Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Kepribadian

Pengertian Gangguan Kepribadian Menurut beberapa ahli :

 Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari kepribadian adalah bagaimana


individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain.
 Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan
perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus
menerus terhadap hidupnya.
 Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan
diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe
implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas
lainnya yang tidak tergolongkan. Gangguan Kepribadian adalah istilah umum
untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan
berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
 Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar
rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Kaplan dan Saddock
mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang
menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya,
kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.
Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada karakter dan
kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan tersebut melibatkan beberapa bidang
kepribadian dan berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat
disebabkan oleh faktor hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.
Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di dasarkan pada bentuk
perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial dan
merugikan individu bersangkutan, kebanyakan orang awam memberikan sebutan label atau
pelbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan untuk
berobat dan melakukan isolasi diri.
Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres, yang dilanjutkan pada
penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku tertentu seperti orang mengalami distres
pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara mendramatisir,
menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan antisosial.
Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas sehari-harinya, secara
umum individu yang mengalami gangguan kepribadian kesulitan untuk mempertahankan atau
menlanjuti hubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal
yang kronis, atau kesulitan dalam mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang muncul
dalam dirinya.
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit
menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak
permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar. Problem
ketergantungan pada alkohol, gangguan mood, kecemasan dan gangguan makan, melakukan
hal-hal yang berbahaya terhadap diri sendiri, keinginan bunuh diri, gangguan seksual sering
menjadi bagian dari permasalahan gangguan kepribadian.

B. Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian

1. Faktor Genetika
Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di
Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian
adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu
penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan
waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira
sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan
dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara
temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
3. Faktor Biologis
 Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan
peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
 Neurotransmitter, penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat
seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik
pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi,
impulsivitas.
 Elektrofisiologi, perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang
lambat.
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada
salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang
berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan
sangat teliti.

C. Gejala Umum Gangguan Kepribadian

Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan pelbagai pengalaman konflik dan
ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Gejala secara umum gangguan
kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada. Secara umum gangguan ini
klasifikasikan berdasarkan :
1. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari social expectation.
Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih:
o Cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi terhadap
dirinya, orang lain dan waktu.
o Afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan
cakupan)
o Fungsi-fungsi interpersonal
o Kontrol terhadap impuls
2. Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan
berpengaruh pada situasi sosial.
3. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distress
atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial
penting lainnya.
4. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat muncul
dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit
jiwa.
5. Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang muncul
yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.

Resiko Gangguan Kepribadian

Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian dapat


berdampak pada :

(1) Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan ketidakmampuan


untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang disebabkan putusnya hubungan
dengan masyarakat

(2) Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan
kepribadian ambang dan cluster B

(3) Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan

(4) Depresi, kecemasan dan gangguan makan. Untuk semua cluster mempunyai resiko
berkembangnya problema psikologis lainnya

(5) Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian
ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat
pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian. Pada gangguan kepribadian
dependen beresiko mengalami pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik
karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata (bergantung
pada orang tersebut)
(6) Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan kepribadian
paranoid dan antisosial

(7) Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko lebih besar
melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri bersangkutan
dipenjara

(8) Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak
mendapatkan perawatan secara baik.

Macam-macam Gangguan Kepribadian

Kelompok A (cenderung berpikir atau berperilaku anehdan eksentrik/ tampak aneh) :

 Paranoid

Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan kepada orang lain dan kecurigaan
berlebih bahwa orang di sekitarnya memiliki motif jahat. Orang dengan kelainan ini
cenderung memiliki kepercayaan yang berlebihan pada pengetahuan dan kemampuan
mereka sendiri dan biasanya menghindari hubungan dekat. Mereka mencari makna
tersembunyi dalam segala sesuatu dan membaca niat bermusuhan ke dalam tindakanorang
lain. Mereka suka mengetest kesetiaan teman dan orang-orang terkasih dan sering tampak
dingin dan menjauh. Mereka biasanya suka menyalahkan orang lain dan cenderung
membawa dendam lama.

 Schizoid
Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari hubungan dengan orang lain dan tidak
menunjukkan banyak emosi. Tidak seperti avoidants, schizoids benar-benar lebih suka
menyendiri dan tidak diam-diam menginginkan popularitas. Mereka cenderung mencari
pekerjaan yang memerlukan sedikit kontak sosial. keterampilan sosial mereka lemah dan
mereka tidak menunjukkan perlunya perhatian atau penerimaan. Mereka dianggap tidak
punya selera humor dan jauh dan sering disebut sebagai “penyendiri.”

 Schizotypal

Banyak yang percaya bahwa gangguan kepribadian schizotypal mewakili skizofrenia ringan.
Gangguan ini ditandai oleh bentuk-bentuk berpikir dan memahami dengan cara yang aneh,
dan individu dengan gangguan ini sering mencari isolasi dariorang lain . Mereka kadang-
kadang percaya untuk memiliki kemampuan indra yang ekstra atau kegiatan yang tidak
berhubungan berhubungan dengan mereka dalam beberapa cara penting. Mereka umumnya
berperilaku eksentrik dan sulit berkonsentrasi untuk waktu yang lama. pidato mereka sering
lebih rumit dan sulit untuk diikuti.

Kelompok B (cenderung emosi dalam berpikir dan berperilaku) :

 Antisosial

Banyak yang salah paham bahwa gangguan kepribadian antisosial mengacu pada orang yang
memiliki keterampilan sosial yang buruk. Sebaliknya, gangguan kepribadian antisosial ditandai
oleh kurangnya hati nurani. Orang dengan gangguan ini rentan terhadap perilaku kriminal,
percaya bahwa korban-korban mereka lemah dan pantas dimanfaatkan. Antisocials
cenderung suka berbohong dan mencuri. Sering kali, mereka tidak hati-hati dengan uang dan
mengambil tindakan tanpa berpikir tentang konsekuensinya . Mereka sering agresif dan jauh
lebih peduli dengan kebutuhan mereka sendiri daripada kebutuhan orang lain.
 Ambang/ Borderline

Merupakan suatu gangguan kepribadian yang menyebabkan penderita tidak memiliki rasa diri
yang jelas dan konsisten serta tidak pernah memiliki kepastian dalam nilai – nilai, loyalitas,
dan pilihan karier mereka. Mereka tidak tahan berada dalam kesendirian, memiliki rasa takut
di abaikan, dan menuntut perhatian. Mudah mengalami perasaan depresi dan perasaaan
kosong yang kronis, mereka seringkali mencoba bunuh diri dan melakukan tindakan
memutilasi diri sendiri (Davidson, Neale, Kring, 2004).

 Histrionic

Orang dengan gangguan kepribadian Histrionicadalah pencari perhatian konstan. Mereka perlu
menjadi pusat perhatian setiap waktu, sering menggangguorang lain untuk mendominasi
pembicaraan. Mereka menggunakan bahasa muluk-muluk untuk menggambarkan kejadian
sehari-hari dan mencari pujian konstan. Mereka suka berpakaian ”yang memancing” atau
melebih-lebihkan kelemahannya untuk mendapatkan perhatian. Mereka juga cenderung
membesar-besarkan persahabatan dan hubungan, percaya bahwa setiaporang menyukai
mereka. Mereka sering manipulatif.

 Narcissistic

Gangguan kepribadian Narcissistic dicirikan oleh keterpusatan diri. Seperti gangguan Histrionic,
orang-orang dengan gangguan ini senang mencari perhatian dan pujian. Mereka membesar-
besarkan prestasi mereka, mengharapkan orang lain untuk mengakui mereka sebagai
superior. Mereka cenderung teman, karena mereka percaya bahwa tidak sembarang orang
yang layak menjadi teman mereka. Narsisis cenderung membuat kesan pertama yang baik,
namun mengalami kesulitan menjaga hubungan jangka panjang. Mereka umumnya tidak
tertarik pada perasaan orang lain dan dapat mengambil keuntungan dari mereka.

Kelompok C (cenderung tampak cemas dan ketakutan) :


 Avoidant

Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kegelisahan sosial yang ekstrim. Orang dengan
gangguan ini sering merasa ”tidak cukup”, menghindari situasi sosial, dan mencari pekerjaan
dengan sedikit kontak dengan orang lain. Avoidant takut ditolak dan khawatir jika mereka
memalukan diri mereka sendiri di depan orang lain. Mereka membesar-besarkan potensi
kesulitan pada situasi baru untuk membuat orang berpikir agar menghindari situasi itu. Sering
kali, mereka akan menciptakan dunia fantasi untuk pengganti yang asli. Tidak seperti
gangguan kepribadian skizofrenia, avoidant merindukan hubungan sosial, tetapi belum
merasa merekabisa mendapatkannya. Mereka sering mengalami depresi dan memiliki
kepercayaan diri yang rendah.

 Dependent

Gangguan kepribadian ini ditandai dengan kebutuhan untuk dijaga. Orang dengan kelainan ini
cenderung bergantung pada orang dan merasa takut kehilangan mereka. Mereka mungkin
menjadi bunuh diri ketika berpisah dengan orang yang dicintai. Mereka cenderung untuk
membiarkan orang lain mengambil keputusan penting bagi mereka dan sering melompat dari
hubungan satuke hubungan yang lainnya. mereka sering bertahan dalam suatu hubungan,
walaupun sering dikasari atau disakiti. kepekaan berlebih terhadap penolakan umum. Mereka
sering merasa tak berdaya dan tertekan.

 Obsesif-Kompulsif

Nama gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif (OCDP) mirip dengan kecemasan obsesif-


kompulsif, namun keduanya sangat berbeda. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif terlalu fokus pada keteraturan dan kesempurnaan. Mereka harus melakukan
segalanya “benar” sering mengganggu produktivitas mereka. Mereka cenderung untuk
terjebak dalam halhal yang detil, namun kehilangan gambaran yang lebih besar. Mereka
menetapkan standar yang tinggi tidak masuk akal untuk diri mereka sendiri dan orang lain,
dan cenderung sangat kritis terhadap orang lain ketika mereka tidak hidup sampai saat ini
standar yang tinggi. Mereka menghindari bekerja dalam tim, percaya orang lain terlalu
ceroboh atau tidak kompeten. Mereka menghindari membuat keputusan karena mereka
takut membuat kesalahan dan jarang murah hati dengan waktu atau uang. Mereka sering
mengalami kesulitan mengekspresikan emosi.

Treatment bagi Penderita Gangguan Kepribadian

Treatment secara spesifik, menurut diskripsi gangguan kepribadiannya :

Kelompok A

A. Paranoid

Psikoterapi – Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu ahli
terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien dan harus diingat bahwa
kejujuran merupakan halyang sangat penting bagi pasien.

Farmakoterapi – Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada


sebagian besar kasus obat anti anxietas sepertidiazepam dapat digunakan.

B. Skizoid

Psikoterapi – Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadiaan schizoid mungkin
diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu, mereka akan ikut terlibat.
Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan
mereka akan ketenangan. Dengan berjalaannya waktu, anggota kelompok menjadi penting
bagi pasien schizoid dan dapaat memberikan kontak sosial.

Farmakoterapi – Dengan antipsikotik dosis kecil, anti depresan dan psikostimulan dapat
digunakan dan efektif pada beberapa pasien.

C. Skizotipal

Psikoterapi – Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian skizotipal harus
ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius
yang aneh. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili
kepercayaan atau aktivitas mereka.

Farmakoterapi – Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalaam menghadapi gagasan mengenai


diri sendiri, wahaam dan gejala lain dari gangguan dan dapaat digunakan bersama-sama
psikoterapi. Penggunaan haloperidol dilaporkan memberikan hasil positif pada.

Kelompok B

A. Antisosial

Psikoterapi – Jika pasien merasa berada diantara teman-teman sebayanya, tidak adanya motivasi
mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok yang
menolong diri sendiri akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan
gangguan.

Tetapi ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak pada pasien.
Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahli terapi harus mengagalkan
usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.

Farmakoterapi – Farmakoterapi digunakan untuk menghadaapi gejala yang diperkirakan akan


timbul seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.

B. Ambang/ Borderline

Psikoterapi – Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi bawah sadar
secaraa mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasiem gangguan kepribadian ambang
untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan
terhadaap kritik dan penolakan.

Latihan keterampilan social, khususnya dengan video tape, membantu pasien untuk melihat
bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain, hal ini untuk meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
Farmakoterapi – Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan
dan episode psikotik yang singkat. Antidepresan memperrbaiki mood yang terdepresi yang
sering ditemukan pada pasien.

Dialectical behavior therapy merupakan salah satu type dari CBT berfokus pada coping skill,
dalam terapi ini individu belajar mengontrol perilaku dan emosi dengan teknik kesadaran
penuh, pasien dibantu untuk mengenal pelbagai muatan emosinya tanpa perlu bereaksi
(mengontrol perilakunya) Terapi ini efektif untuk penyembuhan gangguan kepribadian
ambang.

C. Gangguan Kepribadian Historinic

Psikoterapi – Pasien dengan gaangguan kepribadian histrionic seringkali tidak menyadari perasaan
mereeka yang sesungguhnya.

Psikoterapi berorientasi psikoanaliasis, baik dalam kelompok atau individual.

Farmakoterapi – Farmaakoterapi dapaat ditaambaahkaan jikaa gejala adalah menjadi sasarannya,


seperti penggunaan aantidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat anti anxietas
untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.

D. Gangguan Kepribadian Narsistik

Psikoterapi – Mengobati gangguan kepribadiaan naarsistik sukaar karena pasien harus


meninggalkaan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan.
Farmakoterapi – Lithium (eskalith) digunakaan pada pasien yang memiliki pergeseran mood
sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka antidepresan
juga dapat digunakan

Kelompok C

A. Menghindar/ Avoid

Psikoterapi – Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan apa yang
dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan.

Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan social
yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah
buruk.

Tetapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan
pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang
dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan
untuk meningkatkan harga diri mereka.

Farmakoterapi - Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol (Tenormin),
untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien
dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang
menakutkan.

B. Dependen

Psikoterapi – Terapi yang digunakan yaitu melalui proses kognitif behavioral, dengan menciptakan
kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.

Farmakoterapi – Benzodiazepine dan obat serotonergik dapat berguna.

C. Obsesif Kompulsif

Psikoterapi – Pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit
dan mencari pengobatan ataas kemauaan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu
mengarahkan, sangat dihargai oleh pasien gangguan ini.

Farmakoterapi – Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan anti konvulsan,


pemakaian obat ini untuk menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan kepribadian
obsesif kompulsif parah.
asuhan keperawatan pada gangguan kepribadian

1. Pengkajian

identifikasi pasien

keluhan utama

riwayat penyakit sekarang

riwayat pribadi

riwayat keluarga

pemeriksaan status mental

penampilan umum

kesadaran

perhatian

orientasi

2. Diagnosa keperawatan

a. harga diri rendah berhubungan dengan menarik diri

b. resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain berhubungan dengan perilaku
kekerasan

3. Intervensi keperawatan

a. harga diri rendah berhubungan dengan menarik diri

b. resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain berhubungan dengan perilaku
kekerasan
.
.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana
cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Penderita
gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit menyesuaikan diri
sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak permintaan, ketakutan,
permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar.
Berupa gangguan psikologis yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Memiliki
gangguan kepribadian negatif dapat mempengaruhi pekerjaan seseorang, keluarga, dan
kehidupan sosial seseorang. Mereka yang memiliki gangguan kepribadian memiliki beberapa
fitur yang berbeda termasuk gangguan psikologis dalam diri : kemampuan untuk memiliki
hubungan interpersonal yang sukses, kesesuaian dari jangkauan emosi, cara memahami diri
mereka sendiri, orang lain, dan dunia, dan kesulitan memiliki kontrol impuls yang tepat.
Gangguan kepribadian menciptakan suatu pola perilaku meresap dan pengalaman batin
yang sangat berbeda dari norma-norma budaya dan individu yang ada didalam masyarakat.
Terkadang berupa penyimpangan perilaku yang muncul secara dramatis tanpa disadari. Oleh
karena itu, mereka yang memiliki gangguan kepribadian sering mengalami konflik dengan
dirinya secara pribadi, keluarga, maupun lingkungan sekitarnya.
Gangguan Kepribadian dikelompokkan menjadi 3 : cenderung berpikir atau berperilaku
aneh dan eksentrik/ tampak aneh, cenderung emosi dalam berpikir dan berperilaku, serta
cenderung ketakutan dan cemas.

Namun, dari segala bentuk gangguan kepribadian tersebut telah dilakukan beberapa
treatment bagi penanganan penderita gangguan kepribadian. Sehingga,seiring berjalannya
waktu perilaku tersebut dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Davidson, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Cetakan Kesembilan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
https://www.academia.edu/4836625/Gangguan_Kepribadian
https://id.scribd.com/doc/148314263/Paranoid

Anda mungkin juga menyukai