Menulis
Ilmiah
(Edisi Revisi)
Azwardi
© 2018
Azwardi 2018
Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Penulis
Azwardi
ISBN: 978-602-5919-07-7
Editor
Muhammad Iqbal
Layouter
Muhammad Rifki
Desain Sampul
Decky R. Risakotta
Proofreader
Fairus M. Nur Ibrahim
Penerbit
Bina Karya Akademika
Alamat Kantor
Jalan Prada Utama 16 E
Lamnyong, Banda Aceh, 23115
Nomor Kontak: 085260410772 dan 08126945708
E-Mail: bka.aceh2010@gmail.com
©2018, Azwardi
Hak cipta yang dilindungi undang-undang ada pada penulis. Dilarang memperbanyak,
baik sebagian maupun seluruh isi buku ini, tanpa izin dari penulis atau penerbit.
Pengantar Penulis iii
PENGANTAR PENULIS
Azwardi 2018
iv Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pengantar Penulis v
isi buku ini secara baik akan sangat mendukung proses pembentukan
keseluruhan kompetensi dan performansi itu.
Penulisan buku ini dapat berjalan dengan lancar berkat motivasi
dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar
ini saya mengungkapkan rasa terima kasih kepada mereka, terutama
editor yang telah menyelaraskan draf buku ini serta layouter yang
telah mendesain-layout hingga terwujud dalam tampilan seperti ini.
Kemudian, ungkapan rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada
tim pengajar Bahasa Indonesia dan UPT-MKU Universitas Syiah
Kuala yang atas segala pertimbangan akademis telah mempercayakan
saya mengembangkan materi perkuliahan Bahasa Indonesia dalam
wujud buku ajar seperti ini.
Terwujudnya karya akademik dalam tampilan seperti ini tidak
terlepas dari peran aktif tim kreatif Bina Karya Akademika, khususnya
Muhammad Iqbal, S.Pd., S.H., M.Hum., Fairus M. Nur Ibrahim M.A.,
Decky R. Risakotta, S.Pd., dan Muhammad Rifki, S.Pd. yang telah
menyunting dengan saksama, mem-proofreading dengan cermat, me-
layout dengan apik, dan mendesain dengan menarik buku ini. Kecuali
itu, ungkapan rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada pakar yang
mumpuni dalam bidang kurikulum dan perbukuan nasional, Prof. Dr.
H. A. Syukur Ghazali, M.Pd., pakar yang ahli dalam bidang linguistik,
Dr. Abdul Gani Asyik, M.A., dan pakar yang profesional dalam bidang
pembelajaran bahasa, Dr. Rajab Bahry, M.Pd. yang telah membaca
draf final buku ini dan menukilkan komentar bernasnya terhadap buku
ini. Maka, kepada para guru saya itu patut saya sampaikan apresiasi
yang setinggi-tingginya.
Saya menyadari bahwa buku ini mungkin belum cukup
praktis untuk dijadikan sebagai sumber rujukan utama dalam
upaya meningkatkan kemahiran menggunakan bahasa Indonesia,
Azwardi 2018
vi Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Azwardi
2018 Azwardi
Pengantar Penerbit vii
PENGANTAR PENERBIT
Azwardi 2018
viii Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Komentar Pakar ix
KOMENTAR PAKAR
Azwardi 2018
x Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Pakar Linguistik
Universitas Syiah Kuala
Dr. Abdul Gani Asyik, M.A.
2018 Azwardi
Komentar Pakar xi
Azwardi 2018
xii Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
DAFTAR ISI
2018 Azwardi
Daftar Isi xiii
Azwardi 2018
xiv Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
BAB VI KALIMAT
1. Uraian Materi 103
1.1 Pengertian Kalimat 103
1.2 Unsur-Unsur Kalimat 104
1.2.1 Subjek 104
1.2.2 Predikat 106
1.2.3 Objek 107
1.2.4 Pelengkap 109
1.2.5 Keterangan 110
1.3 Pola Kalimat Dasar Bahasa Indonesia 111
1.4 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk 112
1.4.1 Kalimat Tunggal 112
1.4.2 Kalimat Majemuk 113
1.4.2.1 Kalimat Majemuk Setara 113
1.4.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat 114
1.4.2.3 Kalimat Majemuk Campuran 115
1.5 Kalimat Efektif 116
1.5.1 Ciri-Ciri Kalimat Efektif 117
1.5.1.1 Unsur-Unsur Kalimat Harus Jelas 118
1.5.1.2 Bagian-Bagian Kalimat Harus Sejajar 119
1.5.1.3 Bagian Kalimat Tidak Dipenggal 120
1.5.1.4 Kaidah Penalaran 121
1.5.1.5 Bagian-Bagian yang Sama Tidak Digunakan 122
1.5.1.6 Kalimat Tidak Berbelit-Belit 123
1.5.1.7 Kalimat Disusun Menurut Kaidah Bahasa Indonesia 124
2018 Azwardi
Daftar Isi xv
2. Ringkasan 126
3. Latihan 127
Azwardi 2018
xvi Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Daftar Isi xvii
Azwardi 2018
xviii Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pendahuluan 1
BAB I
PENDAHULUAN
Azwardi 2018
2 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
1. Rumusan Tujuan
Setelah materi perkuliahan ini dipelajari secara tuntas, mahasiswa
diharapkan memiliki kompetensi dan keterampilan yang memadai
dalam bidang bahasa Indonesia sebagai bekal dalam mengerjakan
tugas-tugas akademiknya. Kompetensi dan keterampilan tersebut
2018 Azwardi
Pendahuluan 3
2. Kerangka Topik
Materi yang disampaikan dalam keseluruhan perkuliahan ini adalah
sebagai berikut: (1) pendahuluan; kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia, sikap berbahasa Indonesia, dan bahasa Indonesia ragam
ilmu, (2) ejaan; pengertian ejaan, fungsi ejaan, dan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang meliputi pemakaian huruf,
penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan,
(3) pembentukan kata; afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, (4)
diksi; pengertian diksi dan prinsip pemilihan kata, (5) kalimat;
pengertian kalimat, unsur-unsur kalimat, kalimat tunggal dan
kalimat majemuk, dan kalimat efektif, (6) paragraf; pengertian
paragraf, jenis-jenis paragraf, unsur-unsur paragraf, syarat-syarat
paragraf, dan tempat kalimat utama, (7) penulisan karya ilmiah;
pengertian karya ilmiah, jenis-jenis karya ilmiah, pemilihan topik,
penggunaan bahasa, sistematika penyajian, teknik penyampaian, dan
bahan dan layout, dan (8) problematika pemakaian bahasa Indonesia
dalam karya ilmiah; problem ejaan, problem diksi, problem kalimat,
problem paragraf, problem sistematika penyajian, problem teknik
penyampaian, dan problem bahan dan layout.
Azwardi 2018
4 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
3. Prasyarat Belajar
Tidak ada prasyarat untuk mengikuti atau mempelajari materi
perkuliahan bahasa Indonesia ini.
2018 Azwardi
Pendahuluan 5
Azwardi 2018
6 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
5. Relevansi Materi
Setelah mempelajari bagian pendahuluan, mahasiswa dapat
mempelajari ejaan; setelah mempelajari ejaan, mahasiswa dapat
mempelajari pembentukan kata, setelah mempelajari pembentukan
kata, mahasiswa dapat mempelajari diksi, setelah mempelajari diksi,
mahasiswa dapat mempelajari kalimat, setelah mempelajari kalimat,
mahasiswa dapat mempelajari paragraf, setelah mempelajari
paragraf, mahasiswa dapat mempelajari penulisan karya ilmiah,
dan setelah mempelajari penulisan karya ilmiah, mahasiswa dapat
mempelajari problematika penggunaan bahasa Indonesia dalam
karya ilmiah.
2018 Azwardi
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 7
BAB II
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
1. Uraian Materi
1.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa
nasional dan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai
(1) lambang kebanggaan nasional,
(2) lambang identitas nasional,
(3) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda
latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan
(4) alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
Azwardi 2018
8 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 9
Azwardi 2018
10 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(10) Juara terbaik I, II, dan III memperoleh hadiah berupa uang tunai
masing-masing sebesar Rp. 3.000.000,-, Rp. 2.000.000,-, dan
Rp. 1.000.000,-
(11) Anda memasuki kawasan tertib lalu lintas dan wajib helm!
(12) Anda memasuki kawasan wajib berbusana muslim!
2018 Azwardi
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 11
makna seruan dalam data (9) tersebut mendoakan agar Persiraja Banda
Aceh selalu kalah. Kemudian, awalan ter- pada kata terbaik bermakna
’paling’, berarti ’satu-satunya’, tidak ada I, II, dan III. Terakhir, dalam
(11) dan (12) tidak perlu tercetus, apalagi memampangkannya di jalan
atau tempat-tempat umum. Kita semua setuju bahwa di semua kawasan
publik, khususya di Aceh, harus tertib lalu lintas, pengendara sepeda
motor harus memaakai helm, masyarakatnya yang muslim wajib
berbusana muslim, misalnya mengenakan jilbab. Jika ada pernyataan
seperti itu, bermakna ada kawasan yang boleh tidak tertib lalu lintas
atau ada kawasan yang boleh tidak memakai helm atau ada kawasan
yang boleh tidak berbusana muslim. Jadi, pernyataan itu merupakan
bagian dari pemakaian bahasa yang salah kaprah. Alternatif yang
benarnya adalah sebagai berikut:
Azwardi 2018
12 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 13
Catatan:
Sifat ragam bahasa ilmu adalah sebagai berikut:
(1) Ragam bahasa ilmu bukan suatu dialek.
(2) Ragam bahasa ilmu merupakan ragam bahasa resmi.
(3) Ragam bahasa ilmu digunakan oleh para cendekiawan untuk
mengomunikasikan ilmu.
2. Ringkasan
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa
nasional dan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia mempunyai fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan
nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu
berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial
budaya dan bahasanya, dan sebagai alat perhubungan antarbudaya
dan antardaerah. Selanjutnya, sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia mempunyai fungsi sebagai (1) bahasa resmi negara, (2)
bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa
resmi di dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan, (4)
bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Agar sukses belajar dan menggunakan bahasa Indonesia,
Azwardi 2018
14 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
3. Latihan
(1) Jelaskan fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia!
(2) Bagaimana yang dimaksud dengan sikap positif terhadap belajar
bahasa Indonesia?
(3) Apa saja ciri bahasa Indonesia ragam ilmu?
2018 Azwardi
Ejaan 15
BAB III
EJAAN
1. Uraian Materi
1.1 Pengertian Ejaan
Secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi
bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf
yang telah disusun menjadi kata, frasa, atau kalimat. Secara umum
ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur perlambangan
banyi bahasa, temasuk pemisahan dan penggabungannya, yang
dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Kaidah ejaan
merupakan kesepakatan para ahli bahasa yang didasarkan pada sifat-
sifat bahasa tertentu. Ejaan yang dipakai sekarang merujuk kepada
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang diterbitkan
oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2016). Pengguna bahasa Indonesia,
khususnya bahasa Indonesia ragam tulis ilmiah, harus menaati
kaidah yang sudah disepakati dan diresmikan tersebut. Secara
praktis ejaan berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami
dan mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.
Azwardi 2018
16 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2. Ringkasan
Ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa
dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang
telah disusun menjadi kata, frasa, atau kalimat. Secara khusus
ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur perlambangan
bunyi bahasa, temasuk pemisahan dan penggabungannya, yang
dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Kaidah ejaan
merupakan kesepakatan para ahli bahasa yang didasarkan pada
sifat-sifat bahasa tertentu. Ejaan yang dipakai sekarang merujuk
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 17
3. Latihan
(1) Apa yang dimaksud dengan ejaan dan apa fungsinya dalam
pemakaian bahasa?
(2) Ejaan apa saja yang pernah berlaku di Indonesia, dan apa saja
hal baru yang terdapat dalam PUEBI dibandingkan dengan
ejaan-ejaan sebelumnya?
(3) Hal apa saja yang diatur dalam PUEBI?
Azwardi 2018
18 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 19
BAB IV
PEMBENTUKAN KATA
1. Uraian Materi
1.1 Afiksasi
Proses pembentukan kata atau proses morfologis atau proses
morfemis adalah proses pembentukan kata dari satuan lain yang
merupakan dasar atau bentuk dasarnya (selanjutnya disebut bentuk
dasar). Bentuk dasar tersebut berupa pokok kata, kata, dan frasa.
Dengan perkataan lain, kata kompleks berjuang, memukul, dan
ketidakadilan, misalnya, masing-masing dibentuk dari pokok kata
juang, kata pukul, dan prasa tidak adil.
Dalam bahasa Indonesia kata umumnya dibentuk melalui
tiga macam proses pembentukan, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks (imbuhan) pada
suatu bentuk dasar. Kata yang terbentuk dari proses ini disebut kata
berimbuhan. Afiks adalah suatu bentuk, biasanya berupa morfem
terikat, yang diimbuhkan pada suatu bentuk dasar dalam proses
pembentukan kata.
Contoh:
membacakan mempertemukan
bertemu kepemimpinan
Azwardi 2018
20 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
diikutsertakan kinerja
gemuruh mengambil
perbuat sekampung
terambil ketua
tidurkan kumpulan
(1) Prefiks
Prefiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan di awal bentuk dasar.
Prefiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah meN-, peN-,
per-, ber-, ter-, di-, ke-, dan se-.
1) Prefiks meN-
Prefiks meN- memiliki alomorf me-, mem-, men-, meng-, meny-, dan
menge-.
a. Prefiks meN- berubah menjadi me- jika diimbuhkan pada bentuk
dasar yang berfonem awal /m/, /n/, /l/, /r/, /ng/, /ny/, /w/, dan /y/.
Contoh:
meN- + makan memakan
meN- + maki memaki
meN- + nanti menanti
meN- + nama(i) menama(i)
meN- + lukis melukis
meN- + lilit melilit
meN- + rangsang merangsang
meN- + ratap meratap
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 21
Azwardi 2018
22 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 23
Azwardi 2018
24 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Contoh:
meN- + bor mengebor
meN- + cor mengecor
meN- + cat mengecat
meN- + tik mengetik
meN- + lem mengelem
meN- + rem mengerem
meN- + mbek mengembek
2) Prefiks peN-
Prefiks peN- memiliki alomorf (kaidah morfofonemik) yang sama
dengan prefiks meN-.
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 25
Azwardi 2018
26 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Catatan:
(1) Bentuk dasar yang berfonem awal /k/, /p/, /t/, dan /s/ luluh jika
diimbuhkan prefiks meN- dan peN-.
(2) Jika memiliki makna yang berbeda, bentuk dasar yang berfonem
awal /k/, /p/, /t/, dan /s/ kedua-duanya dipakai (yang luluh dan
yang tidak luluh).
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 27
Contoh:
meN- + kaji mengaji ‘membaca (Alquran)’
meN- + kaji mengkaji ‘menelaah (Alquran dll.)’
Azwardi 2018
28 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
3) Prefiks per-
Prefiks per- memiliki alomorf pe- dan pel-.
a. Awalan per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk
dasar yang berfonem awal /r/.
Contoh:
per- + redam peredam
per- + raga peraga
per- + rusak perusak
per- + rasa perasa
4) Prefiks ber-
Prefiks ber- memiliki alomorf be- dan bel-.
a. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk
dasar yang berfonem awal /r/ dan yang suku pertamanya /er/.
Contoh:
ber- + runding berunding
ber- + rebut berebut
ber- + rantai berantai
ber- + kerja bekerja
ber- + serta beserta
ber- + cermin becermin
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 29
5) Prefiks ter-
Prefiks ter- memiliki alomorf te-.
Prefiks ter- berubah menjadi te- jika diimbuhkan pada bentuk dasar
yang berfonem awal /r/ dan (kadang-kadang) yang suku pertamanya
ditutup dengan [er].
Contoh:
ter- + rekam terekam
ter- + rasa terasa
ter- + renggut terenggut
ter- + rangkum terangkum
Azwardi 2018
30 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(2) Infiks
Infiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Infiks
yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah -el-, -er-, -em-, dan -in-.
Contoh:
-el- + tunjuk telunjuk
-el- + tapak telapak
-el- + patuk pelatuk
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 31
(3) Sufiks
Sufiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan di akhir bentuk dasar.
Sufiks yang ada dalam bahasa Indonesia adalah -an, -kan, dan -i.
1) Sufiks -an
Sufiks -an tidak mengalami perubahan jika diimbuhkan pada bentuk
dasar apa pun.
Contoh:
-an + makan makanan
-an + minum minuman
-an + tulis tulisan
-an + baca bacaan
-an + temu temuan
-an + kirim kiriman
-an + sanggah sanggahan
2) Sufiks -kan
Sufiks -kan tidak mengalami perubahan jika diimbuhkan pada bentuk
dasar apa pun.
Contoh:
-kan + buku bukukan
-kan + ambil ambilkan
-kan + doa doakan
-kan + miring miringkan
-kan + tebal tebalkan
-kan + dua duakan
-kan + asin asinkan
-kan + Indonesia Indonesiakan
-kan + masuk masukkan
Azwardi 2018
32 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
3) Sufiks -i
Sufiks -i tidak mengalami perubahan jika diimbuhkan pada bentuk
dasar apa pun.
Contoh:
-i + perang perangi
-i + tembak tembaki
-i + garis bawah garis bawahi
-i + jalan jalani
-i + jauh jauhi
-i + dekat dekati
-i + santun santuni
Akan tetapi, bentuk dasar yang berfonem akhir /i/ tidak dapat
diimbuhkan sufiks -i.
Contoh:
-i + beli *belii
-i + cari *carii
-i + mati *matii
-i + teliti *telitii
-i + jadi *jadii
-i + suci *sucii
-i + ganti *gantii
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 33
2) Gabungan peN-an
peN-an + alam pengalaman
peN-an + kelompok pengelompokan
peN-an + tanda tangan penandatanganan
3) Gabungan per-an
per-an + juang perjuangan
per-an + kuliah perkuliahan
per-an + kenal perkenalan
4) Gabungan ke-an
ke-an + ada keadaan
ke-an + pemimpin kepemimpinan
ke-an + tidak peduli ketidakpedulian
5) Gabungan ber-kan
ber-kan + senjata bersenjatakan
ber-kan + dasar berdasarkan
ber-kan + anggota beranggotakan
Azwardi 2018
34 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
6) Gabungan per-kan
per-kan + siap persiapkan
per-kan + dagang perdagangkan
per-kan + istri peristrikan
7) Gabungan meN-kan
meN-kan + baca membacakan
meN-kan + ke muka mengemukakan
meN-kan + kambing hitam mengambinghitamkan
8) Gabungan ter-kan
ter-kan + kata terkatakan
ter-kan + sampai tersampaikan
ter-kan + selesai terselesaikan
9) Gabungan per-i
per-i + senjata persenjatai
per-i + baik perbaiki
per-i + ingat peringati
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 35
Azwardi 2018
36 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 37
perbaiki perbaik
*baiki
membuahi *membuah menyantuni *menyantun
*buahi santuni
terobati terobat
obati
diuangkan *diuang
uangkan
didekati *didekat
dekati
dipersatukan *dipersatu
persatukan
dipercayai dipercaya
percayai
mempermasalahkan *mempermasalah mempersatukan *mempersatu
*masalahkan satukan
memperbarui *memperbaru mempercayai *mempercaya
*barui percayai
Azwardi 2018
38 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 39
Makna yang umum bagi nomina yang dibentuk dengan peN-, baik
verba sebagai sumbernya maupun adjektiva, adalah sebagai berikut:
a. ‘orang atau hal yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba’
Contoh:
pemohon ‘orang yang memohon’
pengikut ‘orang yang mengikut(i)’
pembeli ‘orang yang membeli’
Azwardi 2018
40 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 41
Contoh:
pengupas ‘alat untuk mengupas’
pembalut ‘alat untuk membalut’
pengait ‘alat untuk mengait’
penyuruh ‘orang yang menyuruh’
pesuruh ‘orang yang disuruh’
Azwardi 2018
42 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Contoh:
pengaduan ‘hasil perbuatan mengadukan’
pengakuan ‘hasil perbuatan mengakui’
penyelesaian ‘perbuatan menyelesaikan’
pengumuman ‘hasil perbuatan mengumumkan’
penulisan ‘hasil perbuatan menulis (proses)?’
Selain itu, ada pula nomina lain yang dibentuk dengan penggabungan
peN-an yang maknanya unik sehingga harus ditentukan sendiri
maknanya.
Contoh:
pendirian ‘pendapat yang dinyatakan/perbuatan mendirikan’
pendapatan ‘gaji; yang didapat’
pemandangan ‘panorama (yang dapat dipandang)’
pendengaran ‘kemampuan mendengar(kan)’
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 43
Azwardi 2018
44 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 45
Azwardi 2018
46 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
tambah t(in)ambah
timbang t(in)imbang
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 47
Contoh:
mencangkul cangkul
menggunting gunting
membeku beku
menciut ciut
mengecil kecil
Azwardi 2018
48 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
palsu memalsukan
bangkit membangkitkan
binasa membinasakan
jago menjagokan
bahagia membahagiakan
pojok memojokkan
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 49
Azwardi 2018
50 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 51
Contoh:
ke samping mengesampingkan ‘menempatkan(objek) di samping’
peti es memetieskan ’menempatkan sesuatu di dalam
peti/membekukan’
pojok memojokkan ‘menempatkan (objek) di pojok’
pinggir meminggirkan ‘menempatkan (objek) di pinggir’
asrama mengasramakan ‘menempatkan (objek) di asrama’
kandang mengandangkan ‘menempatkan (objek) di kandang’
e. Makna lain yang timbul pada verba dengan penambahan sufiks -kan
adalah benefaktif, yakni ’melakukan sesuatu untuk pihak lain’.
Contoh:
jahit menjahitkan ‘melakukan pekerjaan menjahit untuk
orang lain’
mandi memandikan ’melakukan pekerjaan mandi untuk
orang lain’
Azwardi 2018
52 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 53
Ada pula kata dasar yang dengan meN-i atau dengan meN- saja
tetap mempunyai status yang sama sebagai verba transitif. Tentu saja
ada perbedaan makna kedua verba tersebut. Verba seperti memukul-
memukuli sama-sama memiliki status transitif.
Contoh:
menciumi
menebangi
mengusungi
melempari
memasuki
menyayangi
Azwardi 2018
54 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 55
Meskipun demikian, ada beberapa dasar yang lain tidak cukup hanya
dengan menambahkan memper-, tetapi masih memerlukan sufiks -kan.
Contoh:
mempermasalahkan * mempermasalah
memperkirakan * memperkira
memperbincangkan * memperbincang
mempermainkan * mempermain
mempergunjingkan * mempergunjing
mempersoalkan * mempersoal
Azwardi 2018
56 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Selain itu, ada pula kata dasar yang wajib memiliki sufiks,
tetapi sufiks ini boleh sufiks -kan atau sufiks -i.
Contoh:
memperingatkan
memperingati
menawarkan
memperingatkan
5) Pembentukan Verba Transitif dengan di- dan ter-
Verba aktif transitif yang berprefiks meN-, dengan segala
kombinasinya, dapat diubah menjadi bentuk pasif dengan cara
mengganti prefiks meN- dengan prefiks di-. Penggantian afiks
tersebut tentu saja akan mengubah makna dan urutan sintaksisnya.
Contoh:
mengganti diganti
menukar ditukar
memakaikan dipakaikan
menyanyikan dinyanyikan
mengungkapkan diunggkapkan
mempersoalkan dipersoalkan
menduakan diduakan
menyewakan disewakan
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 57
Karena keterkaitan ini, ada juga verba ter- yang (a) tanpa
sufiks, (b) mewajibkan sufiks, dan (c) sufiksnya bersifat opsional.
Contoh:
termasuk terselesaikan terlempar(kan)
termakan tersampaikan tercampak(kan)
terletak terabaikan terluka(i)
Azwardi 2018
58 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 59
Azwardi 2018
60 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 61
ribu beribu
ratus
beratus
(2) ‘menggunakan’
Contoh:
jilbab berjilbab ‘menggunakan jilbab’
sandal bersandal ‘menggunakan sandal’
Azwardi 2018
62 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(3) ‘menghasilkan’
Contoh
karya berkarya ‘menghasilkan karya’
suara bersuara ‘menghasilkan suara’
getar bergetar ‘menghasilkan getar’
kata berkata ‘menghasilkan kata’
telur bertelur ‘menghasilkan telur’
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 63
Azwardi 2018
64 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
sentuh bersentuhan
pergi bepergian
gantung bergantungan
datang berdatangan
senggol bersenggolan
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 65
ber + aturan
ber + balasan
ber + singgungan
ber + tatapan
ber + anggapan
ber + alasan
ber + musuhan
Azwardi 2018
66 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 67
Azwardi 2018
68 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 69
1.2 Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfologis atau proses morfemis yang
mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian,
maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu, dikenal adanya
Azwardi 2018
70 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(1) Kata ulang murni adalah kata ulang yang dihasilkan oleh
perulangan unsurnya secara penuh.
Contoh:
baca-baca malam-malam
meja-meja pagi-pagi
dua-dua lama-lama
hitam-hitam makanan-makanan
dia-dia tulisan-tulisan
(2) Kata ulang berimbuhan adalah semua kata ulang yang salah satu
atau seluruh unsurnya berimbuhan.
Contoh:
membaca-baca bersama-sama
menyebut-nyebut tersenyum-senyum
penulis-penulis secepat-cepatnya
pejabat-pejabat disebut-sebut
bermain-main kedua-duanya
bersenang-senang berlari-lari
terkekeh-kekeh berkejar-kejaran
membaca-baca menyebut-nyebut
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 71
(3) Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang mengalami
perubahan bunyi, baik unsur pertama maupun unsur kedua.
Umumnya dalam bahasa Indonesia ditemukan kata ulang jenis
yang kedua.
Contoh:
bolak-balik muda-mudi
kedap-kedip ramah-tamah
sayur-mayur serba-serbi
lalu-lalang serta-merta
lauk-pauk gerak-gerik
hingar-bingar hilir-mudik
(4) Kata ulang semu adalah kata ulang yang hanya ditemukan dalam
bentuk ulang seperti itu. Bila tidak diulang, komponennya itu
tidak mempunyai makna atau mempunyai makna lain yang tidak
ada hubungannya dengan kata ulang tersebut. Dengan perkataan
lain, kata ulang semu adalah kata ulang yang tidak jelas.
Contoh:
agar-agar kura-kura
ari-ari laki-laki
hati-hati biri-biri
kunang-kunang paru-paru
kupu-kupu tiba-tiba
kuda-kuda langit-langit
jali-jali tiba-tiba
jala-jala kira-kira
mata-mata laba-laba
labi-labi berang-berang
Azwardi 2018
72 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Catatan:
Secara linguistik sebenarnya bentuk-bentuk seperti itu bukan kata
ulang karena tidak ada unsur yang diulang. Bentuk-bentuk tersebut
sebenarnya merupakan satu morfem atau merupakan bentuk
sederhana (yang tidak dapat dipecahkan atas bagian-bagian yang
lebih kecil). Buktinya, jika dipecahkan atas bagian-bagian yang lebih
kecil, masing-masing bagian itu tidak memiliki arti secara leksikal
atau tidak memiliki makna secara gramatikal. Jadi, masing-masing
bagian itu bukan morfem.
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 73
Contoh:
bermeter-meter
berton-ton
berjuta-juta
berkubik-kubik
Azwardi 2018
74 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Contoh:
1) Buku-buku itu diberikan oleh Bina Karya Akademika.
2) Ibu-ibu yang memiliki balita diminta datang ke posyandu.
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 75
Azwardi 2018
76 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 77
1.3 Komposisi
Komposisi proses penggabungan bentuk dasar untuk menghasilkan
konstruksi atau bentuk lain yang memiliki identitas leksikal yang
berbeda. Kata yang terbentuk dari proses ini disebut kata majemuk.
Contoh:
kipas angin ruang baca jual beli buah hati
jam tangan papan tulis sepak terjang panjang tangan
rumah makan kolam renang lomba lari gelap mata
warung kopi pesawat tempur minat baca kambing hitam
papan atas sepak bola serah terima kelinci percobaan
perpustakaan induk bulu tangkis lepas sambut kaki tangan
meja makan kota juang tarik ulur banting tulang
Azwardi 2018
78 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang disebut
frasa. Untuk itu, perlu dibedakan pengertian kata majemuk dan frasa.
Perhatikan contoh berikut!
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 79
Azwardi 2018
80 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
1.3.1.1 Ketaktersisipan
Ciri-ciri kata majemuk dapat dilihat dari sifat konstruksi dan sifat
unsurnya. Jika dilihat dari sifat konstruksinya, kata majemuk
termasuk konstruksi yang erat. Karena keeratan itulah, unsur-
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 81
unsur kata majemuk tidak dapat disisipi oleh bentuk atau unsur
lain. Unsur-unsur kata majemuk tidak dapat disisipi oleh yang,
-nya, dan milik.
Berkaitan dengan ketaktersisipan unsur-unsur kata majemuk
ini, bagaimana dengan rumah makan yang menjadi rumah untuk
makan dan ruang tunggu yang menjadi ruang untuk tungu. Seperti
telah dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa kedua bentuk ini
dapat digolongkan ke dalam kata majemuk. Pertimbangannya
adalah tidak semua rumah yang digunakan untuk makan itu
disebut rumah makan sehingga rumah untuk makan dengan rumah
makan bukanlah bentuk yang sama. Demikian pula dengan bentuk
ruang tunggu. Tidak semua ruang yang digunkan untuk menunggu
itu disebut ruang tunggu. Lagi pula bentuk tunggu dalam ruang
untuk tunggu bukan bentuk yang baku. Bentuk bakunya adalah
ruang untuk menunggu. Apakah bentuk ruang menunggu berterima
dalam bahasa Indonesia?
1.3.1.2 Ketakterluasan
Di samping ketaktersisipan, kepekatan unsur-unsur dalam kata
majemuk dapat dilihat dari perlakuan terhadap unsur-unsurnya yang
dianggap sebagai satu kesatuan bentuk. Hal ini dapat dibuktikan
apabila kata majemuk yang mendapat afiks akan diperlakukan
sebagai bentuk dasar. Masing-masing unsur kata majemuk tidak
dapat diberi afiks. Afiks harus melekat pada bentuk kata majemuk
seluruhnya. Perhatikan contoh berikut!
Azwardi 2018
82 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
1.3.1.3 Ketakterbalikan
Konstruksi bentuk majemuk selalu tetap. Letak unsur-unsur yang
membentuk kata majemuk tidak dapat dipertukarkan. Jika
konstruksi kata majemuk itu KB+KK tidak akan dapat dipertukarkan
menjadi KK+KB, misalnya meja tulis, kamar tidur, dan rumah
makan. Bentuk-bentuk tersebut tidak dapat diubah menjadi tulis
meja, tidur kamar, dan makan rumah. Begitu pula untuk konstruksi
yang lain, seperti jam tangan tidak dapat diubah menjadi tangan
jam. Ketakterbalikan ini mutlak dalam setiap bentuk majemuk.
Bagaimana dengan bentuk-bentuk seperti pisang goreng,
tempe goreng, dan tahu goreng? Bentuk-bentuk ini dapat dibolak-
balik. Bentuk tersebut dapat menjadi goreng pisang, goreng tempe,
dan goreng tahu. Berdasarkan ciri-ciri kata majemuk di atas,
bentuk-bentuk tersebut dapat digolongkan ke dalam kata majemuk.
Meskipun demikian, tidak dapat diingkari bahwa bentuk tersebut
merupakan salah satu dialek geografis bahasa Indonesia. Apakah
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 83
Azwardi 2018
84 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 85
Azwardi 2018
86 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2. Ringkasan
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk dasar.
Kata yang terbentuk dari proses ini disebut kata berimbuhan.
Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang
diimbuhkan pada suatu bentuk dasar dalam proses pembentukan
kata. Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar, afiks
dibedakan atas prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Prefiks
adalah bentuk terikat yang diimbuhkan di awal bentuk dasar. Prefiks
yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah meN-, peN-, per-,
ber-, ter-, di-, ke-, dan prefiks meN- memiliki alomorf me-, mem-
, men-, meng-, meny-, dan menge-. Prefiks meN- berubah menjadi
me- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /m/,
/n/, /l/, /r/, /ng/, /ny/, /w/, dan /y/. Prefiks meN- berubah menjadi
mem- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /b/,
/f/, Prefiks meN- berubah menjadi men- jika diimbuhkan pada bentuk
dasar yang berfonem awal /t/, /d/, /c/, dan /j/. Prefiks meN- berubah
menjadi meng- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem
awal /a/, /e/, /i/, /o/, /u/, /g/, /h/, dan /k/. Prefiks meN- berubah
menjadi meny- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem
awal /s/. Prefiks meN- berubah menjadi menge- jika diimbuhkan
pada bentuk dasar yang bersuku satu. Prefiks peN- memiliki alomorf
(kaidah morfofonemik) yang sama dengan prefiks meN-. Bentuk
dasar yang berfonem awal /k/, /p/, /t/, dan /s/ luluh jika diimbuhkan
prefiks meN- dan peN-. Prefiks per- memiliki alomorf pe- dan pel-
. Prefiks per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk
dasar yang berfonem awal /r/. Prefiks per- berubah menjadi pel- jika
diimbuhkan pada bentuk dasar ajar. Prefiks ber- memiliki alomorf
be- dan bel-. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada
bentuk dasar yang berfonem awal /r/ dan yang suku pertamanya
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 87
ditutup dengan bunyi [er]. Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika
diimbuhkan pada bentuk dasar ajar. Prefiks ter- memiliki alomorf
te-. Prefiks ter- berubah menjadi te- jika diimbuhkan pada bentuk
dasar yang berfonem awal /r/ dan (kadang-kadang) yang suku
pertamanya ditutup dengan bunyi [er]. Prefiks di-, ke-, se- tidak
mempunyai alomorf sebagaimana prefiks-prefiks yang lain. Infiks
adalah bentuk terikat yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Infiks
yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah -el-, -er-, -em-, dan
-in. Sufiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan di akhir bentuk
dasar. Sufiks yang ada dalam bahasa Indonesia adalah -an, -kan,
dan -i. Sufiks -an, -kan, dan -i tidak mengalami perubahan jika
diimbuhkan pada bentuk dasar apa pun. Akan tetapi, bentuk dasar
yang berfonem akhir /i/ tidak dapat diimbuhkan sufiks -i. Konfiks
adalah bentuk terikat yang diimbuhkan di awal dan di akhir bentuk
dasar yang tidak dapat dipisahkan. Simulfiks adalah bentuk terikat
yang diimbuhkan di awal dan di akhir bentuk dasar yang masih
dapat dipisahkan. Konfiks dan atau simulfiks desebut juga gabungan
atau afiks gabungan. Afiks gabungan yang terdapat dalam bahasa
Indonesia adalah ber-an, peN-an, per-an, ke-an, ber-kan, per-kan,
meN-kan, ter-kan, per-i, meN-i, ter-i, di-kan, di-i, diper, diper-kan,
diper-i, memper-, memper-kan, dan memper-i.
Pengulangan atau reduplikasi merupakan alat morfologi
yang produktif di dalam pembentukan kata bahasa Indonesia.
Pengulangan ini dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata
berimbuhan, dan gabungan kata. Kata yang terbentuk sebagai hasil
dari proses pengulangan disebut kata ulang. Ada empat macam kata
ulang dilihat dari hasil pengulangan. Kata ulang dimaksud adalah
(1) kata ulang utuh atau murni, (2) kata ulang berubah bunyi, (3)
kata ulang sebagian, dan (4) kata ulang berimbuhan. Kata ulang
Azwardi 2018
88 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
3. Latihan
(1) Sebutkan makna dan fungsi afiks yang terdapat dalam bahasa
Indonesia!
(2) Carilah verba transitif yang dibentuk dengan afiks meN- dan
meN-kan!
(3) Tentukan bentuk kompleks di bawah ini yang merupakan afiks
gabungan yang disebut konfiks dan afiks gabungan yang disebut
simulfiks!
berangkulan kesatuan pemandian perkenalan
berduaan ketidaksukaan pengimbuhan pergerakan
berjatuhan kejadian pedesaan persekongkolan
berjualan keberhasilan penyerahan perselisihan
2018 Azwardi
Pembentukan Kata 89
Azwardi 2018
90 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pilihan Kata 91
BAB V
PILIHAN KATA
1. Uraian Materi
1.1 Pengertian Diksi
Keraf (1980:116) mengemukakan bahwa persoalan diksi merupakan
masalah yang sungguh esensial untuk mendeskripsikan dengan jelas
wujud dan perincian materi suatu uraian serta menentukan maksud
dari detail-detail materi yang disampaikan. Sehubungan dengan
itu, Mustakim (1994:42—58) mengemukakan bahwa ada beberapa
kriteria yang harus diperhatikan dalam mengungkapkan gagasan.
Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: (1) ketepatan, yaitu berkaitan
dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat, dan gagasan itu dapat diterima secara tepat oleh
pembaca atau pendengar, (2) kecermatan, yaitu berkaitan dengan
memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan
gagasan tertentu, (3) keserasian, yaitu berkaitan dengan kemampuan
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya,
(4) kelaziman, yaitu berkaitan dengan hubungan antarmakna kata.
Jadi, ketepatan, kecermatan, keserasian, dan kelaziman penggunaan
kata-kata dalam sebuah kalimat sangat diutamakan dalam menulis.
Ketepatan makna kata menuntut kesadaran penulis untuk
mengetahui bagaimana hubungan bentuk kata dengan referensinya,
Azwardi 2018
92 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pilihan Kata 93
Azwardi 2018
94 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pilihan Kata 95
Azwardi 2018
96 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pilihan Kata 97
Azwardi 2018
98 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Pilihan Kata 99
2. Ringkasan
Pilihan kata dalam suatu komunikasi didasarkan kepada prinsip
berikut. Kata yang digunakan adalah kosakata yang baku,
pembentukannya harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia,
harus sesuai dengan maksud yang diinginkan, lazim dipakai
dalam bidang tersebut, bersifat netral, kata atau istilah dari
bahasa asing sedapat mungkin dihindarkan, kata atau istilah
dalam bidang ilmu harus digunakan, pengertian kata atau istilah
dari bahasa asing harus konsisten, dan penggunaan kata dari
bahasa Indonesia yang belum umum untuk pengganti kata atau
Azwardi 2018
100 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
3. Latihan
Perbaikilah kalimat-kalimat di bawah ini sesuai dengan prinsip
pemilihan kata yang benar!
(1) Ketua Tim Editor Bahasa Penerbit Bina Karya Akademika
(BKA), Azwardi, mengakui bahwa kualitas penggunaan
bahasa Indonesia draf karya ilmiah mahasiswa tahun ini
anjlok sekitar 30 persen.
(2) Bina Karya Akademika (BKA) terus jajaki kemungkinan-
kemungkinan kerja sama dengan berbagai LSM dan institusi
pemerintah di Indonesia, khususnya di Aceh.
(3) Para mahasiswa tidak dikehendaki mengikuti arus politik praktis.
(4) Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan
kewajiban kita semua.
(5) Bersama ini kami lampirkan daftar nama-nama calon penerima
beasiswa kompensasi BBM.
(6) Pemerintah perlu memperbaiki kwalitas pendidikan di tanah air.
(7) Pada tahun berapakah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan?
(8) Kroasia gagal menduduki juara dalam Piala Dunia 2018.
(9) Mari kita memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan
masyarakat!
(10) Pemerintah perlu membenahi program KB-nisasi di Indonesia.
(11) Pengumpulan data penelitian ini tidak bisa dilaksanakan
dengan angket.
(12) Pemerintah perlu pikirkan nasib para eks kombatan dan korban
konflik Aceh.
(13) Anaknya menderita penyakit kekurangan gizi.
2018 Azwardi
Pilihan Kata 101
Azwardi 2018
102 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kalimat 103
BAB VI
KALIMAT
1. Uraian Materi
1.1 Pengertian Kalimat
Banyak definisi kalimat yang dikemukakan oleh para ahli
bahasa. Secara umum definisi-definisi tersebut mengacu kepada
pendeskripsian pengertian kalimat. Mari kita perhatikan beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ahli bahasa tersebut! Sugono
(1997:31) mengemukakan bahwa suatu pernyataan merupakan
kalimat jika di dalam penyataan sekurang-kurangnya terdapat
predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan
maupun tidak, bergantung kepada tipe verbal predikat kalimat
tersebut. Selain itu, Mustakim (1994:54) mendefinisikan kalimat
sebagai rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, prasaan,
atau pikiran yang relatif lengkap. Kecuali itu, lebih lebih detail
Cahyono (1995:177) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan
pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan kalimat
diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya
perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan huruf Latin
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
Azwardi 2018
104 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
titik, tanda tanya, atau tanda seru, dan disertakan pula di dalamnya
berbagai tanda baca. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat
dikatakan bahwa kalimat adalah rangkaian kata atau frasa yang
mengungkapkan gagasan secara utuh.
1.2.1 Subjek
Subjek merupakan unsur pokok yang terdapat dalam suatu kalimat di
samping unsur predikat. Untuk itu, dalam bagian ini perlu dibicarakan
ciri-ciri subjek secara lebih terperinci untuk memperkaya wawasan
2018 Azwardi
Kalimat 105
Azwardi 2018
106 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
1.2.2 Predikat
Predikat merupakan unsur pokok yang terdapat dalam suatu kalimat
di samping subjek. Untuk mengenalinya dengan baik, berikut
dibicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
2018 Azwardi
Kalimat 107
3) dapat diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk
pengingkaran yang diwujudkan dengan kata tidak. Bentuk
pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa
verba atau objective. Verba yang didahului kata tidak pada
kalimat (8) berikut adalah predikat.
1.2.3 Objek
Unsur kalimat ketiga adalah objek. Dalam bahasa Indonesia objek
adalah suatu kata benda (nomina atau frasa nominal). Objek
merupakan unsur kalimat yang kehadirannya bersifat wajib (tidak
dapat dihilangkan), dan dapat menjadi subjek bila kalimatnya
Azwardi 2018
108 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kalimat 109
1.2.4 Pelengkap
Ada juga kata atau frasa lain yang mengikuti predikat aktif, tetapi
tidak dapat diubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan.
Dalam (13) adat Aceh tidak dapat diubah menjadi subjek jika
kalimatnya dipasifkan. Oleh karena itu, kalimat (14) di bawah ini
tidak berterima.
Azwardi 2018
110 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
1) di belakang predikat
Sebagaimana terlihat dalam (13), pelengkap berada di belakang
predikat. Ciri ini sama dengan ciri objek. Bedanya, posisi
objek berada langsung di belakang predikat, sedangkan posisi
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek, pada
struktur dwitransitif.
1.2.5 Keterangan
Unsur kalimat yang terakhir adalah keterangan. Keterangan
merupakan unsur kalimat yang posisinya tidak terikat (adanya
kebebasan tempat), dapat dipindah-pindah; boleh di bagian awal,
boleh di bagian tengah, dan boleh juga di bagian akhir kalimat.
Terdapat bermacam-macam jenis keterangan ditinjau berdasarkan
perpaduan makna unsur-unsurnya. Keterangan berfungsi
memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan
dalam kalimat, misalnya, memberi informasi tentang tempat, alat,
cara, sebab, dan tujuan. Dalam kalimat (16) di bawah ini Banda Aceh
2018 Azwardi
Kalimat 111
Azwardi 2018
112 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kalimat 113
Azwardi 2018
114 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kalimat 115
Catatan:
Dalam kalimat majemuk relasi antarklausanya merupakan satu
kesatuan. Oleh karena itu, antara klausa yang satu dan klausa lainnya
tidak dipisahkan atau tidak dipenggal menjadi kalimat yang lain
sebagaimana terlihat pada kalimat (44)—(45a).
Azwardi 2018
116 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Pembagian Kalimat
2018 Azwardi
Kalimat 117
Azwardi 2018
118 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Kalimat (40) salah karena tidak ada predikat. Kata yaitu dalam
contoh tersebut tidak berfungsi sebagai penanda predikat (predikatif),
melainkan berfungsi sebagai penanda keterangan, padahal unsur
pokok yang sekurang-kurangnya harus ada dalam setiap kalimat
adalah subjek dan predikat. Agar kalimat tersebut menjadi benar,
2018 Azwardi
Kalimat 119
kata yaitu harus diganti dengan kata adalah. Di dalam kalimat, kata
adalah dapat berfungsi sebagai predikat.
Azwardi 2018
120 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
harus diungkapkan dalam bentuk yang sejajar, yakni aktif dan aktif atau
pasif dan pasif, seperti dalam kalimat (42a) dan (42b).
2018 Azwardi
Kalimat 121
Azwardi 2018
122 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kalimat 123
Azwardi 2018
124 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kalimat 125
(56a) Serat gelas ini diselimuti dengan bahan gelas lain sebagai
pelindungnya. Indeks bias gelas pelindung ini harus lebih
kecil dibandingkan dengan indeks bias serat optiknya.
Azwardi 2018
126 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2. Ringkasan
Kalimat adalah rangkaian kata atau frasa yang mengungkapkan gagasan
secara utuh. Unsur fungsionalnya terdiri atas lima, yaitu (1) subjek, (2)
predikat, (3) objek, (4) pelengkap, dan (5) keterangan. Subjek merupakan
unsur pokok yang terdapat dalam suatu kalimat yang ciri-cirinya
adalah sebagai berikut: jawaban atas pertayaan apa atau siapa, disertai
kata itu, mempunyai keterangan pewatas yang, dan tidak didahului
preposisi. Predikat merupakan unsur pokok yang terdapat dalam suatu
kalimat yang ciri-cirinya adalah sebagai berikut: jawaban atas pertayaan
mengapa atau bagaimana, kata adalah atau ialah atau merupakan, dan
dapat diingkarkan. Objek merupakan unsur pokok yang terdapat dalam
suatu kalimat yang ciri-cirinya adalah sebagai berikut: langsung di
belakang predikat, tidak didahului preposisi, dan dapat menjadi subjek
jika kalimatnya dipasifkan. Pelengkap merupakan unsur pokok yang
terdapat dalam suatu kalimat yang ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
di belakang predikat dan tidak didahului preposisi. Berbeda dengan
objek, pelengkap tidak dapat dijadikan subjek karena kalimatnya
tidak dapat dipasifkan. Keterangan merupakan unsur penunjang yang
terdapat dalam suatu kalimat yang ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
kehadirannya tidak bersifat wajib dan posisinya dapat dipindah-pindah.
Berdasarkan unsur-unsur kalimat yang disebutkan di atas,
dalam bahasa Indonesia terdapat enam macam pola kalimat dasar.
Pola kalimat dasar yang dimaksud di sini adalah suatu pola kalimat
dengan unsur-unsur kalimat yang kehadirannya bersifat wajib.
Dalam bahasa Indonesia terdapat enam pola kalimat dasar, yaitu S-P,
S-P-O, S-P-Pel., S-P-K, S-P-O-Pel., dan S-P-O-K.
Dalam menyusun kalimat pemakai bahasa kadang-kadang
menggunakan satu predikat dan kadang-kadang memakai beberapa
predikat atau klausa. Kalimat yang di dalamnya terdapat satu predikat
2018 Azwardi
Kalimat 127
3. Latihan
(1) Tentukan unsur-unsur fungsional dan pola kalimat dasar
konstruksi berikut!
1) Pekan Kebudayaan Aceh Ke-7 diselenggarakan di Taman
Sulthanah Safiatuddin Banda Aceh pada 515 Agustus 2018.
2) Tentara Israel gagal menghentikan serangan roket Hizbullah
ke wilayah Israel.
Azwardi 2018
128 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Kalimat 129
Azwardi 2018
130 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 131
BAB VII
PARAGRAF
1. Uraian Materi
1.1 Pengertian Paragraf
Pada hakikatnya bahasa merupakan alat komunikasi untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia.
Penyampaian pikiran, perasaan, dan pengalaman tersebut ada yang
dilakukan melalui bahasa lisan dan ada juga yang dilakukan melalui
bahasa tulis. Dalam penyampaiannya, baik bahasa lisan maupun
bahasa tulis, diperlukan kompetensi tentang paragraf sehingga apa
yang disampaikan dapat dimengerti atau dipahami dengan mudah
oleh penerima informasi.
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa
yang bersifat produktif. Artinya, melalui keterampilan berbahasa
ini seseorang dituntut mampu berkreasi atau berimajinasi. Dengan
perkataan lain, seorang penulis harus mampu mengekspresikan
pikiran, perasaan, dan pengalamannya ke dalam bentuk bahasa tulis
sehingga apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dialaminya tentang
suatu hal dapat disampaikan dengan baik kepada orang lain.
Dapat menyampaikan dengan baik tentang apa yang diketahui,
dialami, dan dirasakan secara tepat kepada orang lain bukanlah
pekerjaan yang mudah. Banyak orang yang mempunyai gagasan
Azwardi 2018
132 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 133
(3) M. Ramlan
Ramlan (1993:1) memberikan pengertian paragraf sebagai berikut.
Dalam bahasa tulis paragraf merupakan bagian dari satu karangan,
dan dalam bahasa lisan paragraf merupakan bagian dari satu tuturan.
Dari segi bentuk pada umumnya paragraf terbentuk dari sejumlah
atau kumpulan kalimat. Kumpulan kalimat tersebut kait-mengait
secara padu sehingga membentuk satu kesatuan. Dari segi makna
paragraf merupakan satuan informasi dengan ide pokok sebagai
pengendaliannya.
Azwardi 2018
134 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
satu unit buah pikiran yang didukung oleh beberapa kalimat, mulai
dari kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas, sampai
dengan kalimat penegas (bila ada).
Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian yang telah
dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf
adalah satuan gramatik yang lebih tinggi daripada kelimat, bagian
dari karangan atau tuturan yang menampung sebagian pengertian
konkret, terdiri atas satu kalimat utama dan beberapa kalimat
penjelas ditambah satu kalimat penegas (bila ada) yang tersusun
secara kohesif, logis, dan sistematis serta memiliki satu ide pokok
sebagai pengendalinya.
2018 Azwardi
Paragraf 135
Contoh (1):
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek
keterampilan. Aspek-aspek dimaksud adalah sebagai berikut:
keterampilan menyimak (mendengarkan), keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Menyimak dan membaca merupakan keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan
Azwardi 2018
136 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 137
Azwardi 2018
138 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
dalam paragraf atau antara satu paragraf dan paragraf lainnya dalam
wacana. Dengan perkataan lain, ungkapan transisi, baik yang berupa
kata, frasa, klausa, maupun kalimat, berfungsi sebagai pembentuk
koherensi atau kepaduan antarkalimat dalam paragraf atau kepaduan
antarparagraf dalam wacana.
Ungkapan transisi tidak selalu harus ada dalam suatu paragraf
atau wacana. Kehadirannya bergantung kepada pertimbangan penulis
atau pengarang. Bila penulis merasa perlu menghadirkan ungkapan
transisi demi kejelasan informasi yang disampaikan, ungkapan
transisi digunakan. Sebaliknya, bila penulis dapat mengekpresikan
ide pokok atau gagasan utama dengan jelas tanpa harus hadir
ungkapan transisi, ungkapan transisi tidak perlu digunakan.
Mewujudkan koherensi antarkalimat dalam paragraf atau
antarparagraf dalam wacana dapat dilakukan secara implisit
dan eksplisit. Hubungan implisit tidak ditandai oleh ungkapan
transisi tertentu, tetapi koherensi antarparagraf dapat dirasakan.
Hubungan eksplisit dapat dinyatakan melalui alat kohesi atau
ungkapan transisi tertentu.
Ungkapan transisi yang berupa kata dan frasa relatif banyak.
Secara umum transisi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(1) penanda hubungan lanjutan, seperti dan, serta, lagi, dan lagipula;
(2) penanda hubungan urutan waktu, seperti dahulu, kini, sekarang,
dan kemudian;
(3) penanda klimaks, seperti paling …, se … nya, dan ter …;
(4) penanda perbandingan, seperti sama halnya, ibarat, bagaikan,
dan seperti;
(5) penanda kontras, seperti tetapi, namun, akan tetapi, biarpun,
meskipun demikian, dan walaupun;
(6) penanda hubungan jarak, seperti di sini, di situ, dan di sana;
2018 Azwardi
Paragraf 139
Azwardi 2018
140 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 141
Contoh (2):
Sebaliknya, di rumah Pak Ali sering marah-marah. Sarapan
pagi terlambat dihidangkan, apalagi dalam keadaan dingin,
ia langsung memukul-mukul meja makan sambil memaki-
maki pelayan dapur. Kamar tidur tidak bersih, giliran pelayan
kamar kena omelan. Bila letak buku atau surat-surat berubah
dari semula, ia langsung menegur istri atau anaknya. Kalau
pekarangan dan mobil tidak bersih, alamat pelayan taman kena
“semprotan”. Boleh dikatakan bahwa Pak Ali melampiaskan
marahnya setiap ada yang tidak beres di rumah (Dikutip dari
Djago Tarigan, 1991:14).
Azwardi 2018
142 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 143
Contoh (3):
Malam harinya kami mulai sibuk. Barang sewaan mulai
berdatangan. Tenda dipasang langsung oleh petugas. Keluarga
inti berbicang-bincang merancang bagaimana arena harus
diatur. Di mana tempat duduk anak yang dikhitan, di mana kursi
undangan, tempat pembawa acara, pembicara, dan sebagainya.
Sebagian menyiapkan dipan tempat khitanan dengan hiasan-
hiasan sepreinya. Sebagian tetap di dapur menyiapkan
makan selanjutnya. Ada pula yang membuat penganan untuk
penambahan makanan kecil. Pokoknya semua bekerja (Dikutip
dari M. Ramlan, 1993:2).
Contoh (4):
Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan pengalaman manusia. Keterampilan berbahasa dibe-
dakan atas keterampilan berbahasa secara lisan dan keterampilan
berbahasa secata tulisan. Menulis dan berbicara merupakan kete
rampilan yang bersifat produktif, sedangkan menyimak dan mem-
baca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif. Demikianlah
hakikat keterampilan berbahasa.
Azwardi 2018
144 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 145
Contoh (5):
Jalan itu sangat ramai. Pagi-pagi, pukul enam, sudah banyak
kendaraan yang lewat membawa sayur-sayuran dan hasil
pertanian lainnya ke pasar. Tak lama kemudian, anak-anak
sekolah memadati jalan itu. Ada yang naik sepeda, ada yang
naik sepeda motor, dan ada juga yang naik mobil jemputan.
Sesudah itu, mereka berangkat ke tempat pekerjaan masing-
masing. Demikianlah hingga malam jalan itu tak pernah sepi
(Dikutip dari M. Ramlan, 1993:10).
Contoh (6):
Kota Yogyakarta dikenal juga sebagai kota pelajar. Tanah di
sekitarnya sangat subur. Banyak pendatang baru yang datang
untuk mencari pekerjaan. Pada malam hari orang berjalan-
Azwardi 2018
146 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 147
Contoh (7):
Suatu karangan biasanya mengandung tiga bagian utama, yaitu
bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Setiap bagian
mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Bagian pendahuluan
mempunyai fungsi satu atau sebagian dari fungsi untuk menarik
minat pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan
secara singkat tema karangan, menjelaskan bila dan di bagian
mana suatu hal akan dibicarakan. Fungsi bagian isi, antara lain,
merupakan penghubung antara bagian pendahuluan dan bagian
penutup atau merupakan penjelasan terperinci terhadap apa
yang dibicarakan di bagian pendahuluan. Fungsi bagian penutup
ialah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk memberikan
kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks,
melengkapi, dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu
tentang apa yang sudah dijelaskan atau dibicarakan setiap bagian
utama karangan mempunyai fungsi tetentu (Dikutip dari Djago
Tarigan, 1991:22).
Contoh (8):
Pemerintah menyadari bahwa masih ada pihak-pihak atau
sebagian kecil dari rakyat yang belum dapat menikmati hasil
pembangunan. Oleh karena itu, dalam trilogi pembangunan,
pemerataan dijadikan strategi pelaksanaan pembangunan (Dikutip
dari M.Ramlan, 1993:52).
Azwardi 2018
148 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Contoh (9):
Sejak Ayahnya meninggal tanggung jawab Amin semakin berat.
Biaya hidup keluarga dibebankan ke pundaknya. Pelunasan utang-
piutang selama ini harus diselesaikannya sendiri. Kelanjutan
sekolah adik-adiknya harus ia pertahankan. Pengelolaan perusahaan
2018 Azwardi
Paragraf 149
Contoh (10):
Menyetop dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara
sempurna. Tembakan kaki kanan dan kaki kiri tepat arahnya lagi
keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan.
Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan
kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan
bolanya tepat dan terarah. Amir benar-benar pemain bola yang
jempolan (Dikutip dari Djago Tarigan, 1991:28).
Azwardi 2018
150 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Contoh (11):
Menjaga kesucian tempat ibadah itu wajib hukumnya, dan hal
itu merupakan salah satu syarat sah salat. Untuk itu, mestinya
di setiap masjid atau meunasah atau musala tersedia kran air
tambahan atau wadah berisi air di dekat tangga atau teras, apalagi
jika lantai tempat ibadahnya terhubung langsung ke area toilet.
Jamaah sulit terhindar untuk tidak menyebarkan najis ke dalam
tempat ibadah tersebut. Bagi jamaah yang memakai alas kaki yang
tidak bisa kena air atau ragu-ragu akan kesucian kakinya dapat
membasuhnya lagi sebelum masuk atau melangkah ke lantai
masjid atau meunasah atau musala. Itulah pentingnya seorang
khadam masjid atau pengurus tempat ibadah memahami dengan
benar ilmu tentang bersuci (taharah).
2018 Azwardi
Paragraf 151
Contoh (12):
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu
benda cerah tidak dikenal melayang menyusuri lengkungan langit
sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan
oleh paling sedikit seribu orang diberbagai dusun Siberia Tengah.
Jam menunjukkan pukul 7.00 waktu setempat. Penduduk Desa
Vonovara melihat benda itu menjadi batu api menyilaukan di atas
hutan cemara sekitar sungai Tungusha. Kobaran api membentuk
cendawan membumbung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dasyat
yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar lebih dari 1000
km jauhnya (Dikutip dari keraf, 1993:74).
2. Ringkasan
Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian yang telah dikemukakan
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah satuan
gramatik yang lebih tinggi daripada kelimat, bagian dari karangan atau
tuturan yang menampung sebagian pengertian konkret, terdiri atas satu
kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas ditambah satu kalimat
penegas (bila ada) yang tersusun secara kohesif, logis, dan sistematis serta
memiliki satu ide pokok sebagai pengendalinya.Secara umum dikenal
tiga macam paragraf, yaitu paragraf pembuka, paragraf penghubung,
dan paragraf penutup. Paragraf pembuka adalah paragraf yang isinya
mengantarkan suatu karangan atau pokok-pokok pikiran dalam bagian-
bagian tertentu. Paragraf penghubungan adalah semua paragraf yang
terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Paragraf
penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri sebuah
karangan atau bagian karangan.
Untuk memudahkan pembaca dalam menerima dan menyerap
informasi yang disampaikan oleh pengarang atau penulis, suatu
paragraf atau wacana harus disusun secara baik, logis, dan
Azwardi 2018
152 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 153
3. Latihan
(1) Pada hakikatnya bahasa merupakan alat komunikasi untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia.
Buatlah masing-masing satu paragraf tentang apa yang Anda
pikiran, tentang apa yang Anda rasakan, dan tentang apa yang
Anda alami!
(2) Berdasarkan tinjauan tempat kalimat utama, paragraf dibedakan
atas empat macam, yaitu paragraf deduktif, paragraf induktif,
paragraf campuran, dan paragraf deskriptif atau paragraf naratif.
Buatlah masing-masing satu paragraf dengan topik seputar
belajar di perguruan tinggi!
(3) Teks di bawah ini merupakan contoh paragraf yang tidak
memenuhi syarat kepaduan. Ubahlah posisi kalimat teks tersebut
sehingga menjadi rangkaian kalimat yang membentuk paragraf
yang koheren!
Azwardi 2018
154 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Paragraf 155
Azwardi 2018
156 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 157
BAB VIII
PENULISAN KARYA ILMIAH
1. Uraian Materi
1.1 Pengertian Karya Ilmiah
Istilah karya ilmiah di sini mengacu kepada karya tulisan yang
penyampaian dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan
cara kerja ilmiah. Ditinjau dari panjang pendeknya atau tingkat
kedalaman uraiannya, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah
(paper) dan laporan penelitian. Dalam penulisannya, baik makalah
maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara
kerja ilmiah. Penyusunan karya semacam itu didahului oleh studi
pustaka atau studi lapangan.
Azwardi 2018
158 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 159
Azwardi 2018
160 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 161
Catatan:
Ketentuan teknis di atas tidak berlaku mutlak. Artinya, format
tersebut dapat disesuaikan dengan gaya selingkung yang berlaku
pada setiap instansi. Secara konkret layout kover tersebut dapat
dilihat pada lampiran buku ini.
Azwardi 2018
162 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 163
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL Bagian Tambahan
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
Azwardi 2018
164 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
dst.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Aceh
Lampiran 2 Instrumen Penelitian Bagian Penunjang
Lampiran 3 Informan Penelitian
Lampiran 4 Data Penelitian
Lampiran 5 Biodata Peneliti
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 165
1.5.1 Abstrak
Abstrak merupakan representasi dari keseluruhan isi suatu tulisan.
Dalam abstrak karya ilmiah yang berupa artikel hasil pemikiran
(opini) atau makalah perlu dikemukakan secara singkat dan jelas,
antara lain, latar belakang, masalah, tujuan, dan pembahasan,
sedangkan dalam abstrak karya ilmiah yang berupa laporan
penelitian perlu dikemukakan secara singkat dan jelas, antara lain,
latar belakang, masalah, tujuan, anggapan dasar, hipotesis, populasi,
sampel, metode, teknik, dan hasil atau temuan penelitian.
Khusus untuk artikel ilmiah, selain abstrak, hal yang perlu
dicantumkan adalah kata kunci (keyword). Kata kunci adalah
istilah-istilah terbatas, baik berupa kata maupun frasa, yang populer
digunakan dalam keseluruhan isi suatu artikel. Jumlah kata kunci
maksimal lima, dan biasanya berupa kata atau frasa terminologi
yang berulang-ulang dipakai. Pencantuman kata kunci dalam sebuah
artikel biasanya posisinya setelah abstrak.
Azwardi 2018
166 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 167
besar di dalam daftar isi tetap memakai nomor angka Romawi besar.
Begitu juga subbab dan subsubbab yang bernomor angka Arab tetap
diberi nomor angka Arab seperti yang terdapat di dalam teks.
(3) Di antara tulisan BAB dan nomornya, demikian juga di antara
nomor bab dan tajuknya tidak diberi tanda titik, tetapi ada jarak
satu ketukan. Di antara nomor subbab dan tajuknya pun tidak
dibubuhi tanda titik, tetapi ada jarak satu ketukan. Jika nomor
bab atau subbab dan tajuknya tidak termuat di dalam satu baris,
digunakan baris kedua dan seterusnya. Baris-baris tambahan
tersebut menjorok ke dalam sepuluh ketukan dari margin kiri
dengan jarak dua spasi.
(4) Karena daftar isi digunakan untuk mengetahui rincian isi buku
dan pada halaman berapa dicantumkannya, dengan sendirinya
daftar isi tidak perlu dicantumkan lagi di dalamnya.
1.5.4 Pendahuluan
Pendahuluan suatu karya ilmiah bermaksud mengantarkan pembaca
ke dalam pembahasan suatu topik. Dengan membaca bagian
pendahuluan pembaca sudah mendapat gambaran umum tentang
penyajian suatu topik. Pendahuluan karya ilmiah hendaknya dapat
menuntun dan memantik keinginan pembaca untuk memahami
keseluruhan isi karya ilmiah yang disajikan tersebut. Bagian
pendahuluan karya ilmiah yang berupa laporan penelitian (skripsi,
tesis, dan disertasi) berisi hal-hal sebagai berikut: (1) latar belakang
(2) masalah atau rumusan masalah, (3) tujuan, (4) manfaat, (5)
landasan teoretis, (6) anggapan dasar dan hipotesis, (7) populasi,
sampel, atau sumber data, dan (8) metode dan teknik.
Bagian pendahuluan karya ilmiah yang berupa makalah cukup
berisi hal, yaitu latar belakang, masalah atau rumusan masalah,
Azwardi 2018
168 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
1.5.5 Isi
Dalam bagian isi yang merupakan inti karya ilmiah dipaparkan
uraian topik yang dibahas. Uraian pada bagian ini hendaknya dapat
memberikan petunjuk kepada pembaca dalam memahami setiap
langkah dan keseluruhan pembahasan. Di samping itu, bagian ini juga
harus menunjukkan kelengkapan, kekonsistenan, keeksplisitan, dan
kesimpulan materi yang dibahas. Panjang uraian harus proporsional
sesuai dengan tingkat keurgenan topik yang dibahas.
1.5.6 Penutup
Bagian penutup karya ilmiah berisi simpulan dan saran. Hal yang
dikemukakan dalam simpulan adalah pernyataan-pernyataan
kesimpulan hasil analisis atau pembahasan yang dilakukan di
dalam bab-bab isi. Simpulan merupakan kristalan jawaban atas
permasalahan yang dikemukakan dalam bagian pendahuluan. Perlu
ditegaskan bahwa simpulan bukanlan rangkuman. Redaksi simpulan
dapat berupa uraian atau butir-butir pernyataan. Pada akhir bagian
penutup dapat dikemukakan saran atau masukan yang dirasa perlu
disampaikan kepada pembaca berkenaan dengan topik yang dibahas.
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 169
Azwardi 2018
170 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
kepada teori atau gagasan atau pendapat orang lain semakin baik
baik pula karya yang dihasilkannya. Teori atau gagasan atau pendapat
orang lain tersebut tentunya yang relevan dengan topik yang dibahas
dan merupakan hasil penelitian atau hasil pemikiran yang mutakhir.
Pengutipan teori atau gagasan atau pendapat orang lain itu
ada yang dilakukan secara langsung dan ada pula yang dilakukan
secra tidak langsung. Setiap kutipan yang dinukilkan, baik kutipan
langsung maupun kutipan tidak langsung, harus disebut sumbernya
atau catatan pustakanya di dalam teks yang diuraikan, kecuali
sesuatu yang sudah diketahui secara umum (common knowledge).
Hal tersebut dimaksudkan sebagai pengakuan bahwa teori atau
gagasan atau pendapat itu bukan miliknya, melainkan milik orang
lain. Oleh sebab itu, teknik pengutipan merupakan hal penting yang
harus diketahui oleh setiap penulis karya ilmiah.
Teknik pengutipan karya ilmiah dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Disebut pengutipan
langsung jika penulis menyalin secara utuh teori atau gagasan atau
pendapat orang lain sebagai sumber rujukan dalam teks tulisannya.
Sebaliknya, disebut pengutipan tidak langsung jika teori atau gagasan
atau pendapat orang lain sebagai sumber rujukan disarikan oleh si penulis
dan diredaksikan dengan bahasannya sendiri. Kedua cara pengutipan ini
memiliki kaidah penulisan yang berbeda.
Kutipan langsung yang kurang dari lima baris diredaksikan
menyatu dengan bagian kalimat penulis, dan ditempatkan di antara
tanda petik (“…”). Sebaliknya, kutipan yang panjangnya mencapai
lima baris atau lebih ditempatkan secara terpisah dari bagian tulisan
penulis tanpa menggunakan tanda petik. Cara penulisan kedua
bentuk kutipan langsung tersebut sebagaimana terlihat pada contoh
1 dan 2 berikut ini.
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 171
Azwardi 2018
172 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 173
Azwardi 2018
174 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 175
(2) Contoh Rujukan dari Antologi (Buku yang Berisi Kumpulan Artikel):
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono (Ed.). 2002. Telaah Bahasa dan
Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sumardi, Mulyanto (Ed.). 1992. Berbagai Pendekatan dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Azwardi (Ed.). 2008. Bunga Rampai Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah. Banda Aceh: PBSID FKIP Unsyiah.
(3) Contoh Rujukan dari Artikel yang Dimuat dalam Suatu Buku:
Hasan, M.Z. “Karakteristik Penelitian Kualitatif”. Dalam
Amiruddin (Ed.), Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam
Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat
Malang dan YA3.
Azwardi. “Puisi Linguistik”. Dalam Azwardi (Ed.), Bunga
Rampai Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.
Banda Aceh: PBSID FKIP Unsyiah.
Azwardi. “Penulisan Laporan Teknis”. Dalam Ridwan dan Wildan
(Ed.), Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Banda
Aceh: GEUCI.
Azwardi 2018
176 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(5) Contoh Rujukan dari Artikel yang Dimuat dalam Majalah atau
Surat Kabar:
Azwardi. 2018. “Analisis Bahasa; Bahasa Benar yang Perlu Anda
Ketahui”. Dalam Majalah Warta Pendidikan Gemilang, Edisi
I, Juni 2018.
Azwardi. 2018. “Literasi Alquran”. Dalam SKH Serambi
Indonesia, Edisi Sabtu, 2 Juni 2018.
Azwardi. 2006. “Kekacauan Bahasa di Media Sosial”. Dalam
SKH Serambi Indonesia, Edisi Senin, 16 April 2018.
(6) Contoh Rujukan dari Dokumen yang Ditulis Atas Nama Institusi:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 177
Azwardi 2018
178 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Azwardi 2018
180 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 181
(3) mengetik satu spasi sebuah catatan kaki yang lebih dari satu baris;
(4) mengetik catatan kaki agak ke dalam sejajar dengan baris
paragraf dan baris-baris berikutnya diketik sejajar dengan baris-
baris yang lain dalam naskah;
(5) catatan kaki mendapatkan nomor urut berkelanjutan dalam satu bab
atau dalam satu laporan tanpa ada pembagian-pembagian bab;
(6) nomor urut diberi dalam angka Arab dan tidak diberi tanda apa
pun; dan
(7) dalam naskah, nomor urut catatan kaki diketik agak ke atas tanpa
ada spasi.
Urutan informasi tentang buku atau referensi kutipan adalah sebagai berikut:
(1) nama pengarang tanpa dibalik urutannya atau dalam urutan
normal;
(2) diberi tanda koma;
(3) judul karangan (dicetak miring) tanpa tanda koma; dan
(4) nama kota, nama penerbit, tahun terbit, dan nomor halaman
(diterakan di dalam tanda kurung).
Contoh:
Prof. Dr. Ismail Suny, S.H., M.C.L., Pergeseran Kekuasaan
7
Azwardi 2018
182 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
yang utuh yang langsung mendahuluinya dan tidak dipakai jika telah
ada catatan kaki lain yang menyelinginya. Pengetikan atau penulisannya
diawali dengan huruf kapital, diberi garis bawah, dan dibubuhi tanda titik.
Jika referensi kedua berasal dari jilid atau halaman yang lain, dibelakang
ibid diberi tanda koma, nomor jilid, dan nomor halaman.
Contoh:
Edgar Johson, Charles Dickens: His Tragedy and Triumph
3
Contoh:
Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan
8
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 183
Contoh:
Franz Magnis-Suseno, Kuasa dan Moral (Jakarta: PT
11
Azwardi 2018
184 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Catatan:
Dalam catatan kaki ketiga nama pengarang harus ditulis, dan tidak
boleh disingkat dengan et.al. atau dkk.
Contoh Catatan Kaki yang dari Artikel dalam Jurnal dan Majalah:
S. Takdir Alisyahbana, “Merayakan Hari Raya yang Penting
17
Catatan:
(1) Hilangkan singkatan volume dan halaman (v. dan hlm.) jika
dalam catatan kaki rujukan atau referensi dikutip pula dari
halaman rujukan yang sama. Nomor urut volume dan halaman
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 185
Dalam catatan catatan kaki di atas judul artikel dan judul buku
harus dimasukkan; begitu pula nama penulis dan editornya.
Azwardi 2018
186 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 187
Azwardi 2018
188 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Pada halaman bertajuk (abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
daftar lambang, bab-bab isi, dan daftar pustaka) nomor halamannya
diletakkan pada bagian tengah berjarak spasi dua dari margin bawah.
Selanjutnya, untuk penomoran bab digunakan angka Romawi besar,
dan subbab atau subsubbab berikutnya digunakan angka Arab dengan
sistem digital. Nomor subsubbab singkron dengan nomor subbab,
nomor subbab singkron dengan nomor bab. Pembagian subbab dibatasi
sampai empat digit. Setiap nomor berdigit tersebut digarisbawahi atau
dicetak tebal, dan diangkat dalam daftar isi.
Halaman yang bertajuk, seperti abstrak, kata pengantar, daftar
isi, pendahuluan, bab-bab isi, daftar pustaka, dan lampiran karya
ilmiah yang berupa laporan penelitian penempatannya pada halaman
baru. Dalam hal ini jarak antara bab dan subbab enam spasi. Kata
bab ditulis dengan huruf kapital semua (uppercase) dan nomor bab
ditulis dengan huruf Romawi besar pada jarak lebih kurang sepuluh
cm dari margin atas atau turun sepertiga halaman teks. Kata bab itu
terletak di tengah sehingga jarak dari margin kiri dan margin kanan
ke kata bab itu sama (center). Berkaitan dengan tata letak, untuk
lebih jelasnya perhatikan contoh pada bagian lampiran!
2. Ringkasan
Istilah karya ilmiah di sini mengacu kepada karya tulisan yang
penyampaian dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan
cara kerja ilmiah. Ditinjau dari panjang pendeknya atau tingkat
kedalaman uraiannya, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah
(paper) dan laporan penelitian. Dalam penulisannya, baik makalah
maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara
kerja ilmiah. Penyusunan karya semacam itu didahului oleh studi
pustaka atau studi lapangan.
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 189
Azwardi 2018
190 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
daftar tabel, (e) daftar lambang, (f) daftar grafik, dan daftar gambar.
Bagian penunjang meliputi (a) daftar pustaka dan (b) lampiran.
Catatan pustaka berbeda dengan daftar pustaka. Catatan pustaka
adalah keterangan pengutipan pendapat para ahli, sedangkan daftar
pustaka adalah semua referensi yang dipakai sebagai bahan acuan
atau teori dalam penyusunan karya ilmiah. Catatan pustaka terdapat
pada bagian teks sebagai referen untuk menguatkan deskripsi atau
pembahasan konsep, sedangkan daftar pustaka terdapat pada bagian
akhir karya ilmiah sebagai pedoman bagi pembaca untuk menelusuri
lebih lanjut bahan yang terkait dengan topik yang dibahas. Jika ada
perubahan cara penulisan nama, cara yang terbaru yang dipakai. Gelar
kesarjanaan tidak perlu dicantumkan dalam penulisan nama di daftar
pustaka. Akan tetapi, dalam ucapan terima kasih perlu dicantumkan.
Kertas yang digunakan untuk mencetak karya ilmiah, baik makalah
maupun laporan penelitian, adalah kertas HVS yang berukuran kuarto
(21,5 cm x 28 cm). Kertas yang digunakan untuk kulit atau sampulnya
adalah karton manila. Khusus untuk makalah, pada sampul depan
biasanya digunakan kertas mika, dan dijilid dengan pita isolasi.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku setting margin karya
ilmiah yang berupa makalah dan laporan penelitian adalah sebagai
berikut: (1) pias atas 3 cm, (2) pias bawah 3,5 cm, (3) pias kiri 4
cm, dan (4) pias kanan 2,5. Selain itu, pengetikan sampul depan
hendaknya mampu memberikan tanda pengenal yang jelas mengenai
isi, penyusunan, dan informasi lainnya. Penggunaan warna-warna
yang mencolok hendaknya dihindari.
3. Latihan
Bina Karya Akademika memiliki dana Rp100.000.000.000,00 untuk
suatu penelitian dengan topik analisis kesalahan penulisan bahasa
Indonesia pada media luar ruang di Kota Banda Aceh. Anda dipercayakan
2018 Azwardi
Penulisan Karya Ilmiah 191
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
dst.
Azwardi 2018
192 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian
Lampiran 2 Data Penelitian
Lampiran 3 Personalia Penelitian
Lampiran 4 Sampel Foto Objek Penelitian
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 193
BAB IX
PROBLEMATIKA PEMAKAIAN BAHASA
INDONESIA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
1. Uraian Materi
1.1 Sikap Berbahasa Indonesia
Sikap bahasa berhubungan dengan tiga hal, yaitu (1) sikap yang
berkaitan dengan kesetiaan terhadap bahasa (language loyality),
(2) sikap yang berkaitan dengan kebanggaan terhadap penggunaan
bahasa (language pride), dan (3) sikap yang berkaitan dengan
kesadaran penggunaan bahasa (awareness of the norm). Ketiga
sikap tersebut tecermin dari penggunaan bahasa oleh pemiliknya,
baik secara lisan maupun tulisan. Pengguna bahasa yang bersikap
positif senantiasa menunjukkan indikasi kesetiaan, kebanggaan, dan
kesadaran dalam tulisannya. Hal tersebut terlihat jelas, khususnya
dalam pemakaian bahasa Indonesia yang berkaidah (normatif) atau
penggunaan bahasa Indonesia yang benar.
Yang dimaksud dengan sikap di dalam konteks ini adalah
sikap positif terhadap belajar bahasa Indonesia. Artinya, kita harus
mengakui bahwa belajar tentang bahasa itu penting. Meskipun
secara alamiah kita bisa berbahasa Indonesia (mungkin sejak kecil
kita sudah terkondisikan dalam penggunaan bahasa Indonesia),
secara ilmiah kita belum tentu mampu berbahasa Indonesia dengan
baik, benar, logis, dan sistematis.
Azwardi 2018
194 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 195
Azwardi 2018
196 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
tanda baca, dan (d) tipe kesalahan penulisan unsur serapan. Berkaitan
dengan diksi, problem kesalahan yang sering terjadi, antara lain, adalah
sebagai berikut: (a) tipe kesalahan pemakaian kata yang tidak baku,
(b) tipe kesalahan pemakaian kata yang tidak lazim, (c) tipe kesalahan
pemakaian kata yang tidak sejajar bentuk, dan (d) tipe kesalahan kata
yang tidak sesuai dengan kaidah. Berkaitan dengan kalimat, problem
kesalahan yang sering terjadi, antara lain, adalah sebagai berikut: (a) tipe
kesalahan pasif persona, (b) tipe kesalahan subjek berpreposisi, (c) tipe
kesalahan pengantar kalimat dan predikat, (d) tipe kesalahan pelesapan
subjek dalam kalimat majemuk. Berkaitan dengan paragraf, problem
kesalahan yang sering terjadi, antara lain, adalah sebagai berikut: (a)
tipe kesalahan kesatuan dan (b) tipe kesalahan kepaduan. Berkaitan
dengan teknik penyampaian, problem kesalahan yang sering terjadi,
antara lain, adalah sebagai berikut: (a) tipe kesalahan penulisan catatan
pustaka (sitasi) dan (b) tipe kesalahan pengutipan. Berkaitan dengan
sistematika penyajian, problem kesalahan yang sering terjadi, antara
lain, adalah sebagai berikut: (a) tipe kesalahan penomoran bab, subbab,
dan subsubbab dan (b) tipe kesalahan penyusunan daftar pustaka.
1.3.1 Problem Ejaan
1.3.1.1 Tipe Kesalahan Pemakaian Huruf
(1) Huruf Kapital
Sejalan dengan Konvensi ILO 169, Durning (2000:299)
menyebutkan beberapa kriteria penduduk asli, yaitu paling tidak
memiliki lima elemen dasar sebagai berikut:
(1) Keturunan penduduk asli suatu daerah yang kemudian dihuni
oleh sekelompok masyarakat dari luar yang lebih kuat;
(2) Sekelompok orang yang mempunyai bahasa, tradisi, budaya,
dan agama yang berbeda dengan kelompok yang lebih dominan;
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 197
Azwardi 2018
198 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 199
Azwardi 2018
200 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
BAB I PENDAHULUAN
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 201
Skripsi
oleh
Nama : Azwardi
NIM : 92611341
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi : Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
disetujui,
Azwardi 2018
202 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
diketahui,
Dekan,
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 203
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik.
Azwardi 2018
204 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 205
Azwardi 2018
206 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(5) Partikel
Tidak ada satupun data primer yang diperoleh pada kegiatan
pengumpulan data awal.
Ada pun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah penutur
asli bahasa Aceh dialek Peusangan.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 207
Tidak ada satu pun data primer yang diperoleh pada kegiatan
pengumpulan data awal.
Sekecil apa pun temuanya, penelitian ini akan sangat berarti bagi
pemerintah sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan publik.
Azwardi 2018
208 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah swt. yang atas rahmat-Nya
penulis telah dapat merampungkan penyusunan karya akademik ini.
Harga buku Menulis Ilmiah Edisi Revisi terbitan 2018 adalah Rp 75.000,00.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 209
dua angka nol (,00). Di pihak lain, penulisan angka dan huruf secara
bersamaan juga salah, kecuali pada penulisan peraturan perundang-
undangan, akta, dan kuitansi.
Harga buku Menulis Ilmiah Edisi Revisi terbitan 2018 adalah Rp75.000,00.
Tanda kurung ((...)), tanda garis miring (/), dan tanda hubung
(-) pemakaiannya menyatu dengan kata yang mendahului atau
menyertainya. Bandingkan pemakaian tanda kurung, tanda garis
miring, dan tanda hubung yang benar berikut!
Azwardi 2018
210 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Tanda koma (,) dan tanda titik koma (;) pemakaiannya sedikit
berbeda dalam suatu perincian. Tanda koma, antara lain, dipakai pada
akhir perincian yang berupa kata atau frasa, sedangkan tanda titik koma,
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 211
antara lain, dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa. Dalam
karya ilmiah kedua tanda tersebut sering salah atau tertukar digunakan
sebagaimana terlihat dalam contoh di atas. Yang harus digunakan tanda
koma malah digunakan tanda titik koma. Demikian juga sebaliknya,
yang harus digunakan tanda titik koma malah digunakan tanda koma
sebagaimana terlihat dalam contoh di bawah.
Azwardi 2018
212 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(9) leksikologi,
(10) leksikografi, dan
(11) pragmatik.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 213
Azwardi 2018
214 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 215
hipotesa hipotesis
tiori teori
tioritis/teoritis teoretis
thesis tesis
team tim
sistim/sistimatis sistematis
katagori kategori
kontinyu kontinu
subyek subjek
prediket predikat
obyek objek
tehnik teknik
tehnologi teknologi
frekwensi frekuensi
atlit atlet
apotik apotek
kwalitas kualitas
prosen persen
prosentase persentase
rubriks rubrik
intalasi instalasi
komplek kompleks
frustasi frustrasi
Azwardi 2018
216 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 217
Azwardi 2018
218 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Kami sudah lama mengusulkan Action Plan Bunda Baca ini, tetapi
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan belum menyetujuinya.
atau
Action Plan Bunda Baca ini sudah lama diusulkan, tetapi belum
disetujui Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 219
Azwardi 2018
220 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 221
Azwardi 2018
222 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 223
Azwardi 2018
224 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 225
Jadi, supaya kalimat itu benar, subjek pada klausa kedua harus
jelas (harus eksplisit). Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi
sebagai berikut.
Azwardi 2018
226 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(67) Bahasa yang baik yaitu bahasa yang digunakan sesuai dengan
konteks atau situasi pemakaian, sedangkan bahasa yang
benar yaitu bahasa yang dipakai sesuai dengan kaidah atau
norma atau aturan yang berlaku.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 227
Kata daripada dan dari pada kalimat (68) dan (69) tidak
menyatakan makna apa-apa. Jadi, kata tersebut tidak perlu dipakai.
Kata daripada dan dari digunakan untuk menyatakan perbandingan
dan asal, seperti tampak dalam kalimat berikut.
Azwardi 2018
228 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 229
Azwardi 2018
230 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 231
(89) Mereka yang bersalah akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.
(90) Pengangkatan CPNS bergantung anggaran yang tersedia.
Azwardi 2018
232 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 233
(94) Dalam makalah ini saya akan bicara tentang kerja keahlian.
(95) Pagi ini pemerintah berangkatkan lima puluh kepala keluarga
ke lokasi transmigrasi
Azwardi 2018
234 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 235
Azwardi 2018
236 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
lain. Kalimat tersebut menjadi betul jika unsur keterangan tersebut tidak
berdiri sendiri karena bukan merupakan sebuah kalimat baru.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 237
Azwardi 2018
238 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
(108) Mereka tidak ingat lagi, kapan persisnya peristiwa naas itu terjadi.
(109) Saya sedang memikirkan, bagaimana cara menjelaskan hal
ini secara tepat kepada Saudara.
(110) Ia mengatakan, bahwa sampai kapan pun tetap setia
menunggu.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 239
Azwardi 2018
240 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 241
300 ekor kambing atau domba, atau setara dengan 42 ekor sapi
atau kerbau. Meskipun hal itu merupakan ibadah sunah, ancaman
Allah swt. dan Nabi Muhammad saw. sangat berat bagi si mampu
yang kikir dan lari dari berkurban. Demikian surah seorang
teungku dalam suatu majelis ilmu. Intinya, berkurban itu mudah,
dan hikmah, rahmat, serta fadilatnya teramat besar.
Azwardi 2018
242 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
lagi bila ada aset atau harta lainnya yang dimiliki. Akan tetapi, kita
sering lari dari berkurban dengan berbagai alasan yang dicari-cari.
Bayangkan, jika suatu kampung terdiri atas 300 KK, setiap tahun
akan terkumpul 300 ekor kambing atau domba, atau setara dengan
42 ekor sapi atau kerbau. Intinya, berkurban itu mudah, dan hikmah,
rahmat, serta fadilatnya teramat besar. Meskipun hal itu merupakan
ibadah sunah, ancaman Allah swt. dan Nabi Muhammad saw. sangat
berat bagi si mampu yang kikir dan lari dari berkurban. Demikian
surah seorang teungku dalam suatu majelis ilmu.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 243
Azwardi 2018
244 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
BAB 1
PENGANTAR ILMU KEWIRAUSAHAAN
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi konsep dasar kewirausahaan ini,
mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. pengertian kewirausahaan,
b. tujuan kewirausahaan,
c. manfaat kewirausahaan,
d. sasaran kewirausahaan,
e. karakteristik kewirausahaan, dan
f. ruang lingkup kewirausahaan.
2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran tecermin dari kompetensi dan peran
pendidik dalam pengelolaan kelas. Kompetensi dan peran
pendidikan tersebut, antara lain, adalah sebagai berikut:
a. mampu membantu peserta didik dalam memperoleh dan
memadukan pengetahuan baru sebagai aspek pembelajaran
terpenting;
b. mampu membimbing peserta didik dalam menghubungkan
pengetahuan baru yang akan diterima dengan hal lain yang
sudah diketahui sebelumnya jika pembelajaran yang akan
diterima merupakan hal yang baru;
c. mampu mengolah berbagai informasi, dan menjadikannya
ingatan sebagai jangka panjang;
d. mampu menyerap informasi yang telah diberikan yang merupakan
konsep dasar penerapan dimensi pembelajaran ini; dan
e. mampu membedakan dan menentukan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang harus diajarkan sebelum
menerapkan tipe pada dimensi pembelajaran ini.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 245
4. Pendahuluan
Berdasarkan Keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayan
Republik Indonesia Nomor 056/U/94, mata kuliah di perguruan
tinggi dikelompokkan atas mata kuliah berikut:
a. Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU),
b. Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK),
c. Mata Kuliah Keahlian (MKK), dan
d. Mata Kuliah Pilihan (MKP).
Azwardi 2018
246 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Arab itu terdapat perincian bernomor lagi, diberi nomor dengan huruf
kecil. Agar lebih jelas tentang hal ini, perhatikan sistem penomoran
dalam wacana berikut!
BAB I
PENGANTAR ILMU KEWIRAUSAHAAN
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 247
1.4 Pendahuluan
Berdasarkan Keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayan
Republik Indonesia Nomor 056/U/94, mata kuliah di perguruan
tinggi dikelompokkan atas mata kuliah berikut:
(1) Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU),
(2) Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK),
(3) Mata Kuliah Keahlian (MKK), dan
(4) Mata Kuliah Pilihan (MKP).
DAFTAR PUSTAKA
Azwardi 2018
248 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
DAFTAR PUSTAKA
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 249
Azwardi 2018
250 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
DAFTAR PUSTAKA
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 251
DAFTAR PUSTAKA
Azwardi 2018
252 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 253
Azwardi 2018
254 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
atau
2. Ringkasan
Sikap bahasa berhubungan dengan tiga hal, yaitu (1) sikap yang
berkaitan dengan kesetiaan terhadap bahasa (language loyality),
(2) sikap yang berkaitan dengan kebanggaan terhadap penggunaan
bahasa (language pride), dan (3) sikap yang berkaitan dengan
kesadaran penggunaan bahasa (awareness of the norm). Yang
dimaksud dengan sikap di dalam konteks ini adalah sikap positif
terhadap belajar bahasa Indonesia. Dalam kenyataan penggunaan
bahasa Indonesia sehari-hari, khususnya dalam situasi resmi, sering
kita jumpai pemakaian bahasa Indonesia yang salah atau tidak sesuai
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 255
Azwardi 2018
256 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
berikut: (a) tipe kesalahan penulisan catatan pustaka (sitasi) dan (b)
tipe kesalahan pengutipan. Berkaitan dengan sistematika penyajian,
problem kesalahan yang sering terjadi, antara lain, adalah sebagai
berikut: (a) tipe kesalahan penomoran bab, subbab, dan subsubbab
dan (b) tipe kesalahan penyusunan daftar pustaka.
2. Latihan
(1) Sediakan satu karya ilmiah yang berupa laporan penelitian
(skripsi, tesis, atau disertasi), kemudian daftarkan kesalahan-
kesalahan yang terdapat dalam karya ilmiah tersebut, lalu
berikan alasan secara teoretis tentang kesalahan itu, dan tuliskan
alternatif yang benarnya!
(2) Konstruksi yang terdaftar berikut ini merupakan konstruksi
kalimat salah. Kemukakan alasan secara teoretis tentang
kesalahan tersebut, dan tulis kembali alternatif pembetulannya!
1) Menyukai bahan bacaan, membiasakan membaca, berminat
baca, pintar, dan berkarya tulis adalah merupakan tahapan
proses literasi yang ideal.
2) Saya menyarankan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
(UKBI) wajib menjadi salah satu syarat memperoleh gelar
akademik di perguruan tinggi di Indonesia.
3) Saya sudah katakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar itu tidak mudah.
4) Banyak buku kami telah baca, tetapi kami tidak temukan
petunjuk pengunaan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar.
5) Dalam seminar sehari itu membicarakan masalah HAM.
6) Dari hasil penelitian laboratorium membuktikan bahwa serum
ini tidak berbahaya.
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 257
Azwardi 2018
258 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Problematika Pemakaian Bahasa Indonesia ... 259
Azwardi 2018
260 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Daftar Pustaka 261
DAFTAR PUSTAKA
Azwardi 2018
262 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Daftar Pustaka 263
Azwardi 2018
264 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Saukah, Ali dan Mulyadi Guntur Waseso (Ed.). 2000. Menulis Artikel untuk
Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).
2018 Azwardi
Lampiran 265
LAMPIRAN
Azwardi 2016
266 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Skripsi
oleh
AZWARDI
2016 Azwardi
Lampiran 267
Skripsi
oleh
Nama : Azwardi
NIM : 92611341
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi : Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
disetujui,
diketahui,
Dekan,
Azwardi 2016
268 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Skripsi oleh Azwardi ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada
tanggal 20 Juli 1997.
Dewan Penguji:
1. Ketua
Dra. Hj. Nuriah T.A.
NIP 130095473
2. Anggota
Dr. Abdul Djunaidi, M.S.
NIP 131661035
3. Anggota
Drs. Ramli, M.Pd.
NIP 131802813
4. Anggota
Drs. Mukhlis, M.S.
NIP 131802814
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Jurusan PBS, Dekan FKIP Unsyiah,
2016 Azwardi
Lampiran 269
Azwardi
L2I00019
Linguistik
TESIS
untuk memenuhi salah satu syarat ujian
guna memperoleh gelar Magister Humaniora
Program Pendidikan Magister Program Studi Ilmu Sastra
Bidang Kajian Utama Linguistik
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2003
Azwardi 2016
270 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
Azwardi
L2I00019
Linguistik
TESIS
untuk memenuhi salah satu syarat ujian
guna memperoleh gelar Magister Humaniora
Program Pendidikan Magister Program Studi Ilmu Sastra ini
telah disetujui oleh Komisi Pembimbing pada tanggal
seperti tertera di bawah ini
2016 Azwardi
Lampiran 271
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pengamatan dan penganalisisan atas data yang ada dapat
disimpulkan bahwa struktur, fungsi sintaksis, peran semantis, dan hubungan
dengan verba dalam kalimat pasif pronomina persona bahasa Aceh adalah
sebagai berikut. Pronomina persona bahasa Aceh terdiri atas delapan belas
bentuk. Kedelapan belas pronomina persona tersebut meliputi (1) pronomina
persona pertama tunggal, yaitu lôn, lôntuan, ulôntuan, dan kee; (2) pronomina
persona pertama jamak, yaitu kamoe dan geutanyoe; (3) pronomina persona
kedua tunggal, yaitu, kah, gata, dan droeneuh; (4) pronomina persona kedua
jamak, yaitu kah + Num., gata + Num., dan droeneuh + Num.; (5) pronomina
persona ketiga tunggal, yaitu jih, gobnyan, dan droeneuhnyan; (6) pronomina
persona ketiga jamak, yaitu awaknyoe, awaknyan, dan awakjéh
Azwardi 2016
272 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
INDEKS
C I
cermat v, 8, 14, 91, 92, 94 infiks 18, 35, 43, 84
istilah 93, 95, 98
D
daftar pustaka iii J
denotasi 91 Jenis-Jenis Karya Ilmiah xvi, 5
2018 Azwardi
Indeks 273
jenis-jenis paragraf 5 S
jurnal 278 simulfiks 18, 31, 34, 84, 85, 86
sistematika penyajian ix, 3
K sistematis iv, viii, 8, 14
kaidah bahasa 2, 8, 12, 93, 97 sufiks 18, 30, 35, 45, 46, 47, 48,
Kaidah ejaan 15, 16 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 58,
kalimat iv, vii, viii, 3, 6, 10, 15, 16,
64, 84, 85
55, 57, 60, 61, 66, 67, 71, 76,
syarat-syarat paragraf 3
87, 89, 98
kausatif 49, 52
kompetensi iv, v, viii, ix, x, 2, 9, 14 T
Tanda Baca xvii, 4
L tata bahasa 15, 16
lampiran 16 teoretis 94
laporan penelitian 2, 278 tesis iv, 2
layout v, vii, 3
leksikal 70, 75, 86 U
logis iv, viii, 8, 10, 14 ungkapan v, 9
unsur fungsional 10
M unsur-unsur kalimat 3
majemuk 3, 75, 76, 77, 78, 79, 80, unsur-Unsur Paragraf xv, 5
81, 82, 83, 86, 87
malafektif 66, 67
V
menulis vii, viii, x, xi, 2, 40, 50,
verba 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44,
89, 91, 278
morfem 17, 70, 82, 84, 86 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,
53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60,
N 61, 62, 63, 65, 66, 67, 77, 86,
nomina 10, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 91, 96
42, 43, 44, 45, 46, 48, 52, 59, verba dwitransitif 47
62, 64, 66, 77 verba ekatransitif 47
P
penerbitan vii
Pola Kalimat xiv, 5
Azwardi 2018
274 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
TENTANG PENULIS
2018 Azwardi
Tentang Penulis 275
Azwardi 2018
276 Menulis Ilmiah (Edisi Revisi)
2018 Azwardi
Tentang Penulis 277
Azwardi 2018