Bahan bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali dengan ijin
Direksi secara tertulis.
4) Bila memenuhi syarat kontruksi, pemakaian bahan lain selain yang disebutkan di
atas, boleh dilakukan sepanjang telah memperoleh ijin dari Direksi (Konsultan
Pengawas).

b. Tulangan.
1) Baja tulangan secara umum menggunakan baja polos atau pada gambar tertera ‘ ’
sebagai kode diameternya.
2) Baja tulangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan hendaknya harus dilakukan
pengujian laboratorium lebih dahulu menurut prosedur teknis yang berlaku, dan biaya
pengujian sepenuhnya harus ditanggung Kontraktor Pelaksana dan sudah harus
dianggap telah termasuk didalam faktor-faktor penawaran.
3) Baja tulangan yang didatangkan dilapangan pekerjaan tidak diperkenankan langsung
dikerjakan sebelum mendapat pembenaran / persetujuan dari Direksi (Konsultan
Pengawas).
4) Bila baja tulangan yang tercantum didalam gambar ternyata tidak ada/sulit ditemukan
dipasaran, Kontraktor Pelaksana harus segera mengajukan permintaan ijin secara
tertulis yang dilampiri dengan rencana perubahan beserta perhitungan teknisnya. Bila
Direksi meluluskan, Kontraktor Pelaksana dapat melaksanakannya sesuai dengan ijin
Direksi.
5) Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan pembengkokan, pemasangan
tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi SK SNI 1991.
6) Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton
decking dengan ukuran standard yang sama dimana jumlah, penempatan dan mutunya
harus disetujui Direksi (Konsultan Pengawas).
7) Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran beton
harus bebas dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat
mengurangi daya rekat antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
8) Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang karat (Rust
Remover) yang tidak mengurangi diameter dan kekuatan baja tulangan.

c. Adukan Beton.
1) Adukan beton harus memenuhi mutu karakteristik beton K. 225 dan untuk beton –
beton praktis dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr sesuai dengan rekomendasi
didalam SK SNI 1991.

2) Sebelum mix design dilakukan Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pengujian


agregat dilaboratorium. Bahan agregat yang dipakai untuk perencanaan campuran
beton (mix design) harus telah mendapatkan rekomendasi dari laboratorium dan
dipakai sebagai tolok banding pemeriksaan untuk agregat yang didatangkan dilapangan
pekerjaan.
3) Hasil dari perencanaan campuran yang akan dipakai pedoman didalam pelaksanaan
pekerjaann ini harus dikalibrasikan dalam perbandingan campuran dengan satuan
volume (bukan berat) yang selanjutnya dinyatakan dalam takaran bahan dilapangan
pekerjaan.
4) Selain persyaratan diatas, Kontraktor Pelaksana diperkenankan menggunakan beton
siap tuang (ready mixed concret) dari perusahaan yang tersedia :
a) Memenuhi persyaratan pengujian adukan dilapangan pekerjaan oleh Direksi
(Konsultan Pengawas).
b) Menyediakan benda-benda uji dalam jumlah yang ditetapkan Direksi sesuai
prosedur teknis pengambilan sample.
c) Diuji benda-benda ujinya dilaboratorium lain diluar laboratoriumnya sendiri.
d. Pengecoran Beton.
1) Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka
Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi kapan pengecoran
dilaksanakan.
2) Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
a) Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan dan bekisting serta
pemasangan beton becking secara sempurna dan bersih serta telah mendapatkan
persetujuan Direksi.
b) Kontraktor telah menyediakan bahan, peralatan dan persiapan tenaga serta
dinyatakan dalam daftar bahan alat dan tenaga kerja.
c) Kontraktor telah membuat schedule rencana pengecoran dan strategi pengecoran
berupa gambar serta letak bahan serta arah pengecoran.
3) Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan diatas, Konsultan
Pengawas berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua resiko sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

e. Pemeliharaan Beton.
1) Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar
matahari langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.
2) Kontraktor Pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat
dengan cara-cara sebagai dibawah ini :
a) Semua bekisting yang melingkari beton yang baru dicor harus dibasahi secara
teratur sampai dibongkar.
b) Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya
permukaan plat lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan
pengikatan awal berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14
hari sejak saat pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
3) Pemeliharaan dengan penyiraman air / minimal 2 x sehari harus dilakukan setelah
berkisting dibuka selama ± 7 hari.
4) Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang diatas beton atau memakai
bagian beton sebagai tumpuan selama menurut Direksi bahwa beton tersebut belum
cukup mengeras.

f. Pembongkaran Bekisting.
1) Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :
a) Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai SK SNI 1991.
b) Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk medukung beban
kerja diatasnya bila hal tersebut akan dilakukan.
2) Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan ijin
pembongkaran secara lisan kepada Direksi (Konsultan Pengawas). Namun sebelum
Direksi memberikan ijin secara tertulis (baik melalui surat resmi maupun tertulis dalam
buku Direksi). Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pembongkaran.
3) Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa
sehingga:
a) Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun
konstruksi lainnya.
b) Tidak membahayakan pekerja dan orang lain.
4) Bahan-bahan bekisting bekas bongkaran harus dikumpulkan disuatu tempat atas
petunjuk Direksi sehingga tidak menghambat jalannya pelaksanaan selanjutnya.
g. Akibat-akibat dari kesalahan Kontraktor Pelaksana dalam hal ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawabnya.

Pasal 16. PEKERJAAN PELAPIS DINDING DAN LANTAI


1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Paving block
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis Paving Block
pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini
atau sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan.
b. Pekerjaan Batu Alam
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis Batu Alam pada
tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini atau
sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan.

2. Bahan-bahan
a. Pekerjaan Paving block
1) Untuk semua paving block menggunakan paving ukuran 10x20cm, tebal 8 cm, K-300,
warna merah dan abu-abu, produksi Conbloc atau sekualitas.
2) Pasang kanstein baru menggunakan kanstein ukuran 20x15x40cm produksi Conbloc
atau sekualitas
3) Khusus untuk Paving block dan Kanstein yang dimaksud sebelum didatangkan atau
memulai pemasangan Kontraktor harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada
Direksi dan Konsultan Pengawas serta dilakukan tes uji karakteristik ke Laboratorium
Teknik Sipil dan semua biaya ditanggung kontraktor

b. Pekerjaan Batu Alam


1) Semua bahan batu alam harus sesuai dengan jenis/type yang tertera pada gambar
dan spesifikasi yang dimaksud.
2) Khusus untuk batu alam yang dimaksud diatas Kontraktor harus mengajukan contoh
terlebih dahulu kepada Direksi.
3) Sebelum mengadakan pemasangan/mendatangkan bahan Kontraktor harus
mengajukan contoh bahan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pekerjaan paving block
1) Umum
a) Lapisan Subgrade
Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih dahulu,
sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang kita perlukan
untuk kemiringan Drainage (Water run off) yaitu minimal 1,5 %. Subgrade atau
lapisan tanah dasar tersebut harus kita padatkan dengan kepadatan minimal 90 %
MDD (Modified Max Dry Density) sebelum pekerjaan subbase dilaksanakan sesuai
dengan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Ini sangat penting untuk kekuatan
landasan area paving nantinya.
b) Lapisan Urugan Pasir
Pekerjaan lapisan urugan pasir harus disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi
teknis yang kita butuhkan. Profil lapisan permukaan dari subbase juga harus
mempunyai minimal kemiringan 2%, satu arah melintang kearah saluran / parit n.
Kemiringan ini sangat penting untuk jangka panjang kestabilan paving kita.
Pemasangan paving yang paling utama adalah perkerasan landasan bawah harus
benar- benar baik dan padat untuk lapisan menggunakan pasir hitam dengan
ketebalan 10 cm berfungsi untuk meratakan pada saat pemasangan.
c) Kanstein/Penguat tepi (Kerb)
Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum pemasangan
paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving pada tiap sisi
agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada hasil akhirnya

2) Pemasangan Paving
d) Pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas lapisan base.
Kemudian diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan yang
seragam dan harus mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya pada
lapisan base.
e) Penggelaran pasir alas tidak melebihi jarak 1 meter di depan paving terpasang
dengan tebal screeding.
f) Pemasangan paving harus kita mulai dari satu titik/garis (starting point) diatas lapisan
pasir alas (laying course).
g) Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang kita tarik tegang dan
kita arahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang sebagai garis B,
kemudian kita buat pasangan kepala masing-masing diujung benang tersebut.
h) Pemasangaan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran pasir alas.
Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan membuat jarak celah/naat
dengaan spasi 2-3 mm untuk pengisian joint filler.
i) Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang
permukaan paving minimal mencapai 2 % dan maksimal 4 % denga toleransi
cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter dan 20 mm utnuk jarak 10 meter garis
lurus. Pembedaan maksimum kerataaan antaar block tidak boleh melebihi 3 mm.
j) Pengisian joint filler harus segera kita lakukan setelah pamasangan paving dan
seera dilanjutkan dengan pemadatan paving.
k) Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat compactor yang
mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m2 dengan gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20
kN dan getaran dengan frekwensi 75 s/d 100 MHz. Pemadatan hendaknya dilakukan
secara simultan bersamaan dengan pemasangan paving dengan minimal akhir
pemadatan meter dibelakang akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan
paving tanpa adanya pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya
deformasi dan pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas melewati
pasangan paving tersebut. Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran,
putaran yang pertama ditujukan untuk memadatkan pasir alas dengan
penurunan 5-15 mm (tergantung pasir yang dipakai).
Pemadatan putaran kedua, disertai dengan menyapu pasir pengisi celah/naat
block, dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.

3) Pemasangan Kanstein
a) Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum
pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving
pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada
hasil akhirnya. Pemasangan Kanstein dipasang sesuai gambar atau
menyesuaikan kondisi lapangan setelah dilakukan pengukuran (Uitzet). Nat-nat
pada sambungan Kansten diisi dengan perekat 1PC:3 Ps.

b. Pekerjaan Batu Alam


1) Semua bahan – bahan yang datang harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
untuk dapat dilakukan pekerjaan selanjutnya
2) Batu Alam sebelum dipasang harus disiram dengan air agar monolit terlebih dahulu
3) Batu Alam yang akan dipasang harus bersih dari semua kotoran dan debu
4) Ujung pertemuan antar sisi batu alam harus dilakukan pemotongan bagian dalam
batu alam agar sisi pertemuan menjadi satu garis lurus
5) Pemasangan batu alam dilakukan dengan campuran 1 Pc : 4 Ps
6) Setiap sekali pemasangan batu alam, maka permukaan batu alam harus segera
dibersihkan dari segala kotoran akibat campuran atau debu pada hari itu juga agar
kondisi permukaan batu alam tetap bersih dan tidak terjadi kerak.
7) Setelah sehari pemasangan batu alam selesai maka permukaan batu alam bisa
dilakukan pelapisan Coating.

Pasal 17. PEKERJAAN PENGECATAN


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pengecatan pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja ( Grill besi dan batu alam ) serta Spesifikasi Teknis ini atau
sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan.

2. Bahan-bahan
a. Umum
Warna untuk setiap pengecatan ditentukan kemudian oleh Direksi.
.
b. Cat besi
Cat besi menggunakan cat besi merk Emco atau sekualitas
c. Coating batu alam
Coating batu alam menggunakan merk Propan atau sekualitas

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pengecatan Besi
1) Permukaan baja/besi harus dilapis meni besi terlebih dahulu, selanjutnya bisa
dilakukan pengecatan sebanyak 2 kali lapis cat hingga rata.
2) Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus utuh, rata dan tidak ada
bintik – bintik atau gelembung udara. Bidang cat dijaga terhadap pengotoran –
pengotoran.
b. Pengecatan Dinding
1) Pengecatan dinding baru dapat dilaksanakan setelah bidang plesteran tembok benar –
benar sudah kering.
2) Permukaan – permukaan tembok yang cacat atau tidak rata harus diperbaiki terlebih
dahulu dengan bahan – bahan yang sama dengan dindingnya, baru dilaksanakan
plamuuran tembok dengan bahan yang telah disetujui oleh Direksi sampai rata dan halus.
3) Untuk permukaan dinding lama harus dikerok untuk menghilangkan cat dan plamuran
lama sampai mendekati permukaan existing baru dilaksanakan perataan / plamuuran
baru.
4) Setelah plamuuran betul – betul kering, maka plamuuran diamplas sampai halus dan
dibersihkan dari debu yang menempel.
5) Untuk warna – warna sejenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng – kaleng
dengan nomor pencampuran yang sama dari pabrik.
6) Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus utuh, rata dan tidak ada
bagian – bagian yang belang dan bidang cat dijaga terhadap pengotoran – pengotoran.
7) Proses pengecatan plafond sama dengan proses pengecatan dinding.
8) Selain pengecatan dinding baru dinding lama yang kotor akibat pembongkaran atau
pemasangan dinding maka Kontraktor harus melakukan pengecatan.
c. Coating batu alam
Permukaan yang akan dilapisi coating harus bersih dari kotoran dan debu, selanjutnya
bisa dilakukan pengecatan politur sebanyak 2 kali lapis hingga rata.

Pasal 18. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR


1. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan dan lain lain,
pengiriman ke site, pemasangan, pengujian atau pengetesan (commissioning) dan
pemeliharaan seluruh Pekerjaan Plambing/Sanitasi seperti disyaratkan dalam Spesifikasi
Teknik, Gambar Perencanaan dan Bill Of Quantity (BQ)
b. Instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi ini harus sesuai dengan Pedoman Plumbing
Indonesia tahun 1979, serta tidak bertentangan dengan ketentuan dari jawatan keselamatan
kerja.
c. Kontraktor harus memintakan ijin yang mungkin diperlukan untuk menjalankan instalasi
yang dinyatakan dalam spesifikasi ini, atas tangguhannya sendiri. Kontraktor harus
menyerahkan ijin/keterangan tertulis tersebut diatas kepada Pengelola Proyek/Konsultan
Pengawas.
d. Pemasangan semua sistem perpipaan air bersih untuk distribusi dari pipa utama sampai
alat-alat plumbing taman lengkap dengan sambungan-sambungan tikungan dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan.

2. Bahan-bahan
a. Pipa distribusi air bersih baru menggunakan pipa PVC type AW produksi Maspion atau
sekualitas dengan diameter sesuai yang tertera dalam gambar perencanaan, spesifikasi
teknis dan bill of quatity
b. Bahan dan peralatan sambungan / Aksesoris dipakai dari mutu terbaik, kualitas dan
produksi yang sama dengan pipa yang digunakan serta telah mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.
c. Peralatan dan material yang akan dipakai atau dipasang harus diajukan contohnya kepada
Konsultan Pengawas sebelum dilakukan pemasangan atau pemakaian dapat berlangsung
setelah mendapatkan persetujuan dari Konsultan pengawas.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Persetujuan Alat dan Bahan
1) Kontraktor wajib menyediakan contoh peralatan yang akan dipasang, untuk disetujui
oleh Konsultan Pengawas yang ahli yang ditunjuk sebelum peralatan tersebut dipasang.
2) Kontraktor bertanggung jawab atas komponen yang diperlukan misalnya, fixture,
fitting atau fixture times untuk kelengkapan instalasi.
3) Kontraktor bertanggung jawab atas pencegahan bahan/peralatan yang hilang dari
pencurian atau kerusakan. Bahan atau alat yang hilang atau yang rusak harus diganti
oleh kontraktor tanpa tambahan biaya.
4) Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pembiayaan yang perlu, karena
timbulnya perubahan-perubahan yang diakibatkan dari adanya penyimpangan
bahan/peralatan sebagai pengganti yang disetujui secara tertulis oleh Pengelola
Proyek/Konsultan Pengawas. Biaya pengujian bahan/peralatan/fixture tersebut (apabila
diminta oleh pengelola proyek/konsultan Pengawas) ditanggung oleh kontraktor.

5) Sesuatu bahan, peralatan atau fixture yang akan digunakan dan tidak disebutkan
dalam spesifikasi ini hanya diperbolehkan apabila disetujui secara tertulis oleh
Pengelola proyek/konsultan pengawas. Biaya pengujian bahan ditanggung oleh
Kontraktor.

b. Teknis Pemasangan Pipa Instalasi Air Bersih


1) Semua pemasangan pipa distribusi air bersih baru dan dipasang tertanam dalam
tanah.
2) Penyambungan instalasi distribusi air bersih dari Ground Water Tank kemudian di
distribusikan dengan menggunakan Pompa Air menuju alat-alat sanitair a.l : Kran, dll.
3) Kontraktor harus terus mengadakan koordinasi dengan User, Konsultan pengawas
dan pihak Tim teknis selama pelaksanaan pemasangan pipa distribusi air bersih baru.

c. Referensi
Syarat penerimaan bahan-bahan dan peralatan, pemasangan serta kualitas harus sesuai
dengan standart yang berlaku dan disesuaikan dengan Pedoman Plumbing Indonesia
1979.

Pasal 19. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL


1. Lingkup Pekerjaan
a. Umum
1) Pengadaan bahan-bahan dan alat-alat sampai ditempat lokasi
2) Pemasangan bahan-bahan dan alat-alat tersebut sampai bisa beroperasi dengan
sempurna, sampai mendapat persetujuan Direksi.
3) Pengujian-pengujian dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan selama dalam masa
pemeliharaan.
b. Pemasangan instalasi penerangan, stop kontak dan Penyambungan Daya Baru.
1) Seluruh pemasangan tersebut diatas dari jenis, type dan ukuran serta cara pemasangan
sesuai yang dinyatakan dalam gambar.
2) Pemasangan armateur lampu, saklar-saklar dan stop kontak dari macam dan jenis
sesuai yang dinyatakan dalam gambar / RKS.
3) Pemasangan pekerjaan lain dan nyata-nyata menurut gambar dan RKS harus dipasang.

2. Bahan – bahan
a. Persyaratan Umum
Bahan-bahan yang akan dipasang harus baru dan memenuhi persyaratan-persyaratan
bahan berdasarkan PUIL 2010, syarat-syarat LMK dan peraturan-peraturan setempat atau
peraturan Standart Internasional yang berlaku.
b. Bahan dan peralatan untuk sistem distribusi daya listrik.
1) Box Panel dengan ketebalan 1,8 mm warna cat oven warna abu-abu atau cream
menggunakan merk Saka atau sekwalitas.
2) Sirkuit breaker menggunakan MCB,MCCB merk Scheneider atau sekualitas yang
mendapat Sertifikat PLN atau LMK dan berstandar SNI
3) Kabel-kabel tegangan rendah dalam hal ini kabel instalasi penerangan dan stop kontak
dengan jenis dan ukuran sesuai yang dinyatakan dalam gambar dengan merk Eterna
atau sekwalitas (bersertifikat LMK) jenis NYY. Sedangkan Kabel Induk Daya Panel
menggunakan jenis NYY.
4) Semua bahan dan peralatan harus baru dan sesuai dengan syarat-syarat yang dimaksud
dalam gambar dan RKS.

c. Pipa-pipa instalasi dan persilangan


1) Pipa kabel digunakan pipa merk Clipsal atau sekualitas.
2) Persilangan-persilangan pipa disambung dengan T doosyang dilengkapi dengan
tutupnya menggunakan merk Clipsal atau sekwalitas.
3) Isolasi kabel menggunakan merk Unibell atau sekualitas.

d. Saklar dan stop kontak


1) Armateur – armateur saklar dan stop kontak menggunaan merk Panasonic atau
sekualitas.
2) Doos menggunakan tipe inbouw (tertanam dalam dinding) menggunakan merk
Panasonic atau sekwalitas.

e. Titik lampu untuk instalasi penerangan


1) Armateur-armateur lampu yang terpasang terdiri dari jenis :
a. Lampu Taman type Ballglass diameter 30 cm produksi DLX atau sekwalitas.
b. Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) type tiang Oktagonal jenis Parabolic
(lengkung), tinggi 7 meter ; merk Raja Lampu atau sekwalitas, terdiri dari 2 jenis
tiang yang terpasang :
1. Tiang yang mempunyai cabang 1
2. Tiang yang mempunyai cabang 2
2) Sedangkan isi lampu dari armature-armature tersebut diatas yaitu :
a. Untuk Armature lampu Taman menggunakan lampu SL Tornado 24 Watt merk
Philips atau sekwalitas.
b. Untuk armature Lampu PJU menggunakan lampu Mercury HPLN 250 Watt merk
Philips atau sekwalitas.
3) Semua bahan-bahan adalah harus baru dan sesuai dengan syarat-syarat yang dimaksud
dalam gambar dan terlebih dahulu diajukan contoh atau brosur/katalog, 15 (lima belas)
sebelum terpasang untuk mendapat persetujuan dari pihak Direksi.

3. Syarat – syarat Pelaksanaan


a. Persyaratan Umum
1) Gambar Rencana
Gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari peralatan – peralatan yaitu
lampu– lampu,stop kontak, dll. Penyesuaian harus dilakukan dilapangan, jarak-jarak dan
ketinggian ditentukan oleh kondisi dilapangan.
2) Gambar pelaksanaan
Gambar-gambar jaringan terpasang, dibuat oleh Kontraktor berdasarkan gambar
rencana. Perubahan atas gambar-gambar rencana harus melalui persetujuan Direksi,
setelah ada pengajuan tertulis dari Kontraktor.
3) Standart dan peraturan pemasangan
Seluruh pekerjaan harus diselenggarakan mengikuti Standart dalam Peraturan Umum
Instalasi Listrik 2010 dan Standart Internasional yang tidak bertentangan dengan PUIL
2010.

4) Instalatir dan Tenaga pelaksana


a) Surat ijin bekerja yang masih berlaku bagi instalatir adalah klasifikasi C, yang harus
dimiliki secara hak oleh Kontraktor, satu copy dari Surat Ijin tersebut harus diserahkan
kepada Direksi.
b) Kontraktor harus menempatkan secara penuh (full time) seorang Koordinator yang
ahli dalam bidangnya, berpengalaman dalam pekerjaan dan serupa dan dapat
sepenuhnya mewakili Kontraktor dengan predikat baik. Tenaga-tenaga pelaksana
harus dipilih hanya yang berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan instalasi
listrik secara umum kuat, aman dan rapi.

b. Sistim Distribusi Penyambungan Daya Listrik


- Adanya pekerjaan Penyambungan Daya Baru ke PLN untuk memenuhi kebutuhan Daya
Listrik Instalasi Penerangan dan Stop Kontak.
- 10 (sepuluh) hari setelah dterbitkannya SPMK, Kontraktor harus segera mengajukan
proses Penyambungan Daya Baru tersebut ke PLN agar tidak terjadi keterlambatan
pekerjaan.
- Kapasitas Penyambungan Daya Baru sesuai dengan yang dicantumkan dalam Gambar
atau Bill of Quantity (BQ).
- Panel Taman (Panel Induk) :
1. Bahan, dari pelat baja tebal 2 mm, dicat dasar tahan karat bagian luar dan
dalam sebelum dicat akhir dengan cat open warna abu-abu / Cream sekwalitas
Saka.
2. Bentuk fisik Panel Induk dan sub Panel, harus mempunyai pintu yang dapat
dikunci dan handel serta dapat dibuka/tutup dengan mudah yang dilengkapi
dengan :
3. Lampu kecil untuk menunjukkan phase R, S, T berwarna merah, kuning dan
hijau dan saklar untuk mematikan, sesuai dengan daya yang dibutuhkan.
4. Pada panel induk dipasang meter penunjuk Volt meter, switch selector
voltage. Dalam hal ini sesuai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
5. Bus-bar
bus-bar disanggah kokoh dengan bahan isolator
Bus-bar netral dan bus-bar pentanahan dipasang pada posisi
berseberangan (atas dan bawah/kiri dan kanan)
Bus-bar diberi tanda untuk phase R, S, T, nol dan pentanahan
Bus-bar pentanahan (ground) dihubungkan dengan bagian-bagian
yang harus tidak bertegangan, antara lain : kotak panel atau benda-
benda konduktif.
6. Kabel-kabel
Ujung-ujung kabel berkas (standart) harus mempunyai sepatu kabel
(schoen) type compression yang diameter / ukurannya disesuaikan
dengan penampang kabel yang terpasang.

c. Titik Instalasi Penerangan


- Armatur/Kap Lampu
1. Jenis armature /kap lampu yang terpasang harus disesuaikan dengan jenis
lampunya sebagai isi dari kap tersebut
2. Bentuk, jenis dan fungsinya seperti yang tertera dalam gambar.
3. Seluruh penyambungan kabel didalam Armature/Kap harus menggunakan
terminal kabel , kecuali yang dipasang pada Fitting bisa langsung
disambungkan di mur yang sudah tersedia didalam Fitting tersebut.
4. Sebelum Kap tersebut dipasang ,Kontraktor harus mengajukan contoh
bahan atau brosur/katalog, untuk mendapat persetujuan dari Pihak
Direksi/Konsultan Pengawas.
- Jenis Lampu
1. Lampu Mercury HPLN.
Daya Lampu Mercury HPLN yang terpasang 250 Watt
Lampu berfungsi sebagai Penerangan Area Parkir dan dibeberapa tempat
seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Pemasangan lampu terletak didalam armature/kap yang berfungsi untuk itu
dimana permukaanya terbuat kaca sehingga dapat meneruskan cahaya
kebidang yang diteranginya serta dapat dibuka dan ditutup dengan baik
apabila lampu tersebut perlu diganti (mati).
Kabel-kabel dalam kap harus ditata/diatur sedemikian rupa sehingga
tidak menempel body kap lampu tersebut.
2. Lampu SL
Lampu SL yang terpasang jenis SL Tornado mempunyai daya 24 Watt
Lampu ini sebagai isi dari Armature/kap lampu Taman type Ball Glass.
d. Titik Instalasi Stop kontak (kotak kontak)
1. Seluruh stop kontak harus memiliki terminal fasa netral dan pentanahan
(grounding).
2. Pemasangan stop kontak tertanam dalam dinding (inbouw) dan terletak didalam
Rumah Pompa yang berfungsi sebagai sumber daya dari Pompa Air.
3. Tinggi pemasangan stop kontak, disesuaikan dengan kondisi tata letak Pompa.
4. Pemasangan stop kontak terdiri dari 3 buah stop kontak (stop kontak 3x) yang
dipasang sejajar dan pemasangannya dengan cara di paralel satu dengan yang
lainnya.
5. Jenis stop kontak yang terpasang yaitu Type Water Proffing dikarenakan
pemasangannya diarea basah untuk menjaga keamanan serta kontinuitas
jaringan instalasi dayanya bisa berfungsi dengan baik.
6. Semua stop kontak satu fasa harus mempunyai rating 10 A/16 A – 250 V/380 V.
7. Pemasangan ketinggian Stop Kontak harus koordinasi terlebih dahulu dengan
Konsultan Pengawas sebelum dipasang.
e. Kabel
1. Kabel-kabel yang dipergunakan sesuai ukuran, jenis yang dinyatakan dalam
gambar.
2. Kabel-kabel instalasi menggunakan warna-warna sesuai PUIL 2010 ,yaitu :
Merah fasa R
Kuning fasa S
Hitam fasa T
Biru fasa Netral/nol
Kuning strip hijau untuk pentanahan/arde
3. Pemasangan jaringan kabel yang terpasang adalah jaringan kabel yang
tertanam didalam tanah jenis NYY dan dilindungi dengan Pipa Clipsal.
4. Jalur pemasangan kabel tanam harus sesuai dengan gambar yang sudah ada.
Tidak diijinkan mamasang jalur dengan potong kompas (melintang).
5. Apabila dikarenakan dengan kondisi tidak memungkinkan terpasang sesuai
dengan gambar,maka kontraktor harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan
pihak Direksi/Konsultan Pengawas untuk mencari jalan keluarnya.
6. Didalam pipa pelindung jaringan instalasi tidak diijinkan adanya sambungan
kabel didalamnya. Stop kontak (kotak kontak)

4. PENGUJIAN INSTALASI
1. Kontraktor harus mempersiapkan peralatan, tenaga ahli dan fasilitas lainnya
untuk menyelenggarakan serangkaian pengujian terhadap material equipment,
serta instalasinya, untuk memperlihatkan bahwa seluruh pekerjaan sudah
dilaksanakan dengan baik, memenuhi segala persyaratan dan apa yang
dimaksudkan. Semua pengujian diselenggarakan atas biaya kontraktor.
2. Pengujian berikut harus dilakukan untuk kabel instalasi, sebelum dan sesudah
dipasang : test insulasi, test kontinuitas, dengan disaksikan oleh Direksi dan
dicatat hasilnya.
3. Sebelum pengujian diadakan antara lain pemeriksaan-pemeriksaan berikut :
Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud.
Pemeriksaan kekuatan mekanis
Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.
Kontraktor harus membuat Gambar As Built Drawing yang dikerjakan dan juga
berfungsi sebagai Jaminan Instalasi Listrik dari Kontraktor (Biro Teknik) yang
bisa dipertanggung jawabkan serta hasil tes uji Pentanahan Panel juga
tertera.

Pasal 20. PEKERJAAN VEGETASI


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga , bahan-bahan dan peralatan dan alat bantu lainnya
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penanaman. Pekerjaan penanaman yang dilaksanakan
meliputi semua pekerjaan yang tertera dalam gambar Kerja dan sesuai petunjuk Pengawas
Lapangan, meliputi pembentukan tanah, penanaman dan pemeliharaan/perawatan tanaman.

2. Tahapan Pekerjaan.
a. Tahapan pelaksanaan pekerjaan menyesuaikan dengan kondisi lahan dan kesiapan
lapangan.
b. Pekerjaan penanaman hanya dilaksanakan pada bagian site yang telah siap dan tidak lagi
dilakukan pekerjaan fisik, untuk menghindari kerusakan tanaman sebagai akibat aktivitas
pembangunan fisik lainnya.
c. Semua Pekerjaan penanaman harus dilaksanakan mengikuti petunjuk Gambar kerja dan
sesuai petunjuk yang diberikan Pengawas.
d. Jika terjadi perbedaan antara Gambar Kerja dan keadaan lapangan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Pengawas Lapangan untuk diambil keputusan penyelesaiinya.
e. Semua tata letak tanaman dilapangan yang menyimpang dari ketentuan Gambar Kerja
yang disebabkan karena keadaan lapangan, harus mendapat persetujuan Pengawas.

3. Bahan-bahan
Semua bahan-bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus disesuaikan dengan
spesfikasi teknis, gambar perencanaan dan bill of quantity. Bahan-bahan yang dipergunakan
harus diajukan contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi dan Pengawas
Lapangan.

4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Umum
1) Dalam melakukan berbagai aktivitas pekerjaan tidak diperkenankan mengakibatkan
terganggunya kelancaran lalu lintas, serta tetap memperhatikan keamanan baik pekerja
maupun pemakai jalan.
2) Dalam mendatangkan alat maupun bahan ke lokasi harus memperhitungkan berbagai
hal, terutama yang menyangkut keamanan dan kelancaran lalulintas, serta kebersihan
lingkungannya.
3) Alat dan bahan harus ditempatkan pada tempat yang aman, tidak mengganggu
kelancaran pekerjaan lain dan memperhitungkan keselamatan baik pelaksana maupun
yang lainnya.
4) Alat-alat yang dipergunakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pelaksana.

b. Pekerjaan Persiapan dan pembentukan Tanah


1) Sebelum pekerjaan dimulai, keadaan tapak/site harus bersih dari segala macam
kotoran/sampah dan rintangan-rintangan lain yang dapat mengganggu kelancaran
pekerjaan.
2) Pelaksana diwajibkan untuk mengadakan pengukuran yang dilakukan dengan cermat
dan teliti, agar dapat dicapai titik akurasi yang maksimal sesuai gambar rencana.
Pengukuran dilakukan untuk menentukan titik/patok untuk semua pekerjaan sesuai
gambar rencana.
3) Semua kelainan/perbedaan berkaitan dengan hasil pengukuran harus dibicarakan
dengan petugas yang berwenang/pengawas.

c. Pekerjaan Urugan dan Pembentukan Tanah Subur.


1) Pembersihan area yang akan ditimbun.
2) Timbunan/urugan tanah subur untuk area taman/area tanam, ketebalan urugan 15-20cm.
3) Pembentukan urugan/timbunan tanah sesuai piel ketinggian yang direncanakan.
4) Dalam melaksanakan pengurugan tanah, harus diperhatikan kebersihan lingkungan
jalan. Tanah tidak berceceran mengotori jalan. Jalan harus segera dibersihkan bila terdapat
ceceran tanah akibat pekerjaan pengurugan tanah di lokasi pekerjaan.
5) Setelah pekerjaan tanah selesai segera dilaksanakan penanaman pohon semak perdu
dan tanaman rumput. Untuk menutupi permukaan tanah tersebut.
6) Penyiraman rumput dilakukan 2 kali dalam sehari, pagi dan sore.

d. Pekerjaan Penyediaan Tanaman


Sebelum tanaman ditanam di tempat yang telah ditentukan, terlebih dahulu harus dilakukan
penilaian kebenaran jenis tanaman, kesehatan tanaman dan ukuran tanaman tersebut oleh
pengawas.
1) Dalam menyiapkan tanaman dikebun bibit/nursery, tanaman yang akan ditanam harus
sudah disiapkan dalam polybag dan dalam kondisi sehat dan segar. Tanaman diangkut
ke lokasi penanaman pada pagi hari atau sore hari. Tidak dibenarkan menyimpan
tanaman terlalu lama di lokasi pekerjaan ( tidak lebih dari 2 hari ).
2) Khusus untuk tanaman Pohon hendaknya bukan merupakan tanaman yang baru
dicabut/dipindahkan dari tanah asal. Nursery harus mempersiapkan tanaman,
perakaran terbungkus karung dengan baik, minimal 3 minggu sebelum di tanam.
Sebaiknya pelaksana memilih pohon yang telah ditanam dalam pot. Untuk
mempertahankan kelembaban tanaman tersebut disiram 2 kali sehari, pagi dan sore.
3) Besar dan tinggi tanaman yang akan ditanam harus sesuai dengan yang tertulis dalam
persyaratan atau gambar rencana dan disetujui oleh pengawas.
4) Jenis tanaman yang tidak terdapat dalam rencana, tetapi pada pelaksanaan diminta
sebagai pengganti ataupun sebagai tanaman tambahan, akan ditentukan kemudian
oleh direksi atau pengawas.

e. Pekerjaan Penanaman
1) Persiapan Tanam
Yang termasuk pekerjaan ini adalah pembuatan lubang tanam, penggunaan pestisida
untuk mencegah serangan serangga ulat tanah, pemberian pupuk kandang.

2) Penanaman Tanaman
a) Tanaman dikeluarkan dari wadah sementara (pot, karung, polybag, dll) dengan hati-
hati supaya akar tidak rusak.
b) Akar diurai agar menjadi “bebas“ dan tidak membelit atau terlipat.
c) Tanaman ditanam dalam keadaan akar “bebas“ menghadap keluar
d) Tanah atas dikembalikan ke dalam lubang dan dipadatkan di sekitar leher batang
tanaman.
e) Kemudian dipasang steger/penyangga untuk menjaga agar tanaman dapat berdiri
tegak dengan stabil. Mengingat pohon sangat peka terhadap goncangan, maka
pemasangan steger/penyangga pohon harus benar-benar kuat.
f) Siram tanaman dengan baik sehingga air dapat meresap dan menjangkau daerah
perakaran.

f. Pemeliharaan
Lamanya waktu pemeliharaan 180 hari. Ketentuan ini dapat berubah atas persetujuan
Direksi/Pengawas. Selama masa pemeliharaan pelaksana diwajibkan melakukan
penyiraman dan pemupukan serta pemangkasan, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pemeliharaan yang dilakukana adalah penyiraman dan pemupukan. Penyiraman
dilakukan setiap hari (pagi dan sore, bila tidak terjadi hujan).
2) Pemupukan baru dilakukan lebih kurang 1 bulan setelah penanaman. Pupuk yang
diberikan sebaiknya pupuk NPK,
3) Pemangkasan tanaman, baru dilakukam jika pertumbuhan tanaman sudah melebihi
batas maksimal ukuran tumbuh yang direncanakan, atau telah tumbuh ranting – ranting
liar yang tidak diharapkan.
4) Penyemprotan obat-obatan baik insektisida maupun fungisida dilakukan jika terlihat
adanya gejala serangan hama atau penyakit.

Pasal 21. PEKERJAAN PEMBERSIHAN


1. Lingkup Pekerjaan
a. Penumpukan sisa-sisa pekerjaan ke suatu tempat yang ditentukan oleh Pengelola
Proyek/Direksi.
b. Pengangkutan sisa pekerjaan dan kotoran-kotoran atau bekas pembersihan halaman site.

c. Pembersihan bangunan keseluruhan dari noda-noda atau kotoran-kotoran sampai saat


serah terima, seperti :
1) Pembersihan lantai
2) Pembersihan dinding
3) Dan lain yang nyata harus tetap dalam keadaan bersih.

2. Bahan-bahan
Dalam hal ini tidak dijelaskan, karena merupakan peralatan kerja.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sisa bahan bangunan agar dibersihkan dari site dan diangkut/dibuang keluar site, sehingga
site kelihatan rapi, bersih dan siap untuk dihuni dengan nyaman.
b. Kebersihan dalam bangunan harus dijaga dan dipelihara sampai habis masa pemeliharaan
sehingga penghuni bangunan betul-betul nyaman dan sehat.
c. Saluran-saluran harus dibersihkan dari kotoran-kotoran atau sampah-sampah sehingga
jalannya air lancar dan tidak terjadi genangan air yang mengganggu kesehatan.

Pasal 19. PENUTUP


1. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang, terlebih dahulu harus
diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
2. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Direksi pada saat didatangkan di lapangan.
3. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lama
adalan 2x24 jam. Bila Kontraktor tidak mengindahkan, Direksi berhak menyelenggarakan atas
biaya Kontraktor.
4. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan didalam RKS
dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh Kontraktor.
5. Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan didalam RKS dan
gambar tetap harus diselenggarakan oleh Kontraktor dan pelaksanaannya akan ditentukan
lebih lanjut oleh Direksi.

Anda mungkin juga menyukai