Anda di halaman 1dari 17

DAMPAK MENUA SECARA FISIK,SOCIAL,MENTAL, SERTA MITOS LANSIA,

SERTA PERAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH :
KELOMPOK II

1. NI MADE JULIANI ( P07120017165 )


2. NI LUH PUTU MANIK ARISNA DEWI ( P07120017172 )
3. NGAKAN WAHYU ADI GUNAWAN ( P07120017165 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
Dampak menua secara fisik,social,mental, serta mitos lansia, serta peran dan fungsi keperawatan
gerontik”

Penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Namun, demikian penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga dapat selesai dengan baik dan penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

“Om Shanti Shanti Shanti Om”

Denpasar, 5 Agustus 2019

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6
2.1 Dampak menua secara fisik,social dan mental pada lansia ................................................... 6
2.2 Mitos Lansia ........................................................................................................................ 10
2.3 Pendekatan pada Lansia ...................................................................................................... 11
2.4 Peran Dan Fungsi Perawatan Gerontik ............................................................................... 12
BAB III......................................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................................... 16
3.1 Simpulan.............................................................................................................................. 16
3.2 Saran .................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran
sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada
lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan
(handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran. Ada beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan
advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan
kemandirian usaha sosial ekonomi lansia. Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020
akan meningkat menjadi 11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki
potensi kerja yang cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan
penelitian dan pemanfaatan hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk
mempersiapkan pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai
bagian integral dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar
langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan
tersebut. Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas. Oleh sebab itu
kami membuat makalah yang berjudul “ Dampak menua secara fisik,social,mental, serta mitos
lansia, serta peran dan fungsi keperawatan gerontik”

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana dampak menua secara fisik,social dan mental pada lansia ?
1.2.2 Apa saja mitos lansia ?
1.2.3 Bagaimana pendekatan pada lansia
1.2.4 Bagaimana peran dan fungsi perawatan gerontik ?

4
1.3 Tujuan Penulisan

1.2.5 Untuk mengetahui dampak menua secara fisik,social dan mental pada lansia.
1.2.6 Untuk mengetahui mitos lansia.
1.2.7 Untuk mengetahui Pendekatan pada Lansia
1.2.8 Untuk mengetahui peran dan fungsi perawatan gerontik.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat guna menambah pengetahuan mengenai


Dampak menua secara fisik,social,mental, serta mitos lansia, serta peran dan fungsi keperawatan
gerontik sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia kerja.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dampak menua secara fisik,social dan mental pada lansia

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility
(kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence
(beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan
intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell,
communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan,
dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity
(tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan
tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan
dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.

1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia
kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor
ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor
lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian

6
tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka
bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh
menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup
mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali
dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi
baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik
masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari
lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk
mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga
berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang
air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun
atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia
(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50
%. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga
perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain
sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan
di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa
faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan
gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya
beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat
berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan
mempermudah tubuh mengalami infeksi.
6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua
semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-

7
otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan
kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat,
kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi
usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam
usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih
berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian
sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya
depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan
penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan
sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu
bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Fejala-gejala depresi dapat berupa
perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan
gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat
badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian,
kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain,
merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak
berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan
tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan
fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan
dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan
yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental,
gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental
akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam

8
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit
tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di
dalam menjalani masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita
penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi
sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah
makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka
kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses
tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal
(sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk
masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak
mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi
hari.
13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan
salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak
selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan
seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita
(akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan
berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi
yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3
bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan
pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang
terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin
sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses

9
menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat
kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan

2.2 Mitos Lansia

Mitos kedamaian dan ketenangan


Kenyataan :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena
penyakit
b. Depresi
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik

2. Mitos konservatisme dan kemunduran


a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
3. Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4. Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah
berkurang

10
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif

2.3 Pendekatan pada Lansia

1. Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui perhatian terhadap
kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakitnya
yang dapat dicegah atau progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi
atas dua bagian, yaitu:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya
sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang
hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya.

2. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien
lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu
yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk keluhan agar lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa
melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban. Bila
perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan bahagia di masa lanjut usianya.

11
3. Pendekatan social
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama sesame klien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial,
baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk mengadakan
komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk membaca surat kabar dan
majalah.
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik dengan sesama
mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial
bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia dipanti sosial tresna wherda.

2.4 Peran Dan Fungsi Perawatan Gerontik

2.4.1 Peran Perawatan Gerontik

Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran
secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting, seperti rumah
sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan
keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan
dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis
klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric
nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer
perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau
meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit,
fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan
peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk
promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen
kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent

12
practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik
spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:

a) Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit dengan kondisi
akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala
yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat klinis perlu
memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk
faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.

b) Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based practice.
Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan
penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada level
undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu melakukan
pengumpulan data.

c) Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu,
membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role
model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan
melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat
gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong
perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan
setting perawatan jangka panjang lainnya.

d) Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di masyarakat.
Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur seseorang. Seringkali para
lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan

13
masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa
menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka
untuk tetap mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.

e) Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan
modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia
tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi
usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara
dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer,
dementia, bahkan kanker.

f) Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator yakni
dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan
riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.

g) Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan fungsional
klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi
klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.

2.4.2 Fungsi Perawatan Gerontik

Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang
gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontik adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)

14
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang
yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas
pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko
terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan
harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative dan
rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan
secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa
depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal dan
mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan
dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua. Masalah pada lansia antara lain : Kurang bergerak, Instabilitas, Beser,
Gangguan intelektual, Infeksi, Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit, Sulit
buang air besar (konstipasi), Depresi, Kurang gizi, Tidak punya uang, Gangguan tidur, Daya tahan
tubuh yang menurun, Impotensi

Mitos pada lansia yaitu : Mitos kedamaian dan ketenangan, Mitos konservatisme dan
kemunduran , Mitos berpenyakitan, Mitos semilitas, Mitos tidak jatuh cinta, Mitos aseksualitas,
Mitos ketidakproduktifan. Adapun pendekatan pada lansia diantaranya : Pendekatan fisik,
Pendekatan psikis, Pendekatan social.

Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran
secara umum dan peran spesialis Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontik yaitu
:Guide persons of all ages toward a healthy aging process, Eliminate ageism, Respect the tight of
older adults and ensure other do the same, Overse and promote the quality of service delivery,
Notice and reduce risks to health and well being , Teach and support caregives , Open channels
for continued growth , Listen and support, Offer optimism, encouragement and hope , Generate,
support, use, and participate in research , Implement restorative and rehabilitative measures,
Coordinate and managed care , Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized,
holistic maner , Link service with needs , Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of
the speciality, Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern, Support
and comfort through the dying process, Educate to promote self care and optimal independence

3.2 Saran

Melihat dari sisi Dampak menua secara fisik,social,mental, serta mitos lansia, serta peran
dan fungsi keperawatan gerontik penulis menyarankan agar peningkatan peran dan fungsi
keperawatan gerontik sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan dapat bermanfaat. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman sejawat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz H. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nafiah, Lailatun. 2015. Intelektual pada lansia. http://www.perawatilmiah.com/2015/11/intelektual-


pada-lansia.html.

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC

Stanley, Mickey dkk. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai