06 009 PDF
06 009 PDF
ABSTRAK
1. LATAR BELAKANG
Di jaman yang serba modern ini, semakin banyak pembangunan gedung-gedung bertingkat
terutama di kota-kota besar. Pembangunan gedung-gedung tersebut tidak hanya untuk pengembangan bisnis
dan perkantoran juga untuk apartemen yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara.
Untuk mengimbangi pesatnya pembangunan gedung-gedung tersebut, maka diperlukan alat-alat dan
teknologi yang modern sesuai dengan kebutuhan.
Seperti halnya pembangunan gedung–gedung yang mempunyai basement, pembangunan
konstruksi dinding sungai, kelautan, dan konstruksi lainnya. Tipe pembangunan tersebut tergantung dari
kondisi tanah setempat sehingga diperlukan konstruksi penahan tanah yang berfungsi mencegah terjadinya
keruntuhan atau kelongsoran.
Sebagai contoh, perkembangan pembangunan gedung bertingkat semakin banyak seiring dengan
pesatnya pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Ibukota Jakarta. Dengan
pertumbuhan penduduk yang pesat juga akan menyebabkan kebutuhan lahan tanah semakin meningkat.
Sedangkan lahan yang tersedia terbatas sehingga harga tanah menjadi semakin mahal. Oleh karena itu
dibutuhkan dinding penahan tanah yang efisien dan efektif. Dengan mengetahui kedalaman maksimum
yang dapat dicapai dinding penahan tanah tanpa adanya perkuatan, para perancang (engineer) dapat
membuat dinding penahan tanah yang efektif dan efisien.
2. STUDI PUSTAKA
2.1. Umum
Dalam pekerjaannya pelaksanaannya di lapangan, konstruksi teknik sipil tidak bisa dipisahkan dari
tanah, karena tanah merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam konstruksi teknik sipil. dimana
Apabila jenis dan sifat pada konstruksi tersebut berbeda maka akan berbeda pula jenis konstruksi yang akan
digunakan.
Untuk itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai perilaku tanah, agar konstruksi yang
dibangun dapat sesuai dengan kondisi tanah yang ada. Untuk mengetahui kondisi tanah dan sifat–sifat tanah
maka diperlukan penyelidikian–penyelidikan mengenai tanah. Penyelidikan tanah tersebut pada umumnya
dilakukan untuk mendapatkan data dan pengetahuan mengenai kekuatan geser tanah, yang sangat
diperlukan untuk menganalisis masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan konstruksi.
2.2 Definisi Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan dinding basement
dan sejumlah persoalan teknik pondasi. Mulai dari dinding penahan tanah dengan jenis turap, galian yang
diberi perkuatan, tekanan tanah pada dinding terowongan dan konstruksi-konstruksi lain yang ada di bawah
KoNTekS 6 G-75
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
tanah. Dari semua contoh tersebut memerlukan perkiraan tekanan lateral pada pekerjaan konstruksi, baik
untuk analisis perencanaan maupun untuk analisis stabilitas.
Tekanan lateral yang bekerja pada dinding penahan tanah meliputi tekanan tanah pada kondisi
diam, kondisi aktif, kondisi pasif, beban terbagi rata di atas permukaan timbunan, ketidakseimbangan muka
air tanah di kedua sisi dinding, gaya gempa, gaya benturan gelombang, dan lain-lainnya. Pada perhitungan
dinding penahan tanah yang umum, analisis didasarkan pada anggapan bahwa dinding bergerak secara
lateral dengan cara menggeser atau berotasi terhadap kaki dinding, sehingga kuat geser tanah di belakang
dinding sepenuhnya termobilisasi. Dalam kondisi ini, tekanan lateral tanah memenuhi teori-teori Rankine
atau Coulomb.
Gaya-gaya lateral akibat tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan tanah sebenarnya tidak
dapat dihitung secara langsung dengan teori-teori Rankine maupun Coulomb. Hal ini disebabkan karena
dinding penahan tanah bersifat lebih fleksibel, sehingga kekakuan deformasi atau keluluhan struktur yang
terjadi tidak sama dengan keluluhan dinding penahan tanah pada umumnya.
Rankine (1857) menyelidiki keadaan tegangan di dalam tanah yang berada pada kondisi
keseimbangan plastis (plastic equilibrium) yaitu suatu keadaan yang menyebabkan tiap-tiap titik di dalam
massa tanah menuju proses ke suatu keadaan runtuh. Pada awal dikemukakannya, teori Rankine hanya
berlaku untuk tanah berbutir kasar. Kemudian teori tersebut dimodifikasi sehingga dapat berlaku untuk
tanah kohesif, tanah terendam air, dan sebagainya. Teori Rankine mempunyai beberapa anggapan :
Tanah adalah semi-infinite, homogen, kering dan tanpa kohesi
Permukaan tanah adalah rata, yang dapat berupa mendatar maupun landai
Dinding adalah tegak dan licin dan tidak timbul gesekan antara dinding dan tanah
Dinding runtuh pada dasar dinding.
Untuk tanah urugan kembali yang berupa tanah kohesif seperti tanah lempung, besarnya tekanan
tanah aktif menjadi berkurang. Bell (1915) mengerjakan suatu penyelesaian hitungan tekanan tanah lateral
pada dinding penahan dengan tanah urugan kembali yang berupa tanah berlempung.
2.2.1. Tekanan Tanah Saat Diam
Ditinjau suatu dinding penahan tanah dengan permukaan tanah mendatar pada Gambar 2.2.
Mula-mula dinding dan tanah urug dibelakangnya pada kondisi diam, sehingga tanah pada kedudukan ini
masih dalam kondisi elastis. Pada posisi ini tekanan tanah pada dinding akan berupa tekanan tanah pada
saat diam dan tekanan tanah lateral pada dinding, pada kedalaman tertentu (h), dinyatakan oleh persamaan:
ߪ = ܭ ݔℎ ߛ ݔ
Dimana: ܭ = koefisien tekanan tanah saat diam
ߛ = berat volume tanah (kN/m3)
2.2.2. Tekanan Tanah Aktif
Suatu dinding penahan tanah dalam keseimbangannya menahan tekanan tanah horisontal tekanan
ini dapat dievaluasi dengan menggunakan koefisien ka. Jadi jika berat suatu tanah sampai kedalaman h
maka tekanan tanahnya adalah γ x h dengan γ adalah berat volume tanah. Dan arah dari tekanan tersebut
adalah arahnya vertikal ke atas. Sedangkan untuk mendapatkan tekanan horisontal maka ka adalah konstanta
yang fungsinya mengubah tekanan vertikal tersebut menjadi tekanan horisontal.
Tekanan tanah aktif dengan kohesi nol (c = 0)
Tekanan horisontal tanah :
ଵ
ܲ = ߛ ܪଶ ݇ (2.1)
ଶ
Nilai ka untuk permukaan tanah datar :
1 − ∅ ݊݅ݏ ∅
ܭ = = ݊ܽݐଶ ൬45° − ൰ (2.2)
1 + ∅ ݊݅ݏ 2
Nilai ka untuk kondisi tanah dengan permukaan miring :
cos ߚ − ඥ(ܿ ݏଶ ߚ − ܿ ݏଶ ∅)
ܭ = cos ߚ (2.3)
cos ߚ + ඥ(ܿ ݏଶ ߚ − ܿ ݏଶ ∅
Tekanan tanah lateral untuk tanah kohesi (c > 0) :
1
ܲ = ߛ ܪଶ ݇ − 2ܿ ඥ݇ (2.4)
2
G-76 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
3. TEORI DASAR
Dinding penahan tanah adalah bangunan yang digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral
yang ditimbulkan oleh tanah urug ataupun tanah asli. Dinding penahan tanah difungsikan sebagai penahan
tanah dan air disekitarnya. Dinding penahan tanah juga dapat membantu untuk proses penggalian. Karena
kemampuan untuk menahan aliran air dan menahan tekanan tanah, bangunan dinding penahan tanah banyak
digunakan pada proyek proyek seperti irigasi, bangunan jalan raya, serta elemen elemen fondasi seperti
bangunan ruang bawah tanah (besement), pangkal jembatan (abutment) dan lainnya. Ada beberapa jenis
dinding penahan tanah seperti sheet pile, diafragma wall, secant pile, dan contigous bored pile.
Dalam perencanaanya ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan dinding penahan tanah yang
akan digunakan antara lain jenis tanah, level muka air tanah, dan lokasi dan kondisi lingkungan sekitar serta
ketersediaan alat yang digunakan. Dalam sistem penahan tanah direncanakan digunakan dinding permanen
yang sekaligus dapat digunakan sebagai dinding basement. Dinding penahan tanah harus mampu menerima
gaya aksial dari kolom yang cukup besar.
3..1 Diafragma Wall
Diafragma wall adalah dinding yang dibangun dibawah permukaan tanah dengan cara mengecor
beton atau memasang panel precast kedalam lubang galian yang telah dibuat sebelumnya. Untuk
memudahkan dalam proses penggalian, dibuatlah guide wall, guide wall berfungsi supaya mesin grab
terarah dengan baik, sebagai dudukan alat grab dan alat penahan dalam pengecoran nanti. Bila kondisi
tanah yang lembek, mudah terjadi kelongsoran dam lubang yang digali sangat dalam, maka digunakan
digunakan bentonite, memasukkan cairan betonite ke dalam lubang galian sampai lumpur/air yang ada
terganti dengan cairan bentonite. Fungsi dari cairan bentonite ini adalah menstabilkan tanah pada dinding
lubang agar meminimalisi terjadinya kelongsoran. Proses tersebut disebut proses sending. Setelah proses
sending harus segera dilakukan pemasangan tulangan agar kelongsoran tidak terjadi. Lalu dilakukan
pengecoran.
KoNTekS 6 G-77
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
• Pembuatan diafragma wall pada tanah yang gembur dan permukaan tanah yang tinggi, dapat
menimbulkan masalah dalam menjaga kestabilan dinding galian.
• Kecepatan pelaksanaan penggalian sangat bergantung dari jenis tanah.
Gambar 3.2 Sheet Pile (a) tipe U, (b) tipe Z, (c) tipe I (d) tipe I (e) Straight Web (sumber
http://www.sheetpiling-china.com)
Sheet pile dari beton (concrete sheet pile), terbuat dari batang beton bertulang yang dibuat dengan
ukuran penampang dan panjang tertentu, sesuai dengan perencanaan. Pada saat pemancangan concrete sheet
pile, massa tanah yang dipindahkan cukup besar, sehingga akan menimbulkan desakan tanah di dalam tanah
dan perlawanan akibat gaya gesek tanah sepanjang pile. Maka resiko retak pada bangunan sekitar masih
ada.
G-78 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
atau bisa denganlagging, sehingga membentuk suatu dinding penahan tanah, contiguous Bored Pile Wall
dapat digolongkan dinding penahan tanah permanen, hamper cocok digunakan untuk semua jenis tanah.
Contiguous Bored Pile Wall bisa dipaka bila konstruksi terletak pada lahan yang padat dan ramai, karne
aselain amat kuat, juga pengerjaannya tidak menimbulkan getaran yang keras dan tidak terlalu bising.
Beberapa kekurangan dari contiguous piles wall adalah seperti rembesan air tanah sukar dihindai dan
pendetailan joint dengan balok atau pelat lebih rumit
Gambar 3.4 Contiguous Bored Pile dengan menggunakan campuran bentonite dengan semen
Gambar 3.5 Contiguous Bored Pile Wall yang tersusun dari bored pile
(sumber http://www.rockal.com)
Proses pelaksanaannya sama seperti bored pile pada umumnya. Pertama dilakukan pengeboran,
disertai dengan bentonite slurry ke dalam lubang bor untuk menjaga kestabilan lubang bor. Selanjutnya
adukan beton dimasukkan dengan tremi ke dalam lubang bor menggantikan bentonite slurry, demikian
seterusnya.
3.4 Secant Pile Wall
Secant Pile Wall pada prinsipnya sama dengan Contigous Bored Pile Wall, merupakan bored pile
yang disusun segaris, saling memotong satu sama lain, sehingga membentuk dinding penahan yang kedap
air dan lebih kuat dibandingkan sheet pile wall.
Secant Pile Wall terdiri dari 2 bagian pile, yaitu primary pile (female pile) dan secondary pile
(male pile).
1. Primary Pile (female pile), merupakan bored pile tanpa tulangan, yang dibuat dengan diameter yang
kebih kecil dari secondary pile. Pada pile ini diberi aditif retarder untuk memperpanjang waktu setting
beton, sehingga pile ini masih cukup lunak atau lemah pada saat dilakukan pengeboran secondary pile.
Tujuan pile ini dibuat lunak karena pada bagian tertentu dari pile ini akan hancur digantikan dengan
secobdary pile.
2. Secondary Pile (male pile), merupakan bored pile yang dibuat dengan diameter yang lebih besae dari
pada primary pile dan diberi tulangan. Pada proses pengerjaan dinding, pile ini akan disisipkan
dianatara primary pile. Pengeboran secondary akan memotong sebagian primary pile, sehingga ketika
di cor akan menghasilkan interlocking joint antara pile yang satu dengan lainnya.
4. STUDI KASUS
KoNTekS 6 G-79
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
Untuk menganalisa kedalaman maksimum dinding penahan tanah tanpa adanya perkuatan, maka
dalam bab ini akan dibahas perhitungan dengan menggunakan program BMCOLPY/G dan perhitungan
manual.
• Tanah Lapis 1
• Jenis Tanah : Clay
• Berat jenis tanah (γ) : 16 kN/m3
• Kuat geser (c) : 15 kN/m2
0
• Phi (φ) : 10
• Tanah Lapis 2
• Jenis Tanah : Sand.
• Berat jenis tanah (γ) : 18 kN/m3
• Dr (density) : 70 %
• Phi (φ) : 380
4.3 Data Material Konstruksi yang Digunakan
• Diafragma Wall
Tabel 4.1 Profil Diafragma Wall
Nilai Satuan
Fc' 30 Mpa
Modulus elastisitas Beton (E) 2.57 x 107 kN/m2
Dimensi 1000 x 600 mm
Momen inersia (I) 1.8 x 1010 mm4
Modulus elastisitas penampang beton (EI) 462600 kN.m2
G-80 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
• Secant Pile
Tabel 4.3 Profil Secant Pile
Nilai Satuan
Fc' 30 Mpa
Modulus elastisitas Beton (E) 2.57 x 107 kN/m2
Diameter 880 mm
Momen inersia (I) 2.94 x 1010 mm4
Modulus elastisitas penampang beton (EI) 700502.92 kN.m2
• Sheet Pile
Tabel 4.4 Profil Sheet Pile Beton
Sheet Pile Beton Nilai Satuan
Fc' 30 Mpa
Modulus elastisitas Beton (E) 2.57 x 107 kN/m2
Dimensi 1000 x 500 mm
Momen inersia (I) 4.62 x 109 mm4
Modulus elastisitas penampang beton (EI) 118827.03 kN.m2
Tabel 4.6 Perhitungan tekanan tanah aktif Gedung Arsip Pemda DKI
Tanah Kedalaman Tekanan Tanah Aktif, Pa
Lapis Ka ඥk ୟ
ke- (m) kN/m2
0 (10 + 16 x 0) x 0.7 - (2 x 15 x 0.84) = -18.1
1 2.5 0.7 0.84 -18.1 + (16 x 2.5 x 0.7) = 9.9
4 9.9 + (6 x 1.5 x 0.7) = 16.2
Tabel 4.7 Perhitungan tekanan air tanah Gedung Arsip Pemda DKI
Kedalaman Tekanan Air Tanah, Pw
No.
(m) kN/m2
1 0 0x0=0
2 2.5 0 x 2.5 = 0
3 4 10 x 1.5 = 15
KoNTekS 6 G-81
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
Tabel 4.8 Perhitungan tekanan total tanah aktif Gedung Arsip Pemda DKI
Kedalaman Tekanan Total Tanah Aktif Tekanan Total Tanah Aktif/2
Input BMCOLPY/G
(m) kN/m2
kN/m2
0 0+0=0 0
2.5 9.9 + 0 = 9.9 4.95
4 16.2 + 15 = 31.2 15.6
5. KESIMPULAN
1. Secara umum studi yang dilakukan di beberapa daerah di DKI Jakarta yang sebagian besar berada di
daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedalaman maksimum
galian yang dapat dicapai tanpa adanya perkuatan (support) adalah 3.5 ± 1 m
2. Secara khusus dapat dibagi menjadi beberapa daerah yaitu :
• Tanjung duren dan daerah sekitarnya : 3.5 ± 0.5 m
• Sunter dan daerah sekitarnya :2±1m
• Kelapa gading dan daerah sekitarnya :3±1m
• Pademangan dan daerah sekitarnya : 2 ± 0.5 m
• Pluit dan daerah sekitarnya : 2 ± 0.5 m
• Senen dan daerah sekitarnya : 3.5 ± 0.5 m
• Kuningan dan daerah sekitarnya : 3.5 ± 0.5 m
• Senayan dan daerah sekitarnya : 3.5 ± 1 m
3. Dengan ouput yang dihasilkan dari bmcolpy yangg menujukkan bawah dengan batasan baja 10cm dan
beton 5 cm kedalaman yang di dapat hapir sama maka bilamana di ambil batasan yang sama retaining
wall yang terbuat dari beton akan mempunyai kedalaman galian lebih dalam daripada retaining wall
yang terbuat dari baja
4. Semakin tinggi muka air tanah maka kedalaman galian akan semakin dangkal. Ini dikarenakan semakin
tinggi muka air tanah, tekanan lateral yang terjadi akan semakin besar
5. Bilamana kita memakai nilai EI yang semakin besar maka lendutan yang terjadi akan semakin kecil
yang mengakibatkan kedalaman galiaan maksimum akan semakin dalam.
G-82 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E., 1991, Analisa dan Disain Pondasi, Edisi ketiga jilid kedua, Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, H.C., 2005, Teknik Fondasi 2, Edisi kedua, cetakan ketiga, Beta Offset, Yogyakarta.
GEOSOFT, 1988, BMCOLPY/G, Beam Column Analysis with Nonlinear Supports, Engineering Analysis
Program for Geotechnical Engineers, USA.
Gilbert Gedeon, P.E. Bearing Capacity of Soil, http://www.scribd.com/doc/53690271/Bearing-Capacity-of-
Soils
Ibrahim Marcho. Studi Perbandingan Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Loading Test, Pile Driving
Alalyzer dan Teoritis, 2005
Yuliantina, Renny Nurfitri, Analisis Dinding Penahan Dengan Sistem Diafragma Wall, 2008
Parhat, Valerize Fetrica, Pertimbangan Penggunaan Sheet Pile Untuk Basement
Suharto, Imam. (1999). “Manajemen Proyek”. Erlangga, Jakarta.
KoNTekS 6 G-83
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Geoteknik
G-84 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012