Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

PERUBAHAN PENDIDIKAN UPAYA


PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Iloh Shinta Dwi Wahyuni


2. Asrini
3. Juharti
4. Zulfitriani
5. Nur wahyuni
6. Tresia Panannangan (1566041018)
7. Imran

SEMESTER VI

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahNya
makalah yang berjudul “Perubahan Pendidikan Upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia”
dapat diselesaikan tepat waktu.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing serta dosen mata
kuliah Profesi Kependidikan yakni Bapak Nasrullah, S.Pd., M.Pd., yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makala ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak
lain seperti rekan-rekan mahasiswa semester VI yang membantu kami secara langsung
maupun tidak langsung.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pembuatan makalah dan presentasi dalam
mata kuliah Profesi Kependidikan dengan pokok bahasan perubahan pendidikan upaya
peningkatan sumber daya manusia.
Kami sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan sarannya yang membangun sangat kami harapkan agar dapat berbuat
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Dengan penyusunan makalah ini semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.

Makassar, 12 Maret 2018


Penyusun,

Kelompok 1

ii | P a g e
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN


1. Pendidikan sebagai Proses Pencerdasan ...................................................... 3
2. Pendidikan Menjunjung Tinggi Hak-hak Anak ........................................... 3
3. Pendidikan menghasilkan Tindak Perdamaian ............................................ 4
4. Pendidikan Membangun Watak Persatuan ................................................. 4
5. Pendidikan Anak Berwawasan Intregatif .................................................... 4
6. Pendidikan Menghasilkan Manusia Demokratis ......................................... 5
7. Pendidikan Menghasilkan Manusia yang Peduli Lingkungan ..................... 5
8. Sekolah Bukan Satu-satunya Instrumen Pendidikan ................................... 5

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 6
B. Saran ............................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 7

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan.
Secara makro, faktor-faktor masukan pembangunan, seperti sumber daya alam, material dan finansial
tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan rakyat bila tidak didukung
oleh memadainya ketersediaan faktor SDM, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pelajaran yang
dapat dipetik dari berbagai negara maju adalah, bahwa kemajuan yang dicapai oleh bangsa-bangsa
di negara-negara tersebut didukung oleh SDM yang berkualitas. Jepang, misalnya, sebagai negara
pendatang baru (late comer) dalam kemajuan industri dan ekonomi memulai upaya mengejar
ketertinggalannya dari negara-negara yang telah lebih dahulu mencapai kemajuan ekonomi dan
industri (fore runners) seperti Jerman, perancis dan Amerika dengan cara memacu pengembangan
SDM (Ohkawa dan Kohama 1989).
Pengembangan SDM pada intinya diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitasnya, yang
pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas. Hasil berbagai studi menunjukkan, bahwa
kualitas SDM merupakan faktor penentu produktivitas, baik secara makro maupun mikro. Sumber
Daya Manusia (SDM) secara makro adalah warga negara suatu bangsa khususnya yang telah
memasuki usia angkatan kerja yg memiliki potensi untuk berperilaku produktif (dengan atau tanpa
pendidikan formal) yg mampu memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan keluarganya yang
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat di lingkungan bangsa atau negaranya.
Kualitas SDM Makro sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan (fisik dan psikis), kualitas
pendidikan informal dan formal (yang berhubungan dengan keterampilan atau keahlian kerja),
kepribadian terutama moral/agama, tingkat kesejahteraan hidup dan ketersediaan lapangan kerja
yang relevan.
Dalam konteks mikro, Sumber Daya Manusia adalah manusia/orang yang bekerja di
lingkungan sebuah organisasi yang disebut pegawai, karyawan, personil, pimpinan/manajer, pekerja,
tenaga kerja, majikan buruh, dll. Di lingkungan organisasi bidang pendidikan adalah semua pegawai
administratif, pendidik/guru, dosen serta tenaga kependidikan lainnya.
Dalam kenyataannya manusia (SDM) dengan organisasi sebagai wadah untuk mewujudkan
hakikat kemanusiaan dan untuk memenuhi kebutuhan (need) manusia memiliki hubungan yang
sangat/kuat. Hubungan tersebut sebagai berikut :
a. Manusia membutuhkan Organisasi membutuhkan
organisasi manusia.
b. Manusia penggerak Tanpa manusia organisasi
organisasi tidak akan berfungsi

1|Page
c. Manusia berorgani- Semua kebutuhan manusia
sasi utk memenuhi merupakan obyek
kebutuhannya organisasi
Oleh karena itu SDM diperlukan oleh setiap institusi kemasyarakatan dan organisasi. Berbagai
institusi kemasyarakatan, seperti institusi keluarga, institusi ekonomi, dan institusi keagamaan, SDM
merupakan unsur penting dalam pembinaan dan pengembangannya. Demikian pula dalam
organisasi, SDM berperan sangat penting dalam pengembangannya, terutama bila diinginkan
pencapaian tujuan yang optimal. Bila tujuan akhir setiap kegiatan pembangunan, baik dalam konteks
makro maupun mikro, adalah peningkatan taraf hidup, maka optimalisasi pencapaian tujuan itu
adalah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia secara optimal. Berdasarkan konsep di atas, dukungan
SDM yang berkualitas sangat menentukan keoptimalan keberhasilan pencapaian tujuan itu.
Kualitas SDM ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, di antaranya kesehatan
dan kemampuan. Faktor kemampuan sebagai salah satu faktor penentu kualitas SDM bisa
dikembangkan di antaranya melalui pendidikan. Jadi, pendidikan merupakan suatu upaya dalam
proses pengembangan SDM (Maginson, Joy Mattews, dan Banfield, 1993).

B. RUMUSAN MASALAH
Setelah melihat dan membaca latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalahnya
yaitu tentang bagaimana upaya perubahan pendidikan yang dapat dilakukan dalam rangka
peningkatan sumber daya manusia (SDM).

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana upaya
perubahan pendidikan yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia
(SDM).

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

Seberapa jauh pendidikan mampu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) kita dan jati
diri bangsa dalam mengembangkan demokrasi dan memupuk persatuan bangsa atau sebuah
pertanyaan yang sering terlontarkan, terkesan bernada klise, tetapi memiliki jangkauan yang dalam.
Untuk membahas masalah ini, kita perlu menawarkan beberapa perubahan pendidikan untuk
menigkatkan SDM, di antaranya: (1) pendidikan sebagai proses pembodohan atau proses
pencerdasan (2) pendidikan sebagai proses perampasan hak anak-anak atau justru menjunjung tinggi
hak anak-anak, (3) pendidikan menghasilkan tindak kekerasan atau menghasilkan tindak
perdamaian, (4) pendidikan anak berwawasan integratif, (5) pendidikan membangun watak
persatuan, (6) pendidikan menghasilkan manusia demokratis, (7) pendidikan menghasilkan manusia
apatis terhadap lingkungan atau responsive dan peduli terhadap lingkungan, serta (8) pendidikan
hanya terjadi di sekolah atau bisa terjadi dimana-mana.

1. Pendidikan sebagai Proses Pencerdasan


Banyak pihak yang mengecam pendidikan kita dirasakan sebagai sebuah proses
pembodohan. Hal ini tidak hanya terbatas di sekolah saja, tetapi juga terasa sekali dalam praktek
kehidupan masyarakat. Yang menjadi masalah adalah mereka yang menjadi penyebab kebodohan ini
tidak merasakan bahwa ia telah melakukan pembodohan kepada masyarakat. Pemutarbalikan fakta
yang dilegitimasi melaui lembaga-lembaga formal adalah contoh yang paling riil. Pembodohan di
sekolah terjadi dari praktik instruksional yang sama, yakni dari interaksi verbal vertical.
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa langgam belajar di antara siswa, baik pada
urusan matematika, ilmu pengetahuan alam, bahasa, maupun sosial ternyata tidak berbeda. Padahal
seharusnya dengan latar belakang jurusan tersebut di antara mereka memiliki langgam yang berbeda.

2. Pendidikan Menjunjung Tinggi Hak-hak Anak


Di negara kita hak-hak anak terkesan dirampas. Hal ini disebabkan karena masyarakat
menjadikan sekolah sebagai panggung pentas, bukan sebagai tempat latihan maupun laboraturium
belajar. Pembelajar di sekolah diharapkan oleh orang tuanya memperoleh rangking atas sehingga
anak dikursuskan di luar sekolah. Anak diharuskan mendapat nilai yang baik. Mereka harus naik ke
panggung pentas dengan nilai terbaik, tetapi tidak dengan cara belajar dengan baik. Hal ini tentunya
akan berpengaruh pada kreatifitas dan kecerdasan anak. Anak hanya akan terfokus pada nilai, nilai
dan nilai bukan pada proses belajar yang mengasah kreatifitas dan kecerdasan mereka. Oleh sebab
itu, sistem rangking di sekolah memacu masyarakat untuk memperoleh persepsi yang salah tentang
pendidikan di sekolah.

3|Page
Maka dari itu, pendidikan seharusnya meluruskan persepsi yang salah ini kepada para
orangtua agar hak-hak anak tidak terampas dan bisa dengan leluasa mengembangkan potensi yang
ada di diri mereka dengan optimal.

3. Pendidikan Menghasilkan Tindak Perdamaian


Banyaknya pelajar yang terlibat tawuran, kasus kekerasan antara guru dan murid, bisa
menjadi bukti nyata bahwa pendidikan telah menghasilkan tindak kekerasan.
Hal ini muncul karena banyak faktor, diantaranya karena lingkungan keluarga yang menyelesaikan
persoalan dengan kekerasan, kemasan hiburan (sinetron, film, permainan) yang menonjolkan
kekerasan.
Pendidikan sebagai alat pemberdayaan, seharusnya bisa mengatasi hal-hal seperti ini. Hal ini
bisa dilakukan bila di sekolah diajarkan dan diterapkan bagaimana menyelesaikan permasalahan
dengan damai dan kreatif, sehingga anak bias mengaplikasikannya di masyarakat.

4. Pendidikan Membangun Watak Persatuan


Pendidikan dirasakan belum cukup memberi pengalaman kepada para siswa tentang
menghargai perbedaan dan cara mengatasinya. Hal ini dikarenakan di sekolah siswa kurang diajarkan
cara menghargai, belajar masih didominasi oleh pengajaran kontekstual yang tidak mampu
membangun kesadaran diri maupun sikap.
Belajar kelompok adalah salah satu cara untuk memberi pengalaman kepada siswa tentang
bagaimana memaknai perbedaan. Ada beberapa mata pelajaran yang bisa memunculkan rasa
persatuan yaitu sejarah dan geografi.
Dengan sejarah, siswa akan melihat bagaimana karakteristik bangsanya dan betapa sungguh
beragamnya sikap dan budayanya, hal ini tentunya bisa tercapai bila sejarah bukan sekedar pelajaran
yang menjadi beban hapalan. Begitu juga dengan geografi, siswa akan lebih mencintai tanah airnya
karena di sini ia belajar karakteristik tanah airnya yang sangat mempesona ini.
5. Pendidikan Anak Berwawasan Intregatif
Secara realita mata pelajaran masih terkesan terkotak-kotak, kurikulum masih belum mampu
menjadikan anak memiliki wawasan integratif, yaitu menjadi manusia terdidik yang berilmu dan
berpengetahuan, yang sekaligus sebagai manusia beriman.
Integrasi dari keseluruhan itu seharusnya menjadikan pembelajaran sebagai manusia yang
utuh. Di mana pun, kapan pun, ia dapat menampilkan diri sebagai sosok yang menampilkan satuan
psikofisik, bukan sebagian-sebagian. Di mana pun, kapan pun, ia membawa kesatuan dari manusia
terdidik, sebagai manusia berilmu dan berpengetahuan, serta sebagai manusia beragama. Ia tidak
hanya anti terhadap orang lain yang bertindak kejahatan, tetapi walaupun ia memiliki kesempatan
untuk itu, ia tidak akan berbuat kejahatan tersebut.

4|Page
6. Pendidikan Menghasilkan Manusia Demokratis
Saat ini pendidikan masih sangat otoriter, baik manajemen, interaksi atau transaksi, proses,
kedudukan maupun substansinya. Tentu saja ini tidak akan menghasilkan manusia yang demokratis.
Pengalaman demokratis tidak pernah diperoleh pembelajar dalam hidup sehari-hari. Mereka
hanya memahaminya secara tekstual. Dalam praktek, kedudukan substansi dan proses pembelajaran
kita masih berorientasi vertikal, yakni dari atas ke bawah. Penegetahuan (tekstual) masih berpola
pada guru-siswa, yang seharusnya guru dan pembelajar bersama-sama menghadapi persoalan
pengetahuan yang konseptual bukan tekstual. Proses pembelajaran masih didasarkan atas kerapian
administrasi pendidikan dari pada fingsionalnya dalam praktik. Padahal fungsionalnya proses
pembelajaran (instruksional) ini yang akan menghasilkan perolehan tujuan instruksional. Bagaimana
cara yang dilakukan pembelajar dalam mencapai konsep keilmuan itulah selanjutnya yang akan
mewarnai perolehan pendidikan.

7. Pendidikan Menghasilkan Manusia yang Peduli Lingkungan


Untuk bisa menghasilkan manusia yang peduli lingkungan, maka pembelajaran harusnya
tidak berdasarkan pada tekstual semata, tetapi bisa dengan menggunakan pengalaman siswa sebagai
sumber belajar, hal ini tentu akan lebih mendekatkan siswa dengan lingkungan dan mencintainya.

8. Sekolah Bukan Satu-satunya Instrumen Pendidikan


Menurut Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah
memang mengatur pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, tetapi ini tidak
menjadi alasan untuk menumpukan muatan pendidikan pada sekolah saja.
Ada instrumen pendidikan lain selain sekolah, yang tentunya tidak kalah pentingnya, yaitu
pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan keluarga mengambil peran sangat penting dalam pendidikan seorang anak,
karena seorang anak akan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah daripada di sekolah,
sehingga peran orang tua disini sangat diperlukan. Orang tua hendaknya bisa menjadi contoh dan
teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Selain itu, lingkungan juga sangat penting, hendaknya anak ditempatkan pada lingkungan
bermain yang baik dan mendukung sekolahnya.

5|Page
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada pembahasan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui
pendidikan maka sistem pendidikan harus ada perubahan. Seharusnya pendidikan tidak bersifat
membelenggu karena membuat manusia tidak mandiri, mejadi beban sosial dan bahkan tidak
memiliki jati diri. Pendidikan juga masih dirasakan sebagai proses pembodohan, terjadi dari praktik
instruksional yang sama, yakni dengan interaksi verbal vertical. Peserta didik juga mendapatkan hak-
haknya sebagai seorang siswa karena pendidikan bersifat otoriter. Peserta didik juga tidak bisa
berkembang dikarenakan terjadinya sikap otoriter yang hanya mengarah pada satu arah yaitu arah
vertikal dan jarang sekali mengarah pada arah horizontal. Bahan pembelajaran juga seperti
pembelajaran sejarah dan geografi seharusnya mampu memberi kesadaran dan pendekatan terhadap
pembelajar sebagai warga negara.

B. SARAN
Setelah mengetahui dan memahami upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam perubahan
pendidikan guna peningkatan sumber daya manusia (SDM) ini, ada beberapa pembahasan di
dalamnya yang merupakan sebuah masalah yang terjadi pada siswa dalam lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Ada beberapa saran yang dapat kami sebagai penulis ungkapkan,
antara lain sebagai berikut:
1. Harus tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi tentang apa yang telah diupayakan
dalam perubahan pendidikan sebagai wujud peningkatan sumber daya manusia (SDM).
2. Peran dari pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) juga harus
dibarengi dengan kekompakkan pembelajar sebagai warga negara dan masyarakat umum
dalam bertindak guna mewujudkannya, sehingga saat itu semua terwujud, semua pihak
yang terlibat akan merasa senang dan tidak ada yang merasa dikecewakan apalagi
dirugikan.

6|Page
DAFTAR PUSTAKA

http://ichal-pendidikan.blogspot.com/2011/06/pengembangan-sdm-pendidikan.html

(Diakses pada hari Senin, 12 Maret 2018 pukul 13.08 WITA)

http://srimarlina77.blogspot.com/2013/05/sepuluh-perubahan-pendidikan-untuk.html

(Diakses pada hari Senin, 12 Maret 2018 pukul 13.08 WITA)

https://linaherlinawati42.files.wordpress.com/.../perubahan-pendidikan-dalam-upaya-peningkatan-
sumber-daya-manusia.html

(Diakses pada hari Senin, 12 Maret 2018 pukul 13.09 WITA)

7|Page

Anda mungkin juga menyukai