Anda di halaman 1dari 37

PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU


OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

5.1. PENDEKATAN
5.1.1. Pendekatan Penentuan Jenis Dokumen Lingkungan
Dalam melakukan usaha ataupun kegiatan, terdapat peraturan perundang-undangan
yang harus dipatuhi. Dalam konteks peraturan lingkungan hidup, terdapat beberapa
jenis dokumen yang harus dibuat oleh pelaku usaha dan/atau kegiatan. Inti tujuan
dokumen lingkungan adalah untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan
dari dampak yang ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan.

Dokumen Lingkungan adalah dokumen yang berisi informasi dan data mengenai
suatu usaha dan/atau kegiatan serta memuat langkah-langkah pengelolaan dan
pemantauan untuk mencegah pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan. Ada tiga
jenis dokumen Lingkungan yang disesuaikan berdasarkan skala usahanya, meliputi
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), atau Surat
Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).

Pelaksanaan “Penyusunan Dokumen Lingkungan Pengembangan Pusat


Keunggulan Strategis Terpadu Observatorium Tahura Wan Abdul Rahman”,
meliputi serangkaian tahapan kegiatan yang dilakukan secara berurutan dimulai
dengan penapisan tahap pelingkupan, pengumpulan data, prakiraan serta evaluasi
dampak lingkungan. Setiap tinjauan parameter lingkungan didasarkan atas dampak
lingkungan yang mungkin terjadi. Karangka pikir proses penyusunan Dokumen
Lingkungan dapat dilihat pada diagram alir Gambar 5.1. berikut :

Usulan Teknis hal i - 1


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Gambar 5.1. Skema Penapisan Dokumen Lingkungan

5.1.2. Pendekatan Teknis


Pendekatan teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan penyusunan dokumen
lingkungan pengembangan pusat keunggulan strategis terpadu observatorium Tahura
wan abdul rahman, sebagai berikut :
1. Persiapan Pelaksanaan
2. Survei rona lingkungan
Terdiri dari survai iklim, fisiografi, hidrologi, ruang, lahan, dan tanah.
3. Pengamatan terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat
yang dilakukan dalam wilayah studi yang berada dalam tapak pekerjaan atau di
sekitarnya.
4. Inventarisasi dan identifikasi
- Potensi dan kendala yang ada pada lokasi pembangunan terdiri dari aspek
teknis, transportasi, sosial ekonomi dan lingkungan;
- Komponen-komponen lingkungan yang dapat diperkirakan akan terkena
dampak penting oleh kegiatan pra-konstruksi, konstruksi serta operasional dan
pemeliharaan.
5. Melakukan uji lapangan dan atau laboratorium terkait memperoleh data untuk
bahan analisa dalam penyusunan kesimpulan masalah.
6. Telaah terhadap rencana kegiatan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam satu
kesatuan system perencanaan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat
menimbulkan dampak potensial baik dilihat dari sumber dampak, jenis dampak
dan besaran dampak terhadap lingkungan sekitarnya yakni pada :
- tahap pra konstruksi;

Usulan Teknis hal i - 2


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

- tahap konstruksi;
- tahap pasca-konstruksi/ operasional dan pemeliharaan.
7. Merumuskan dokumen lingkungan yang meliputi masalah atau keadaan dan hasil
survei lapangan (survai kualitas air, tanah, udara, biologi, sosekbudkesmas) dan
dokumentasi, serta kemajuan dan segala kesimpulan penting yang ditemui selama
pelaksanaan pekerjaan.

Penyusunan Dokumen Lingkungan Pengembangan Pusat Keunggulan


Strategis Terpadu Observatorium Tahura Wan Abdul Rahman ini mengacu
kepada lokasi dan batasan wilayah studi.

Batas Wilayah Studi


Lingkup wilayah studi ditetapkan berdasarkan dampak penting yang akan ditimbulkan
dan sebaran dampak tahap prakonstruksi, konstruksi, dan operasi, maka wilayah studi
meliputi daerah yang dibatasi oleh batas tapak proyek, batas ekologis, batas sosial
dan batas administrasi. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut :

a) Batas Tapak Proyek


Batas tapak proyek adalah ruang dimana suatu rencana kegiatan Pengerukan
Kolam dan Alur Kapal akan diadakan, dengan mempertimbangkan kegiatan
prakonstruksi, konstruksi, dan operasi.

b) Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana kegiatan
menurut media transportasi limbah (air, udara) dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar.

c) Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai
tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat adanya rencana kegiatan. Batas sosial ini
ditentukan dengan memperhitungkan penduduk dalam wilayah mana saja yang
diprakirakan akan terkena dampak baik dari aspek fisik, ekonomi maupun dari
aspek sosial budayanya, sehingga dengan berdasarkan pertimbangan tersebut
dapat ditentukan batas sosial dari wilayah studi yang akan dikaji. Penentuan batas

Usulan Teknis hal i - 3


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

sosial ini tetap mengacu/tidak bisa terlepas dari batas administratif dimana
penduduk yang diprakirakan akan terkena dampak itu tinggal.

d) Batas Administratif
Batas administrasi adalah ruang dimana kegiatan “Penyusunan Dokumen
Lingkungan Pengembangan Pusat Keunggulan Strategis Terpadu
Observatorium Tahura Wan Abdul Rahman” dan masyarakat melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya atas dasar uraian batas proyek, batas
ekologis, batas sosial.

Dalam rangka “Penyusunan Dokumen Lingkungan Pengembangan Pusat


Keunggulan Strategis Terpadu Observatorium Tahura Wan Abdul Rahman”
diperlukan cara untuk mengambil data komponen-komponen lingkungan dan
menganalisa data-data yang diperoleh dari komponen tersebut. Data yang diperoleh
baik berupa data primer maupun data sekunder adalah merupakan gambaran kondisi
lingkungan yang ada saat ini disekitar kegiatan di daerah dimana kegiatan tersebut
akan berlangsung. Berdasarkan atas interaksi antara kondisi lingkungan dimana
proyek tersebut akan berlangsung dan komponen-komponen kegiatan dapat
dilakukan prakiraan dampak yang akan terjadi serta cara-cara penanganan dampak
tersebut. Penanganan terhadap dampak yang terjadi dilakukan melalui pendekatan
studi Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Metode yang digunakan dalam “Penyusunan Dokumen Lingkungan


Pengembangan Pusat Keunggulan Strategis Terpadu Observatorium Tahura
Wan Abdul Rahman” ditentukan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang hendak
dicapai. Metode yang akan digunakan meliputi :
 Metode pengumpulan dan analisa data
 Metode prakiraan dampak
 Metode evaluasi dampak

Pendekatan yang dilakukan dalam studi Penyusunan Dokumen Lingkungan mengacu


pada interaksi pada tiga komponen yaitu rencana kegiatan, rona lingkungan awal,
dan peraturan yang berlaku dipergunakan sebagai kajian dalam proses pelingkupan
untuk menentukan isu pokok yang akan dikaji dan dibahas dalam studi Penyusunan
Dokumen Lingkungan. Isu pokok yang ditetapkan masih bersifat sementara dan
tentunya masih dapat berkembang setelah pengumpulan data primer dan data
pengamatan lapangan secara intensif selesai dilakukan. Isu pokok berguna untuk

Usulan Teknis hal i - 4


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

menuntun dan mengarahkan pola kajian dan penelitian, sehingga studi Penyusunan
Dokumen Lingkungan dapat terfokus pada dampak penting.

Tahap selanjutnya dilakukan pemilihan komponen kegiatan dan komponen


lingkungan yang akan ditelaah, lingkup wilayah studi, serta metode studi.
Berdasarkan keempat komponen tersebut, diharapkan objek dan metode studi mejadi
lebih terarah. Penelitian lapangan dilakukan untuk mendukung kajian dan analisis
lebih cermat. Dari data ini dilakukan indentifikasi, prediksi dan evaluasi dampak,
yang berguna untuk mendapatkan masukan dampak-dampak mana yang perlu
dikelola sehingga sasaran akhir berupa rencana pengelolaan dan pemantauan
dampak dapat dicapai. Untuk lebih jelasnya, pendekatan studi disajikan pada Gambar
5.2.

Usulan Teknis hal i - 5


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

PROYEK

Penapisan Kegiatan Wajib AMDAL


Berdasarkan PerMen LH No. 05 Tahun 2012

Kegiatan Wajib AMDAL Kegiatan Tidak


Wajib AMDAL

Penyusunan Dokumen Lingkungan


Penyusunan Kerangka Acuan
Pedoman : PerMen LH No. 16 Th 2012
Pedoman : PerMen LH No. 16 Th 2012
Tidak

Pemrakarsa mengajukan UKL-UPL atau SPPL


Komisi Penilai Tidak
kepada kepala instansi lingkungan kabupaten/kota,
Ya kepala instansi lingkungan provinsi, atau Deputi
Menteri sesuai dengan kewenangannya
Surat
Keputusan/Kesepakatan

pemeriksaan UKL-UPL
Kerangka Acuan
atau pemeriksaan SPPL
Penyusunan ANDAL, Ya

RKL, dan RPL


Tidak
Rekomendasi UKL-UPL/
Persetujuan SPPL
Komisi Penilai

Ya
Proyek Dilaksanakan

Keputusan Kelayakan Lingkungan


dan Diterbitkan Izin Lingkungan

Proyek Proyek Dilaksanakan


Dimodifikasi/Redesain Tidak Ya

Gambar 5.2. Pendekatan Teknis Penyusunan Dokumen Lingkungan

Metode yang digunakan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan “Penyusunan


Dokumen Lingkungan Pengembangan Pusat Keunggulan Strategis Terpadu
Observatorium Tahura Wan Abdul Rahman” ini meliputi : metode pengumpulan
dan analisa data, metode prakiraan dampak dan metode evaluasi dampak.

Usulan Teknis hal i - 6


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

5.2. METODOLOGI
Kegiatan yang harus dilakukan oleh Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut di atas adalah :
 Melakukan pengumpulan data mengenai kegiatan/rencana kegiatan yang telah dan
akan dilakukan meliputi tahap pra konstruksi, konstruksi, pasca konstruksi, operasi
dan pemeliharaan.
 Melakukan pengumpulan dan analisis data Tanah, Fisik Kimia, Biologi, Sosekbud
dan Kesehatan Masyarakat yang relevan dengan daerah di sekitar Pelabuhan Luwuk
baik berupa data primer maupun data sekunder, untuk dapat menentukan rona
awal lingkungan, seperti yang tertuang di bawah ini yaitu :

Rona Lingkungan Awal


A. FISIK
1. Iklim
a. Komponen iklim meliputi tipe iklim, suhu, maksimum, minimum, rata-rata),
kelembaban curah hujan dan jumlah hari hujan, keadaan angin (arah dan
kecepatan), intensitas radiasi matahari.
b. Data periodik bencana (siklus tahunan), lima tahunan, dan sebagainya) seperti
sering terjadi angin ribut, banjir tahunan, banjir bandang di wilayah rencana
usaha dan/atau kegiatan.
c. Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika yang mewakili wilayah
usaha dan/atau kegiatan tersebut.
d. Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan.
e. Polaiklim mikro, pola penyebaran bahan pencemar udara secara umum maupun
pada kondisi cuaca terburuk.
f. Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta periode kejadiannya.
g. Kajian mengenai iklim dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang terkait
dengan kondisi iklim di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan
sekitarnya.

Pengumpulan Data
Komponen iklim yang akan dikaji melalui data sekunder adalah tipe iklim, suhu udara,
curah hujan, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Sumber data sekunder
berasal dari Badan Meteorologi dan geofisika setempat.

Usulan Teknis hal i - 7


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Sedangkan untuk penentuan iklim mikro, dilakukan pengukuran beberapa


parameter bersamaan dengan pengambilan sampel udara. Parameter iklim mikro
yang diukur adalah temperatur udara, kelembaban, kecepatan angin dan arah
angin. Temperatur dan kelembaban udara diukur dengan alat termometer dan
hygrometer, sedangkan kecepatan angin menggunakan anemometer dan arah
angin menggunakan penunjuk arah.

Analisis Data
Parameter-parameter iklim seperti curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara,
kecepatan dan arah angin kemudian dikaji dan dianalisis untuk menentukan tipe iklim.
Penentuan tipe iklim di wilayah studi dan sekitarnya mengacu pada pembagian iklim
menurut Schmidt dan Ferguson. Penentuan jenis iklim tersebut berdasarkan nilai Q
(Quotient) yang perhitungannya :
Q= k/b
Dimana :
k = jumlah purata bulan kering, yaitu jumlah curah hujan < 60 mm
b = jumlah purata bulan basah, yaitu jumlah curah hujan > 100 mm

Dari nilai Q yang diperoleh, kemudian ditentukan tipe iklimnya yang dinyatakan dari
iklim A, yaitu paling basah sampai iklim H yang paling kering, dimana harga Q adalah
sebagai berikut :

A 0,000 ≤ Q < 0,143 Sangat basah


B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0.333 ≤ Q < 0,600 Agak basah
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Agak kering
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Kering
F 1,670 ≤ Q < 3,000 Sangat kering
G 3,000 ≤ Q < 7,000 Luar biasa kering
H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering

Lokasi
Lokasi pengumpulan data iklim yaitu untuk wilayah di lokasi dan sekitar lokasi
kegiatan yang termasuk kedalam wilayah studi.

2. Fisiografi
a. Topografi bentuk lahan (morfologi), struktur geologi dan jenis tanah.

Usulan Teknis hal i - 8


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

b. Indikator lingkungan yang berhubungan dengan stabilitas geologis dan stabilitas


tanah, terutama ditekankan bila terdapat gejala ketidakstabilan, dan harus
diuraikan dengan jelas dan seksama (misal: longsor tanah, gempa, sesar,
kegiatan-kegiatan vulkanis, dan sebagainya.
c. Keunikan, keistimewaan, kerawanan bentuk lahan dan batuan secara geologis.
d. Kajian mengenai fisiografi dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang
terkait dengan kondisi fisiografi di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan
sekitarnya.

A. Batuan dan Tanah


Pengumpulan Data
Data batuan dan tanah didapatkan dari interprestasi data sekunder mengenai batuan
dan tanah berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan oleh Pusat Survey Geologi yang
diamati langsung di lapangan dengan metode observasi pada batuan dan tanah
penyusun daratan.

Analisis Data
Singkapan batuan dan tanah diamati untuk diklasifikasikan jenisnya guna dianalisis
lebih lanjut sifat batuan dan tanah, terutama secara visual. Warna, ukuran butir,
porositas, jenis fragmen batuan dan hubungannya antar lapisan batuan dan tanah
diamati untuk dijadikan data guna analisis geologi.

Lokasi
Lokasi pengumpulan data batuan dan tanah yaitu untuk wilayah di lokasi dan sekitar
lokasi kegiatan yang termasuk kedalam wilayah studi.

B. Erosi dan Sedimentasi


Pengumpulan Data
Data tanah yang dikumpulkan terutama untuk analisis fisik dan kimia tanah dengan
mengacu pada analisis yang dilakukan Pusat Penelitian Tanah (PPT,1993). Jumlah
sampel pengamatan yang akan dikumpulkan ditentukan berdasarkan kerapatan
sampel mewakili kawasan berdasarkan skala peta 1: 100.000. Lokasi pengambilan
sampel disesuaikan dengan ekosistem lapangan berdasarkan kesamaan fisiografi,
topografi, curah hujan, sebaran dan jenis tanah, kelas lereng serta penutupan
vegetasi.

Usulan Teknis hal i - 9


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Analisis Data
Untuk menduga tingkat kepekaan tanah terhadap erosi digunakan pendekatan indeks
erodibilitas tanah (K) (Dangler dan El-Swaify, 1976 dalam Hardjowigeno, 1994) dan
jenis tanah (Hardjowigeno, 1994). Sedangkan untuk menduga tingkat erosi tanah
secara keseluruhan digunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dari
Weischmeier dan Smith (1978) dengan formula sebagai berikut :
A= R.K.L.S.C.P
Dimana:
A = dugaan jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)
R = indeks erosivitas hujan
K = indeks erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kemiringan (slope) lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanah
P = faktor tindakan khusus konservasi tanah.

Nilai-nilai R, K, L, S, C dan P diperoleh dengan cara mempelajari keadaan wilayah


melalui peta-peta yang tersedia (peta tanah, peta tata guna lahan dan peta lainnya)
serta pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Indeks erosivitas hujan (R)
dihitung berdasarkan rumus Bols (1978) :

EI30 = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAXP)0,33

Dimana:
EI30 = Erosivitas hujan tahunan, EI30 tahunan adalah jumlah EI30
bulanan
RAIN = Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
DAYS = Jumlah hari hujan rata-rata bulanan
MAXP = Curah hujan maksimal selama 24 jam setiap bulan (cm).

Data yang diperlukan untuk menghitung Indeks erosivitas hujan (R) dapat diperoleh
dari stasiun dari Stasiun Meteorologi terdekat bersamaan dengan pengumpulan data
iklim. Indeks erodibilitas tanah (K) dihitung menurut rumus Weischmeier dan Smith
(1978) :

100 K = 1,292 {2,1 M1,1,4 (10-4)(12 - a) + 3,23 (b - 2) + 2,3 (c - 3)}

Dimana :

Usulan Teknis hal i - 10


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

M = (% debu + % pasir sangat halus) (100 - liat)


(debu = 0,002-0,03 mm, liat < 0,002 mm; pasir sangat halus = 0,03 - 0,1
mm)
a = % bahan organik
b = kode struktur tanah
1 = granular sangat halus
2 = granular halus
3 = granular sedang – kasar
4 = blok, plat atau masif
c = kode permeabilitas
1 = cepat
2 = sedang - cepat
3 = sedang
4 = lambang - sedang
3 = lambat
6 = sangat lambat

Indeks panjang dan kemiringan lereng (L dan S) dihitung menurut Arsyad (1989)
dengan formula sebagai berikut :
LS = L0,3 (0,0138 + 0,00963 s + 0,00138 s2)
Dimana :
LS = nilai panjang dan kemiringan lereng
L = panjang lereng (m) dan s = kemiringan lereng (%)

Nilai indeks penutupan lahan (vegetasi) (C) diperoleh dari Hammer (1980) dan
Wischmeier dan Smith (1978), sedangkan indeks pengelolaan (konservasi) lahan (P)
diperoleh dari Hammer (1980). Nilai-nilai faktor C untuk vegetasi alang-alang
dianggap sama dengan 0,36 dan faktor pengelolaan lahan (P) untuk tanpa
pengelolaan (nihil) dinilai sama dengan 1.

Hasil analisis tanah dan data lapangan dinilai besarnya erosi, indeks bahaya erosi
(IBE) dan toleransi tanahnya terhadap erosi. Dari penggunaan rumus USLE, akan
diketahui besaran erosi potensial yang terjadi. Untuk memperkirakan tingkat erosi
tanah dikaitkan dengan kedalaman solum tanah, digunakan kriteria dari Direktorat
Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983) Klasifikasi
Tingkat Bahaya Laju Erosi selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1.

Usulan Teknis hal i - 11


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Tabel 5.1. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Dikaitkan dengan Kedalaman


Solum Tanah
Kelas Erosi
I II III IV V
Solum Tanah (cm)
Erosi (ton/ha/tahun)
< 13 13 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480
SR R S B SB
Dalam (> 90 cm)
(0) (I) (II) (III) (IV)
R S B SB SB
Sedang (60-90 cm)
(I) (II) (III) (IV) (IV)
S B SB SB SB
Dangkal (30 - 60 cm)
(II) (III) (IV) (IV) (IV)
B SB SB SB SB
Sangat Dangkal (< 30 cm)
(III) (IV) (IV) (IV) (IV)
Sumber : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983)
Keterangan : SR = Sangat Ringan, R = Ringan, S = Sedang, B = Berat, SB = Sangat Berat

Data jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun) diinterpretasikan ke dalam indeks


bahaya erosi (IBE, erosion hazard index) dengan cara berikut.:
Erosi potensial (ton/ha/tahun) A
IBE = =
Erosi yang ditolerir (ton/ha/tahun) T

Nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia diperoleh dari Arsyad (1989), dan interpretasi
nilai IBE dilakukan menurut Hammer (1981).

Tingkat sedimentasi air sungai, diduga dengan menggunakan rumus empiris


sebagai berikut :
Qs = 0.0864 x Q x C …………….……………… (Arsjad, 1980)

Dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari)
Q = debit sungai (m3/detik)
C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)

Lokasi
Lokasi pengamatan erosi dan sedimentasi yaitu pada lokasi kegiatan yang termasuk
ke dalam wilayah studi.

Usulan Teknis hal i - 12


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

3. Hidrologi
a. Karakteristik fisik sungai, pantai, danau/waduk, rawa, (rawa pasang surut, rawa
air tawar),
b. Rata-rata debit dekade, bulanan, tahunan,
c. Kadar sedimentasi (lumpur) dan tingkat erosi,
d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
e. Fluktuasi dan potensi air tanah (dangkal dan dalam),
f. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk keperluan domestik
dan non domestik.
g. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk keperluan lainnya
seperti pertanian, industri, dan lain-lain.
h. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air mengacu pada baku mutu dan
parameter kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan keluar.
i. Kajian mengenai hidrologi dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang
terkait dengan kondisi hidrologi di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan
sekitarnya.

Air Permukaan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan pengamatan karakteristik fisik sungai, pola
drainase, debit air sungai dan tingkat ketergantungan/ kebutuhan air sungai.

Analisis Data
Pengamatan karakteristik fisik sungai dan pola drainase yang ada dilakukan dengan
cara analisis Peta Topografi yang dipadukan dengan hasil observasi di lapangan.

Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran debit air sesaat sungai terdekat
dengan Metoda Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka SK SNI M-17-1989-F
Departemen Pekerjaan Umum untuk data primer. Selain itu debit air didapat dari data
sekunder. Tujuan pengukuran debit sesaat ini adalah untuk mendapatkan gambaran
debit air saat studi. Pengukuran debit dilakukan dengan cara mengukur kecepatan
aliran dengan peKabupaten Belu . Debit dihitung dengan rumus :
Q = Σ (A x V)
Dimana :
Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)
V = Kecepatan rata-rata pada tiap bagian penampang basah (m/det)
Kecepatan aliran dihitung dengan rumus :

Usulan Teknis hal i - 13


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

1 2/3 1/2
V= R S
n
Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/det)
R = Jari-hari hidrolik (meter)
S = Kemiringan (m/m)
n = Faktor kekasaran Manning

Pengukuran Debit Air Larian


Perkiraan kenaikan air larian yang disebabkan oleh pendirian suatu bangunan di lahan
tertentu dapat dihitung dengan rumus rasional mulvaney (seyhan, 1990, hlm 238),
yaitu:
Q = 0,2777 (Cr – Cp) x I x A

Dimana :
Q = Kenaikan air larian maksimum (m3/hari-hujan)
Cr = Koefisien air larian rata-rata sesudah dibangun
Cp = Koefisien air larian sebelum dibangun
I = Intensitas curah hujan maksimum rata-rata (m/hari-hujan)
A = Luas daerah pengaliran (m2)

Harga Cr adalah :
Cr = (C1a + C2b + C3c + …) / (a + b + c + …)

Dimana :
C1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan Dan seterusnya
Nilai koefisien air larian pada rumus rasional (Chow,1964: Gray, 1973).

Lokasi
Lokasi pengamatan dan pengukuran yaitu pada sungai yang ada di lokasi dan sekitar
lokasi kegiatan sebagai badan air penerima dari kegiatan yang termasuk ke dalam
wilayah studi.

Kuantitas Air Tanah

Usulan Teknis hal i - 14


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Pengumpulan Data
Data hidrogeologi yang dibutuhkan dalam studi ini berasal dari data sekunder hasil
pengukuran dalam studi-studi terdahulu yang telah terkumpul pada pihak pemrakarsa
dan atau hasil-hasil studi yang pernah dilakukan oleh Direktorat Geologi dan Tata
Lingkungan di Kabupaten Banggai yang dipadukan dengan hasil observasi di lapangan.

Analisis Data
Data yang diperoleh dituangkan pada peta tematik, dianalisis dan ditampilkan
(overlay), untuk mendapatkan analisis secara akurat dan cukup lengkap.

Lokasi
Lokasi pengambilan data sekunder di Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan di
Bandung berupa peta hidrogeologi yang sebarannya yang tersingkap pada tapak
proyek dan sekitarnya yaitu pada lokasi dan sekitarnya yang termasuk ke dalam
wilayah studi.

Kualitas Air Tanah


Pengumpulan Data
Tinjauan terhadap aspek kualitas air tanah dilakukan dengan cara pengambilan
sample secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis dilaboratorium yang
meliputi, parameter fisik, kimia dan parameter bakteriorologis. Pengamatan kondisi
air tanah dilakukan terhadap sumur gali atau sumur bor dangkal. Data diperoleh dari
hasil survey lapangan, informasi penduduk dan data sekunder. Informasi penduduk
dari beberapa orang dibandingkan dengan data sekunder. Pengambilan sampel air
tanah dilakukan pada sumur penduduk di pemukiman penduduk terdekat dengan
proyek sebanyak 3 (tiga) lokasi sampel.

Analisis Data
Untuk mengetahui kondisi kualias air tanah, maka hasil analisis laboratorium sampel
air tanah dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Metode analisis kualitas air tanah dilakukan seperti pada Tabel 5.2.

Usulan Teknis hal i - 15


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Tabel 5.2. Metode Analisis Kualitas Air Tanah


Baku Metode/Peralatan Metode
No Parameter Satuan
Mutu Analisis Acuan
FISIKA
Tidak Organoleptik
1 Bau - Organoleptik
Berbau
15 Kolorimetrik MP-F.A-
2 Warna TCU
Kekeruhan
1.500 Gravimetri SNI 06-
3 Residu terlarut (TDS) mg/L
2413-1991
25 Nephelometrik SNI 06-
4 Kekeruhan NTU
2413-1991
5 Suhu 0C 0oC Termometer Organoleptik
SNI 06-
KIMIA
2413-1991
0,001 Spektofotometer,
1 Air Rakasa mg/L
Serapan Atom
Spektrofotometrik, SNI 06-
2 Amoniak (NH3-N) mg/L Nessler 6989.4-
2004
0,05 Spektofotometer, SM 4500 - F
3 Arsen (As) mg/L
Serapan Atom D
1 Spektofotometer,
4 Besi (Fe) mg/L SM 3111-C
Serapan Atom
1,5 Spektofotometer, SNI 06-
5 Fluorida (F) mg/L Serapan Atom 6989.12-
2004
0,05 Spektofotometer, SNI 06-
6 Kadmium (Cd) mg/L Serapan Atom 6989.19-
2004
500 Titrimetrik, EDTA SM 3500 -
7 Kesadahan (CaCO3) mg/L
Cr B
600 Titrimetrik, SM 3500 -
8 Klorida (Cl-) mg/L
Hg(NO3) 2 Mn D
0,05 Spektofotometer, SM 3500 -
9
Kromium (Cr6+) mg/L Serapan Atom Hg C
0.5 Spektofotometer, SM 4500 -
10 Mangan (Mn) mg/L
Serapan Atom NO3E
11 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 Spektrofotometrik, SNI 06-

Usulan Teknis hal i - 16


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Baku Metode/Peralatan Metode


No Parameter Satuan
Mutu Analisis Acuan
Brusin 6989.9-
2004
1 Spektrofotometrik, SNI 06-
12 Nitrit (NO2-N) mg/L Sulfanilik 6989.11-
2004
6.5 - 9 Ph Meter Hach
13 pH - Methode
8194
0,01 Spektofotometer, SNI 06-
14 Selenium (Se) mg/L Serapan Atom 6989.43-
2005
15 Spektofotometer, SNI 06-
15 Serapan Atom 6989.20-
Seng (Zn) mg/L 2004
0,1 Iodometrik SNI 19-
16
Sianida (CN) mg/L 1504-1989
- Titrimetrik, SNI 06-
17 Hg(NO3) 2 6989.6-
Sisa Chlor mg/L 2004
400 Turbidimetrik,
18 SM 3111-C
Sulfat (SO4) mg/L BaCl2
MIKROBIOLOGI
jml/100 50 Multiple Tube
SM 9221 B
1 Coliform mL Method
jml/100 0 Multiple Tube
SM 9221 E
2 E. Coli mL Method
Keterangan : Baku mutu mengacu pada Peraturan Menkes No. 416/MENKES/PER/I/1990

Lokasi
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur penduduk terdekat dari lokasi
kegiatan sebagai rona awal sebelum ada kegiatan sebanyak 3 (tiga) lokasi sampel .

Kualitas Air Permukaan


Pengumpulan Data
Tinjauan terhadap aspek kualitas air permukaan dilakukan dengan cara pengambilan
sample secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis dilaboratorium yang

Usulan Teknis hal i - 17


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

meliputi, parameter fisik dan kimia. Lokasi pengambilan contoh air permukaan
dilakukan di sungai sebagai badan air yang ada di sekitar rencana lokasi kegiatan.

Penentuan lokasi pengambilan sample air ditetapkan dengan pertimbangan


representasi dari sungai didasarkan pada keberadaan lokasi sumber air permukaan
terdekat yang akan dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan dan operasional yang
merupakan badan air penerima terdekat.

Analisis Data
Analsisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian laboratorium
berdasarkan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air atau menurut peraturan
daerah setempat.

Tabel 5.3. Parameter dan Metode Analisis/Pengukuran Kualitas Air


Permukaan
Baku Metode Analisis
No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
FISIKA
1 Kekeruhan NTU 50 Nephelometrik MP-F.A-Kekeruhan
2 Residu terlarut (TDS) mg/L 1000 Gravimetri SNI 06-2413-1991
3 Suhu oC Deviasi 3 Termometer SNI 06-2413-1991
4 Residu tersuspensi (TSS) mg/L 50 Gravimetri SNI 06-2413-1991
KIMIA ANORGANIK
1 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L Spektrofotometrik, Nessler SNI 06-2479-1991
Spektofotometer, Serapan
2 Arsen (As) mg/L 0,05 SM 3500 - As
Atom
Spektofotometer, Serapan
3 Barium (Ba) mg/L 1 Hach Methode 8014
Atom
Spektofotometer, Serapan
4 Besi (Fe) mg/L 0,3 SNI 06-6989.4-2004
Atom
Spektofotometer, Serapan HACH Methode
5 Boron (B) mg/L 1
Atom 8015
Fluorida (F) Spektofotometer, Serapan
6 mg/L 0,5 SM 4500 - F D
Atom
Kadmium (Cd) Spektofotometer, Serapan
7 mg/L 0,01 SM 3111-C
Atom

Usulan Teknis hal i - 18


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Baku Metode Analisis


No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
SNI 06-6989.19-
8 Klorida (Cl-) mg/L - Titrimetrik, Hg(NO3) 2
2004
9 Klorin Bebas mg/L 0,02 Titrimetrik, Hg(NO3) 2 Hach Methode 8021
Spektofotometer, Serapan
10 Kobalt (Co)* mg/L 0,02 Hach Methode 8078
Atom
Spektofotometer, Serapan
11 Mangan (Mn) mg/L 0,01 SM 3500 - Mn D
Atom
12 Nikel (Ni)* mg/L Titrimetrik, K2Cr207 SNI 19-1419-1989
13 Nitrat (NO3 -, N) mg/L 0,05 Spektrofotometrik, Brusin SM 4500 - NO3E
Spektrofotometrik,
14 Nitrit (NO2 -, N) mg/L 0,06 SNI 06-6989.9-2004
Sulfanilik
SNI 06-6989.11-
15 Ph - 6-9 Ph Meter
2004
Spektofotometer, Serapan SNI 06-6989.43-
16 Seng (Zn) mg/L 0,05
Atom 2005
SNI 06-6989.20-
17 Sulfat (SO4-2) mg/L 400 Turbidimetrik, BaCl2
2004
18 Sulfida (H2S) mg/L Spektrofotometrik, SnCl2 SNI 19-1664-1989
19 Sianida (CN) mg/L 0,02 Iodometrik SNI 19-1504-1989
Spektofotometer, Serapan
20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 SNI 06-6989.6-2004
Atom
Spektofotometer, Serapan
21 Timbal (Pb)* mg/L 0,03 SM 3111-C
Atom
KIMIA ORGANIK
Iodometrik, Metode
1 BOD mg/L 2 SNI 06-2503-1991
Winkler
2 COD mg/L 10 Titrimetrik, K2Cr207 SNI 06-6989.2-2004
3 Detergen (MBAS) mg/L 6,32 Titrimetrik, EDTA SNI 06-2476-1991
5 Minyak & Lemak mg/L <1 Titrimetrik EDTA SNI 06-2502-1991
Iodometrik, Metode
6 Oksigen Terlarut mg/L 6 Potensiometri
Winkler
Keterangan : - PP. RI. No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
Pencemaran Air
- KepMenLH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan -
Pengambilan contoh air permukaan

Usulan Teknis hal i - 19


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

4. Ruang, Lahan, dan Tanah


a. Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya pada saat rencana usaha
atau kegiatan diajukan dan kemungkinan potensi pengembangannya dimasa
datang.
b. Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, rencana tata guna tanah,
dan sumber daya alam lainnya yang secara resmi atau belum resmi disusun oleh
pemerintah setempat baik ditingkat kabupaten, propinsi atau nasional di wilayah
rencana usaha atau kegiatan.
c. Kemungkinan adanya konflik atau pembatasan yang timbul antara rencana tata
guna tanah dan sumber daya alam lainnya yang sekarang berlaku dengan
adanya pemilikan/ penentuan lokasi bagi rencana usaha atau kegiatan.
d. Inventarisasi nilai estetika dan keindahan bentang alam serta daerah rekreasi
yang ada di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
e. Kajian mengenai ruang, lahan, dan tanah dilengkapi dengan analisis spasial
peta-peta yang terkait dengan kondisi ruang, lahan, dan tanah di wilayah
rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.
 Peta-peta yang mendukung analisis rona lingkungan awal menyajikan :
1. Ruang lingkup pada seluruh area yang terdampak akibat adanya rencana
usaha dan/atau kegiatan (contoh: DAS terdampak harus digambarkan dari
hulu hingga hilir).
2. Penggambaran sesuai dengan kaidah kartografis.
3. Pencetakan pada kertas minimal A3.
4. Apabila skala peta telalu kecil atau tampilan rumit pada wilayah rencana
usaha dan/atau kegiatan, maka dapat dibuat indeks petanya dengan skala
yang lebih besar.

Pengumpulan Data
Dalam studi Ruang dan Lahan, hasil pengamatan lapangan dibandingkan dengan
informasi yang diperoleh dari interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/
Kabupaten, penggunaan lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan jaringan
prasarana transportasi, untuk dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan
pemanfaatan ruang dan lahan.

Anaisis Data
Dalam studi ruang dan lahan, hasil pengamatan lapangan dibandingkan dengan
informasi yang diperoleh dari interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/
Kabupaten, penggunaan lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan jaringan

Usulan Teknis hal i - 20


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

prasarana transportasi, untuk dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan


pemanfaatan ruang dan lahan.

Lokasi
Pengambilan data dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan sesuai batas proyek,
batas ekologis, batas sosial, dan batas administrasi.

B. KUALITAS AIR
1. Umum
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan bidang pengairan, telah disusun standar-
standar dalam baku mutu sesuai dengan ketentuan-ketentuan dewan standardisasi
nasional (DSN) yang terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
- Tata cara pelaksanaan pekerjaan
- Spesifikasi
- Metode Pengujian
- Parameter Kualitas Air Sesuai Keperutukannya
Untuk mendapatkan sampel air yang baik dan refresentatif diperlukan beberapa
persyaratan antara lain :
- Pemilihan lokasi yang tepat
- metode pengawetan sampel yang tepat
- metode pengambilan sampel yang memenuhi syarat

Besarnya kadar unsur-unsur yang dianalisis dari suatu sampel yang diambil
seharusnya sama dengan kadar unsur-unsur tersebut didalam sumber air pada
waktu sampling, keadaan itu dapat dicapai apabila persyaratan tersebut diatas
dipenuhi. Sistem pengambilan sampel air memegang peranan sangat penting
dalam pemantauan kualitas air. Ketelitian pengujian dan ketepatan sistem
pengambilan sampel air akan mempengaruhi data hasil pengujian. Bila terdapat
kesalahan dalam pengambilan sampel air, maka sampel yang diambil tidak
representative sehingga ketelitian dan teknik peralatan yang baik akan terbuang
percuma. Selain itu dikhawatirkan kesimpulan yang diambil juga akan salah.

2. Perencanaan Lokasi Pengambilan Sampel


a. Pertimbangan Kegunaan Data
Hal yang penting dalam perencanaan sistem pemantauan kualitas air adalah
pengumpulan data mengenai keadaan lingkungan daerah pengaliran sungai serta
karakteristik dan pemanfaatan sumber air. Dalam penentuan lokasi sampling, perlu
diketahui kegunaan data kualitas air yang akan dipantau. Kegunaan data dapat

Usulan Teknis hal i - 21


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

terbagi dalam dua tujuan yaitu meliputi perencanaan dan penelitian, serta
pengawasan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Perencanaan dan Penelitian


Data kualitas air yang dapat digunakan untuk perencanaan dan penelitian diperoleh
dari lokasi pengambilan sampel yang sesuai dengan tujuan pengembangan dan
penelitian tersebut yang antara lain meliputi :
- Sumber informasi mengenai potensi kualitas air yang tersedia untuk keperluan
pengembangan sumber daya air pada saat ini dan masa yang akan datang.
- Penyelidikan dan pengkajian pengaruh lingkungan terhadap kualitas air dan
pencemaran air.

Pengawasan Kualitas Air


Dalam penentuan lokasi untuk tujuan pengawasan kualitas air perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Perlindungan terhadap pemakai air.
- Pengawasan terjadinya kasus pencemaran di suatu daerah tertentu.
- Perlindungan beban pencemaran yang dibuang melalui sungai ke laut.

b. Pertimbangan Pemanfaatan Sumber Air


Pemilihan lokasi sampel banyak dipengaruhi oleh bermacam-macam kepentingan
pemanfaatan sumber air tersebut. Pemanfaatan sumber air dihilir sungai lebih
besar resiko pencemarannya dibandingkan dengan pemanfaatan yang sama di
lokasi hulu, sehingga diperlukan pengawasan kualitas air yang lebih intensif dilokasi
tersebut. Demikian pula halnya air tanah yang berlokasi dekat dengan industri.
Selain itu pemanfaatan sumber air sebagai sarana transportasi bahan kimia untuk
pertanian ataupun pengawet kayu mempunyai resiko pencemaran yang lebih besar
daripada sumber air yang tidak digunakan sebagai alat transportasi sehingga
diperlukan pemantauan kualitas air.

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Penentuan lokasi pengambilan sampel air pada air permukaan yang berasal dari
daerah pengaliran sungai dan danau/waduk yang dimanfaatkan secara luas dan
mempunyai potensi pencemaran yang tinggi. Lokasi pengambilan sampel pada
suatu DPS, danau/waduk perlu ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
diketahui kualitas air secara alamiah dan perubahan kualitas air yang diakibatkan
oleh kegiatan manusia.

Usulan Teknis hal i - 22


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

 Lokasi pengambilan sampel air dilakukan pada 5 (lima) lokasi harus mewakili
area-area sebagai berikut :
1. Sumber air alamiah, yaitu lokasi dihulu sungai yang belum mengalami
perubahan oleh kegiatan manusia.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau tercemar, atau setelah melalui suatu daerah pemukiman,
industri, pertanian, dan kegiatan Pekerjaan.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, untuk perlindungan terhadap pemakai
sumber air diperlukan pula lokasi pengukuran pada setiap pemanfaatan
sumber air antara lain sumber air minum, industri, irigasi, perikanan, rekreasi
dan lain-lain.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan
setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.

d. Prosedur Pengambilan Sampel Air


Prosedur pengambilan sampel air pada lokasi kegiatan mengikuti Prosedur dan
Instruksi Kerja Pengambilan Contoh Uji dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air
Nomor QA/HDR/05/2009 yang dikeluarkan oleh Kementerian PU Direktorat Jenderal
SDA.

3. Parameter Uji
Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, menetapkan kriteria mutu air yang terbagi atas
empat (4) klasifikasi mutu air sebagai berikut:
a. Kelas Satu (I): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku, air
minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas Dua (II): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mepersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas Tiga (III): Air yang peruntukan dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas Empat (IV): Air yang peruntukan dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan yang lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

Usulan Teknis hal i - 23


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

 Pengujian sampel air diuji pada parameter-parameter yang disesuaikan dengan


kelas mutu air berdasarkan usaha dan/atau kegiatan terkait.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan
setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Baku mutu air mengacu pada Perda Kaltim Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

C. KUALITAS UDARA DAN TINGKAT KEBISINGAN


Data kualitas udara dan kebisingan merupaka data primer, sehingga pengumpulan
datanya dilakukan dengan cara pengukuran langsung dilapangan, kemudian diolah
dan dianalisis dilaboratorium. Parameter yang diukur di lokasi usaha dan/atau
kegiatan meliputi SO2, CO, NOx, Ox, Debu, Pb, H2S, NH3, HC. Pengambilan sampel
kualitas udara dan tingkat kebisingan dilakukan di 5 (lima) lokasi yang harus mewakili
area-area sebagai berikut, yaitu :
a. Daerah alami, yaitu lokasi sebelum/diluar yang belum mengalami perubahan oleh
kegiatan manusia.
b. Lokasi kegiatan konstruksi, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami rencana
usaha dan/atau kegiatan.
c. Lokasi pemukiman penduduk.
 Parameter lainnya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu dan berhubungan
langsung dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan penyebaran yang
merata di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap
sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Baku mutu udara mengacu pada PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

D. KUALITAS TANAH
Aspek-aspek yang dipelajari dalam hubungannya dengan komponen tanah meliputi
sifat, kimia tanah, tingkat bahaya erosi dan sedimentasi. Sifat fisik tanah yang
dianalisi adalah tekstur tanah, struktur tanah, porositas, warna tanah, permeabilitas,
konsistensi. Sedangkan sifat kimia tanah yang dianalisis adalah reaksi tanah (pH),
kapasitas tukar kation, bahan organic, tanah, kejenuhan basa, nitrogen, fosfor,
kalium, C/N Ratio, basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K, dan Na), kejenuhan
alumunium (Al), pirit, status kesuburan tanah, erosi tanah. Parameter lainya dapat

Usulan Teknis hal i - 24


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

ditambahkan apabila dianggap perlu dan berhubungan langsung dengan jenis kegiatan
terkait.
 Pengambilan sampel tanah sebanyak 5 titik pada lokasi yang harus mewakili area-
area kegiatan kontruksi.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

E. BIOLOGI
1. Flora
a. Peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami yang meliputi tipe vegetasi, sifat-
sifat dan kerawanan berada dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
b. Uraian tentang jenis-jenis vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undang-
undang yang berada dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
c. Uraian tentang keunikan dari vegetasi dan ekosistemnya yang berada pada
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data aspek biologi (hayati) dilakukan dengan cara sampling yang
didasarkan pada beberapa komunitas sesuai dengan tipe habitatnya. Inventarisasi
vegetasi dan satwa liar dilakukan pada komunitas binaan (daerah pertanian),
sedangkan pencacahan dilakukan pada komunitas alami (hutan sekunder) pada dua
garis transek sepanjang 1000 m. Parameter dan metode pengumpulan data biologi
selengkapnya disajikan pada Tabel 5.4.

Pengumpulan data flora (vegetasi) dilakukan melalui inventarisasi tanaman dilapangan


baik secara langsung, wawancara, data dari instansi terkait maupun dengan metode
jelajah. Pengambilan contoh vegetasi dilakukan pada lokasi di sekitar tapak proyek.
Pengambilan contoh vegetasi dilakukan pada 3 petak contoh transek yang memotong
tegak lurus kontur dengan jarak antar transek adalah 100 meter.

Tabel 5.4. Parameter dan Metode Pengumpulan Data Biologi (Flora dan
Fauna)
No. Pedoman Pengumpulan Data Primer Data Sekunder
Data Komponen Teknik Lokasi
Lingkungan
I. Flora terrestrial
1.1 Alam Inventarisasi Di dalam dan Dinas Pertanian
a. Komposisi jenis atau di luar
b. Kerapatan proyek

Usulan Teknis hal i - 25


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

No. Pedoman Pengumpulan Data Primer Data Sekunder


Data Komponen Teknik Lokasi
Lingkungan
(wilayah studi)
1.2 Kawasan Budidaya Inventarisasi Dinas Pertanian
(kebun/tegal/ pekarangan)
a. Komposisi jenis
b. Kerapatan

Fauna Daratan
II. 1. Pola migrasi Inventarisasi Di dalam dan 1. Balai Sumber
2. Jenis langka dengan metoda atau di luar Daya Alam
random proyek 2. Penduduk
Biota Perairan (wilayah studi)
setempat
III Ikan
A. Benthos dan Plankton
B. 1. Kompoisis Jenis Di dalam dan
2. Kepadatan atau di luar
3. Jenis langka dilindungi proyek
4. Habitat (wilayah studi)

Analisis Data
Analisis jenis flora (vegetasi) dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis
tanaman baik yang bersifat ekonomis, langka maupun yang dilindungi undang-
undang di Indonesia. Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi dengan
metode garis berpetak adalah Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974: Cox, 1973;
Mechael, 1983; Soeranegara dan Indrawan, 1983, dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah individu suatu jenis


Kerapatan (batang/ha) = Luas seluruh plot

Kerapatan suatu jenis x 100%


Kerapatan Nisbi (%) = Kerapatan seluruh jenis

Basal area suatu jenis


Dominasi (m²/ha) = Luas seluruh jenis

Dominasi suatu jenis x 100%


Dominsi Nisbi (%) = Dominasi seluruh jenis

Usulan Teknis hal i - 26


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Jumlah peta terisi suatu jenis


Frekuensi = Jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu jenis x 100%


Frekuensi Nisbi (%) = Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = KN + FN + DON

Dimana :
KN = Kerapatan Nisbi.
FN = Frekuensi Nisbi.
DON = Dominasi Nisbi.

Khusus untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan formula :
Indeks Nilai Penting = KN + FN

Dimana :
KN = Kerapatan,
FN = Frekuensi Nisbi.

Lokasi
Lokasi pengamatan flora darat dilakukan pada beberapa titik pengamatan yang
termasuk ke dalam wilayah studi dan sekitarnya.

2. Fauna
a. Taksiran kelimpahan dan keragaman fauna, habitat, penyebaran, pola migrasi,
populasi hewan budidaya (ternak) serta satwa dan habitatnya yang dilindungi
undang-undang dalam wilayah rencana usaha atau kegiatan.
b. Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrata yang dianggap
penting karena memiliki peranan dan potensi sebagai bahan makanan, atau
sumber hama dan penyakit.
c. Perikehidupan hewan penting diatas, termasuk cara perkembangbiakan, siklus
dan neraca hidupnya, cara pemijahan, cara bertelur dan beranak, cara
memelihara anaknya, perilaku dalam daerah dan teritorialnya.
 Vegetasi, parameter yang diamati di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
adalah jenis dan keanekaragaman, kerapatan, dominasi, dan frekuensi.
 Fauna darat, parameter yang diamati jenis dan keanekaragaman, jenis satwa
liar, langka, dan atau dilindungi.

Usulan Teknis hal i - 27


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan penyebaran yang


merata di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan
setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.

Pengambilan Sampel Air Untuk Pengujian Parameter Biota Perairan (Plankton,


Benthos, Nekton)
Parameter biota perairan merupakan parameter yang penting dalam penentuan
kualitas air, karena kualitas air berdampak langsung terhadap kehidupan organisme
akuatik. Adanya
perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh limbah maka akan mengubah komposisi
organisme akuatik. Lokasi pengambilan sampel parameter biologi sebaiknya tidak jauh
dari lokasi pengambilan sampel air untuk pemeriksaan fisik dan kimia agar korelasinya
mudah didapatkan.

Pemilihan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan kondisi


perairan (sungai dan danau) Di sungai, lokasi pengambilan sampel dipilih sebelum dan
sesudah titik masukan limbah. Bila memungkinkan pengambilan sampel dilakukan
dikedua sisi sungai, karena di sungai-sungai yang lebar tidak terjadi pengadukan air
sungai secara lateral. Sedangkan sungai yang tidak terlalu besar, dimana
pengadukannya cukup merata, pengukuran populasi biota perairan dilakukan dengan
pengambilan sampel secara periodek pada tengah-tengah sungai dengan kedalaman
0,5 sampai 1 meter dari permukaan air.
 Biota perairan yang diamati jenis dan keanekaragaman plankton, benthos, nekton.
Kelimpahan plankton, benthos, kelimpahan nekton.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan penyebaran yang
merata di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi dan setiap
sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

F. KOMPONEN SOSIAL
Pengamatan terhadap aspek social, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat
dilakukan dalam wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan yang berada dalam tapak
Pekerjaan atau disekitarnya. Adapun data komponen sosial yang diambil dalam studi
bersumber dari data primer dan data sekunder. Komponen sosial yang penting untuk
ditelaah diantaranya :

Usulan Teknis hal i - 28


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

1. Demografi
a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian,
pendidikan, dan agama.
b. Tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk.
c. Angkatan kerja produktif
d. Tingkat kelahiran
e. Tingkat kematian kasar
f. Tingkat kematian bayi
g. Pola perkembangan penduduk

2. Ekonomi
a. Kesempatan, kerja dan berusaha
b. Pola pemilikan dan penguasaan sumberdaya alam
c. Tingkat pendapatan penduduk
d. Prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar, pelabuhan, perbankan, pusat
pertokoan)
e. Pola pemenfaatan sumberdaya alam.

3. Budaya
a. Kepemilikan tanah (tanah pribadi, tanah adat,
b. Pranata sosial atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dikalangan
masyarakat.
c. Adat istiadat dan pola kebiasaan yang berlaku
d. Proses sosial (kerjasama, akomodasi, konflik) dikalangan masyarakat.
e. Akulturasi, asimilasi, dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
f. Kelompok-kelompok dan organisasi sosial
g. Pelapisan sosial dikalangan masyarakat
h. Perubahan sosial yang tengah berlangsung dikalangan masyarakat.
i. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.

4. Kesehatan Masyarakat
a. Insidensi dan prevelensi penyakit yang terkait dengan rencana usaha atau
kegiatan.
b. Sanitasi lingkungan, khususnya ketersediaan air bersih (cakupan pelayanannya).
c. Status gizi dan kecukupan pangan.
d. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
e. Cakupan pelayanan tenaga dokter dan paramedik.

Usulan Teknis hal i - 29


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Wawancara dan pengamatan komponen sosial di lokasi kegiatan dilakukan


penyebaran kuisioner yang merata ke seluruh lokasi tersebut. Penyebaran kuisioner
dilakukan pencatatan titik koordinat.

3.3 Prakiraan Dampak Penting


Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka sasaran
prakiraan dampak penting adalah sebagai berikut :
a. Memperkirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan
pada ”kondisi tanpa proyek (Rona Awal)” dan pada ”kondisi setelah ada proyek
(Rona Proyek )”
b. Memberikan indikasi tentang arti pentingnya perubahan tersebut dengan mengacu
kriteria penentuan dampak penting sebagaimana tertera dalam Undang – Undang
Republik Indonesia No. 32 tahun 2009. Kriteria mengenai dampak penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
5. Sifat kumulatif dampak;
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.
Memberi interprestasi terhadap prakiraan dampak dengan skala penilaian Sifat
pentingnya dampak baik positif maupun negatif yaitu:
Pentingnya dampak (± TP = Tidak penting, ± P = Penting)
Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun
tidak langsung.

Sasaran Prakiraan Dampak Penting


Prakiraan dampak merupakan salah satu kegiatan dalam studi AMDAL yang bertujuan
untuk menduga besarnya perubahan kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh
kegiatan yang akan dilaksanakan. Besarnya perubahan kualitas lingkungan tersebut
merupakan selisih antara kualitas lingkungan sebelum adanya kegiatan dan kualitas
lingkungan setelah adanya kegiatan.
Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka sasaran
prakiraan dampak penting adalah :

a. Memprakirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan


pada "kondisi tanpa proyek (Rona Awal)" dan pada kondisi setelah ada proyek
(Rona Proyek)"

Usulan Teknis hal i - 30


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Secara sistematis besarnya perubahan terhadap lingkungan dapat digambarkan


sebagai berikut:
Dn = (Kkktn - Kto) - (Ktn - Kto)
= Kktn - Ktn
Dimana :
Dn = besarnya perubahan kualitas lingkungan setelah n tahun
Ktn = kualitas lingkungan pada saat tn
Kktn = kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan pembangunan pada waktu tn
Kto = kualitas lingkungan awal
n = kurun waktu n tertentu.
b. Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun
tidak langsung, yaitu :
 Kegiatan yang berdampak langsung terhadap komponen sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang
selanjutnya pada komponen biologi dan akhirnya pada komponen sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang
selanjutnya pada komponen sosial
 Kegiatan yang dampaknya berantai diantara komponen sosial itu sendiri
 Kegiatan-kegiatan tersebut yang berdampak balik pada rencana kegiatan.
Besarnya perubahan lingkungan yang dianalisis mencakup keseluruhan komponen
lingkungan yaitu komponen geofisika-kimia, biologi dan sosial, ekonomi serta budaya.
Hubungan antara komponen lingkungan dan kegiatan pembangunan perlu dianalisis
secara mendalam. Pendekatan yang akan dipakai untuk menganalisis hubungan
tersebut adalah dengan pendekatan :
a. Metode formal dilakukan dengan model matematik. Berikut ini metode-metode
formal yang digunakan dalam prakiraan dampak penting :

Tabel 5.5. Metode Formal Yang Digunakan Dalam Prakiraan Dampak Penting
Komponen
No Metode Formal
Lingkungan

1 Penurunan Transportasi
kualitas udara

  H 2 
C  x, z  
2QL
Exp0,5  
2 
0,5
z   z  

dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient
(atmosfer), /m3

Usulan Teknis hal i - 31


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Komponen
No Metode Formal
Lingkungan

X = jarak antara jalan dengan receptor, m


Z = tinggi receptor di atas permukaan tanah,m
Q = emission rate per unit jarak, /s.m
µ = koefisien 3,14
u = rata-rata kecepatan Angin pada sumbu x,
m/dt
H = tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
δz = koefisien Disperse vertical Gaussian, m
Sumber : Peavy et al, 1985. De Nevers, 1995. Kiely, 1998. La
Grega et al, 2001.
2 Peningkatan
Intensitas Sumber titik/diam yang bersumber dari genset:
kebisingan

LP2 = LP1 – 20 x Log (r2/r1)

Sumber garis/bergerak yang bersumber dari kegiatan


transportasi :
LP2 = LP1 – 10 x Log (r2/r1)

Dimana :
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA)
R1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber
kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan kebisingan 2
Sumber : Davis 2 Cornwell, 1998.
3. Perubahan Rumus :
kuantitas air Q = Σ (a x v)
permukaan

Q = Debit (m3/dt) rata-rata


v = kecepatan aliran rata-rata luas bagian penampang
basah (m/dt)
a = luas penampang basah (m2)

Sumber : SK SNI M-17-1989-F

Usulan Teknis hal i - 32


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Komponen
No Metode Formal
Lingkungan

4. Perubahan debit
Air Larian Q = (Cp-Ca) x I x A
dimana :
Q = perubahan tata guna lahan (m3/hari
hujan)
Cp = koefisien air larian
Ca = koefisien air larian rona awal
I = Intensitas curah hujan (m/hari hujan)
A = luas daerah (m2)

Sumber : Seyhan, 1990 hlm 238.

b. Metode non formal (professional judgement)


Professional judgement yang merupakan pendugaan dampak oleh tenaga ahli
berdasarkan pengalaman dan ilmu yang dimiliki yang dikaitkan dengan
fenomena di lapangan. Cara ini dipergunakan apabila keterbatasan-
keterbatasan dalam hal data dan informasi serta kurang diketahuinya
fenomena alam yang diperkirakan terjadi. Metode non formal yang digunakan
dalam prakiraan dampak penting, yaitu :
 Kesempatan Kerja
 Kesempatan berusaha
 Kesehatan Masyarakat
 Keamanan dan Ketertiban
a. Pendekatan secara analogi merupakan prakiraan dampak dengan mencari
persamaan pola dengan kasus-kasus serupa yang telah ada.

Metode Evaluasi Dampak Penting


Setelah tahap identifikasi dan prakiraan dampak selesai dilakukan, tim penyusun
AMDAL akan mengevaluasi terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan
menggunakan metode bagan alir (flow chart) dan matrik sederhana sebagai berikut :
a. Penelusuran hubungan kausatif antara komponen kegiatan dengan komponen
lingkungan yang diduga akan terkena dampak.
b. Menggambarkan dengan jelas karakteristik dampak lingkungan yang akan
terkena dampak.
c. Kesenjangan perubahan lingkungan yang diinginkan dan perubahan lingkungan
yang mungkin akan terjadi.

Usulan Teknis hal i - 33


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

d. Luas persebaran masing-masing dampak, baik di dalam wilayah kajian maupun


di luar wilayah kajian.
e. Memilih alternatif pendekatan dalam rangka pengendalian dampak lingkungan
baik yang positif maupun negatif, terutama dari aspek pendekatan teknologi,
ekonomi dan institusi.
f. Berdasarkan penapisan dampak penting pada prakiraan dampak, maka
diperoleh resume dampak penting yang harus dikelola. Dalam evaluasi secara
holistik, maka dampak yang dikategorikan bersumber dari kegiatan yang sama
diulas dan dievaluasi secara bersama-sama yang disajikan dalam bentuk uraian
dan bagan alir dan matrik sederhana.

Perumusan Arah Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)


Pada hakekatnya perumusan lingkungan hidup yang dilakukan ini memiliki fungsi
paling penting dalam proses penyusunan Dokumen AMDAL, karena didalamnya
memuat berbagai upaya penanganan dampak penting serta pemantauan terhadap
tingkat keberhasilannya.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan dokumen yang memuat


pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip, pedoman atau upaya untuk mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak penting terhadap lingkungan yang
bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari
suatu rencana usaha atau kegiatan. Di dalam rumusan RKL tersebut secara implisit
telah memilih pendekatan yang tepat untuk pengelolaan dampak penting tertentu.
Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan mencakup kelompok
aktivitas:
a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah
dampak negatif terhadap lingkungan.
b. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimalisasi,
atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul di saat kegiatan beroperasi,
maupun hingga saat kegiatan berakhir.
c. Pengelolaan yang bersifat meningkatkan dampak positif, sehingga dampak
tersebut dapat memberikan manfaat lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun
pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut.
d. Pengelolaan lingkungan yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi
lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak
dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis)
sebagai akibat kegiatan.

Usulan Teknis hal i - 34


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Untuk maksud pengelolaan lingkungan tersebut di atas, maka pengelolaan lingkungan


yang akan dilakukan dengan pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi
budaya dan pendekatan institusional, baik secara bersama-sama ataupun terpisah.
a. Pendekatan teknologi merupakan tata cara atau usaha-usaha yang secara teknis
dapat dilaksanakan untuk menanggulangi, meminimalkan atau mencegah dampak
negatif yang timbul. Selain itu juga untuk mengembangkan dampak positif dari
kegiatan.
b. Pendekatan sosial ekonomi budaya merupakan usaha yang melibatkan
Pemerintah Daerah dan instansi-instansi terkait dalam menangani dampak penting
yang ditimbulkan oleh kegiatan. Dengan pendekatan ini pemrakarsa atau
pengelola kegiatan dapat melakukan penanganan dampak kegiatan secara wajar
dan secara ekonomis tidak terlalu membebani.
c. Pendekatan institusional merupakan usaha koordinasi dan kerjasama dengan
berbagai instansi yan terkait dalam penanganan dampak dari kegiatan, sehingga
penanganan dampak dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) disusun berdasarkan jenis kegiatan


yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. Rumusan tersebut
mencakup sumber dampak, tolok ukur dampak, tujuan pengelolaan lingkungan, upaya
pengelolaan lingkungan, lokasi dan periode pengelolaan lingkungan, serta instansi
pengelolaan lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun penerima laporan
pengelolaan.

Sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bersifat konsisten dan mempunyai


keterkaitan langsung dengan hal-hal yang dikemukakan dalam laporan ANDAL dan
RKL, baik lingkup kegiatan maupun kedalamannya. Kegiatan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena yang
terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami
”perilaku” dampak yang timbul akibat kegiatan).

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) disusun untuk memantau


pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan dan untuk memantau seberapa jauh
tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan akibat terkena dampak penting dari
kegiatan, khususnya dampak negatif.

Sebagaimana perumusan RKL, perumusan RPL juga disusun berdasarkan jenis


kegiatan yang menimbulkan dampak penting. Dengan demikian rumusan RPL tersebut
secara keseluruhan mencakup parameter lingkungan yang dipantau, tujuan

Usulan Teknis hal i - 35


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

pemantauan, metode dan cara pemantauan, lokasi, waktu dan frekuensi pemantauan,
serta instansi pemantauan lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun
penerima laporan pemantauan lingkungan.

Dokumen RKL diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan


lingkungan rencana pembangunan terminal bandara guna meminimalkan dampak
negatif penting dan mengembangkan dampak positif penting yang diperkirakan akan
timbul, sehingga rencana kegiatan tersebut dapat berkelanjutan/ sustainable.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dalam suatu dokumen RKL akan memuat
informasi dan ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan yang meliputi:
a. Jenis kegiatan yang menjadi sumber dampak penting.
b. Komponen lingkungan yang terkena dampak
c. Tolok ukur dampak
d. Tujuan pengelolaan lingkungan
e. Beberapa altematif penanggulangan dan pencegahan dampak negatif serta
pengembagan dampak positif
f. Lokasi pengelolaan lingkungan
g. Periode pengelolaan lingkungan
h. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi dan
menerima pelaporan dari pengelolaan lingkungan tersebut.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ditulis dalam bentuk uraian dan ikhtisarnya
akan dimuat dalam matrik RKL dan disertai penjelasan singkat sehingga pelaksana
RKL dapat melaksanakannya secara mudah.

Perumusan Arah Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)


Sebagai tindak lanjut pelaksanaan pengelolaan lingkungan, akan disusun Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) yang dituangkan dalam dokumen terpisah.
Tujuan utama dari penyusunan dokumen RPL adalah sebagai pedoman untuk
pelaksanaan pemantauan lingkungan, sehingga dapat dijamin bahwa rencana
pengelolaan dampak lingkungan yang tertuang dalam dokumen RKL dapat terlaksana
secara efektif sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Namun demikian, apabila
dalam pelaksanaannya terdeteksi perubahan-perubahan terhadap komponen/
parameter lingkungan tertentu yang tidak terduga sebelumnya, maka dapat segera
terdeteksi untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya-upaya
pengelolaan lingkungan yang direncanakan pada tahap-tahap kegiatan selanjutnya.

Usulan Teknis hal i - 36


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN STRATEGIS TERPADU
OBSERVATORIUM TAHURA WAN ABDUL RAHMAN

Dalam dokumen RPL berisikan informasi dan ketentuan mengenai pemantauan


lingkungan. Seperti halnya pada dokumen RKL, maka dalam dokumen RPL akan terdiri
dari uraian yang ikhtisarnya akan dikemas dalam bentuk matrik RPL yang
menjelaskan secara sistematis langkah-langkah pelaksanaan RPL yang direncanakan,
yang meliputi :
a. Jenis dan sumber dampak yang dipantau;
b. Parameter lingkungan yang dipantau,
c. Tujuan pemantauan lingkungan,
d. Lokasi pemantauan lingkungan,
e. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan,
f. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi dan
menerima pelaporan dari hasil kegiatan pemantauan tersebut.

5.3. PROGRAM KERJA


Program Kerja yang disusun ini merupakan penjabaran secara rinci dan lebih konkret
terhadap lingkup kerja konsultan dalam pelaksanaan di lapangan. Secara garis besar
program pelaksanaan pekerjaan ini mengacu pada pendekatan dan metodologi yang
telah dipaparkan sebelumnya. Program Kerja ini bersifat tentatif, tidak menutup
kemungkinan adanya penyesuaian atau perubahan untuk menyesuaikan dengan
kondisi aktual yang ditemui selama pelaksanaan pekerjaan. Program kerja yang lebih
mendetail akan diajukan konsultan setelah terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK), dimana pada saat itu konsultan sudah mendapatkan data-data awal yang
lebih lengkap, sehingga dapat disusun rencana kerja yang lebih terperinci.

Pekerjaan ini adalah merupakan kegiatan yang terpadu. Terpadu di sini berarti bahwa
diperlukan tinjauan yang integral dari berbagai disiplin ilmu yang saling mendukung
dan melengkapi. Sedangkan, terkait dimaksudkan hasil proses pada suatu tahap akan
sangat mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya. Untuk maksud tersebut di
atas diperlukan suatu program kerja yang baik untuk dapat memperoleh hasil yang
baik pula.

Usulan Teknis hal i - 37

Anda mungkin juga menyukai