Dosen:
Khairunnisa.M.Pd
Oleh Kelompok 1:
1.Mega sari
2.Yuli
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya bisa menyelesaikan resume yang
berjudul “Sejarah Bahasa Indonesia”ini dengan baik dan tepat waktu.Tidak
lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing kami
yang bernama Khairunnisa M.Pd yang telah memberikan banyak bimbingan
serta masukan yang bermanfaat dalam menyusun resume ini.
Pangkalpinang,Agustus 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal Mula Bahasa Indonesia ............................................................. 8
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
diperlukan mengetahui sejarah dan asal-usul terbentuknya bahasa Indonesia
terlebih dahulu.Oleh karena itu, dalam tulisan ini dijelaskan lebih rinci
mengenai sejarah terbentuknya bahasa Indonesia sampai perkembangan
ejaan bahasa Indonesia hingga saat ini.
5
1.4 Manfaat Penulisan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 Masehi), bahasa Melayu (bahasa
Melayu Kuno) dipakai sebagai bahasa kenegaraan. Hal itu dapat diketahui,
dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatra bagian
selatan peninggalan kerajaan tersebut. Prasati tersebut di antaranya adalah
dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur
7
berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688
M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna.
Pada saat itu, bahasa Melayu yang digunakan bercampur kata-kata bahasa
Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan, di Kepulauan Nusantara, para
pedagangnya membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan
bahasa Melayu walaupun dengan cara kurang sempurna. Hal itu melahirkan
berbagai varian lokal dan temporal pada bahasa Melayu yang secara umum
dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti.
Salah satu ditemukannya bahasa Melayu kuno yaitu pada Prasasti Kota
Kapur.Prasasti Kota Kapur adalah prasasti berupa tiang batu bersurat yang
ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka, di sebuah dusun kecil yang
bernama "Kota kapur". Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa
dan menggunakan bahasa Melayu Kuno, serta merupakan salah satu
dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini dilaporkan
penemuannya oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892, dan
merupakan prasasti pertama yang ditemukan mengenai Sriwijaya.
Zaman penting bagi Bahasa Melayu ialah pada zaman Kerajaan Melayu
Melaka. Kerajaan Melayu Melaka yang telah menerima Islam dan berjaya
membina empayar yang luas telah dapat meningkatkan kemajuan dan
perkembangan Bahasa Melayu di rantau ini. Bahasa Melayu telah digunakan
dalam pentadbiran dan aktiviti perdagangan serta menjadi “lingua franca”
8
para pedagang. Bahasa Melayu juga telah menjadi alat penyebaran agama
Islam ke seluruh Kepulauan Melayu. Bahasa Melayu telah mendapat bentuk
tulisan baru iaitu tulisan Jawi. Perbendaharaan kata juga telah bertambah
dengan wujudnya keperluan untuk mengungkapkan idea-idea yang dibawa
oleh peradaban Islam. Keagungan Kesultanan Melaka jelas tergambar di
dalam “Sejarah Melayu” oleh Tun Seri Lanang, sebuah karya dalam Bahasa
Melayu yang sangat tinggi nilainya.
1.Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan
ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap
istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.
2.Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan oleh kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk
bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran,
dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.steraan Melayu.
9
2.2 Proses Pengesahan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Pada tahun 1908 Balai Pustaka didirikan dengan nama Commissie voor
de Inlansche School en Volkslectuur (bahasa Belanda: "Komisi untuk Bacaan
Rakyat") oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 15 Agustus 1908.
Lembaga itu berada di bawah naungan Adviseur voor Inlandsch Zaken, atau
Biro Penasehat Urusan Pribumi, yang termasuk ke dalam Departement van
Onderwijs en Eeredienst, Departemen Pendidikan dan Keagamaan.Kantoor
voor de Volkslectuur atau lebih dikenal dengan nama "Balai Poestaka" pada
tanggal 17 September 1917. Balai Pustaka menerbitkan kira-kira 350 judul
buku per tahun yang meliputi kamus, buku referensi, keterampilan, sastra,
sosial, politik, agama, ekonomi, dan penyuluhan.Menurut Menteri BUMN,
Mustafa Abubakar, Balai Pustaka kini terancam bangkrut dan akan dilikuidasi
karena terus mengalami kerugian.Kios Balai Poestaka di Purwokerto pada
masa Hindia Belanda.
10
kembang di negaranya sendiri. Sejak 16 Juni 1927, ia selalu menggunakan
bahasa Melayu setiap kali berbicara di forum Volksraad. Kendati
diperingatkan, ia tetap saja membandel (S. Amran Tasai & Djamari,
Pandangan Sastrawan A.A. Navis dan Tanggapan Kritikus terhadap Karyanya,
2003:94).
Pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, usul agar bahasa Melayu
diangkat sebagai bahasa nasional disampaikan oleh Muhammad Yamin,
seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, Muhammad Yamin mengatakan: “Jika
mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi
bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu,
bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau
bahasa persatuan.”
11
Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar
biasa. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara
berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar :
12
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di
hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972, kemudian pada 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di
seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
13
Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia,
Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
14
dalam kedudukannya sebagai bahasa kebangsaan maupun sebagai
bahasa bahasa negara.
3. Peresmian penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
(EYD) pada 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia H. M.
Soeharto, dalam pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.
4. Penetapan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan pada 31 Agustus
1972 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Mulai saat itu pedoman
tersebut berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Momentum tersebut
dikenal sebagai Wawasan Nusantara.
5. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa penting
bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak
tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.
6. Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 21-26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam
rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam
putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua
warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
7. Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3
November 1988 yang dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa
Indonesia dari dalam negeri dan peserta tamu dari negara sahabat
15
seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda,Jerman,dan
Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya
besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta
bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
8. Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2
November 1993 yang diharidi 770 pakar bahasa Indonesia dalam negeri
dan 53 peserta tamu dari Australia, Brunei Darussalam, Jerman,
Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan
Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa
Indonesia.
Pada tahun 1953 Kamus Bahasa Indonesia berhasil disusun untuk pertama
kalinya oleh W.J.S Poerwodarminta. Dalam kamus tersebut tercatat jumlah
lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000. Pada tahun 1976,
Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat
penambahan 1.000 kata baru. Pada tahun 1988 terjadi loncatan yang luar
bisa dalam Bahasa Indonesia. Dari 23.000 kata telah berkembang menjadi
62.000. Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka
Brunei, berhasil dibuat 340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
16
2. Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status
kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sampai tahun 2007 Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000 kata
baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu.
Sementara kata umum telah berjumlah 78.000.Di sisi yang lain reformasi
yang muncul pada tahun 1998 justru keadaan makin memburuk,dimana
bahasa asing lebih marak digunakan.Sedangkan kala itu bahasa Indonesia
sempat dipinggirkan, Pada zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki
andil dalam perkembangan bahasa Indonesia adalah media massa baik cetak
maupun elektronik. Seorang tokoh pers nasional, Djafar Assegaf, menuding
bangsa Indonesia tengah mengalami “krisis penggunaan bahasa Indonesia”
yang amat serius. Media massa sudah terjerumus kepada situasi “tiada
tanggung jawab” terhadap pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
17
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan pengaruh dari
negara-negara ekonomi kuat, seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan
Korea, bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan.Ancaman ini justru
diperparah oleh pelajar di Indonesia itu sendiri,mereka menganggap bahasa
Indonesia terlalu kaku dan terlihat kuno sehingga mereka lebih suka
menggunakan bahasa gaul bahkan bahasa singkatan dan bahasa asing.
Namun di sisi lain dengan berkembang nya IPTEK banyak sekali masyarakat
yang sudah bisa mengenal satu sama lain walaupun berbeda daerah
18
sekaligus negara,dan jika pada awalnya masyarakat Indonesia yang terdiri
dari multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama susah bergaul
antarsesama karena terdapat perbedaan bahasa, kini dengan meratanya
penyerbarluasan bahasa Indonesia,maka kendala komunikasi antaranggota
masyarakat dapat diatasi. Hal ini merupakan salah satu bentuk kemajuan
dalam bahasa Indonesia. Dengan alasan globalisasi, percampuran bahasa
Indonesia dengan bahasa asing justru semakin marak. Kata-kata seperti
“new arrival”, “sale”, “best buy”, “discount”, terpampang dengan jelas di
berbagai toko dan pusat perbelanjaan. Media pun ikut mempengaruhi
penggunaan bahasa Indonesia yang salah. Malahan tidak sedikit media yang
memberikan judul acara dengan kata-kata dalam bahasa asing.
19
Indonesia itu sudah diupayakan didirikan di Canbera Australia, Los Angles AS,
dan Washington DC, AS.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis
merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan
huruf, serta mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa
(diagram).Dengan demikian terdapat banyak lambing atau huruf yang
dipergunakan untuk menyatakan bunyi-bunyi bahasa itu. Ejaan fonemas
adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambing
atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang diperlukan tidak terlalu
banyak jika dibandingkan dengan jumlah lambing dalam ejaan fonetis (Barus
Sanggup, 2013) Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata
mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi
adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan.
20
1.Ejaan van Ophuysen
Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka
dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan van
Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van Ophuysen
yang dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat
Melayu. Disebut dengan Ejaan Balai Pustakan karena pada waktu itu Balai
Pustaka merupakan suatu lembaga yang terkait dan berperan aktif serta
cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Beberapa hal
yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :
Misalnya:
Misalnya:
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
Misalnya:
21
EYD Ejaan Van Ophusyen
Rakyat Ra’yat
Bapak Bapa’
Makmur Ma’moer
2. Ejaan Republik
Ejaan Republik adalah merupakan hasil penyederhanaan dari pada Ejaan
van Ophuysen. Ejaan Republik mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947.
Pada waktu itu yang menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi, maka ejaan tersebut
dikenal pula atau dinamakan juga dengan Ejaan Suwandi.
Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres Bahasa
Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 dan yang
menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus istilah.
Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan
Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini:
a.Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam
Ejaan Republik.Contohnya goeroe diubah menjadi guru
b.Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.
c.Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d.Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e.Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.
3.Ejaan Pembaharuan
Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk
memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia
Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
22
Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah
nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitian
ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-
patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah
diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah
disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan
huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.
a.Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
bGabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c.Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d.Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong
ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.
Misalnya:
EYD
EYD Ejaan
Pembaruan
Santai Santay
Gulai Gulay
23
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokanpemakaian ejaan itu.Karena
penuntutan itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober
1972, No. 156/P/1972, menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedomaan Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurkan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan
dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Beberapa hal yang perlu
dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.Sebagaimana yang telah umum diketahui, Ejaan van
Ophuysen sesuai dengan namanya diprakarsai oleh Ch. A. van Ophuysen,
seorang berkebangsaan Belanda. Ejaan ini mulai diberlakukan sejak 1901
hingga munculnya Ejaan Soewandi. Ejaan van Ophuysen ini merupakan ejaan
yang pertama kali berlaku dalam bahasa Indonesia yang ketika itu masih
bernama bahasa Melayu. Dan ini menjadi dasar dan asal terbentuknya
Bahasa Indonesia.
24
demikian, ditetapkannya Ejaan van Ophuyson merupakan hal yang sangat
bermanfaat pada masa itu.Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk dan diproklamasikan menjadi negara yang berdaulat, para ahli
bahasa merasa perlu menyusun ejaan lagi karena tidak puas dengan ejaan
yang sudah ada. Ejaan baru yang disusun itu selesai pada tahun 1947, dan
pada tanggal 19 Maret tahun itu juga diresmikan oleh Mr. Soewandi selaku
Menteri PP&K (Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan). Ejaan baru itu
disebut Ejaan Republik dan dikenal juga dengan nama Ejaan Soewandi.
25
Menulis singkatan dan akronim.
Menulis angka dan nomor simbol.
Menulis elemen penyerapan.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
nomor satukan dan haraus dipahami oleh berbagai pihak terutama oleh
27
bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia, yakni muncul Ejaan
Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK, Ejaan yang
disempurnakan, dan EBI.
3.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Haryatmo, Sri. 2009. Buku Panduan Mengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Intitut agama Islam Sunan Kalijaga
29