Anda di halaman 1dari 38

Proposal Penelitian Tindakan Kelas

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN DISKUSI TIPE


THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI MATRIKS
DI KELAS XI SMA NEGERI 8 BENGKULU

OLEH

RIKA SHALIHAD

PROGRAM PROFESI GURU DALAM JABATAN


UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik. Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi

tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut utamanya adalah

keberhasilan peserta didik belajar pada suatu mata pelajaran maupun

pendidikan pada umumnya (Krismanto, 2003).

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting

dalam dunia pendidikan mulai tingkatan taman kanak-kanak hingga

perguruan tinggi. Matematika diajarkan bukan untuk memahami dan

mengetahui apa yang terkandung dalam matematika, tetapi juga bertujuan

untuk membantu melatih pola berpikir peserta didik agar dapat memecahkan

masalah secara kritis, logis, dan tepat. Hal ini mengakibatkan perlu adanya

proses pembelajaran yang efektif dan inovatif dalam proses belajar mengajar

khususnya pelajaran matematika.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada SMA Negeri 8

Bengkulu, terlihat selama proses pembelajaran strategi yang digunakan guru

dalam pembelajaran masih kurang bervariasi. Padahal pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang menjenuhkan bagi peserta didik serta banyak juga

peserta didik yang menganggap matematika pelajaran yang sulit. Pelajaran

matematika banyak mengandung rumus-rumus dan angka-angka sehingga


peserta didik cepat merasa bosan.

Variasi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan untuk membuat

peserta didik tidak merasa jenuh serta peserta didik merasa senang dengan

pelajaran matematika. Dengan adanya variasi dalam metode pembelaran yang

diterapkan guru di sekolah, diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

Sehubungan dengan hal tersebut metode mengajar yang digunakan

oleh guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang

diajarkan. Dengan metode yang bervariasi inilah peserta didik akan begairah

dalam belajar secara inovatif dan kreatif. Metode yang digunakan dalam

interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.

Peserta didik belum dilatih berpikir dan membuat konsep berdasarkan

pengamatan dan percobaan. Jika peserta didik memberi infut, guru harus mau

menerimanya dan jangan memutus proses eksplorasi berfikir peserta didik

hanya karena tidak sesuai dengan buku pegangan. Oleh karena itu, guru

seharusnya kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

sehingga mampu memenuhi keperluan pembelajaran untuk setiap peserta

didiknya.

Usaha untuk meningkatkan pemahaman peserta didik memerlukan

metode yang efektif dan efisien. Selain itu, diperlukan pula media

pembelajaran yang tepat sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi

yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, media memiliki peran yang

sangat penting menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.


Agar proses pembelajaran menjadi bermakna, kontekstual dan tidak

membosankan diperlukan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik

secara aktif dan dapat menuntun peserta didik dalam mengkonstruk

pengetahuannya, sehingga dapat menarik minat peserta didik dalam belajar.

Berdasarkan beberapa masalah yang ada, maka masalah yang lebih

diutamakan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.

Beberapa alternatif solusi yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik

yaitu: menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

dan Think Pair Square (TPSq).

Solusi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Think Pair Square

(TPSq) karena dalam pembelajarannya peserta didik diminta untuk berfikir

sendiri dulu, kemudian berdua dan selanjutnya berempat sehingga membuat

peserta didik lebih tertarik untuk belajar. Model pembelajaran TPSq memiliki

3 aspek, yaitu Think, Pair, dan Square. Pada tahap Think, setiap peserta didik

diberi kesempatan untuk membaca, memahami, memikirkan, dan

mengerjakan semua soal secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar setiap

peserta didik dapat memberikan respon atau menjawab semua soal yang

terdapat pada LKPD.

Selanjutnya tahap Pair, peserta didik diminta untuk berpasangan

dengan salah seorang anggota kelompoknya untuk mendiskusikan jawaban

yang telah diperoleh pada tahap Think. Dengan berpasangan, partisipasi aktif

peserta didik dalam kelompok dapat lebih dioptimalkan sehingga kemampuan

peserta didik dapat lebih ditingkatkan. Setelah itu pada tahap Square, setiap
pasangan bergabung dengan pasangan yang lain dalam kelompok berempat

untuk melakukan diskusi kembali terhadap jawaban yang telah diperoleh pada

tahap Pair, kemudian menetapkan jawaban akhir kelompok. Setiap kelompok

akan mempertanggungjawabkan hasil diskusinya kepada kelompok yang lain.

Pada kooperatif learning ini, peserta didik diarahkan untuk dapat membangun

pengetahuannya sendiri secara berkelompok dan bekerjasama sehingga guru

menjadi fasilitator dalam pembelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas

tentang “Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Diskusi Tipe Think Pair

Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Matriks di Kelas

XI SMA Negeri 8 Bengkulu”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa menggunakan pendekatan

saintifik dengan diskusi tipe think pair share pada materi matriks di kelas

XI SMA Negeri 8 Bengkulu?.

2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan

saintifik dengan diskusi tipe think pair share pada materi matriks di kelas

XI SMA Negeri 8 Bengkulu?.

C. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

ini masih rendahnya pemahaman konsep peserta didik dalam pembelajaran


matematika.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

matematika.

2. Meningkatkan kreatifitas guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran matematika.

3. Meningkatkan mutu SDM peserta didik dan guru.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Meningkatnya pemahaman konsep peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran matematika.

2. Meningkatnya kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran matematika.

3. Berkembangnya metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.

BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori

1. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman konsep merupakan kunci pembelajaran matematika.

Pembelajaran dikatakan berhasil jika peserta didik mampu memahami

konsep materi yang diajarkan guru. Peserta didik tidak hanya mengingat

atau menghafalkan rumus saja tetapi mampu memahami konsep tersebut

ke dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Fauzan (2008:84) mengemukakan bahwa “Penanaman

konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan keterampilan, baik

keterampilan jasmani meliputi keterampilan-keterampilan yang diamati

sedangkan rohani seperti keterampilan berpikir, penghayatan, serta

kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau

konsep”. Senada dengan pendapat yang diuraikan Negoro(2008:84)

mengemukakan bahwa “Pemahaman konsep adalah kemampuan peserta

didik yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu

mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,

memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang

sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya”.

Dari pendapat di atas dapat menyimpulkan bahwa pemahaman

konsep matematika adalah kemampuan menyelesaikan soal matematika

dengan langkah-langkah yang terstruktur dan sistematis sesuai dengan

tujuan belajar matematika itu sendiri. Dengan memahami konsep,

matematika tidak akan lagi dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan.


Konsep matematika yang didesain semenarik mungkin tentunya akan lebih

memudahkan peserta didik dalam memahami konsep yang diajarkan oleh

guru sebagai pendidik.

Berdasarkan peraturan Dirjen Dikdasmen nomor

506/C/Kep/PP/2004 (2008:87). Indikator pemahaman konsep matematika

adalah:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep


b. Mengklasifikasikan objek menurut tertentu sesuai dengan
konsepnya
c. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan
masalah

Sedangkan indikator pemahamn konsep menurut NCTM (1998:23)

diantaranya:

a. Mampu memberikan label, mengungkapkan dengan verbal, dan


mendefinisikan dengan konsep
b. Mampu mendefinisikan dan mengembangkan dengan contoh dan
bukan contoh
c. Mampu menggunakan model, diagram,dan simbol untuk
mempresentasikan konsep-konsep
d. Mampu menterjemahkan dari suatu model representasi ke model lain
e. Mampu mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep
f. Mampu mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenali
kondisi-kondisi yang menggambarkan suatu konsep khusus
g. Mampu membandingkan dan membedakan konsep-konsep
h. Mampu mengintegrasikan pengetahuan mereka tentang berbagai
konsep

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

indikator pemahaman konsep adalah: kemampuan pemahaman menuntut

peserta didik menyatakan ulang sebuah konsep, menggunakan simbol


untuk mempresentasikan konsep-konsep, dan mampu mengaplikasikan

konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Tiga indikator itu yang diambil karena penelitian dilakukan pada

jenjang pendidikan SMP, dimana permasalahan pada latar belakang yang

peneliti temui adalah indikator tersebut. Selain itu peneliti beranggapan

bahwa ketiga indikator mampu menunjang indikator lainnya dan materi

yang akan diajarkan masih terbatas pada ke-3 indikator tersebut. Sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang tercantum pada kurikulum 2013.

Kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik dalam penelitian

ini yaitu untuk menganalisis hasil penilaian pengetahuan peserta didik

yaitu penyelesaian soal kemampuan pemahaman konsep matematis.

Berdasarkan tabel Rubrik penskoran pemahaman konsep

matematis, maka peningkatan pemahaman matematika dapat diukur seperti

tertera pada tabel 1.

Tabel 1 : Rubrik Penskoran Pemahaman Konsep Matematis

Indikator Kriteria Skor


Menyatakan ulang sebuah konsep  Memahami apa yang diketahui 1
 Memahami apa yang ditanya
 Memahami apa yang dijawab
Menggunakan model, diagram, Menyatakan model dengan simbol 1
dan simbol untuk
mempresentasikan model-model
Mengaplikasikan konsep atau Penyelesaian masalah dengan benar 2
algoritma dalam pemecahan
masalah
Sumber: Fauzan (2012)

2. Model Kooperatif Learning Tipe Think Pair Square (TPSq)

Model pembelajaran kooperatif learning tipe TPSq merupakan

salah satu teknikpembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan


sebagai struktur kegiatan pembelajaran kelompok. TPSq merupakan salah

satu teknik yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja

sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Teknik ini digunakan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir, komunikasi dan mendorong peserta

didik untuk berbagi informasi dengan peserta didik lain.

Pada kooperatif learnig tipe TPSq, guru membagi peserta didik

dalam kelompok berempat dengan pembagian kelompoknya secara

heterogen. Kemudian guru memberikan tugas yang sama kepada setiap

kelompok. Pada tahap think, setiap peserta didik diberi kesempatan untuk

membaca, memahami, memikirkan, dan mengerjakan semua soal secara

individu. Kegiatan ini bertujuan agar setiap peserta didik dapat

memberikan respon atau menjawab semua soal yang terdapat pada LKPD.

Selanjutnya tahap Pair, peserta didik diminta untuk berpasangan

dengan salah seorang anggota kelompoknya untuk mendiskusikan jawaban

yang telah diperoleh pada tahap think. Dengan berpasangan, partisipasi

aktif peserta didik dalam kelompok dapat lebih dioptimalkan sehingga

kemampuan peserta didik dapat lebih ditingkatkan. Setelah itu pada tahap

square, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain dalam

kelompok berempat untuk melakukan diskusi kembali terhadap jawaban

yang telah diperoleh pada tahap pair, kemudian menetapkan jawaban akhir

kelompok. Setiap kelompok akan mempertanggungjawabkan hasil

diskusinya kepada kelompok yang lain. Pada kooperatif learning ini,

peserta didik diarahkan untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri


secara berkelompok dan bekerjasama sehingga guru menjadi fasilitator

dalam pembelajaran tersebut.

Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan TPSq

sebagai berikut:

Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran

Tahap I - Guru menjelaskan aturan main dan batasana


waktu untuk kegiatan dan memotivasi
Pendahuluan peserta didik untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran
- Guru membagi kelompok yang terdiri dari
empat orang setiap kelompok
- Guru menjelaskan kompetensi yang harus
dicapai oleh peserta didik
- Guru menggali pengetahuan awal peserta
didik
Tahap II Think - Guru memberikan lembaran LKPD kepada
seluruh peserta didik
- Peserta didik mengerjakan LKPD secara
individu
Tahap III Pair - Peserta didik berdiskusi dengan
pasangannya mengenai jawaban yang telah
dikerjakan secara individu
Tahap IV Square - Kedua pasangan bertemu dalam sattu
kelompok untuk mendiskusikan jawaban
yang telah didiskusikan dengan
pasangannya
Tahap V Diskusi - Beberapa kelompok tampil didepan kelas
untuk mempresentasikan jawaban tugas
Kelas yang telah didiskusikan

Tahap VI - Peserta didik dinilai secara individu dan


kelompok
penghargaan

(Lie:2007)

3. Pembentukan Kelompok
Pembagian kelompok diprioritaskan terhadap kemampuan

akademik siswa. Berikut ini langkah-langkah pembentukan kelompok

berdasarkan kemampuan akademik menurut Lie (2010: 42) yaitu:

Tabel 2.Prosedur Pengelompokkan Heterogenitas Berdasarkan


Kemampuan Akademik
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3
Mengurutkan Membentuk kelompok Membentuk kelompok
siswa pertama selanjutnya
berdasarkan
kemampuan
akademik
1. Ani 1. Ani 1. Ani
2. David 2. David 2. David
3. 3. 3.
4. – 4. – 4. –
5. – 5. – Citra Ani 5. – Yusuf David
6. – 6. – Kel. 1 6. – Kel. 2
7. – 7. – 7. –
8. – 8. – Dian Rini 8. – Slamet Basuki
9. – 9. – 9. –
10. – 10. – 10. –
11. Yusuf 11. Yusuf 11. Yusuf
12. Citra 12. Citra 12. Citra
13. Rini 13. Rini 13. Rini
14. Basuki 14. Basuki 14. Basuki
15. – 15. – 15. –
16. – 16. – 16. –
17. – 17. – 17. –
18. – 18. – 18. –
19. – 19. – 19. –
20. – 20. – 20. –
21. – 21. – 21. –
22. – 22. – 22. –
23. 23. 23.
24. Slamet 24. Slamet 24. Slamet
25. Dian 25. Dian 25. Dian
Sumber : Lie (2010: 41)

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa siswa diurutkan dari tingkat

kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampuan rendah.

Pembentukkan kelompok I dapat dilakukan dengan mengambil siswa


urutan 1 (berkemapuan tinggi), siswa nomor 25 (kemampuan rendah),

siswa nomor 12 dan 13 (berkemampuan sedang). Untuk kelompok II

diambil dengan menempatkan siswa dari urutan nomor 2, nomor 24,nomor

11, dan 14. Sedangkan untuk kelompok seterusnya dilakukan dengan cara

yang sama.

B. Penelitian Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan, penelitian yang

relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Devi Armilius,

Jumrawarsi, dan Hendrasusita.

Devi Armilius (UNP, 2015) dengan judul penelitian “Upaya

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika dan Kemandirian Belajar

Peserta didik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(TPS) pada Kelas X8 SMAN 5 Padang”, menyimpulkan bahwa dengan

menerapkan pendekatan Scientifik dan strategi TPS meningkatkan

Pemahaman Konsep Matematika dan Kemandirian Belajar dalam

pembelajaran matematika. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Devi Armilius terletak pada variabel terikatnya. Variabel

terikat yang ada dalam penelitian Devi Armilius adalah Pemahaman Konsep

Matematika dan Kemandirian Belajar Peserta didik, sedangkan variabel

terikat yang ada dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika

peserta didik terhadap pembelajaran kooperatif tipe TPSq.

Jumrawarsi (UNP, 2012) dengan judul penelitian “Pengaruh

Penerapan Model Cooperatif Learning Tipe Think Pair Square (TPSq)


terhadap Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batusangkar”,

menyimpulkan bahwa kemampuan matematika peserta didik yang belajar

menggunakan model Cooperatif Learning Tipe TPSq lebih baik daripada

kemampuan matematika peserta didik yang yang belajar menggunakan

pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMPN 3 Batusangkar. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Jumrawarsi terletak pada

jenis penelitian dan kemampuan matematika. Jenis penelitian untuk penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), sedangkan jenis penelitian untuk

penelitian Jumrawarsi adalah quasy-experiment.

Hendrasusita (UNP, 2013) dengan judul penelitian “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan

Minat, Kemampuan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas XI IPA 1 MAN 1 Pekanbaru”, menyimpulkan bahwa

meningkatkan minat, kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

komunikasi matematis belajar dengan menggunakan model Think Pair Share

lebih baik daripada meningkatkan minat, kemampuan pemahaman konsep

dan kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang belajar

menggunakan pembelajaran langsung di kelas XI IPA 1 MAN 1 Pekanbaru.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

Hendrasusita terletak pada variabel terikat dan variabel bebasnya. Variabel

terikat dan variabel bebas yang ada dalam penelitian Hendrasusita adalah

minat, kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

matematis terhadap pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share,


sedangkan variabel terikat dan variabel bebas yang ada dalam penelitian ini

adalah pemahaman konsep matematika peserta didik terhadap pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Square.

C. Kerangka Konseptual

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah peserta didik

memiliki kemampuan pemahaman konsep matematika. Salah satu cara yang

dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematika peserta didik adalah dengan menggunakan model pembelajaran

yang dapat melatih peserta didik untuk mengembangkan kemampuan

pemahaman konsep. Salah satu model yang diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep peserta didik adalah model Think Pair

Square.

Dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan

model Think Pair Square, peserta didik dituntut untuk berpikir sendiri dan

menganalisis sendiri dalam menemukan suatu konsep dan menyelesaikan

masalah dengan dibimbing oleh guru. Hal ini membuat peserta didik lebih

aktif dan inisiatif dalam menggunakan kemampuan pemahaman konsepnya

untuk menemukan pengetahuan baru dan menyelesaikan masalah. Melalui

pembelajaran model Think Pair Square ini diharapkan peserta didik menjadi

lebih terampil dalam mengajukan alasan dan bukti, menarik kesimpulan atau

generalisasi, melakukan manipulasi matematka, menemukan pola atau sifat

matematis, serta memiliki high order thinking skill.


Pada akhir rangkaian proses pembelajaran, peserta didik diberikan

tes kemampuan pemahaman konsep matematika sesuai dengan indikator

kemampuan pemahaman konsep matematika. Tes ini bertujuan untuk

menunjukkan bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematika peserta didik melalaui penerapan model Think Pair Square.

Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual dapat dilihat dari gambar dibawah

ini.

Aktivitas awal Aktivitas peserta


peserta didik didik meningkat

Penerapan model
pembelajaran Think
Pair Square

Hasil belajar awal Hasil belajar


peserta didik peserta didik

Gambar 1. Kerangka Konseptual

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep

matematika peserta didik Kelas VII SMPN 2 Padang tahun pelajaran

2018/2019 dengan menerapkan model Think Pair Square mengalami

peningkatan.

BAB III
METODOLOGI

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakann kelas (PTK) yang

merupakan upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Pada dasarnya kegiatan

PTK menurut Kurt dalam Depdikbud (1999:20) terdiri dari 4 komponen

yaitu, (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan

(observing), dan (4) refleksi (reflecting).

B. Definisi Operasional

1. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dan bekerja sama dalam

kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa dengan kemampuan yang

heterogen.

2. Pembelajaran kooperatif dengan model think pair square (TPSq) adalah

rangkaian pembelajaran yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Think, yaitu peserta didik diberi waktu dan kesempatan untuk

berpikir dan bekerja secara individu, membuat catatan tentang hal-

hal yang tidak dipahami berhubungan dengan pernyataan dalam

LKPD atau soal-soal latihan.

b. Pair, yaitu peserta didik berpasangan dengan salah seorang teman

dalam kelompok untuk mendiskusikan kemungkinan jawaban atau

hal-hal yang telah ditulis dalam catatan pada waktu tahap think.

c. Square, yaitu pasangan peserta didik bergabung dengan pasangan

lain dalam kelompok untuk mendiskusikan tugas-tugas yang belum

dapat diselesaikan dan menetapkan jawaban akhir kelompok.

3. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa

penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar

mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi

mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah

dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan

konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

C. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMP N 2 Padang dimana penelitian

dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan PPL.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas

VII SMP N 2 Padang.

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran

2018/2019.

D. Desain Peneliti

Model penelitian tindakan kelas menurut Kurt Lewin terdiri dari

empat komponen, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3)

pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).


Planning

Reflecting SIKLUS 1 Action

Observing

Planning

Reflecting SIKLUS 2 Action

Observing

Gambar 1. Model Kurt Lewin

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Penelitian terdiri atas lebih dari satu siklus,

tergantung permasalahan atau hambatan yang ditemukan selama penelitian.

Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan , tindakan, pengamatan dan

refleksi. Secara umum alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan

kelas ini digambarkan oleh Kurt Lewin sebagai berikut: (1) perencanaan

(planning), (2) tindakan (action), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi

(reflecting).

a. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang dimulai dengan penyusunan

rencana tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Pada tahap

ini yang akan dipersiapkan, yaitu:

1. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kooperatif

model Think Pair Square

2. Merancang lembar kerja peserta didik (LKPD) berdasarkan

skenario pembelajaran (RPP) untuk memaksimalkan pemahaman

materi.

3. Merancang soal tes pemahaman konsep

b. Tindakan

Merencanakan tindakan melalui model pembelajaran TPSq yang

mencakup kegiatan:

1. Menetapkan seorang observer yang sama-sama mengajar kelas VII

tempat peneliti mengajar

2. Membuat lembar validasi, yaitu validasi RPP, validasi LKPD, dan

validasi soal tes pemahaman konsep.

c. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai fenomena, baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai

tujuan (Arifin 2009: 153). Alat yang digunakan pada tahap ini adalah

pedoman observasi. Kegiatan observasi pada penelitian ini dilakukan


untuk mengamati proses pembelajaran yaitu mengamati aktivitas peserta

didik.

d. Refleksi

Refleksi adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, telah

dihasilkan atau yang belum tuntas pada siklus yang sedang berjalan. Hasil

refleksi digunakan untuk merancang tindakan perbaikan pada siklus

selanjutnya.

F. Perencanaan Tahap Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus yang terdiri dari dua

pertemuan.

1. Siklus pertama

a. Pertemuan 1

1) Perencanaan

Siklus pertama pertemuan 1 dilakukan denagn

melaksanakan perencanaan yang meliputi bahan, materi, dan

media yang digunakan untuk melakukan pembelajaran

matematika.

- Mengidentifikasi kompetensi dasar dan indikator.

Identifikasi kompetensi dasar dan indikator materi

terlampir dalam RPP siklus pertama pertemuan 1.

- Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah

ditetapkan sebelumnya.
- Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas

peserta didik.

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat mengacu pada skenario dan lembar observasi..

3) Observasi

Selama tindakan berlangsung, dilakukan pencatatan

terhadap jalannya pembelajaran pengukuran waktu dengan

menggunakan jam analog. Hal tersebut dimaksudkan agar data

yang diperoleh adalah data yang akurat sebagai pedoman

perbaikan pada siklus berikutnya.

4) Refleksi

Pada siklus pertama pertemuan 1 refleksi dilakukan

dengan mengidentifikasi pembelajaran

- Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siklus pertama

pertemuan 1

- Mengkaji proses pelaksanaanpembelajaran dan efek

tindakan pada siklus pertama pertemuan 1

- Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan pada proses

pembelajaran siklus pertama pertemuan 1

- Mengevaluasi proses dan hasil belajar siklus pertama

pertemuan 1
- Merencanakan tindak lanjut siklus pertama pertemuan 1

yaitu dengan menyusun perencanaan pertemuan 2.

2. Siklus kedua

Siklus kedua dan seterusnya dilaksanakan sama sesuai dengan

siklus pertama, hanya saja ada yang harus diperbaiki sebagai perbaikan

siklus pertama.

G. Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini merupakan sebuah upaya peningkatan

pemahaman konsep matematika peserta didik. Melalui penggunaan

pembelajaran model TPSq, instrumen yang diguanakan dalam penelitian ini

adalah berupa tes pemahaman konsep dan catatan lapangan.

Berikut ini akan diuraikan masing-masing instrumen penelitian

yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini.

1. Lembar tes pemahaman konsep

Lembar tes pemahaman konsep disusun berdasarkan tujuan

pembelajran dari setiap rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Data

hasil belajar digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

peserta didik sesudah proses pembelajaran dengan model TPSq. Tes

pemahaman konsep yang dirancang merupakan tes tertulis dengan

bentuk uraian.

2. Catatan lapangan
Catatan lapangan yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan

peserta didik pada masing-masing tahap selama proses pembelajaran.

Catatan lapangan dilakukan pada setiap pertemuan dan diakhir siklus

dijadikan sebagai bahan refleksi.

H. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes

Tes yang akan dilakukan berupa soal esai.Tes tersebut

berfungsi sebagai alat ukur, yaitu untuk mengukur pemahaman

konsep siswa. Dalam penyusunan tes tersebut, penulis melakukan

langkah-langkah berikut:

 Memberi batasan bahan yang akan diuji

 Menyusun kisi-kisi soal tes yang akan mencakup aspek

pemahaman konsep

 Menyusun butir-butir soal yang akan di uji

b. Dokumentasi

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, dokumentasi

berarti sesuatu yang tertulis, tercetak, atau terekam yang dapat

dipakai sebagai bukti atau keteranga. Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar (foto), atau karya-karya monumental dari seseorang

(Sugiyono 2010:329).
Pada penelitian ini dokumentasi digunakan untuk

memperoleh data nilai awal peserta didik, bukti aktivitas dalam

bentuk foto saat pembelajaran berlangsung.

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk diungkapkan secara

deskriptif kondisi yang terjadi saat proses pembelajaran. Keberadaan

catatan lapangan akan memperkuat data yang diperoleh sebelumnya

dan merupakan masukan bagi guru dalam melakukan refleksi.

Pada penelitian ini catatan lapangan berisi segala sesuatu

mengenai aktivitas peserta didik yang terjadi selam pembelajaran

matematika dengan TPSq yang belum tercamtum dalam lembar

observasi.

2. Analisis Data

a. Analisis Data untuk Pemahaman Konsep

Analisis ini digunakan untuk memperoleh informasi

tentang pemahaman konsep matematika siswa. Keberhasilan peserta

didik diukur dengan melihat ketuntasan dalam penguasaan

pemahaman konsep

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘


𝑝= × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

(Suharsimi 2009a: 236)

Dengan P adalah ketuntasan pemahaman konsep secara

individual.indikator keberhasilan tes hasil pemahaman konsep

dengan KKM ≥ 75.


b. Analisis Data catatan lapangan

Data catatan lapangan dibuat setiap pertemuan. Data ini

mencatat segala aktivitas peserta didik, kendala yang ditemui, dan

kemajuanyang telah dicapai peserta didik selam pembelajaran

berlangsung. Data ini dianalisis secara deskriptif untuk melengkapi

data hasil observasi.


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMPN Padang


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII/ganjil
Materi Pokok : Himpunan
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Pertemuan ke- :4
Alokasi Waktu : 2x40 menit

A. Kompetensi Inti
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang iptek, seni budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.
4. Menunjukan keterampilan menalar, mengolah dan menyaji secara kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif dalam ranah
konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi
3.4 Menjelaskan himpunan, himpunan 3.4.11 Menentukan irisan dari dua
bagian, himpunan semesta, atau lebih himpunan.
himpunan kosong, komplemen 3.4.12 Menentukan gabungan dari
himpunan, dan melakukan operasi dua atau lebih himpunan.
biner pada himpunan menggunakan 3.4.13 Menentukan komplemen dari
masalah kontekstual. suatu himpunan.
4.4 Menyelesaikan masalah kontekstual
yang berkaitan dengan
himpunan, himpunan bagian,
himpunan semesta, himpunan
kosong, komplemen himpunan, dan
operasi biner pada himpunan

C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui diskusi kelompok peserta didik dapat menyatakan irisan dua
atau lebih himpunan dengan cermat.
2. Melalui diskusi kelompok peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan irisan dua himpunan dengan teliti.
3. Melalui diskusi kelompok peserta didik dapat menyatakan gabungan
dua atau lebih himpunan dengan cermat.
4. Melalui diskusi kelompok peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan gabungan dua himpunan dengan
teliti.
5. Melalui diskusi dengan teman sebangku peserta didik dapat
menentukan komplemen dari suatu himpunan dengan cermat.
6. Melalui diskusi kelompok peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan komplemen dari suatu himpunan
dengan teliti.

D. Materi Pembelajaran
Fakta

a. Irisan himpunan dilambangkan dengan “ ∩ ”


b. Gabungan himpunan dilambangkan dengan “∪ ”
c. Komplemen dari himpunan A dinotasikan dengan “Ac”
d. Himpunan semesta dilambangkan dengan “ S “
e. Himpunan A dilambangkan dengan “ A “
f. Himpunan B dilambangkan dengan “ B “

Konsep

a. Irisan himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang semua


anggota himpunan A yang juga merupakan anggota himpunan B.
b. Gabungan himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang
anggotanya merupakan anggota himpunan A atau anggota himpunan
B.
c. Komplemen dari himpunan A adalah suatu himpunan semua anggota
himpunan S yang bukan anggota himpunan A.

E. Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Think Pair Square
3. Metode : Diskusi kelompok dan tanya jawab

F. Media Pembelajaran
Media : Ms. Powerpoint dan LKPD 4
G. Sumber Pembelajaran
1. As’ari,A.R. dkk. 2017. Buku Pegangan Peserta didik Matematika
SMP/MTs Kelas VII Edisi Revisi Semester I. Jakarta: Kemendikbud.
2. As’ari,A.R.dkk. 2016. Buku Pegangan Guru Matematika SMP/MTs
Kelas VII Edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud.

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan 7 menit
1. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran dengan memberi salam dan
mengajak peserta didik untuk berdoa, menanyakan kabar, dan
memeriksa kehadiran peserta didik;
2. Guru memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual
sesuai manfaat dan aplikasi materi himpunan dalam kehidupan
sehari-hari
Disajikan gambar perpustakaan pada slide powerpoint. Guru
bertanya gambar apakah ini? Apakah Ananda pernah datang
kesini?
Jika Ananda ingin mencari buku matematika, ke rak buku manakah
Ananda harus pergi? (motivasi)
3. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan dan
mengingat kembali mengenai himpunan bagian yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Misalnya: coba Ananda
tuliskan apa saja himpunan bagian dari 𝐴 = {1,3,5} (apersepsi)
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai; dan
5. Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus yaitu peserta didik akan bekerja di dalam kelompok.
Kegiatan Inti 66 menit

Think

1. Guru mendistribusikan LKPD irisan, gabungan, dan komplemen


himpunan kepada peserta didik.
2. Peserta didik mengamati masalah mengenai irisan, gabungan, dan
komplemen himpunan.(mengamati)
3. Peserta didik mengerjakan LKPD tersebut secara individu pada
kegiatan 1.
4. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
tentang masalah yang tidak dipahami terkait irisan, gabungan, dan
komplemen himpunan. (menanya)
Alokasi
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pair
5. Guru menginstruksikan setiap kelompok dibagi menjadi dua
pasang.
6. Peserta didik berdiskusi dengan pasangan mengenai jawaban
masalah dan kegiatan yang dikerjakan secara individu.
7. Peserta didik saling bertukar informasi tentang cara menyelesaikan
kegiatan 1 yang termuat pada LKPD. (mengumpulkan
informasi)

Square
8. Guru menginstruksikan untuk berdiskusi dengan kelompok awal
9. Kedua pasang saling bertukar informasi tentang cara
menyelesaikan kegiatan 1 yang termuat pada LKPD .
10. Peserta didik diminta menyelesaikan kegiatan 2 yang ada di LKPD
secara individu. (mencoba)
11. Peserta didik mendiskusikan jawaban kegiatan 1 dan 2 dengan
teman kelompoknya.

Diskusi kelas
12. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas. (mengkomunikasikan)
13. Peserta didik bersama guru memverifikasi jawaban kelompok
yang tampil. (mengkomunikasikan)

Penghargaan
14. Peserta didik yang mempertasikan hasil kerja kelompoknya
diberikan penghargaan. (tepuk tangan dan ucapan terima kasih
dan penambahan poin untuk individu dan kelompo) peserta didik
lain menanggapi pertanyaan temannya.
15. Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan
pembelajaran tentang irisan, gabungan, dan komplemen himpunan.
Kegiatan Penutup 7 menit

1. Melalui tanya jawab, peserta didik dengan bimbingan guru


membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari yaitu
mengenai bruto, netto, tara dan persentase irisan, gabungan, dan
komplemen himpunan.
2. Peserta didik diberikan kuis dan diminta menyelesaikannya secara
individu, setelah selesai dikumpulkan kepada guru.
Kuis
Diketahui himpunan semesta 𝑆 = {𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑙𝑖 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 20}.
Jika 𝐴 = {𝑥|2 < 𝑥 ≤ 8, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑎} dan 𝐵 =
{𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 12}. Tentukanlah :
a. Gambarlah diagram venn
Alokasi
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
b. 𝐴∪𝐵
c. 𝐴∩𝐵
d. 𝐴𝑐
e. 𝐴𝑐 ∩ 𝐵

3. Peserta didik bersama guru merefleksi proses pembelajaran pada


pertemuan ini, seperti membahas kendala-kendala dan kekurangan
yang ada.
4. Peserta didik diinformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan
mempelajari tentang selisih dua himpunan dan sifat-sifat pada operasi
himpunan.
5. Proses pembelajaran dikahiri dengan mengucapkan hamdallah dan
berharap semoga apa yang telah dipelajari dapat dipahami dengan
baik dan bermanfaat.

I. Penilaian

1. Teknik Penilaian
No Kompetensi yang diukur Teknik penilaian

1 Sikap Jurnal

2 Pengetahuan Pengerjaan LKPD, Kuis

3 Keterampilan Pengerjaan LKPD

2. Instrumen Penilaian
a. Jurnal Penilaian Sikap
Nama Satuan Pendidikan :
Tahun Pelajaran :
Kelas/ Semester :
Mata Pelajaran :

Butir Tindak
No Waktu Nama Kejadian/Perilaku TTD
Sikap Lanjut
1
2
b. Kuis

N Soal Penyelesaian Skor


o
1 Diketahui himpunan semesta a. 20
𝑆 = {𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑙𝑖 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 20}.
Jika 𝐴 = {𝑥|2 < 𝑥 ≤
8, 𝑥 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑎} dan 𝐵=
{𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 12}. Tentukanlah :
a. Gambarlah diagram venn
b. 𝐴 ∪ 𝐵
c. 𝐴 ∩ 𝐵
d. 𝐴𝑐
e. 𝐴𝑐 ∩ 𝐵

10
b. 𝐴 ∪ 𝐵 = {1,2,3,4,5,6,7,12}
10
c. 𝐴 ∩ 𝐵 = {3}
d. 𝐴𝑐 = 10
{1,2,4,6,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19}
e. 𝐴𝑐 ∩ 𝐵 = {1,2,4,6,12} 10
Total Skor 60

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟

Mengetahui, Padang, Padang,


201823 Desember 2017

Kepala SMP Guru Mata PelajaranGuru Mata Pelajaran

........................................ Fauzana Rama Yudja, S.Pd


NIP.
Operasi himpunan : irisan, gabungan , dan Komplemen
L K P D4
Himpunan

Kelas :

Nama Kelompok : Anggota :

Nama : 1.

2.

3.

4.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, Ananda diharapkan


mampu:
1. menyatakan irisan dua atau lebih himpunan.
2. menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
irisan dua himpunan.
3. menyatakan gabungan dua atau lebih himpunan.
4. menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
gabungan dua himpunan.
5. menentukan komplemen dari suatu himpunan
6. menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
komplemen dari suatu himpunan.

PETUNJUK :

1. Amati dan bacalah LKPD berikut dengan cermat dan teliti.


2. Peserta didik mengerjakan masalah secara individu selama 10 menit.
3. Peserta didik berdiskusi berdua dengan teman sebangku tentang jawaban masing-
masing dan saling mengoreksi jawaban dari teman.
4. Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang hasil kerja yang dilakukan, serta
saling berbagi ketika masih ada anggota kelompok yang belum paham.
5. Hasil diskusi kelompok ditulis di kertas karton yang telah disediakan dan
perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Info :

Irisan himpunan A dan B dinotasikan dengan 𝐴 ∩ 𝐵.


Gabungan himpunan A dan B dinotasikan 𝐴 ∪ 𝐵
Komplemen himpunan A dinotasikan 𝐴𝐶

Masalah 1 :

Misalkan : 𝑀 = himpunan bilangan asli kurang dari 7


𝑁 = {𝑥|2 ≤ 𝑥 ≤ 9, 𝑥 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑙𝑖}
S = {bilangan asli kurang dari 10}
a. Gambarkan diagram venn-nya!
b. Tentukan 𝑀 ∩ 𝑁!
c. Tentukan 𝑀 ∪ 𝑁!
d. Tentukan 𝑀𝐶 !
e. Tentukan 𝑁 𝐶 !

Jawab :

M={1,2,3,4,5,6}
N={2,3,4,5,6,7,8,9} a. 𝑀 ∩ 𝑁 = {2,3,4,5,6}
b. 𝑀 ∪ 𝑁 = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}
S
M N c. 𝑀𝐶 = {1}
d. 𝑁 𝐶 = {7,8,9}
.1 .2 .5 .6 .8

.3 .4 .7

.9

Kegiatan 1

Misalkan : 𝑃 = {2,3,5,7}
𝑄 = {1,3,5,7,9}
S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
a. Gambarkan diagram venn-nya.
b. Tentukan 𝑀 ∩ 𝑁!
c. Tentukan 𝑀 ∪ 𝑁!
d. Tentukan 𝑀𝐶 !
e. Tentukan 𝑁 𝐶 !
f. Tentukan (𝑀 ∩ 𝑁)𝑐 !
Jawab:

Think

Pair

Kegiatan 2

Dari 49 peserta didik diperoleh keterangan sebagai berikut.


Ada 29 peserta didik gemar Matematika, 26 peserta didik gemar IPA, 3 peserta didik tidak
gemar keduanya, dan ada beberapa peserta didik gemar Matematika dan IPA.
a. Gambarkan diagram venn-nya?
b. Berapa peserta didik gemar keduanya?
Jawab :
Think

Pair

Dari kegiatan 1 dan kegiatan 2 yang telah Ananda lakukan, maka tuliskan
kesimpulan yang Ananda dapatkan

Irisan himpunan A dan himpunan B adalah

Gabungan himpunan A dan himpunan B adalah

Komplemen himpunan A adalah


Latihan

1. Misalkan : 𝑀 = himpunan bilangan prima antara 1 dan 10


𝑁 = {𝑥|0 < 𝑥 ≤ 3, 𝑥 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ}
a. Tentukan 𝑀 ∪ 𝑁
b. Tentukan 𝑀 ∩ 𝑁
c. Gambarkan diagram venn-nya!

Jawab :

2. Jika diketahui 𝑆 = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}, 𝐴 = {2,4,6,8,10}, dan 𝐵 = {2,3,5,7},


maka tentukan:
a. Komplemen dari himpunan A
b. Komplemen dari himpunan B
c. Komplemen dari himpunan 𝐴 ∪ 𝐵

Jawab :
3. Di wilayah RT 09 ada warga yang gemar olahraga. Olahraga tersebut antara

lain adalah bola voli, sepak bola,bulu tangkis, bola takraw, dan futsal. Pak

Tono dan Pak Alex adalah warga RT 09. Pak Tono gemar bola voli dan bulu

tangkis. Pak Alex gemar futsal, bola voli, dan sepak bola.

a. Tentukan olahraga di wilayah RT 09 yang bukan mili Pak Tono?


b. Tentukan olahraga di wilayah RT 09 yang bukan milik Pak Alex?

Jawab :

Gambarkanlah diagram Venn dari himpunan tersebut?

Anda mungkin juga menyukai