Anda di halaman 1dari 57

PANDUAN

IMPLEMENTASI PPK (PENGUATAN PENDIDIKAN


KARAKTER)
BAGI SMK PELAKSANA PENGEMBANGAN RUJUKAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Tahun 2019

i
PENGANTAR

Penguatan Pendidikan Karakter bukanlah suatu kebijakan baru sama sekali karena
sejak tahun 2010 pendidikan karakter di sekolah sudah menjadi Gerakan Nasional.
Satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa
karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang
tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari perkotaan sampai pedesaan. Sudah banyak
praktik baik yang dikembangkan sekolah, namun masih banyak pekerjaan rumah
yang harus dituntaskan untuk memastikan agar proses pembudayaan nilai-nilai
karakter berjalan dan berkesinambungan. Selain itu, sangat diperlukan kebijakan
yang lebih komprehensif dan bertumpu pada kearifan lokal untuk menjawab
tantangan zaman yang makin kompleks, mulai dari persoalan yang mengancam
keutuhan dan masa depan bangsa sampai kepada persaingan global. Kebijakan ini
akan menjadi dasar bagi perumusan langkah-langkah yang lebih konkret agar
penyemaian dan pembudayaan nilai-nilai utama pembentukan karakter bangsa
dapat dilakukan secara efektif dan menyeluruh.

Bagi Sekolah Rujukan implementasi PPK di sekolah merupakan kegiatan yang


terintegrasi dalam program pengembangan sekolah rujukan, yang diwujudkan
melalui pembiasaan, keteladanan, dan komitmen dari seluruh unsur yang terlibat
dalam pengelolaan sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, pengawas, tenaga
kependidikan dan komite sekolah. Dalam implementasinya, PPK yang diterapkan di
sekolah rujukan menjadi sebuah model implementasi PPK yang merupakan
keunggulan sekolah, yang membedakannya dengan sekolah yang lain. Pada akhirnya
model implementasi PPK sekolah rujukan dapat ditiru dan diimplementasikan di
sekolah lain.

Dalam implementasi PPK ini, sekolah rujukan akan mendasarkan seluruh kegiatannya
berdasarkan kepada Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter dan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Nomor : 097/D/HK/2019 tentang Pedoman Teknis Penuelenggaraan
Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal.

ii
Panduan Implememtasi PPK SMK Rujukan ini diharapkan bisa memandu SMK
pengembang sekolah rujukan dalam mengimplementasikan PPK di sekolahnya.
Semoga implementasi PPK dapat menumbuhkan semangat belajar dan
mengoptimalkan potensi peserta didik sehingga menjadi warga negara yang memiliki
karakter kuat, mencintai bangsanya dan mampu menjawab tantangan era global.

Jakarta, Maret 2019

iii
Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul ....................................................................................... i


Kata Pengantar ………………………………………………………………………………….. ii
Daftar isi ................................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Landasan Hukum………… ................................................................ 4
C. Tujuan Program............................................................................. 4

II. IMPLEMENTASI PPK PADA SEKOLAH RUJUKAN


A. Konsep PPK ……………………............................................................. 6
1. Pengertian PPK……………………………………………………................... 6
2. Nilai-Nilai Utama dalam PPK …………………………………………………… 6
3. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK.................. 8
4. Fokus Gerakan PPK…………......................................................... 10
5. Basis Gerakan PPK …….............................................................. 13
6. Tujuan PPK ……………................................................................ 15
7. Manfaat PPK ……………………………………...................................... 15
8. Konsep – Konsep Dasar PPK ………………………………………………… 16
B. Implementasi PPK pada Sekolah Rujukan ………………………………….. 17
C. Program Implementasi PPK pada Sekolah rujukan ……………………… 20

III. PENUTUP ………………………………………………………………………………….. 24


LAMPIRAN …………………………………………………………………………………………. 25

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah menengah yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidangnya masing-
masing. SMK dibangun dengan tujuan untuk membentuk tenaga kerja yang trampil,
kompetitif, dan berkompetensi sejak dini; sehingga peserta didik lulusan SMK sudah
siap bekerja sesuai bidangnya atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Keberhasilan sekolah merupakan ukuran mikro yang didasarkan pada
tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional dan sejauh mana tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu
sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah. Atas dasar
keberhasilan sekolah kemudian dikenal sekolah unggul dan sekolah biasa-biasa yang
mengacu pada sejauh mana suatu sekolah dapat mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yag telah ditetapkan. Sekolah yang baik karena manajemen sekolah itu
efektif; sementara suatu sekolah bisaa-bisaa, bahkan buruk, karena manajemen
sekolahnya tidak efektif.
Faktor lainnya yang sangat penting bagi manajemen sekolah yang efektif
adalah nilai-nilai karakter moral dan karakter kerja yang ditanamkan kepada
siswa. Dalam kasus SMK, karakter moral dan kerja apa saja yang penting bagi
peningkatan kualitas lulusannya?
Dalam UUSPN Bab II pasal 3 disebutkan: Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berîman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter merupakan salah satu aspek fundamental dari keseluruhan sistem
pendidikan, karena pada hakekatnya pendidikan adalah memanusiakan manausia.

1
Jika mengacu kepada UUSPN, maka pendidikan nasional Indonesia seharusnya
sarat dengan pembelajaran yang berdimensi agama dan karakter. Untuk itu perlu
dicari solusi bagaimsiswaah mendekatkan praktek pendidikan dengan perundang-
undangan, jangan sampai praktek pendidikan itu mengkhianati amanat perundang-
undangan.
Sementara Kemdiknas (2010) telah merumuskan sebanyak 18 nilai yang perlu
dihidupkan di sekolah, yakni: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja
keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangan
kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Kemudian dalam standar
kompetensi lulusan sekolah terdapat 21 karakter, yakni: mengamalkan ajaran agama,
memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, percaya diri, taat aturan sosial,
memahami keragaman agama dan sosial- budaya, rasa ingin tahu (curiosity),
mampu berpikir produktif, mandiri, mampu menganalisis dan memecahkan masalah
kehidupan, mampu mendeskripsikan gejala alam dan sosial, memanfaatkan
lingkungan secara bertanggung-jawab, menerapkan nilai-nilai kebersamaan,
menghargai seni-budaya nasional, mampu berkarya, bersih dan sehat, berkomunikasi
efektif dan santun, memahami hak dan kewajiban, gemar membaca dan
menulis, berbahasa Indonesia secara baik dan benar serta berbahasa Inggris,
mempunyai pengetahuan dasar untuk studi lanjutan, dan memiliki jiwa
kewirausahaan.
Kajian akan difokuskan pada pembentukan karakter kerja bagi lulusan SMK.
Sebagaimana diketahui SMK memiliki 9 bidang keahlian, yakni : (1) teknologi dan
rekayasa, (2) energi dan pertambangan, (3) teknologi informasi dan komunikasi, (4)
kesehatan dan pekerja sosial, (5) agribisnis dan argoteknologi, (6) kemaritiman,
(7) bisnis dan manajemen, (8) pariwisata, dan (9) seni dan industri kreatif
(Dirjen Dikdasmen, 2017). Pertanyaannya, bagaimana siswa SMK memiliki karakter
kerja lulusan yang sesuai dengan bidang keahliannya dan sesuai dengan tuntutan
Dunia usaha dan dunia industry ?
Tentu ada karakter kerja yang sama di antara 9 bidang keahlian SMK tersebut,
tapi tentu ada juga karakter khas bagi bidang keahlian tertentu. Contoh kasus, SDM

2
bidang pariwisata sangat dibutuhkan dunia usaha. Direktur Pembinaan SMK, M.
Bakrun, menyebutkan dunia usaha membutuhkan sebanyak 707.000 SDM di bidang
pariwisata, tapi lulusan SMK bidang ini baru mencapai 82.000 orang. Di sisi
lain, lulusan SMK bidang bisnis dan manajemen kebanyakan menganggur. Harian PR
pada 6 April 2018 mengutip pandangan pimpinan DPR yang menyatakan bahwa 65%
lulusan SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen menganggur. Lebih jauhnya
diungkapkan, jumlah lulusan SMK Bisnis dan Manajemen sejak 2016 telah mencapai
348.000 orang. Sedangkan dalam periode yang sama, kebutuhan negara di
bidang itu hanya sekitar 119.000 orang atau sekitar 34 persen dari jumlah lulusan
tersebut. Dengan demikian, sebanyak 229.000 orang atau sekitar 65,8 persen
lulusannya kemungkinan besar telah menjadi pengangguran atau bekerja tak sesuai
kompetensi." Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seharusnya segera
megambil kebijakan tepat untuk mengantisipasi terus bertambahnya kelebihan SDM
pada bidang tersebut. DPR memberikan beberapa rekomendasi terkait program
revitalisasi SMK dan satuan pendidikan, antara lain dengan mengevaluasi jumlah
program studi di SMK dan menyesuaikan kebutuhan industri dengan masyarakat
(Ferdiansyah - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, 2018). Tentu saja lulusan bidang
ini harus lebih dikembangkan karakter kerja kewirausahaan. Bidang-bidang keahlian
lainnya tentu membutuhkan karakter-karakter kerja khas sesuai bidang keahliannya.
Sekolah rujukan didefinisikan sebagai sekolah yang dibina Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
pemerintah daerah untuk menjadi sekolah acuan bagi sekolah lain di sekitarnya dalam
penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri, memenuhi Standar Nasional
Pendidikan (SNP), memiliki/mencapai indikator-indikator pendidikan yang lebih dari
SNP, dan memiliki prestasi atau keunggulan baik dalam bidang akademik maupun non
akademik. Pada tahun 2019 bantuan pengembangan SMK Rujukan diarahkan untuk
fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, meliputi:
1. Penyelarasan Kejuruan
2. Magang di Industri
3. Gerakan Literasi Sekolah
4. Peningkatan Pendidikan Karakter
5. Peningkatan Mutu Penilaian

3
6. Melakukan Pembelajaran Teknologi Terkini, dan
7. Sosialisasi SMK
Implementasi PPK pada SMK yang dikembangkan sebagai SMK Rujukan tentu
tidak sekadar menerapkan dapat menerapkan denga baik tetapi juga harus
layak menjadi contoh bagi SMK yang lainnya. Pedoman ini disusun agar
menjadi bahan acuan bagi SMK Rujukan dalam menerapkan PPK sekaligus
menjadi rujukan (acuan) bagi SMK lain.

B. Landasan Hukum
Dasar hukum penyusunan kajian Pembentukan Karakter Kerja Bagi
Peningkatan Kualitas Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah terkahir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2015;
3. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang PPK;
4. Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018 tentang SNP SMK/MAK;
5. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang PPK pada Satuan Pendidikan
Formal.
6. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor :
097/D/HK/2019 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Penguatan
Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan

C. Tujuan Pedoman
Memberikan acuan bagi SMK Rujukan dalam menerapkan petunjuk teknis
penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter untuk meningkatkan kualitas lulusan
SMK, sekaligus menjadi contoh bagi SMK lain. Adapun secara khusus dan operasional,
penulisan pedoman ini bertujuan sebagai berikut:
1. Memberikan acuan SMK Rujukan tentang penyusunan rencana aksi program
penguatan pendidikan karakter untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK.
2. Memberikan acuan SMK Rujukan tentang optimalisasi pelaksanaan penguatan
pendidikan karakter untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK.

4
3. Memberikan acuan SMK Rujukan tentang evaluasi penguatan pendidikan karakter
untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK.
4. Menyusun program sosialisasi atau diseminasi model implementasi PPK untuk
diacu oleh SMK lain.

5
II. IMPLEMENTASI PPK PADA SEKOLAH RUJUKAN

A. Konsep PPK
1. Pengertian Pendidikan Penguatan Karakter (PPK)
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah
gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk
memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM).

2. Nilai-nilai utama dalam PPK


Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring
nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai
utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan
yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama,
menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk
agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu
hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan
individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini
ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai
perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri,
kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan
kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak,
mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih.

6
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan
berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilak tidak bergantung
pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu
untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan
banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif,
komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-
menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan
sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki
komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral
(integritas moral).

7
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi
tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran,
setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab,
keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang
sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang
berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari
nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah
perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual
maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk
ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam
bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,
maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa
nilainilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai
utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.
Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal
penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama
nilai-nilai lainnya.

3. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK


Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Prinsip 1 – Nilai-nilai Moral Universal
Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang
prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai
macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan
budaya.

8
Prinsip 2 – Holistik
Gerakan PPK dilaksanakan secara holistik, dalam arti pengembangan fisik
(olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual
(olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui
proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler,
berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi
dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.
Prinsip 3 – Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan
memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen
pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan tambahan dalam
proses pelaksanaan pendidikan.
Prinsip 4 – Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik
seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai
pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan,
komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati
prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang
diperjuangkan dalam Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi
pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan PPK.
Prinsip 5 – Kearifan Lokal
Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang
demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan
PPK harus bisa mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara
agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi indentitas
dan jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.
Prinsip 6 – Kecakapan Abad XXI
Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan
oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan

9
bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative
learning).
Prinsip 7 – Adil dan Inklusif
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan
perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
Prinsip 8 - Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan
perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis,
maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan
maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan perkembangan
peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.
Prinsip 9 – Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip
keterukuran agar dapat diamati dan diketahui proses dan hasilnya
secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah mendeskripsikan
nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah
dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara
objektif; mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter
bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah; dan
mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan
pemangku kepentingan pendidikan.

4. Fokus Gerakan PPK


Gerakan PPK berfokus pada struktur yang sudah ada dalam sistem
pendidikan nasional. Terdapat tiga struktur yang dapat digunakan sebagai
wahana, jalur, dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter
bangsa, yaitu: Pertama, Struktur Program, antara lain jenjang dan kelas,
ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru; Kedua, Struktur
Kurikulum, antara lain kegiatan pembentukan karakter yang terintegrasi
dalam pembelajaran (intrakurikuler), kokurikuler, dan ekstrakurikuler;
Ketiga, Struktur Kegiatan, antara lain berbagai program dan kegiatan

10
yang mampu mensinergikan empat dimensi pengolahan karakter dari Ki
Hadjar Dewantara (olah raga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).
1. Struktur Program
Struktur program meliputi jenjang dan kelas (SMK kelas X - XII).
Pelaksanaan Gerakan PPK pada tiap jenjang melibatkan dan
memanfaatkan ekosistem pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.
Pemanfaatan dan pelibatan ekosistem pendidikan memperkuat
dimensi lokal kontekstual pendidikan di daerah, sehingga Gerakan PPK
tidak terlepas dari nilai-nilai karakter yang tumbuh dan berkembang
pada ekosistem pendidikan yang sudah ada. Berbagai pemangku
kepentingan yang ada pada ekosistem pendidikan tersebut ikut serta
dan Bersama-sama bertanggungjawab dan bersinergi untuk
memperkuat pembentukan karakter sebagai modal dasar untuk
mewujudkan warga masyarakat yang lebih berbudaya dan memiliki jati
diri bangsa di masa mendatang.
Pelaku kunci dalam Gerakan PPK adalah kepala sekolah, pendidik,
tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pemangku kepentingan lain
yang relevan dalam pengembangan PPK. Masing-masing pihak perlu
memahami tugas dan fungsinya dalam rangka keberhasilan
pelaksanaan program PPK. Lebih dari itu, kehadiran orang dewasa di
lingkungan pendidikan adalah sebagai guru, yaitu mereka yang digugu
(diikuti) dan ditiru (diteladani) oleh para siswa. Ini berlaku bagi
siapapun yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.
2. Struktur Kurikulum
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah
kurikulum yang sudah ada, melainkan optimalisasi kurikulum pada
satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di satuan
pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum
yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum, dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola
oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan karakteristik

11
peserta didik, kearifan lokal, daya dukung, dan kebijaksanaan satuan
pendidikan masing-masing.
Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan
pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu:
1. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur
kurikulum dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui
kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai kegiatan
intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen
perencanaan pembelajaran berupa Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata pelajarannya
masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran sesuai topik utama nilai PPK yang akan
dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing.
Misalnya, mata pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan nilai
nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi
tentang energi.
2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler,
satuan pendidikan melakukan penguatan kembali nilai-nilai
karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat
dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak
lain/lembaga yang relevan, seperti PMI, Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas Perdagangan, museum, rumah budaya, dan lain-
lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam
proses kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, dan keteladanan
warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar jam
pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai
dengan situasi, kondisi, ketersediaan sarana dan prasarana di
setiap satuan pendidikan.

12
Selain struktur dalam kurikulum, gerakan PPK juga memiliki struktur
pendukung lain yang terdiri atas:
a. Ekosistem dan budaya sekolah; mewujudkan tata kelola yang
sehat, hubungan antarwarga sekolah yang harmonis dan saling
menghargai, lingkungan sekolah yang bersih, ramah, sehat, aman,
dan damai.
b. Pendidikan keluarga dan masyarakat; menjalin keselarasan antara
pendidikan di sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat.
3. Struktur Kegiatan
Struktur kegiatan PPK merupakan pilihan berbagai macam kegiatan
bagi pembentukan karakter peserta didik yang menyeimbangkan
keempat dimensi pengolahan pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantara, yaitu olah raga, olah pikir, olah rasa dan olah hati. Sekolah
bisa memilih struktur kegiatan yang akan mendorong terbentuknya
keunikan, kekhasan, dan keunggulan sekolah (school branding).
Pilihan prioritas kegiatan PPK diharapkan dapat mendorong sekolah
menemukan branding yang menggambarkan kekhasan dan
keragaman budaya masing-masing.
Kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya branding sekolah
antara lain: kegiatan akademik, non-akademik seperti olahraga,
kegiatan ekstrakurikuler, pemanfaatan perpustakaan (mengatur
jadwal berkunjung, mengikuti lomba perpustakaan, dan pemberian
penghargaan kepada siswa dan guru yang secara rutin hadir di
perpustakaan), dan pemanfaatan potensi lingkungan, seperti sanggar
seni dan museum.

5. Basis Gerakan PPK


Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang
sudah ada dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter
berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat/ komunitas (Albertus,
2015).

13
1. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
a. Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi
kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun
terintegrasi dalam mata pelajaran.
b. Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi
pengajaran.
c. Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
2. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah
a. Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian
sekolah.
b. Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan
pendidikan.
c. Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
d. Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap
potensi siswa melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
e. Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
f. Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
3. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat
a. Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai
pemangku kepentingan utama pendidikan.
b. Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai
sumber pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat
seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia
industri.
c. Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang
ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM.
d. Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan
pemerintah daerah, kementerian dan lembaga pemerintahan, dan
masyarakat pada umumnya

14
6. Tujuan PPK
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama
penyelenggaraan pendidikan.
2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045
menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan
abad 21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi
pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan
(kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk
mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai
sumbersumber belajar di dalam dan di luar sekolah.
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam
mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

7. Manfaat dan Implikasi Gerakan PPK


Gerakan PPK memiliki manfaat sebagai berikut :
MANFAAT ASPEK PENGUATAN

1. Penguatan karakter siswa dalam 1. Revitalisasi manajemen


mempersiapkan daya saing siswa berbasis sekolah
dengan kompetensi abad 21,
yaitu: berpikir kritis, kreativitas,
komunikasi, dan kolaborasi

2. Pembelajaran dilakukan 2. Sinkronisasi intrakurikuler,


terintegrasi di sekolah dan di kokurikuler, ekstrakurikuler, dan
luar sekolah dengan non-kurikuler, serta sekolah
pengawasan guru terintegrasi dengan kegiatan

15
MANFAAT ASPEK PENGUATAN

komunitas seni budaya, bahasa


dan sastra, olahraga, sains,
serta keagamaan

3. Revitalisasi peran Kepala 3. Deregulasi penguatan


Sekolah sebagai manager dan kapasitas dan kewajiban Kepala
Guru sebagai inspirator PPK Sekolah/Guru

4. Revitalisasi Komite Sekolah 4. Penyiapan prasarana/sarana


sebagai badan gotong royong belajar (misal: pengadaan
sekolah dan partisipasi buku, konsumsi, peralatan
masyarakat kesenian, alat peraga, dll)
melalui pembentukan jejaring
kolaborasi pelibatan publik

5. Penguatan peran keluarga 5. Implementasi bertahap


melalui kebijakan pembelajaran 5 dengan mempertimbangkan
(lima) hari kondisi infrastruktur dan
keberagaman kultural daerah/
wilayah

6. Kolaborasi antar K/L, Pemda, 6. Pengorganisasian dan sistem


lembaga masyarakat, pegiat rentang kendali pelibatan publik
pendidikan dan sumber-sumber yang transparan dan akuntabel
belajar lainnya

8. Konsep-Konsep Dasar
Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah
untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi,
transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir
(literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup
Pancasila. Untuk itu diperlukan dukungan pelibatan publik dan kerja sama

16
antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Penguatan pendidikan karakter merujuk pada lima nilai utama yang
meliputi; (1) religius; (2) nasionalis; (3) mandiri; (4) gotong royong; (5)
integritas. Strategi implementasi PPK di satuan pendidikan dapat dilakukan
melalui kegiatan berikut ini :
1. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh sekolah secara teratur dan terjadwal, yang wajib diikuti oleh setiap
peserta didik. Program intrakurikuler berisi berbagai kegiatan untuk
meningkatkan Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Dasar
yang harus dimiliki peserta didik yang dilaksanakan sekolah secara
terus-menerus setiap hari sesuai dengan kalender akademik.
2. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang terkait dan
menunjang kegiatan intrakurikuler, yang dilaksanakan di luar jadwal
intrakurikuler dengan maksud agar peserta didik lebih memahami dan
memperdalam materi intrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dapat berupa
penugasan, proyek, ataupun kegiatan pembelajaran lainnya yang
berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh
peserta didik.
3. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter yang
dilaksanakan di luar jam pembelajaran (intrakurikuler). Aktivitas
ekstrakurikuler berfungsi menyalurkan dan mengembangkan minat dan
bakat peserta didik dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kearifan lokal, dan daya dukung yang tersedia.

B. Implementasi PPK pada SMK Rujukan


Dalam implementasi PPK pada sekolah rujukan, ada beberapa hal yang harus
menjadi perhatian antara lain :
1. Implementasi PPK dilaksanakan secara terintegrasi meliputi ke lima nilai-
nilai utama dalam PPK (Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong dan
Integritas).

17
2. Implementasi PPK pada sekolah rujukan diwujudkan melalui pembiasaan,
keteladanan, dan komitmen.
3. Pembiasaan, keteladanan, dan komitmen diwujudkan oleh kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah dalam pelaksanaan tugas
dan tanggungjawabnya. Adapun peran masing-masing unsur antara lain :
a. Kepala Sekolah
kepala sekolah berperan sebagai:
a. Inovator
Sebagai inovator kepala sekolah berperan dalam melakukan
pengembangan, terobosan, dan/atau pembaharuan gagasan
dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi PPK
disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks Sekolah.
b. Motivator
Sebagai Motivator, kepala sekolah berperan dalam memberikan
semangat, dorongan positif, dan/atau keteladanan dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi PPK disesuaikan dengan
kebutuhan dan konteks Sekolah.
c. Kolaborator
Sebagai kolaborator, kepala sekolah berperan dalam membangun
kerja sama, sinergitas, dan/atau jejaring dengan pihak internal
maupun eksternal Sekolah dalam kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi PPK disesuaikan dengan kebutuhan dan
konteks Sekolah.

b. Guru
Guru dalam implementasi PPK berperan sebagai :
a. Penghubung sumber belajar
Peran guru sebagai penghubung sumber belajar yaitu guru harus
mampu menciptakan kegiatan pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai sumber belajar sesuai dengan kebutuhan
dan konteks Sekolah, untuk mendorong peserta didik menerapkan
nilai-nilai utama PPK

18
b. Pelindung
Peran guru sebagai pelindung yaitu guru harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, nyaman,
menyenangkan, dan aman dari bahaya NAPZA, kekerasan,
pornografi/pornoaksi, radikalisme, sehingga peserta didik aktif
mengembangkan nilai-nilai karakter secara mandiri.
c. Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator yaitu Guru mampu memfasilitasi
kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai PPK
dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
d. Katalisator
Peran guru sebagai katalisator yaitu mempercepat implementasi
nilai-nilai PPK dalam proses pembelajaran

c. Tenaga Kependidikan
Peran tenaga kependidikan dalam implementasi PPK adalah membantu
guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan PPK.

d. Komite Sekolah.
Peran komite sekolah dalam implementasi PPK adalah mendukung dan
memperkuat program PPK di sekolah dalam bentuk pikiran, tenaga, dan
penggalangan dana secara kreatif dan inovatif sesuai dengan tugas dan
fungsi komite sekolah

4. Implementasi PPK di sekolah rujukan, seyogyanya berbentuk model


impelementasi PPK yang dilaksanakan di sekolah rujukan, yang merupakan
keunggulan sekolah dan merupakan pembeda sekolah rujukan dengan
sekolah yang lain. Pada akhirnya model implementasi PPK ini dapat
dijadikan contoh penerapan implementasi PPK bagi sekolah lain.

19
C. Program Implementasi PPK pada Sekolah Rujukan
Untuk memberikan bimbingan teknis pada sekolah rujukan dalam
mengimplementasikan PPK di sekolahnya, maka kegiatan yang harus dilakukan
oleh sekolah rujukan antara lain :
1. Melaksanakan Workshop selama 2 hari berkaitan dengan Implementasi PPK
yang akan dirancang dan dilaksanakan, dengan langkah – langkah sebagai
berikut:
a. Membentuk Tim Pelaksana Implementasi PPK di sekolah.
Tim Pelaksana Implementasi PPK merupakan tim khusus yang dibentuk
oleh kepala sekolah. Tim ini terdiri dari gabungan beberapa personal
yang terkait dalam implementasi PPK seperti Guru Pendidikan Agama
Islam, wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, komite sekolah, guru dan tenaga kependidikan.
b. Melaksanakan workshop selama 2 hari.
Workshop dilaksanakan sebagai kegiatan untuk Bersama-sama
menganalisis nilai-nilai karakter apa saja yang telah dilaksanakan di
sekolah dan akan dilanjutkan, serta nilai karakter apa yang akan di
laksanakan tahun berjalan sebagai penyempurnaan pelaksanaan
penguatan Pendidikan karakter di sekolah.
Waktu 2 hari akan diisi dengan kegiatan :
1. Paparan tentang pentingnya implementasi PPK di sekolah merujuk
kepada Peraturan Presiden no. 87 tentang PPK dan Keputusan
Dirjen Dikdasmen No. 097 tahun 2019.
2. Menyusun analisis nilai-nilai PPK yang telah dilaksanakan di sekolah
dan yang belum dilaksanakan
Analisis nilai-nilai PPK yang telah dilaksanakan dibutuhkan untuk
mengidentifikasi nilai-nilai PPK yang sudah dilaksanakan dan nilai-
nilai PPK yang belum dilaksankan serta akan dilaksanakan dalam
tahun berjalan.
Analisis implememtasi PPK dapat menggunakan format di bawah
ini :

20
Tabel 1. Contoh Format analisis implementasi PPK
Pelaksanaan
No Kegiatan Nilai Karakter Basis
Sudah Belum
1 Guru menerapkan  Kemandirian Kelas √
prinsip disiplin  Integritas Budaya Sekolah
waktu, disiplin
prosedur, dan
kualitas hasil
dalam
menyelesaikan
tugas.
2 Sekolah membuat  Integritas Budaya Sekolah √
aturan tentang  Religiositas
“larangan
menerima hadiah,
tips, atau
sejenisnya, selama
dalam lingkup
layanan sekolah”.

Keterangan :
 No, kegaitan, nilai karakter dan basis diisi dengan melihat contoh
implementasi PPK menurut Peraturan Dirjen Dikdas, terlampir.
 Pelaksanaan diisi dengan cek list sesuai dengan kondisi real.
Selain format analisis di atas, indikator terlaksananya kegiatan analisis
implementasi PPK adalah :
1. Adanya SK tim PPK yang disahkan kepala sekolah
2. Adanya surat undangan Workshop implementasi PPK
3. Adanya daftar hadir workshop analisis implementasi PPK
4. Adanya notulen dan hasil penyusunan analisis implementasi PPK
yang disahkan oleh ketua tim dan kepala sekolah
5. Adanya foto kegiatan workshop analisis implementasi PPK

c. Tim Pelaksana Implementasi PPK menyusun Perencanaan


Impelementasi PPK di sekolah.
Perencanaan implementasi PPK di sekolah disusun sebagai acuan
pelaksanaan PPK, dengan menggunakan format sebagai berikut :

21
Tabel 2. Contoh Format Penyusunan Rencana Implementasi PPK
Waktu
Indikator Penanggung
No Nilai Karakter Basis Kegiatan Pelaksan
Keberhasilan Jawab
aan
1  Kemandirian  Kelas Guru  Adanya harian  Waka
 Integritas  Budaya menerapkan jadwal KBM kurikulum
Sekolah prinsip disiplin guru di kelas  Guru
waktu, disiplin  Ada daftar pengajar
prosedur, dan hadir siswa
kualitas hasil  Ada daftar
dalam nilai siswa
menyelesaikan  Ada jurnal
tugas. siswa
2  Integritas  Budaya Sekolah  Adanya Satu tahun Kepala sekolah
 Religiositas Sekolah membuat aturan peraturan pelajaran
tentang larangan
“larangan mnenerima
menerima tips atau
hadiah, tips, sejenisnya
atau sejenisnya,
selama dalam
lingkup layanan
sekolah”.

Keterangan :
 No, diisi dengan nomor urut
 Nilai karakter diisi dengan nilai-nilai karakter utama
 Basis, diisi dengan basis gerakan PPK
 Kegiatan, diisi dengan kegiatan yang dilaksanakan sebagai implementasi PPK
 Indikator keberhasilan, diisi dengan indikator dari kegiatan sebagai penanda
ketercapaian kegiatan
 Waktu pelaksanaan, diisi dengan waktu pelaksanaan kegiatan implementasi
PPK, bisa berupa implementasi harian, mingguan, bulanan, semester dan
tahun.

 Penanggung jawab, diisi dengan personal yang paling terkait dengan


implementasi kegiatan PPK sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

d. Melaksanakan Implementasi PPK.


Implementasi PPK dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun secara berkesinambungan. Implementasi PPK yang telah
dilaksanakan selalu didokumentasikan berupa :
a. Program kerja
b. Daftar hadir.
c. Laporan kegiatan.
d. Foto kegiatan

22
e. Monitoring dan evaluasi.
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan penting yang harus
dilaksanakan sebagai ukuran ketercapaian dari keseluruhan implementasi
PPK yang telah dilaksanakan. Monitoring dan evaluasi bisa dilakukan oleh
kepala sekolah atau menunjuk wakil yang diberikan kewenangan untuk
melakukan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi bias
menggunakan format sebagai berikut :
Tabel 3: Format monitoring dan evaluasi implementasi PPK
Pelaksanaan
No Nilai Karakter Basis Kegiatan Tidak Keterangan
Terlaksana
terlaksana
1  Kemandirian  Kelas Guru √
Integritas Budaya menerapkan
Sekolah prinsip disiplin
waktu, disiplin
prosedur, dan
kualitas hasil
dalam
menyelesaikan
tugas.
2  Integritas Budaya Sekolah √ sulit
 Religiositas Sekolah membuat aturan memonitoring
tentang dalam
“larangan pelaksanaannya
menerima
hadiah, tips,
atau sejenisnya,
selama dalam
lingkup layanan
sekolah”.
Keterangan :
 No, diisi dengan nomor urut
 Nilai karakter diisi dengan nilai-nilai karakter utama
 Basis, diisi dengan basis gerakan PPK
 Kegiatan, diisi dengan kegiatan yang dilaksanakan sebagai implementasi
PPK
 Pelaksanaan, diisi dengan cek list secara real dan jujur kegiatan terlaksana
atau tidak terlaksana
 Keterangan, diisi dengan alasan atau catatan ketika kegiatan tidak dapat
dilaksanakan.

f. Menyusun laporan akhir dan tindak lanjut.


Penyusunan laporan akhir dan tindak lanjut dimaksudkan untuk menjadi
bahan laporan sekolah rujukan dalam implementasi PPK di sekolahnya
sekaligus tindak lanjut yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
Penyusunan laporan akhir dilakukan oleh tim pelaksanan PPK dan kepala
23
sekolah. Penyusunan laporan akhir dan tindak lanjut dapat menggunakan
outline sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Dasar Hukum
3. Maksud dan Tujuan
4. Hasil evaluasi Implementasi PPK di sekolah
5. Kesimpulan
6. Tindak lanjut
Catatan : Laporan akhir dan tindak lanjut ditandatangani oleh ketua tim
pelaksana, kepala sekolah dan pengawas Pembina.

2. Melaksanakan pengimbasan pada sekolah lain.


Pengimbasan model implementasi PPK yang telah dilaksanakan oleh sekolah
rujukan dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Pengimbasan dapat berupa :
1. Implementasi PPK terupdate dalam website sekolah secara rutin. (paling
minimal harus ada)
2. Implementasi PPK disampaikan kepada 5 sekolah sekitar yang sejenis
dengan bentuk kegiatan workshop selama 2 hari. Kegiatan workshop
bagi sekolah imbas menggunakan jadwal kegiatan yang sama dengan
workshop yang dilaksanakan di sekolah rujukan
Adapun indikator yang harus ada dalam pengimbasan ke sekolah lain
antara lain :
1. Adanya surat keputusan daftar sekolah imbas yang disahkan oleh
kepala sekolah dan pengawas Pembina
2. Adanya surat undangan pengimbasaan, lengkap dengan jadwal
kegiatan pengimbasan.
3. Adanya daftar hadir
4. Adanya notulen harian kegiatan pengimbasan
5. Adanya foto kegiatan.

24
III. PENUTUP

Pedoman implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk SMK


rujukan dalam buku ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sesuai
dengan rincian kegiatan SMK rujukan antara lain : Penyelarasan Kejuruan, Magang di
Industri, Gerakan Literasi Sekolah, Penguatan Pendidikan Karakter, Melakukan
Pembelajaran Teknologi Terkini, dan Sosialisasi SMK dalam rangka memperkuat SMK
rujukan.
Pedoman penting ini juga dilengkapi dengan langkah-langkah implementasi
Penguatan Pendidikan Karakter pada SMK rujukan untuk perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, serta pengimbasan pada sekolah disekitarnya dalam
mengimplementasikan Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah.
Dokumen pedoman implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk
SMK rujukan yang belum sempurna ini selalu terbuka untuk menerima masukan, kritik
dan saran demi perbaikan pelaksanaan PPK di masa yang akan datang.
Semoga melalui pedoman ini, seluruh SMK rujukan di Indonesia semakin dapat
menerapkan PPK sesuai dengan keunikan dan kekhasan sekolah dan daerah masing-
masing sehingga pendidikan kita sungguh dapat melahirkan individu yang unik, khas,
dengan bakat dan talenta tertentu, sebagai wujud dari kebhinekaan bangsa Indonesia
yang kokoh, kuat, berkarakter, mandiri, dan memiliki jati diri khas sebagai bangsa
Indonesia.

25
Lampiran :
Beberapa contoh implementasi PPK yang bisa dilaksanakan di sekolah rujukan
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Nomor: 097/D/HK/2019 tentang Pedoman Teknis Penuelenggaraan
Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal, sebagai
berikut :

26
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

RELIGIOSITAS

1. Guru dan siswa berdoa sekurangkurangnya pada Religiositas - Kelas Harian


awal jam pelajaran pertama dan setelah jam - Budaya Contoh:
pelajaran terakhir. Sekolah - Merupakan pembiasaan.
- Berdoa pada awal jam pelajaran pertama dan di akhir
jam pelajaran terakhir.

2. Sekolah melaksanakan kegiatan perayaan hari Religiositas Budaya Sekolah Harian/bulanan/tahunan sesuai dengan program sekolah
besar keagamaan yang dapat diikuti oleh seluruh yang telah disepakati bersama/insidental
warga sekolah. Contoh:
Pada hari-hari besar keagamaan hari raya Idul Fitri semua
warga sekolah saling bersalaman.

3. Sekolah memberikan izin meninggalkan kelas Religiositas - Budaya Harian/mingguan/bulanan


bagi siswa untuk melaksanakan ibadah wajib Sekolah Contoh:
sesuai agama dan kepercayaannya. Siswa yang beragama Hindu melaksanakan ibadah di Pura.
- Masyarakat

4. Warga sekolah melaksanakan salat Jum’at di Religiositas Budaya Sekolah Mingguan


lingkungan sekolah/ masjid/musala. Contoh:
Aktivitas salat Jum’at dilakukan setiap hari Jumat di mesjid
sekolah atau sekitar sekolah.

5. Warga sekolah melaksanakan ibadah bersama Religiositas - Budaya Mingguan/bulanan


dan kegiatan keagamaan di sekolah dan/atau Sekolah Contoh:
luar sekolah sesuai dengan agama dan - Masyarakat Retreat, oikumene, manasik haji, kurban, purnama, tilem.
kepercayaannya. Sekolah dapat bekerja sama dengan sumber belajar lain
yang terdekat dengan sekolah dan relevan dengan kegiatan
keagamaan dimaksud.

27
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

RELIGIOSITAS

6. Sekolah mengundang tokoh agama untuk Religiositas Masyarakat Mingguan/bulanan


memberikan siraman rohani kepada warga Contoh:
sekolah. Acara Maulid Nabi mengundang Ustad/Ustadzah, perayaan
Natal mengundang pastor/pendeta.

7. Warga sekolah yang beragama lain ikut Religiositas - Budaya Mingguan/bulanan sesuai dengan agama dan
membantu menjaga kekhidmatan kegiatan Sekolah kepercayaannya
ibadah di sekolah. Contoh:
- Masyarakat
Siswa non muslim menjaga ketenangan dan
kenyamanan siswa muslim yang melaksanakan ibadah salat
Jum’at di lingkungan sekolah.
8. Warga sekolah terlibat aktif secara gotong - Religiositas - - Budaya Mingguan/bulanan sesuai dengan agama dan
royong dalam menyiapkan kelengkapan/sarana Gotong royong Sekolah kepercayaannya
ibadah, tanpa memandang perbedaan agama Contoh:
- Masyarakat
dan kepercayaannya. Menjaga kebersihan dan keamanan sarana-prasarana tempat
ibadah di lingkungan sekolah.
9. Siswa mengikuti kegiatan wisata religi dan Religiositas - Kelas Harian/bulanan/tahunan/insidental sesuai dengan program
membuat laporan hasil wisata religi tersebut, - Budaya sekolah yang telah disepakati bersama
sebagai bagian dari tugas project pada mata Sekolah Contoh:
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Membuat laporan hasil kunjungan ke Mesjid Istiqlal, Gereja
Katedral, panti asuhan, pondok pesantren,dan sebagainya.

10. Sekolah mengadakan festival/ lombalomba di - Religiositas - Kelas Harian/bulanan/tahunan/insidental sesuai dengan program
bidang keagamaan. - Integritas - Budaya sekolah yang telah disepakati bersama
Sekolah Contoh:
Lomba Hafiz, Cerdas Cermat, dll.

28
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

RELIGIOSITAS

11. Sekolah mengadakan bazar amal. - Religiositas - Budaya Harian/bulanan/tahunan/insidental sesuai dengan program
- Gotong royong Sekolah sekolah yang telah disepakati bersama
- Masyarakat Contoh:
- Kemandirian Sekolah mengadakan bazaar amal (berupa barang yang
sudah tidak terpakai namun masih layak kemudian dijual
murah dimana hasil penjualannya untuk korban bencana
alam).

12. Sekolah mengadakan kegiatan kunjungan ke - Religiositas - Kelas Semesteran/tahunan/insidental sesuai dengan
beberapa tempat ibadah. program sekolah yang telah disepakati bersama
- Nasionalisme - Budaya
Sekolah Contoh:
Kunjungan ke beberapa tempat ibadah dalam rangka
penumbuhan nilai-nilai toleransi antar umat beragama.

13. Sekolah mengadakan kegiatan bakti sosial ke panti - Religiositas - Budaya Semesteran/tahunan/insidental sesuai dengan
sosial/panti jompo/panti asuhan. - Gotong royong Sekolah program sekolah yang telah disepakati bersama
- Masyarakat Contoh:
- Kemandirian
- Sunatan massal warga tidak mampu, pembagian
sembako ke panti asuhan daerah sekitar lingkungan
sekolah ataupun daerah lain.
- Membacakan buku kepada anak-anak panti asuhan,
mengajak bermain bersama.

29
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

NASIONALISME

1. Guru bersama siswa melaksanakan pembiasaan Nasionalisme Budaya Sekolah Harian/mingguan


menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Contoh:
lagu nasional dan/atau lagu daerah, setiap hari - Lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersama-sama
pada waktu tertentu. sebelum masuk kelas, sebelum pulang menyanyikan
satu lagu nasional/lagu daerah.
- Memperdengarkan lagu-lagu nasional dan daerah
sebelum mulai pelajaran dan pada jam istirahat.

2. Kepala sekolah menerapkan kebijakan Nasionalisme Budaya Sekolah Mingguan/insidental


menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya Contoh:
(3 stanza) bagi semua warga sekolah setiap Lagu Indonesia Raya 3 Stanza dinyanyikan saat upacara
upacara bendera hari Senin dan upacara hari-hari bendera di sekolah.
besar nasional.

3. Guru menggunakan nama-nama pahlawan, Nasionalisme Kelas Harian/mingguan


tanaman, hewan, sungai, gunung, pulau, buah, Contoh:
bunga yang tumbuh di sekitar lingkungan atau Pembagian kelompok dengan nama Musi, Kapuas,
Indonesia sebagai nomenklatur kelompok saat Bengawan Solo, Barito, atau Rinjani, Merapi, Lokon, dll.
proses pembelajaran.

4. Guru menugaskan setiap siswa untuk membaca - Nasionalisme Kelas Mingguan/bulanan


dan membuat ringkasan serta mempresentasikan Contoh:
- Kemandirian
dari minimal satu biografi pahlawan nasional Dalam kegiatan 15 menit membaca, siswa dimotivasi untuk
sesuai dengan tema/kompetensi dasar yang membaca buku Biografi Pahlawan Nasional hingga selesai,
relevan. dan pada waktu tertentu diminta membuat ringkasan baik
tulisan maupun grafis (mind map, graphic organizer, atau
infografis).

30
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

NASIONALISME

5. Warga sekolah melaksanakan program kantin - Nasionalisme Budaya Sekolah Harian


sekolah sehat yang menyajikan dan menjual Contoh:
- Kemandirian
makanan termasuk makanan khas daerah, serta Sekolah menerbitkan peraturan tentang Kantin Sehat yang
memberikan nama makanan khas daerah sesuai antara lain berisi penyediaan makanan khas daerah
daerah asal. setempat maupun daerah lainnya.

6. Warga sekolah memberikan nama masingmasing Nasionalisme Budaya Sekolah Harian


kedai makanan pada kantin sekolah sehat Contoh:
menggunakan nama-nama Pemberian nama kedai di kantin sekolah, dengan nama:
pulau/sungai/gunung/ danau/tanaman dan lain- Karimunjawa, Tanimbar, Natuna, Selayar, Watubela,
lain yang ada di Indonesia. Mentawai, Tayandu, Karimata, dll.

7. Kepala sekolah menerapkan kebijakan Nasionalisme Budaya Sekolah Mingguan/bulanan/tahunan/insidental


mengenakan pakaian khas daerah bagi semua Contoh:
warga sekolah pada hari-hari tertentu. Warga sekolah wajib mengenakan pakaian khas daerah
sederhana setiap tanggal 17 Agustus atau setiap hari besar
nasional.

8. Kepala sekolah menerapkan kebijakan kegiatan Nasionalisme Budaya Sekolah Mingguan


ekstrakurikuler yang dapat mendorong semangat Contoh:
nasionalisme dan patriotisme bagi guru dan Ekstrakurikuler tari dan/atau musik tradisonal, teater
siswa. tradisional, cinta alam, membatik, menenun, film
dokumenter kesejarahan.

9. Kepala sekolah mengundang narasumber dari Nasionalisme - Kelas Bulanan/insidental


unsur veteran perang, TNI, atau POLRI, untuk Contoh:
- Masyarakat
berbagi pengalaman pada semua warga sekolah Menghadirkan tokoh perjuangan/sejarah tertentu untuk
tentang perjuangan, penegakan hukum, berbagai pengalaman tentang perjuangan dan kejuangan di
penegakan disiplin, dan bela negara. masanya untuk memotivasi semangat perjuangan peserta
didik.

31
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

NASIONALISME

10. Kepala sekolah mengadakan sosialisasi atau - Nasionalisme - Kelas Semesteran


kegiatan penyuluhan hukum, kesehatan, atau Contoh:
- Integritas - Masyarakat
topik nasionalisme lainnya dengan mengundang - Sosialisasi anti NAPZA, anti korupsi, anti radikalisme,
narasumber dari pejabat yang terkait. kesehatan reproduksi (menghidarkan pernikahan dini),
tata tertib peraturan lalu lintas;
- Penyuluhan tentang anti hoax/ berita bohong, plagiasi,
pembajakan karya.

11. Warga sekolah melaksanakan kegiatan - Nasionalisme - Budaya Semesteran/tahunan


lomba/festival seni dan budaya Indonesia, Sekolah Contoh:
- Integritas
kegiatan anti kekerasan, anti radikalisme, dan - Lomba dan Festival anti Radiklisme, anti NAPZA, anti
- Kelas
pencegahan bahaya Narkotika, Psikotropika, dan kekerasan;
Zat Adiktif lainnya (NAPZA).
- Lomba dan Festival teaterikal;
- Lomba Cipta lagu dan jingle;
- Lomba Poster dan Infografis;
- Lomba Puisi dan Cerpen;
- Dapat dilakukan bersama sekolah lain terdekat atau
bekerjasama dengan sponsor atau lembaga terkait.

12. Warga sekolah mengadakan kegiatan dramatisasi - Nasionalisme Kelas Semesteran/tahunan


dengan topik tentang sejarah Indonesia, Contoh:
- Gotong Royong
perjuangan pahlawan nasional, perjuangan Guru Sejarah/PPKn memberi tugas kelompok, masing-
pahlawan daerah atau budaya daerah. masing kelompok menampilkan drama/pertunjukan seni
bertema kehidupan pahlawan tertentu.

32
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

NASIONALISME

13. Guru dan siswa melaksanakan kegiatan bela - Nasionalisme Sekolah Semesteran/tahunan
negara. Contoh:
- Kemandirian
LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa), Cerdas cermat
- Integritas UUD 45, Outbond, latihan/lomba Tata Cara Upacara Bendera
(TUB)/Peraturan Baris Berbaris (PBB).

14. Warga sekolah menjaga dan menghormati simbol- Nasionalisme Budaya Sekolah Harian
simbol dan lambang-lambang negara, misalnya Contoh:
menempatkan bendera, lambang garuda Sekolah memastikan (melakukan pengecekan) bahwa
pancasila, foto presiden dan wakil presiden, foto simbol-simbol dan lambang negara terpasang secara benar
pahlawan sesuai aturan. dan tepat.

15. Warga sekolah menggelar bazar untuk - Nasionalisme - Budaya Tahunan


memperkenalkan hasil karya atau kewirausahaan Sekolah Contoh:
siswa yang menggunakan bahan baku dalam - Kemandirian - Masyarakat - Tugas-tugas pembuatan karya pada setiap mata pelajaran
negeri, khususnya bahan lokal. menggunakan bahan-bahan lokal.
- Penyelenggaraan lomba/festival karya kreasi dengan
bahan dasar dari daerah tertentu (misal kreasi makanan
dari ubi/labu/sukun, kreasi produk berbahan tenun, inovasi
penataan ruang belajar berbahan bambu/rotan).
16. Warga sekolah menggunakan/ memakai produk Nasionalisme - Kelas Harian/mingguan
dalam negeri seperti pakaian, makanan, dan Contoh:
- Budaya
kebutuhan hidup seharihari. Sekolah - Sekolah mengadakan kegiatan makan kudapan bersama
di kelas dengan didampingi guru dengan tema berbeda-
beda seperti sayuran hijau, jajanan pasar, buah tropikal,
aneka kudapan dari singkong, ubi, talas, dan sebagainya.
- Sekolah menjadwalkan wajib pakaian daerah sederhana
seminggu sekali seperti pada hari Selasa atau Kamis.

33
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

NASIONALISME

17. Warga sekolah membuat bahan publikasi tentang Nasionalisme Sekolah Bulanan
kebersihan kelas, lingkungan sekolah, lingkungan Contoh:
di sekitar, peduli terhadap kehidupan sosial di - Sekolah memproduksi video pendek karya siswa tentang
sekolah, daerah maupun nasional sebagai bentuk aktivitas siswa dan warga sekolah dan dapat ditayangkan
cinta tanah air. dalam multimedia sekolah serta diunggah ke laman
sekolah.
- Video juga dapat berupa bahan sosialisasi, misalnya
tentang bahaya penggunaan bahan plastik, pembuatan
produk berbahan daur ulang, pengolahan limbah dan
sampah, dll.

18. Warga sekolah memasang slogan-slogan, poster, - Nasionalisme - Kelas Semesteran/tahunan/insidental


sebagai wujud penumbuhan rasa cinta Indonesia Contoh:
- Integritas
di lingkungan sekolah yang terpampang dengan - Budaya - Pembuatan dan pemasangan slogan/poster karya siswa.
- Gotong royong Sekolah
baik dan menarik. - Lomba menghias kelas dengan tema cinta tanah air.

19. Sekolah melaksanakan program wisata edukasi - Nasionalisme - Kelas Semesteran/tahunan/insidental


dalam rangka penguatan materi pembelajaran Contoh:
- Gotong royong - Budaya
Sekolah Guru mengajak siswa melakukan wisata edukasi ke
- Kemandirian museum, candi, atau objek bersejarah lainnya, Taman
- Masyarakat Makam Pahlawan, sanggar seni dan budaya.

20. Warga sekolah melakukan studi banding ke Nasionalisme Budaya Sekolah Semesteran/insidental
sekolah-sekolah lain yang memiliki keunggulan Contoh:
lokal. Sekolah melakukan studi banding ke sekolah lain tentang
pelaksanaan disiplin sekolah, Implementasi UKS dan
Kebersihan Lingkungan Sekolah, unit produksi sekolah, dll.

34
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

NASIONALISME

21. Sekolah membuat kebijakan, memberi nama- Nasionalisme Budaya Sekolah Tahunan/Insidental
nama Gedung/Ruang/Kelas dengan nama-nama
Pahlawan Nasional, dan dilengkapi dengan nilai- Contoh:
nilai karakter dari masing-masing pahlawan Gedung Sudirman
tersebut (quote). “Meskipun kamu mendapat latihan jasmani yang sehebat-
hebatnya, tidak akan berguna jika kamu
mempunyai sifat menyerah!”

Ruang Ki Hadjar Dewantara


“Lawan Sastra Ngesti Mulya”
(“Dengan Ilmu Kita Menuju Kemuliaan”).

Ruang Dewi Sartika


“Ari jadi awewe kudu sagala bisa, ambe bisa hirup!”
(“Menjadi perempuan harus mempunyai banyak kecakapan
agar mampu hidup”).

Kelas X (Soekarno)
“Tuhan tidak mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa
itu mengubah nasibnya sendiri”

Kelas XI (Hatta)
“Kurang Cerdas dapat diperbaiki dengan Belajar.
Kurang Cakap dapat dihilangkan dengan Pengalaman.
Namun Tidak Jujur itu Sulit Diperbaiki”

Dst….

22. Sekolah membuat kebijakan, agar di dalam kelas Nasionalisme Budaya Sekolah Tahunan/Insidental
dipajang foto-foto/poster-poster Pahlawan
Nasional, dan dilengkapi dengan nilai-nilai Contoh:
karakter dari masing-masing pahlawan tersebut Foto/Poster: Pahlawan Pattimura
(quote). “Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak
Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”
35
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

NASIONALISME

Foto/Poster: Pahlawan Jenderal Gatot Soebroto “Jagalah


namamu, jangan sampai disebut pengkhianat bangsa”

Dst….
23. Sekolah membuat kebijakan yang memotivasi Nasionalisme Budaya Sekolah Tahunan/Insidental
semangat nasionalisme semua warga sekolah
melalui “yel-yel”. Contoh Yel-yel:

“NKRI-Go….Nasionalisme, Kemandirian, Religiositas,


Integritas, Gotong Royong”
(sambil menggenggam tangan kanan dan diacungkan ke
atas sebagai tanda semangat).

“SMK Bisa,
SMK Hebat
SMK Juara”

Dll….

NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN


KARAKTER

KEMANDIRIAN
1. Guru menerapkan prinsip disiplin waktu, disiplin - Kemandirian - Kelas Harian
prosedur, dan kualitas hasil dalam menyelesaikan - Integritas - Budaya Contoh:
tugas. Sekolah Dalam membuat karya (produk atau hasil praktik),
ditekankan untuk memenuhi standar kualitas, prosedur yang
benar dan dalam durasi waktu yang ditargetkan.

36
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

KEMANDIRIAN
2. Guru memberikan bimbingan dan dorongan agar - - Kemandirian - Kelas Harian
siswa melakukan aktivitas secara mandiri. Integritas - Budaya Contoh:
Sekolah - Mengerjakan tugas-tuga.
- Menjaga dan merawat perlengkapan pribadi.

3. Siswa menggunakan internet bijak dan beretika - Kemandirian - Budaya Harian


yang difasilitasi sekolah dalam pencarian materi - Integritas Sekolah Contoh:
pembelajaran secara mandiri. - Nasionalisme - Penggunaan internet secara bijak, beretika, dan bersikap
kritis dalam memilah dan memilih situs/konten yang
positif dengan didampingi oleh guru dan/atau orangtua.
- Membuat aturan penggunaan internet di sekolah
dan/atau di rumah yang disepakati bersama.

4. Sekolah menfasilitasi promosi dan penjualan - Kemandirian - Kelas Harian/ mingguan/bulanan/Semesteran


produk karya siswa. - Integritas - Budaya Sekolah
- Gotong royong masyarakat Contoh:
- Nasionalisme - Melalui bazar/pameran.
-
- koperasi sekolah/etalase khusus.
- Web Sekolah.
- Di SMK, melalui Unit Produksi atau Teaching Factory di
SMK.
-

37
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

KEMANDIRIAN
5. Sekolah menerapkan dan mengembangkan - Kemandirian - Kelas Harian/ mingguan/ bulanan/Semesteran
kegiatan kewirausahaan siswa. - Integritas - Budaya Sekolah
- Gotong royong masyarakat Contoh:
- Nasionalisme - Sekolah mengaktifkan Koperasi Siswa.
-
- Menggelar Bussiness day sebulan sekali (ada kelas yang
ditunjuk untuk berjualan, dan khusus hari tersebut kantin
sekolah tidak buka).
- Mendorong siswa membuat produk/ karya yang bisa laku
dijual dan berlatih memasarkannya.

6. Guru menggunakan metode project dalam - Kemandirian - Budaya Bulanan/Semesteran


pembelajaran untuk menghasilkan media - Integritas Sekolah
pembelajaran. - Gotong Royong Contoh:
Dalam membahas suatu materi tertentu, guru menugaskan
peserta didik (secara bekelompok) untuk mencari referensi,
mempelajari materi dan membuat media (poster/ mind
map/slide/infografis) untuk menjelaskan materi tersebut
kepada orang lain.

7. Guru dan siswa memanfaatkan hasil karya siswa - Kemandirian - Kelas Bulanan/Semesteran
sebagai media untuk menciptakan kelas kaya teks. - Integritas - Budaya
- Gotong Royong Sekolah Contoh:
Hasil karya siswa (baik berupa gambar, poster, infografis
maupun benda nyata) dipajang di kelas untuk menampilkan
kelas kaya teks.

38
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

KEMANDIRIAN
8. Guru, siswa, dan petugas perpustakaan - Kemandirian - Kelas Bulanan/Semesteran
melakukan penataan penggantian koleksi pojok - Gotong Royong - Budaya
kelas maupun area baca sekolah. Sekolah Contoh:
Masyarakat Dilakukan kegiatan penggantian koleksi bahan bacaan baik
-
di etalase perpustakaan, pojok baca, maupun area baca
sekolah, penambahan dan penggantian koleksi dapat
dilakukan dengan meminta sumbangan buku/bahan bacaan
dari masyarakat luas, dengan terlebih dahulu dikurasi oleh
tim sekolah.

9. Sekolah memfasilitasi siswa melakukan penelitian - - Kemandirian - Kelas Bulanan/Semesteran


sederhana yang sesuai dengan tema/mata Gotong Royong - Budaya
pelajaran yang relevan. Sekolah Contoh:
Masyarakat Tema penelitian yang dapat dibuat, antara lain
-
kesetiakawanan di kalangan pelajar, kecintaan terhadap
seni tradisi, kepedulian terhadap lingkungan, dll. Penelitian
dapat dilakukan di lingkungan sekolah maupun di
masyarakat.

10. Sekolah menyelenggarakan pentas seni dan/atau - Kemandirian - Budaya Semesteran/tahunan


pekan olahraga siswa dalam rangka promosi - Gotong Royong Sekolah
sekolah dengan mengundang masyarakat luas. - Nasionalisme Masyarakat Contoh:
-
- Integritas - Penyelenggaraan pekan olahraga siswa tingkat
kecamatan/kabupaten/kota/ provinsi.
- Pementasan seni gabungan siswa tingkat
kecamatan/kabupaten/kota/ provinsi.
Kegiatan dapat diintegrasikan dengan bazar/pameran hasil
karya siswa.

39
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

KEMANDIRIAN
11. Sekolah melaksanakan berbagai jenis lomba - Kemandirian - Budaya Semesteran/tahunan
antarkelas, misalnya lomba - Gotong royong Sekolah
kedisiplinan/kebersihan/ literasi (membaca, - Integritas Masyarakat Contoh:
-
majalah dinding, kelas kaya teks, pojok baca di Lomba antar kelas pada akhir semester atau dalam rangka
kelas) yang dinilai oleh pihak sekolah selama 1 peringatan hari besar nasional (Misal: Hardiknas,
semester. Kemerdekaan, Sumpah Pemuda). Dapat bekerjasama
dengan masyarakat untuk mendapatkan donasi/sponsor.

12. Sekolah dapat bekerja sama dengan - Kemandirian - Budaya Harian/insidental


masyarakat/kalangan profesi dalam penyediaan - Religiositas Sekolah
layanan pendidikan. - Gotong Royong Masyarakat Contoh:
-
- Sekolah dapat bekerjasama dengan dokter dalam rangka
mendukung layanan UKS.
- Sekolah bekerja sama dengan psikolog untuk mendukung
layanan konseling siswa atau trauma healing bagi siswa
korban bencana.
- Sekolah bekerjasama dengan kalangan profesi atau
akademisi dalam membimbing siswa dengan kecerdasan
istimewa dalam mengembangkan diri.

13. - -

40
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

GOTONG ROYONG
1. Guru melaksanakan pembelajaran dengan - Gotong royong Kelas Harian/mingguan
menekankan prinsip Collaborative Learning - Integritas
dengan pemberian metode yang relevan. Contoh:
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi
dalam kelas untuk bekerjasama menyelesaikan tugas
kelompok. Kemudian siswa memaparkan hasil diskusi
kelompok di depan kelas.

2. Guru mengajak siswa meningkatkan kepedulian - Gotong Royong - Kelas Harian/insidental


terhadap siswa yang mengalami musibah. - Religiositas - Budaya
Contoh:
Sekolah
Guru mengawali pembelajaran dengan mengecek kehadiran
siswa, dan mengajak siswa untuk mendoakan kesembuhan
/kesehatan apabila ada teman kelasnya yang sedang sakit.
Kegiatan ini terintegrasi dalam pembelajaran, dilakukan pada
pendahuluan pembelajaran.

3. Guru bersama siswa membantu siswa lain yang - Gotong Royong - Kelas Harian/mingguan
mengalami hambatan dalam belajar. - Integritas - Budaya
Contoh:
Sekolah
Guru memberikan arahan kepada siswa untuk bersama-
sama menjadi tutor teman sebaya bagi siswa yang
mengalami hambatan dalam belajar.

4. Sekolah membudayakan gerakan Lihat Sampah Gotong Royong - Kelas Harian


Ambil (LISA). Contoh:
- Budaya
- Sekolah - Guru membiasakan siswa membuang sampah pada
tempatnya dan sekolah menyediakan tempat sampah di
tempat yang strategis (kantin, toilet, setiap kelas,
gerbang, dll).
- Siswa diajak bersama-sama melakukan gerakan
41
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

GOTONG ROYONG
LISA setelah kegiatan upacara/bazaar/pameran/kegiatan
sekolah lainnya.
Siswa diajak melihat sekeliling kelas atau lingkungan sekolah
dan mengambil sampah sebelum pulang sekolah/setelah
kegiatan pembelajaran selesai.
5. Sekolah bersama masyarakat sekitar Gotong Royong - Budaya Semesteran/tahunan
melaksanakan kegiatan penghijauan Sekolah
/penanaman pohon di sekitar lingkungan Contoh:
- Masyarakat
sekolah. Warga sekolah bersama masyarakat
setempat melakukan kegiatan penanaman pohon di
lingkungan sekitar sekolah.

6. Sekolah menerapkan sistem piket sekolah bagi - Gotong Royong Budaya Sekolah Harian/mingguan
guru dan siswa. - Integritas
Contoh:
- Siswa secara berkelompok membersihkan dan merapikan
ruang kelas setelah selesai pembelajaran sesuai jadwal
piket.
- Guru membiasakan siswa setiap hari untuk merapikan
meja dan bangkunya sebelum meninggalkan kelas.
- Siswa melaporkan kepada guru piket apabila ada siswa
lain yang sakit atau bermasalah.

7. Sekolah melakukan kegiatan pembiasaan - Gotong Royong Budaya Sekolah Insidental


pengumpulan sumbangan untuk siswa yang sakit
- Religiositas
atau tertimpa musibah. Contoh:
- Kemandirian Siswa bersama-sama membuat kotak pengumpulan
sumbangan untuk diletakkan di depan kelas, dan bersama-
sama keliling sekolah mengumpulkan sumbangan.

42
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

GOTONG ROYONG
8. Sekolah melaksanakan gerakan Jumat bersih. - Gotong Royong Budaya Sekolah Mingguan
- Religiositas
Contoh:
Sekolah melaksanakan kegiatan Jumat bersih/Jumat bebas
jentik. Siswa dan guru membentuk kelompokkelompok, dan
masing-masing kelompok bertangung jawab pada
kebersihan area tertentu (area kantin, area kelas, area toilet,
area taman, dan lain sebagainya).

9. Sekolah melaksanakan kegiatan - Gotong Royong Budaya Sekolah Semesteran/tahunan/insidental


kepedulian sosial
- Religiositas
Contoh:
Sekolah memberikan bantuan berupa makanan dan pakaian
layak pakai kepada anak-anak jalanan, atau fakir miskin.

10. Sekolah melaksanakan program daur - Gotong Royong - Kelas Harian/mingguan/bulanan


ulang/pemanfaatan limbah. - Integritas - Budaya
Contoh:
- Kemandirian Sekolah
- Membuat kompos dari limbah di lingkungan sekolah.
- Melakukan daur ulang sampah yang diintegrasikan dalam
mata pelajaran Prakarya.

43
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
1. Sekolah memiliki dan menjalankan program Kantin - Integritas - Budaya Harian
Kejujuran. - Religiusitas Sekolah
- Kemandirian Masyarakat Kegiatan dapat dikelola oleh siswa dengan dibantu/dibina
-
- Gotong Royong oleh guru.
Contoh:
Kantin Jujur.

Proses pelaksanaan Kantin Jujur bersifat swalayan, pembeli


memilih barang yang akan dibeli dan membayar sesuai
harga yang tertera di barang tersebut, serta mengambil
uang kembalian sendiri di tempat yang telah disediakan.

Barang-barang yang disediakan di Kantin Jujur dapat berasal


dari warga sekolah dan/atau masyarakat.

2. Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal - Integritas - Budaya Harian
untuk menyambut kedatangan siswa. Sekolah
Aktivitas ini dilakukan sebagai bentuk keteladanan.

Contoh:
Kepala Sekolah dan perwakilan Guru setiap hari sesuai
jadwal yang telah ditentukan, berdiri di gerbang sekolah,
menyambut kedatangan siswa dan bersalaman, dengan
menerapkan minimal “Senyum, Sapa, Salam” (3S).

44
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
3. Guru membiasakan hasil Penilaian Harian siswa - Integritas - Budaya Disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan Penilaian Harian
harus diberikan dan diparaf oleh orang tua murid - Religiositas Sekolah siswa.
masing-masing.
Bentuk formatnya misalnya, pada bagian atas atau bawah
lembar jawaban/ulangan harian, disiapkan 3 kolom:
1. Kolom Nilai;
2. Kolom Paraf Guru;
3. Kolom Paraf Orang Tua.

Contoh:
Hasil penilaian harian siswa diberikan ke siswa, kemudian
siswa diminta menyerahkan ke orang tua masing-masing,
agar diketahui dan ditandatangani oleh orang tuanya.

4. Sekolah menerapkan kebijakan, bahwa setiap - Integritas - Budaya Mingguan


siswa bergantian bertugas menjadi Komandan - Nasionalisme Sekolah
Upacara (meskipun mereka tidak tergabung Contoh:
dalam kegiatan Petugas upacara bendera melaksanakan tugasnya sesuai
Ekstrakurikuler Paskibra sekolah), dan bergiliran jadwal yang telah ditentukan secara bergantian atau
sebagai petugas lainnya di upacara sekolah. bergiliran dengan penuh tanggungjawab.

5. Sekolah menerapkan peraturan bahwa setiap - Integritas - Budaya Mingguan


siswa punya kewajiban melaksanakan piket - Religiositas Sekolah
kebersihan kelas paling sedikit sekali dalam - Gotong Royong Contoh:
seminggu. - Kemandirian Wali Kelas membagi semua siswa secara proporsional
menjadi 5 atau 6 kelompok (sesuai jumlah hari sekolah
dalam satu minggu) setiap kelompok bertugas

45
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
1 hari dalam 1 minggu untuk melaksanakan piket kebersihan
kelasnya masing-masing.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara Wali Kelas bersama


Ketua Kelas membuat Jadwal Tim Piket
Kelas.
6. Sekolah bekerjasama dengan tokoh - Integritas - Budaya Bulanan dan/atau Semesteran
masyarakat/perguruan tinggi/ profesional/ - Religiositas Sekolah
alumni/pihak lain yang relevan, melaksanakan - Gotong Royong Masyarakat Contoh:
-
kegiatan penyuluhan, antara lain tentang Anti Sosialisasi kepada siswa tentang Bahaya Penyalahgunaan
Korupsi, Kesehatan Reproduksi Remaja, Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),
Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, dengan narasumber salah seorang wali murid/alumni yang
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),
berprofesi sebagai dokter dan/atau pihak yang berwenang.
Perundungan/Bullying, dan/atau Dampak
Kecanduan Gawai/Gadget.

7. Wali Kelas menerapkan “presensi kejujuran” bagi - Integritas - Kelas Harian


semua siswanya. - Religiositas - Budaya
Sekolah Contoh:
Wali Kelas dapat membuat matriks yang berisi daftar nama
dan jam kehadiran dari masing-masing siswa setiap harinya
untuk satu minggu, selanjutnya siswa menuliskan sendiri jam
berapa mereka datang di sekolah.

Setiap hari siswa mengisi jam kehadirannya di sekolah


dengan menuliskan langsung di kolom yang sudah
disediakan wali kelas untuk satu minggu,

46
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
misalnya hari Senin siswa yang bersangkutan hadir jam
“06.45”, maka dituliskan jam tersebut di kolom hari Senin,
dan seterusnya selama seminggu.

Kemudian guru menarik absen manual tersebut setiap hari


Jumat atau Sabtu (sesuai jumlah hari sekolah dalam satu
minggu), untuk kemudian dapat dicocokkan dengan absensi
online (bila ada), atau dokumen presensi lainnya yang
relevan.

8. Sekolah menerapkan program duta/keteladanan - Integritas - Budaya Bulanan


(student of the month, teacher of the month) dan Sekolah
dideklarasikan/diumumkan saat upacara. Contoh Kegiatan :
Sekolah melaksanakan program pemilihan duta “Siswa
Inspiratif” dan/atau “Guru Inspiratif” setiap bulannya.

Caranya, sekolah (yaitu: Kepala Sekolah, Guru, Tenaga


Kependidikan, dan Siswa) dapat menyepakati bersama
Indikator penilaian terhadap program duta/keteladanan
tersebut serta bagaimana cara menilainya; kemudian hasil
penilaian diumumkan setiap bulan (saat upacara); bagi yang
terpilih sebagai duta, foto yang bersangkutan dapat dipajang
di sekolah pada tempat yang strategis, serta diberi
tanda/gambar bintang (sebagai bentuk apresiasi terhadap
yang bersangkutan).

Program pemilihan duta inspiratif ini dapat dilaksanakan


secara rutin setiap bulan.

47
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
9. Sekolah menerapkan peraturan dan tata tertib - Integritas - Budaya Harian
bagi semua warga sekolah, agar mengenakan - Nasionalisme Sekolah
pakaian seragam yang bersih, rapih, dan sesuai Contoh:
ketentuan yang berlaku. Sekolah memberlakukan aturan pakaian seragam yang
berlaku bagi semua warga sekolah sesuai ketentuan, dan
pada hari tertentu semua warga sekolah dapat mengenakan
pakaian khas berbagai daerah.

10. Sekolah mendorong dan memfasilitasi warga - Integritas - Budaya Harian


sekolah untuk bertanggung jawab menjaga - Religiositas Sekolah
kebersihan lingkungan sekolah dan membuang - Gotong Royong Masyarakat Contoh:
-
sampah pada tempatnya. Sekolah dapat menyediakan atau bekerja sama dengan
Dinas Lingkungan Hidup, atau pihak lain yang relevan, dalam
penyediaan paket tempat sampah yang dapat dipilah (paling
sedikit 3 pemilahan), dan diletakkan pada tempat-tempat
yang strategis (seperti di depan ruang kelas, di halaman
sekolah, di taman sekolah, di kebun sekolah, di kantin
sekolah, di depan ruang guru/kepala sekolah, di depan WC,
dan tempat-tempat lain yang banyak di datangi oleh warga
sekolah).

11. Guru memberikan tugas antara lain tugas project - Integritas - Kelas Disesuaikan dengan jadwal program mata pelajaran, dalam
kepada siswa sesuai mata pelajaran - Religiositas konteks kegiatan Kurikuler dan Kokurikuler.
/tema/materi pelajaran dan dapat dilakukan - Kemandirian
secara mandiri atau berkelompok. - Gotong Royong Contoh:
Nasionalisme Guru PPKn memberikan tugas project kepada siswa untuk
-
membuat “Media Promosi dan Edukasi dengan tema
Disiplin”; hal ini dikaitkan dengan KD tentang
Norma-norma di Mata Pelajaran PPKn jenjang SMP.
Selanjutnya siswa diminta mempresentasikan hasil tugas
project-nya tersebut secara bergiliran.

48
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
Dalam pelaksanaan tugas project itu, sekaligus siswa
didorong untuk melaksanakan tugas tersebut secara jujur
dan bertanggung jawab.

Jadwal pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal mata


pelajaran/tema/materi pelajaran masingmasing dan
ketuntasan Kompetensi Dasar (KD) tertentu yang relevan.

12. Sekolah bersama Komite Sekolah berupaya - Integritas - Kelas Harian/Semesteran/tahunan.


mewujudkan komitmen untuk terus - Religiositas - Budaya
meningkatkan integritas dalam pelaksanaan - Kemandirian Sekolah Komitmen ini dilaksanakan dengan menerapkan penilaian
penilaian hasil belajar. - Gotong Royong Masyarakat yang jujur (tidak menyontek) dan membangun Budaya
-
Sekolah yang mendorong iklim kejujuran.

Contoh:
- Sekolah bersama orang tua murid sepakat/ berkomitmen
untuk tidak lagi mengedepankan hasil ujian yang baik
semata, namun menekankan pada proses yang baik,
sehingga berapapun hasilnya bisa diterima para pihak,
asalkan dilaksanakan dengan jujur.
- Sekolah bersama dengan Komite Sekolah dan siswa
membuat serta menerapkan tata tertib tentang sanksi
yang tegas apabila menyontek, misalnya tidak naik kelas
atau sanksi lain.

49
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
13. Sekolah membuat dan melaksanakan kebijakan - Integritas - Budaya Mingguan/bulanan/Semesteran/tahunan.
untuk menjadikan sekolah sebagai lingkungan - Religiositas Sekolah
“kaya teks” yang menguatkan nilai-nilai - Kemandirian Masyarakat Contoh:
-
Integritas. Gotong Royong Kegiatan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pembuatan
-
tulisan-tulisan, baik dalam bentuk standing banner, majalah
dinding, mural, spanduk, atau bentuk lainnya, dengan isi
tulisan/slogan yang menyerukan penguatan nilai-nilai
Integritas.
Contoh slogan:
“Pantang Menyontek”, “Katakan TIDAK untuk Narkoba dan
Korupsi”, “Kejujuran Harga Mati”, “Bersih Penampilan,
Disiplin Jiwa, Jujur Perilaku”.

atau melakukan kegiatan mingguan dengan menampilkan


karya-karya siswa dalam bentuk puisi, prosa, cerpen, opini,
kartun, dengan tema “Integritas”, yang dipajang di Majalah
Dinding dan/atau ruang kelas.

14. Sekolah melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu - Integritas - Budaya Mingguan/Semesteran/tahunan.


dalam pelaksanaan - Religiositas Sekolah
Ekstrakurikuler Wajib “Pendidikan - Nasionalisme Masyarakat Melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan,
-
Kepramukaan”. - Kemandirian sekaligus dapat ditanamkan dan dikuatkan 5 nilai karakter
Gotong Royong pada PPK melalui rangkaian aktivitasnya.
-

Siswa dengan dipandu Guru Pembina Pramuka, diharapkan


dapat menemukan nilai-nilai karakter dari setiap aktivitas
kegiatan yang dilakukan.
Contoh:
Integrasi nilai-nilai utama PPK melalui kegiatan

50
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
Ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan seminggu sekali,
kegiatan Perkemahan Jumat, Sabtu, dan Minggu
(Perjusami), dan lainnya.
Caranya adalah dengan memberikan penguatan dan
penegasan terhadap semua aktivitas Pendidikan
Kepramukaan yang dilakukan siswa, dan kaitannya dengan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Misalnya:
Kegiatan “Tali-Temali”, dapat ditarik esensi nilai karakter
disiplin prosedur (karena kalau tidak prosedural, maka hasil
tali-temali tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana yang
diharapkan); kerja sama (karena untuk menghasilkan temali
tertentu, dan untuk efektivitas pembuatannya, mungkin perlu
dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam merangkai tali-
temali tersebut); dan seterusnya.
15. Sekolah melaksanakan kegiatan - Integritas - Budaya Semesteran dan/atau Tahunan.
Kokurikuler antara lain Latihan Dasar - Religiositas Sekolah
Kepemimpinan (LDK) dan Bela Negara. - Nasionalisme Contoh:
- Masyarakat
- Kemandirian Siswa diminta memaknai esensi lain dari kegiatan “baris
Gotong Royong berbaris” di LDK, bahwa bukan hanya melatih siswa terampil
-
dalam aturan baris berbaris, tetapi juga melatih disiplin,
tanggung jawab, peduli sesama.

16. Sekolah membuat Kotak/POSKO “Lost and - Integritas Budaya Sekolah Harian
Found”. - Religiositas
Contoh:
Sekolah menyediakan kotak untuk barang-barang yang
hilang/ditemukan, dan ditempatkan di lokasi yang
terjangkau dan aman, atau di ruang kelas masing-masing.

51
NO KEGIATAN NILAI BASIS KETERANGAN
KARAKTER

INTEGRITAS
17. Sekolah membuat aturan tentang “larangan - Integritas Budaya Sekolah Harian
menerima hadiah, tips, atau sejenisnya, selama - Religiositas
dalam lingkup layanan sekolah”. Contoh:
Sekolah memberlakukan sanksi apabila diketahui ada warga
sekolah yang melanggar aturan tersebut.

52
III. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai