Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

KISTA OVARIUM

Oleh:

Timothy L Batasina

Masa KKM 17 Juni – 25 Agustus 2019

Supervisor Pembimbing:

Dr B. Joel Laihad , Sp.OG-K

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi


perempuan. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu penyakit reproduksi yang banyak
terjadi pada perempuan.1

Kista adalah kantong berisi cairan, dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya
beragam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur)
disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda
dapat terbentuk. Tipe kista ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional,
yang biasanya terbentuk selama siklus menstruasi normal. 1 Kista ovarium
fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada wanita
postmenopause. Secara umum, tidak ada penyebaran umur yang spesifik mengenai
usia terjadinya kista ovarium.2

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan silent killer. Karena seringkali penderita tidak ada merasakan
gejala apapun dan kebanyakan ditemukan pada fase yang lanjut. 3 Penemuan kista
ovarium pada seorang wanita sangat ditakuti karena adanya kecenderungan menjadi
ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium memiliki sifat yang jinak (80-84%). Pada
wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) risiko pertumbuhan menjadi
ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan pemeriksaan USG.4

Terdapat variasi dengan insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi


terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika
insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi
pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista fungsional dan
jinak. Di Amerika, karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira 22.000 wanita,
kematian sebanyak 16.000 orang.4,5

3
Penatalaksanaan kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut.Tidak
semua kista ovarium ditatalaksanai dengan pembedahan, seperti pada kista yang
dapat resolusi spontan. Namun, sebagian besar kista memerlukan pembedahan
untuk mengangkat kista tersebut. Penanganannya melibatkan keputusan yang sukar
dan dapat mempengaruhi status hormonal dan fertilitas seorang wanita. 1

Berikut ini akan dilaporkan kasus kista ovarium pada seorang wanita usia
40 tahun yang dirawat di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AH
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Manokwari Papua Barat
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Indonesia
MRS : 19 juni 2019

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Perut membesar
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan rencana operasi laparatomi
VC elektif. Pasien memiliki keluhan utama perut membesar, perut membesar
dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Riwayat keluhan perdarahan dari jalan lahir (-).
Pasien tidak mengeluh adanya mual dan muntah.Keputihan (-),buang air kecil dan
buang air besar tidak ada keluhan, penurunan berat badan (-), nafsu makan menurun
(-), riw. Operasi (-), riw. Post coital bleeding (-).

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Riwayat Obstetrik :
-

Riwayat Ginekologi :
Menarche saat 13 tahun. Siklus haid teratur setiap 28 hari dengan lama haid 3-4
hari. Banyaknya haid 3-4 kali ganti pembalut. Nyeri haid (+) sampai tidak bisa
bekerja.

5
Riwayat KB :
KB implant

Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah 1 kali. Sudah menikah dengan suami selama 30 tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Sosio Ekonomi :


Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami tidak berkerja. Biaya kesehatan
ditanggung oleh BPJS.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 60 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 36,6ᵒc
Berat badan : 52 kg
Tinggi Badan : 150 cm
IMT : 23.1 kg/m2
Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Hiperemis (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Karies (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)

6
Thoraks
Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Tegang, teraba masa kistik campur padat setinggi 3 jari
diatas umbilikus, mobile (+), nyeri tekan (-)
Perkusi : SD (-)
Auskultasi : BU (+) N

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi : fluksus (-), fluor (-), vulva tak
Inspekulo : fluksus (-), vagina tak ,
portio tampak licin, erosi (–), livide (-), OUE tertutup
PD : flukus (-), vulva/vagina tak, portio kenyal, teraba licin,
OUE tertutup, nyeri goyang portio (-)
CUT : sulit dievaluasi.
Adneksa/parametrium bilateral : lemas, teraba pole bawah massa, nyeri(-)
CD : tidak menonjol
RT : TSA cekat, mukosa licin, ampula kosong

PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG : Juni 2019


Hasil USG : Uterus antefleksi Uk = 5x4, 6x2, 6 cm
EL (+)
Tampak massa dengan interval echo berukuran 17,6 cm x 11,04 cm
Papil (+), septa (+)
FF (+)
Kesan : Kista Ovarium Suspek Ganas

EKG : Juni 2019


Dalam Batas Normal

7
Radiologi : 13 Mei 2019
Foto thorax : Dalam batas normal
Scan Abdomen dengan Kontras : Massa kompleks Adneksa, Susp. Ovarium
Serous Cystadenocarcinoma disertai ascites minimal.

Laboratorium 7 juni 2019


HEMATOLOGI
Leukosit : 9300 /uL
Eritrosit : 6.48 10^6/uL
Hemoglobin : 14,3 g/dL
Hematokrit : 47,2 %
Trombosit : 248 10^3/uL
MCH : 22,1 pg
MCHC : 30,3 g/dL
MCV : 72,9 fL

KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu : 82 mg/dL
SGOT : 23 U/L
SGPT : 17 U/L
Ureum Darah : 17 mg/dL
Creatinin Darah : 0.7 mg/dL
Albumin : 4,48 g/dL
Chlorida Darah : 102.6 mEq/L
Kalium Darah : 4,14 mEq/L
Natrium Darah : 138 mEq/L

8
HEMOSTASIS
PT
@Detik
Pasien : 12.4 detik
Kontrol : 13.5 detik
@INR
Pasien : 0,80 detik
Kontrol : 1.30 detik

APPT
Pasien : 26,3detik
Kontrol : 30,2detik

DIAGNOSIS
P1A0 40 tahun dengan Kista Ovarium Suspek Ganas

RENCANA TERAPI
R/ Laparatomi VC (19/06/2019) → MRS

RESUME MASUK
P1A0 40 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 19 juni 2019, jam 07:23
dengan keluhan perut membesar sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit dan
nyeri perut yang dirasakan hilang timbul terutama saat sedang haid. Mual (-),
muntah (-), buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) normal.
Status Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 60 x/m

9
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 36,6ᵒc
Berat badan : 52 kg
Tinggi Badan : 150 cm
IMT : 23,1 kg/m2
Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-)
Hidung : Sekret (-), Hiperemis (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : Karies (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks
Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Tegang, teraba masa kistik campur padat setinggi 3 jari
diatas umbilikus, mobile (+), nyeri tekan (-)
Perkusi : SD (-)
Auskultasi : BU (+) N

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi : fluksus (-), fluor (-), vulva tak
Inspekulo : fluksus (-), vagina tak ,
portio tampak licin, erosi (–), livide (-), OUE tertutup
PD : fluksus (-), vulva/vagina tak, portio kenyal, teraba licin,
OUE tertutup, nyeri goyang portio (-)
CUT : sulit dievaluasi.
Adneksa/parametrium bilateral : lemas, teraba pole bawah massa, nyeri (-)
CD : tak menonjol

10
RT : TSA cekat, mukosa licin, ampula kosong

Follow Up
1. 19 juni 2019 di Irina D Atas
S: perut membesar
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 110/70 mmHg
N: 60 x/m
R: 20 x/m
S: 36,6ᵒc
A: P2A0 60 tahun dengan Kista Ovarium Suspek Ganas
P : R/ Laparatomi VC tanggal 19/05/ 2019

LAPORAN OPERASI
Tanggal Operasi : 20 juni 2019
Jam Operasi dimulai : 07.00 WITA
Jam Operasi selesai : 08.00 WITA
Lama Operasi : 60 menit
Operator : dr. Bismarck J. Laihad, SpOG(K)
Asisten : dr.
Diagnosa pre op : P1A0 40 tahun dengan Kista Ovarium suspek Ganas
Diagnosa post op : P1A0 40 tahun dengan Kistadenoma Ovarium
Musinosum Dextra telah dilakukan
Salpingoovorektomi Dextra.
Tindakan Pembedahan : Salpingoovorektomi Dextra

Uraian Pembedahan :
Penderita tidur telentang diatas meja operasi dengan General Anestesi. Dilakukan
tindakan aseptik dan antiseptik daerah abdomen dan sekitarnya menggunakan
povidone iodine. Abdomen ditutup dengan doek steril kecuali pada lapangan
operasi. Insisi linea mediana inferior, diperdalam lapis demi lapis sampai fascia.

11
Fascia dijepit dengan 2 pinset, digunting lalu diperlebar ke atas dan ke bawah. Otot
disisihkan secara tumpul ke lateral. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset, setelah
yakin tidak ada jaringan usus di bawahnya, digunting kecil diperlebar keatas dan
kebawah. Keluar cairan ascites ± 100 cc, diambil 5 cc → dikirim ke sitologi.
Tampak massa keputihan, memenuhi rongga abdomen, perlengkatan tidak ada.
Eksplorasi massa berasal dari ovarium dekstra. Diputuskan dilakukan
Salpingoovorektomi dekstra. Insisi linea mediana, mesosalping dekstra ditembus
secara tumpul untuk membuat jendela. Ligamentum ovari propium, pangkal tuba,
dan ligamentu infundibulopelvikum dekstra dijepit dengan 3 klem digunting dan
dijahit double ligasi. Kontrol perarahan negatif. Jaringan dikirim untuk
pemeriksaan VC. Hasil VC, kistadenoma musinosum ovarium. Eksplorasi Uterus,
adneksa kiri dalam batas normal. Abdomen dicuci dengan NaCl 0,9%. Kontrol
perdarahan negatif. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum dijahit
secara jelujur dengan Chrome catgut 2/0. Otot dijahit dengan Chrome catgut 2/0
tapper. Fascia dijahit jelujur dengan safill 1. Kulit dijahit subkutikuler dengan
benang safill 2/0. Luka operasi ditutup dengan kassa steril. Operasi selesai.

KU Post Op:
T: 100/60 mmHg, N: 78x/m, R: 20x/m, S: 36,7̊C
Perdarahan : ±200 cc

Diuresis : ±300 cc

Diagnosa PostOp : P1A0 40 tahun dengan Kistadenoma Ovarium Musinosum


Dextra telah dilakukan Salpingoovorektomi Dextra.

12
Sikap : - IVFD RL : D5% = 2:2→ 28gtt/m
- Drips Metronidazol 2 x 500 gr
- Inj. Ceftriaxone 2 gr
- Cek Lab 6 jam post OP
- Paracetamol 3 x 500 gr
- Obsevasi KU dan TTV

Hasil Laboratorium Post Op (06/03/2019)


HEMATOLOGI
Leukosit : 15430 /uL
Eritrosit : 4.41 10^6/uL
Hemoglobin : 12.1 g/dL
Hematokrit : 38.2 %
Trombosit : 222 10^3/uL
MCH : 27,4 pg
MCHC : 31.7 g/dL
MCV : 86.7 fL

20 juni 2019 di Irina D Atas

S: Nyeri post operasi


O: KU : Cukup Kes : CM
T: 120/80 mmHg
N: 80 x/m
R: 20 x/m
S: 36,5ᵒc
Mata: Conj. Anemis -/-
Abdomen: luka operasi terawat, pus(-), perdarahan (-)
A: P1A0 40 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.I)
P : IVFD RL:D5=2:2 → 28 gtt/m
Inj. Ceftriaxone 2gr

13
Drips Metronidazole 2x 500 gr
Kaltrofen Supp 1x2
Observasi KU dan TTV

21 juni 2019 di Irina D Atas


S: Nyeri luka operasi
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 130/80 mmHg
N: 84 x/m
R: 18 x/m
S: 36,1ᵒc
Mata: Conj. Anemis -/-
Abdomen: luka operasi terawat, pus(-), perdarahan (-)
A: P1A0 40 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.II)
P: Aff. Infus + kateter
Cefadroxil 2x500 mg
Metronidazole 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
SF 1x1 tab

22 juni 2019 di Irina D Atas


S: Nyeri luka operasi berkurang
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 130/80 mmHgDZ
N: 88 x/m
R: 20 x/m
S: 36,7ᵒc
Mata: Conj. Anemis -/-
Abdomen: luka operasi terawat, nyeri tekan (-)
A: P1A0 40 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.III)

14
P: Cefadroxil 2x500 mg
Metronidazole 3x500 mg
SF 1x1 tab

23 juni 2019 di Irina D Atas


S: -
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 120/80 mmHg
N: 84 x/m
R: 20 x/m
S: 36,7ᵒc
Mata: Conj. Anemis -/-
Abdomen: luka operasi baik
A: P1A0 40 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.IV)
P: Rawat luka
Rawat Jalan
Cefadroxil 2x500 mg
Metronidazole 3x500 mg
SF 1x1 tab

Edukasi pulang : Segera kembali bila demam, jahitan terbuka, rawat luka
dan personal hygene.

15
BAB III
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai diagnosis dan


penatalaksanaan kista ovarium. Diagnosis kista ovarium ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,kemudian akan dibahas
mengenai penanganan, serta prognosis dari kista ovarium.

A. Tanda dan Gejala Kista Ovarium


Berdasarkan teori, sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala,
atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi ada juga kista yang
berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit
tidak biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya hampir sama
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik dan
kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan pada tubuh untuk mengetahui gejala yang serius.6
Gejala-gejala berikut yang dapat muncul pada kista ovarium seperti, perut
terasa penuh, berat, kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang
air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat
menyebar kepanggul bawah dan paha, nyeri saat bersenggama, mual serta perasaan
ingin muntah.1,7 Pada kasus ditemukan perut yang membesar yang dirasakan pasien
sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit. Selain itu juga pasien mengeluhkan nyeri
perut terutama saat sedang haid. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyebutkan bahwa salah satu gejala pada kista ovarium adalah siklus menstruasi
yang tidak teratur dan sering nyeri.8 Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan
gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Adanya tumor bisa
menyebabkan pembenjolan perut, rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian
bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi
ruptur.7

16
B. Faktor Risiko Kista Ovarium
Selain manifestasi klinis, pada kasus juga ditemukan beberapa faktor risiko
yang berhubungan dengan terjadinya kista ovarium. Faktor risiko berkembangnya
kista ovarium berupa faktor usia, menarche dini, riwayat kista sebelumnya, riwayat
keluarga dengan kista ovarium.9 Faktor usia memiliki peran yang sangat signifikan
dalam menentukan seberapa serius kista yang diderita seorang wanita. 10
Pada kasus ini pasien berusia 36 tahun. Hal ini berhubungan dengan faktor
risiko usia dimana perempuan dengan usia di bawah 40 tahun memiliki risiko
terkena kista jinak yang dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan.
Sedangkan perempuan yang telah mengalami menopause, dengan usia dia atas 40
tahun, memiliki risiko terkena kista yang dapat berkembang menjadi kanker
ovarium.11
Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif. Jarang
sekali di bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun.Kista Ovarium ditemukan pada
hampir semua wanita premenopause dan pada 18% wanita post menopause. Insiden
yang sering terjadi pada wanita usia 30- 54 tahun dan yang paling tinggi adalah
wanita dengan kulit putih.6
Selain itu menurut kepustakaan, orang yang menggunakan kontrasepsi
hormonal risiko terjadinya keganasan ovarium bisa lebih kecil. Karena kanker
ovarium terjadi apabila ovarium aktif mengalami pertumbuhan folikel. Tetapi
dengan menggunakan kontrasepsi hormonal, proses pertumbuhan folikel pada
ovarium dapat ditekan, sehingga risiko terjadi keganasan pada ovarium menurun.12
Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat menggunakan alat kontrasepsi hormonal
yaitu KB implant.

C. Pemeriksaan Fisik Kista Ovarium


Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan masa kistik campur padat
setinggi 3 jari diatas umbilikus, mobile, dan tidak ada nyeri tekan. Sesuai
kepustakaan, kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah

17
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk.1,13

D. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik
saja. Maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista
ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah:
1. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan letak dan batas tumor kistik
atau solid, cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat
diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium. Kista simpleks bentuknya
unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat
internal echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista
fungsioal, kista luteal atau mungkin juga kistadenoma serosa atau kista
inklusi.14
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papil ke dalam
lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma
benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing,
paraovarian dan kista tuba. USG transvaginal dapat memberikan pemeriksaan
morfologi yang jelas dari struktur pelvis. Pemeriksaan ini tidak memerlukan
kandung kemih yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal
untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti
ginjal, hati dan ascites. Pemeriksaan ini memerlukan kandung kemih yang
penuh.14
Pada kasus ini hasil pemeriksaan USG ditemukan massa dengan internal
echo berukuran 17,6 cm x 11,04 cm dengan kesan kista ovarium suspek ganas.
2. CT- Scan Abdomen
Pemeriksaan CT-Scan lebih sensitif daripada pemeriksaan USG,
namun kurang spesifik. Selain itu informasi yang didapatkan untuk
menunjang kista ovarium dengan CT-Scan juga sangat sedikit dan biasanya
tidak dapat menentukan terapi. Pemeriksaan CT-Scan sangat baik

18
digunakan pada kista ovarium yang sudah ruptur karena dapat
menggambarkan perdarahan atau hemoperitoneum. Disamping itu dapat
membedakan penyebab perdarahan akut intra-abdominal dengan ruptur
kista. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk menunjang diagnosis
keganasan dari penyakit ovarium.14
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang Ct-Scan abdomen
dengan kontras. Dan hasil pemeriksaan didapatkan kesan massa kompleks
adneksa, suspek Ovarium Serous Cystadenocarcinoma disertai ascites
minimal.
3. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik spesifik untuk kista ovarium. Tumor
marker spesifik pada keganasan ovarium adalah Ca-125. Cancer antigen 125
(Ca-125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan
karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar Ca-125
ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium.
Terkadang Ca-125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien
sehat.15 Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan tumor marker yaitu Ca-125
dengan hasil yang meningkat yaitu 232,10 U/mL (>35). Dengan demikian
perhitungan RMI(Risk of Malignancy Index) = 696,30 (>200).
Pemeriksaan Beta-HCG, pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal
apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan adanya kehamilan ektopik.
Pemeriksaan darah lengkap, untuk sebuah penyakit keganasan, dapat
diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, Hb, Ht juga dapat
membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain, baik batu
saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding. 16
4. Laparoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui asal tumor dari ovarium atau
tidak, dan menentukan sifat- sifat tumor. Dilakukan dengan cara perut diisi
dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan laparoskop. Melalui
laparoskopi dapat diidentifikasi dan diambil sedikit contoh kista untuk

19
pemeriksaan PA.16 Namun pada pasien ini juga tidak dilakukan laparaskopi.
5. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi,
yang kemudian sampel difiksasi dan diperiksa secara patologi anatomi.16 Pada
pasien ini dilakukan pembedahan laparatomi Vries Coupe (potongan beku),
dimana jaringan kista diambil dan kemudian langsung diperiksa secara patologi
anatomi. Dan hasil pemeriksaan VC pasien ini menunjukkan kistadenoma
ovarii musinosum.

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan apabila ditemukan tanda dan gejala
kista ovarium pada anamnesa, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
ditemukan hal-hal yang telah disebutkan.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kista ovarium terdiri dari tindakan operatif dan non-
operatif. Tindakan non-operatif adalah observasi dan manajemen gejala, jika kista
tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan,
karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua
siklus haid. Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik
seperti penghilang nyeri NSAID.1,2,4 Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan
operatif, yakni dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau
laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami
penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu
bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi setelah
dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi.7
Penatalaksanaan kista pada kasus ini adalah tindakan operatif. Indikasi
tindakan bedah yaitu kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali siklus
menstruasi atau kista yang memiliki ukuran sangat besar, kista yang ditemukan
pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa
dan sampai timbul perdarahan. Pada pasien ini tindakan operatif juga
dipertimbangkan atas dasar keberadaan kista ini sudah mengganggu pasien yakni

20
adanya rasa tidak nyaman pada perut dan nyeri hilang timbul dan dari segi ukuran,
kista ini berukuran besar.

Pada kasus penanganan yang dipilih adalah Laparatomi VC, yaitu


pengambilan jaringan yang kemudian diperiksa Vries Coupe. Hasil dari
pemeriksaan ini didapatkan kistadenoma ovarii musinosum, dan tidak ditemukan
adanya tanda-tanda perlengketan pada saat operasi.
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini muncul sebagai
tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari
mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderita
yang muda. Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali
pada masa prapubertas. Tumor ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan
kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari
seluruh tumor ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40%
dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.16
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala
(lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung
niukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat
mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor ini tidak dapat ditemukan
jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga
dijumpai yang bilateral (8-10%).16
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila
terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan
terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.16
Pemeriksaan mikroskopik: tampak dinding kista dilapisi oleh sel epital torak tinggi
dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan
bersifat odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar,
kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi
multilokuler. Jika terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada
saat operasi), maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga
perut, dan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat
pseudomiksoma peritonei timbul penyakit menahun dengan musin terus bertambah

21
dan menyebabkan banyak perlengketan. Akhirnya penderita meninggal karena
ileus.1,5

Untuk persiapan pra operatif, dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu


periksa darah lengkap, fungsi hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, gula darah,
EKG dan foto toraks. Maksud pemeriksaan ini untuk mengetahui penyakit penyerta
dan untuk mengantisipasi adanya penyulit disaat tindakan anestesi saat operasi dan
pasca operasi.

Pada kasus ini dilakukan Salpingoovorektomi Dekstra, mengingat ukuran


kista yang besar dan dapat membahayakan penderita. Setelah Salpingoovorektomi
Dekstra berhasil dilakukan, kemudian jaringan diperiksa secara patologi anantomi.

Penanganan penderita setelah operasi berupa pemberian antibiotik,


analgesik dan anti perdarahan untuk mencegah timbulnya komplikasi pasca operasi.
Penderita kemudian dipindahkan ke ruangan setelah keadaan umum penderita
cukup pulih. Setelah dirawat selama 4hari pasca operasi tidak ditemukan adanya
komplikasi dan luka operasi baik maka penderita sudah dapat rawat jalan dan
dianjurkan untuk kontrol kembali ke poliklinik ginekologi RSUP Prof. R.D.
Kandou Manado.

F. Komplikasi Kista Ovarium


Kista ovarium yang tidak ditangani dapat membahayakan penderita dan
yang ditakutkan pada kista ovarium selain derajat keganasan yaitu dapat terjadi
ruptur yang bisa menyebabkan perdarahan intra-abdomen dan bisa menyebabkan
syok. Selain itu kista yang ada juga dapat terjadi torsi kista dimana pembuluh darah
menjadi tersumbat, menimbulkan rasa nyeri tajam dan menyebabkan terjadinya
infark jaringan.15 Pada pasien ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda torsio
maupun ruptur kista ovarium.

G. Prognosis

22
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak dapat tumbuh di jaringan
sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah dilakukan operasi, angka
kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.7
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.1
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang
berasal dari kista dermoid memiliki prognosis yang buruk.16
Prognosis pre operasi pada kasus ini adalah dubia ad dubia dimana waktu
pemeriksaan ditemukan adanya massa yang membesar setinggi 3 jari diatas
umbilikus, dan adanya nyeri perut terutama saat sedang haid. Selain itu dari hasil
pemeriksaan USG ditemukan gambaran septa, papil, dan free fluid. Serta hasil
pemeriksaan CT-Scan abdomen dengan kontras menunjukan kesan massa
kompleks adneksa, suspek Ovarium Serous Cystadenocarcinoma disertai ascites
minimal. Operasi yang dilakukan adalah salpingoovorektomi dekstra sehingga
pasien masih mempunyai peluang untuk memiliki anak. Dengan demikian
prognosis post op adalah dubia ad bonam melihat dari keadaan umum dan tanda –
tanda vital post operasi baik.

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus perempuan P1A0 40 tahun dengan kista ovarium
suspek ganas datang ke poliklinik ginekologi untuk rencana operasi Laparatomi
VC. Selama masa pre-operasi tidak ada gangguan hemostasis demikian juga selama
masa post-operasi. Tindakan ini dipilih berdasarkan gejala, ukuran dan lokasi
tumor, umur penderita, fungsi reproduksi dan fertilitas dari penderita, serta terapi
yang tersedia. Setelah dilakukan operasi laparatomi VC, diputuskan untuk
dilakukan tindakan salpingoovorektomi dekstra. Dan hasil pemeriksaan Vries
Coupe didapatkan kistadenoma ovarii musinosum. Pasien kemudian dirawat di
ruangan pemulihan dengan observasi tanda-tanda vital dan dilanjutkan dengan
perawatan di bangsal selama 4 hari.

B. Saran
Diperlukan deteksi serta pengetahuan yang cukup terhadap semua
keganasan penyakit ginekolog iterutama kista ovarium yang kebanyakan ditemukan
pada penderita stadium lanjut. Penyakit ini disebut juga silent killer karena gejala
penyakitnya yang lambat terdeteksi dan kebanyakan diketahui saat kista sudah
membesar. Usaha promosi dan preventif dari setiap petugas kesehatan diperlukan
untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan mencegah terjadinya
kistaovarium. Selain itu diperlukan pemeriksaan tumor marker Ca-125 pada pasien
dengan kista ovarium untuk menentukan adanya keganasan.
Pasien ini dianjurkan untuk kontrol teratur agar luka operasi terawat dan
tidak terjadi infeksi atau komplikasi lainnya. Perubahan fisik, emosi, dan seksual
dapat terjadi setelah tindakan salpingoovorektomi, karena itu pasien dianjurkan
untuk tetap kontrol teratur atau rawat jalan di Poliklinik Ginekologi RSUP Prof.
Kandou setelah pulang dari rumah sakit. Bila luka operasi terbuka atau berdarah,

24
nyeri perut yang hebat dan perdarahan dari jalan lahir maka pasien disarankan untuk
datang ke IGD rumah sakit terdekat.
Kista Oavrium merupakan kompetensi 2 berdasarkan SKDI 2012. Sebagai
dokter umum, lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik penyakit kista
ovarium dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan, Edisi 2. Cetakan ke-5. editor:


Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2007.
2. Bottomley C, Bourne T. Diagnosis and management of ovarian cyst accidents.
Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2009. 23(5):711-24.
3. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. 2006. p.130.
4. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2012.
5. American College of Obstetricians and Gynecologists’Committe on Practice
Bulletins-Gynecology. Practice Bulletin No. 174: Evaluation and Management
of Adnexal Masses. Obstet Gynecol. 2016 Nov. 128 (5): e210-e226.
6. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology
Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills. 2008.
7. Moore, JG. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates. 2011.
8. Qaseem A, Humphrey LL, Harris R, Starkey M, Denberg TD. Screening pelvic
examination in adult women: a clinical practice guideline from the American
College of Physicians. Ann Intern Med. 2014. 161(1):67-72.
9. Eni. 2009. Buku Kanker Ganas Pembunuh wanita. Yogyakarta: ANDI ofset.
10. Evania. 2013. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik. Jogjakarta. D-Medika.
11. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.
12. Jim Baum. Ovarian Pathology. Illustrated Review of obgyn sonography.
Available
from:http://prosono.ieasysite.com/2.2_gyn_pathology_ovary.pdf.Diakses
tanggal 18 Juni 2017.

26
13. Giede. Ovarian cyst in Post-menopausal Women: when to worry. Available
from:http://www.stacommunications.com/journals/cme/2007/%202007/021-
Case%20In-Ovarian%20Cysts.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2017.
14. Vandermeer FQ, Wong-You-Cheong JJ. Imaging of acute pelvic pain. Clin
ObstetGynecol. 2009. 52(1):2-20.
15. Prawirohardjo Sarwono. Tumor Jinak Organ Genital. Ilmu Kandungan. Edisi
ke-3, cetakan kedua. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2014; 284-
5.
16. Dika Sensia Wirandani. 2014. Gangguan Reproduksi Kista Ovarium Di RSUD
dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014. Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Surakarta.

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai