Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian Fitokimia
Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan
atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia. Berarti zat kimia yang
terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena
bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Setiap
tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat yang disebut fitokimia, merupakan
zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma
atau warna pada tumbuhan itu.
Fitokimia merupakan suatu ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik
yang ada pada tumbuhan baik tentang struktur kimia, perubahan dan metabolisme,
biosintesis, fungsi biologis dari senyawa organik dan penyebaran secara alami.
Fitokimia atau disebut dengan fitonutrien, adalah segala jenis zat kimia atau nutrient
yang diturunkan dari tumbuhan, buah-buahan dan sayuran. Fitokimia terdapat pada
senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh dan memiliki efek bagi kesehatan dan memiliki peran aktif bagi pencegahan
penyakit.

B. Metabolisme Primer dan Sekunder


Pada tumbuhan ada dua jenis metabolisme yaitu metabolisme primer dan
sekunder. Proses metabolisme primer menghasilkan senyawa-senyawa yang
digunakan dalam proses biosintesis seperti karbohidrat, protein, lemak dan asam
nukleat. Metabolit primer memiliki fungsi yang esensial dan jelas bagi kelangsungan
hidup organisme penghasilnya. Metabolit primer biasanya digunakan untuk
melakukan sintesis glukosa melalui proses fotosintesis sehingga menghasilkan energi
bagi tumbuhan. Sedangkan proses metabolisme sekunder menghasilkan senyawa
dengan aktivitas biologis tertentu seperti alkaloid, terpenoid, flavonoid, tanin dan
steroid. Senyawa hasil metabolisme diproduksi sebagai benteng pertahanan tumbuhan
dari pengaruh buruk lingkungan atau serangan hama penyakit. Metabolisme sekunder
tidak memiliki fungsi khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Senyawa-senyawa tersebut lebih dibutuhkan untuk eksistensi kelangsungan hidup
tanaman itu di alam (Hanani, 2010 ; Safiudin, 2014).
Pada dasarnya metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alam merupakan
hasil metabolit primer yang mengalami reaksi yang spesifik sehingga menghasilkan
senyawa-senyawa tertentu. Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan hubungan
antara meaabolit primer dengan metabolit sekunder :

Gambar 1. Bagan Hubungan Metabolit primer menjadi metabolit sekunder

C. Alkaloid
Alkaloid merupakan salah satu senyawa organik yang paling banyak ditemukan di
alam bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasanya
berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon, hidrogen, nitrogen dan pada
umumnya mengandung oksigen dalam ilmu kimia analisis dinamakan senyawa
dengan gugus C, H O dan N. Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji,
kayu maupun daun dari tumbuhan dan juga dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan
hasil metabolisme dari tumbuh–tumbuhan dan digunakan sebagai cadangan bagi
sintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari
serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai
efek fisiologis.
1. Sifat alkaloid
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen, jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa
tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar
dengan adanya oksigen. hasil dari reaksi ini sering berupa n-oksida (alkaloid
basa). Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau
anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah
sebabnya senyawa ini biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai
asam organik dan sering ditangani di laboratorium juga sebagai garam dengan
asam hidroklorida dan asam sulfat.
Alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik
lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang
berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Alkaloid
tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, spesies aromatik
berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada
umumnya, alkaloid basa hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Alkaloid garam dan alkaloid
quartener sangat larut dalam air.
2. Biosintesis alkaloid
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi
Mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu
senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap
oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan
dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi yang mendasari pembentukan
alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam
kondensasi hingga terbentuklah alkaloid. Disamping reaksi-reaksi dasar ini,
biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkan
terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Reaksi-reaksi sekunder lain seperti
metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen
menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman
struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal
dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
3. Sistem klasifikasi senyawa alkaloid
Klasifikasi alkaloid, diantaranya yaitu berdasarkan lokasi atom nitrogen di
dalam struktur alkaloid dan berdasarkan asal mula kejadiannya (biosintesis) dan
hubungannya dengan asam amino.
a. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut hegnauer,
dimana alkaloid dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1) Alkaloid sesungguhnya (True alkaloid)
Alkaloid sesungguhnya adalah racun,
senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali
bersifat basa, lazim mengandung nitrogen
dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari
asam amino biasanya kolkhisin dan asam
aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik
dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
Beberapa alkaloid yang termasuk ke dalam alkaloid sejati yaitu karpain (daun
pepaya), nikotin (bunga tembakau), kinin (kulit pohon kina), dan morfin
(getah bunga opium).

Gambar 2. Daun pepaya Gambar 3. Tembakau

Gambar 4. Pohon kina Gambar 5. Opium


2) Alkaloid sederhana (Protoalkaloid)
Protoalkaloid merupakan amin yang
relatif sederhana dimana nitrogen dan
asam amino tidak terdapat dalam cincin
heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh
berdasarkan biosintesis dari asam amino
yang bersifat basa. pengertian ”amin
Struktur kimia meskalin
biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. contohnya adalah meskalin
(kaktus), ephedrin (Ma Huang), betanina (buah bit), dan gerotonina.

Gambar 6. Kaktus peyote Gambar 7. Ma Huang

Gambar 8. Buah Bit


3) Alkaloid semu (Pseudoalkaloid)
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa
biasanya bersifat basa nya rendah. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam
kelas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh konessin) dan purin (contoh
kaffein) (sastrohamidjojo, 1996).
b. Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan menjadi 2 yaitu
heterosiklik dan non heterosiklik :
Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik dimana atom nitrogen terletak
pada cincin karbonnya, yang termasuk pada golongan ini adalah:
1. Alkaloid piridin-piperidin
Mempunyai satu cincin
karbon mengandung 1 atom
nitrogen. Golongan ini dibagi
dalam 4 sub golongan:
 Turunan piperidin merupakan senyawa amida (piperin) berupa kristal
berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-
kelamaan pedas. Senyawa ini termasuk senyawa alkaloid golongan
piridin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri fructus yang
berasal dari tumbuhan Piperis nigri (lada hitam) berguna sebagai
bumbu dapur. Efek farmakologis: Piperin mempunyai daya hambat
enzim prostaglandin sintase sehingga bersifat antiflogistik, piperin juga
berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare, sebagai anti iflamasi,
Antinociceptive.
 Turunan propil-piperidin, meliputi konini yang diperoleh dari Conii
fructus; yang berasal dari tumbuhan Conium maculatum. Efek
farmakologis berguna sebagai antisasmodik dan sedatif.
 Turunan asam nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca
semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu. Efek
Farmakologis nya yaitu sebagai anthelmentikum pada hewan.
 Turunan pirinin dan pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari
Nicoteana folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum
berguna sebagai antiparasit, insektisida, dan antitetanus.

Gambar 9. Piperis nigri Gambar 10. Conium maculatum

Gambar 11. Areca catechu Gambar 12. Nicotiana tobaccum


2. Alkaloid tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (n-ch3).
alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada
pada otak maupun sumsum tulang belakang. Golongan ini dibagi
dalam 3 sub golongan:
 Hiosiamin dan skopolamin, berasal dari tumbuhan Datura
stramonium (kecubung bunga terompet). Tumbuhan ini
mengandung senyawa atropin, hiosiamin dan skopolamin
bersifat antikholinergik yang memberikan efek halusinasi.
Fungsi farmakologis sebagai antispasmodik, sedatif dan obat
lemah syahwat.
 Kokain, senyawa ini berfungsi sebagai analgetik narkotik yang
menstimulasi pusat syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai
antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari daun tumbuhan
Erythroxylum coca. Kokain lebih banyak disalahgunakan (drug
abuse) oleh sebagian orang seperti snow, shabu-shabu, crak
dan sebagainya.
 Atropin, Atropa dari bahasa yunani yaitu terdiri dari kata
“atropos” yang berarti tidak dapat dibengkokkan atau
disalahgunakan, ini disebabkan karena Atropa belladonna
merupakan obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan
kematian. Fungsi farmakologis misalnya saja sebagai cairan
antiseptik untuk dokter sebelum operasi dan obat tetes
mata untuk melebarkan mata dan penangkal racun serangga
atau insektisida.

Gambar 13. Datura stramonium Gambar 14. Erythroxylum coca


Gambar 15. Atropa belladonna
3. Alkaloid purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. susunan inti
heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang tergabung dengan
imidazole. golongan ini dibagi dalam 3 sub golongan:
 Kafeina,senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa
pahit. Alkaloid ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica. Pada
tumbuhan kafein berperan sebagai pestisida alami yang
melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu
yang memakan tanaman tersebut. Farmakologis kafein yaitu
bisa dikonsumsi lewat mulut atau melalui anus untuk
kombinasi dengan obat penghilang rasa sakit
(seperti aspirin dan acetaminophen) dan zat kimia yang
disebut dengan ergotamine untuk mengobati sakit kepala
sebelah (migrain). Kafein juga digunakan dengan obat
penghilang rasa sakit untuk sakit kepala serta untuk mencegah
dan mengobati sakit kepala setelah anestesi epidural
 Teobromina, diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao.
Efek farmakologis : sebagai diuretik dan stimulan sistem saraf
pusat.
Gambar 16. Coffe arabica Gambar 17. Theobroma cacao.

Gambar 18. Aspirin


Tumbuhan yang mengandung alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik dimana,
atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon
pada rantai samping.
1) Alkaloid efedrin (alkaloid amina)
Mengandung 1 atau lebih cincin
karbon dengan atom nitrogen pada salah
satu atom karbon pada rantai samping.
Efedrin adalah alkaloid yang ditemukan
pada tanaman Ma Huang yang berasal dari Struktur kimia efedrin
Cina. Efek farmakologis nya yaitu dapat digunakan untuk obat
asma, sebagai bronkodilator (pelega saluran nafas) karena ia bisa
mengaktifkan reseptor beta adrenergik yang ada di saluran nafas.
2) Alkaloid capsaicin
Capsaicinoid yang
menyebabkan rasa pedas dari
cabai adalah senyawa turunan
dari fenilpropanoid yaitu
capsaicin, dimana senyawa
Struktur kimia capsaicin
capsaicin merupakan capsaicin
primer yang terdapat dalam cabai, diikuti oleh dihidrocapsaicin, dan senyawa
lainnya. Capsaicin terdapat pada plasenta buah, tempat melekatnya biji
(Astawan dan Kasih, 2008). Capsaicin yang merupakan sebuah alkaloid,
digunakan sebagai aditif makanan untuk memberikan rasa pedas dalam
makanan yang diformulasikan. Capsaicin juga digunakan dalam sediaan
farmasi sebagai stimulan pencernaan, gangguan, sebagai anti kanker, anti
artritis dan analgesik.
Gambar 19. Ma Huang Gambar 20. Cabai

Gambar 21. Ephedrine Hcl Gambar 22. Capsaicin cream


D. Flavanoid
Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini
terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam
kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan
merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada
bunga yang dihasilkan. Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid
adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk
menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
Flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada
bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga,
antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang
terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis flavonoida memainkan
peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh serangga. Sejumlah
flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat
tertentu.
Gambar 23. Kerangka C6 – C3 – C6 Flavonoid

1. Sifat Senyawa Flavonoid


Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa
fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan
senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat
larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil
sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida
yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid
mudah larut dalam air.
2. Biosintesis flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada awalnya para
peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan hasil dari fenil
propanoid. Tetapi selama bertahun-tahun diperoleh teori sintesis flavonoid dan
telah dibuktikan di laboratorim. Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua
jalur yaitu jalur poliketida, dan jalur fenilpropanoid. Jalur poliketida ini
merupakan serangkaian reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat.
Sedangkan jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur sikimat C6-C3 (cincin
A).
a. Jalur poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi antara
asetilCoA dengan CO yang akan menghasilan malonat CoA. Setelah itu
malonat CoA akanbereaksi dengan asetil CoA menjadi asetoasetil CoA.
Asetoaseil CoA yang terbentuk akan bereaksi dengan malonatCoA dan reaksi
ini akan berlanjut sehingga membentuk poliasetil. Poliasetil yang terbentuk
akan berkondensasi dan berekasi dengan hasil dari jalur fenilpropanoid akan
membentuk suatu flavonoid. Jenis flavonoid yang terbentuk dipengaruhi dari
bahan fenilpropanoid.
Gambar 24. Jalur biosintesis poliketida
b. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur ini merupakan bagian dari glikolisis tetapi tidak memperoleh
suatu asam piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi ini
melibatkan eritrosa dan fosfoenol piruvat. Asam sikimat yang terbentuk akan
ditransformasikan menjadi suatu asam amino yaitu fenilalanin dan tirosin.
Fenilalanin akan melepas NH3 dan membentuk asam sinamat sedangkan
tirosin akan membentuk senyawa turunan asam sinamat karena adanya
subtitusi pada gugus benzennya.

Gambar 25. Jalur biosintesis fenilpropanoid


3. Klasifikasi Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan
tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid,
dengan struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini
dibentuk dari jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif
biosintesis. Flavonoid banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga),
khususnya tumbuhan berpembuluh. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga,
buah buni dan biji.
Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar
fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang
terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi gugus
kimia pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi dan
glikosilasi. Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang
mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol,
flavanon, antosianin, dan kalkon. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari
beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem
1,3-diarilpropana.
a. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam adalah sebagai
berikut
1. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling
tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan
suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk
dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil atau dengan metilasi.
2. Flavonol
Flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat
dalam berbagai bentuk terhidroksilas. Flavonol paling sering terdapat
sebagai 3-glikosida, dan aglikon flavonol yang umum yaitu kaempferol,
kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan
antiimflamasi, contohnya bawang bombay dan kale. Flavonol lain yang
terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana
dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara
tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya
masih dapat dilakukan.

Gambar 26. Bawang bombay (kuersetin) Gambar 27. Kale


3. Khalkon
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Beberapa khalkon misalnya merein,
koreopsin, stillopsin, lanseolin yang terdapat dalam tanaman, terutama
sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, kebanyakan terdapat dalam
tanaman Heliantheaetribe dan Coreopsidinae.

Gambar 28. Heliantheaetribe Gambar 29. Coreopsidinae


4. Dihidrokhalkon
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa
yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum famili Rosaceae
juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah
lama dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan mengontrol
dan mencegah diabetes contohnya buah apel. Contoh lainnya adalah bunga
mawar yang mngandung senyawa flavonoid yang dapat digunakan sebagai
antioksidan tubuh untuk menetralisir radikal bebas sehingga memperkecil
efek kerusakan pada sel jaringan tubuh. Phlorizin merupakan β-D-glukosida
phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusional
dan asam p-hidroksihidrosinamat. Jika glukosida phlorizin dipecah dengan
alkali dengan cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas
dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.

Gambar 30. Buah apel Gambar 31. Bunga Mawar


5. Flavon
Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau
tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin
A. flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan
penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut
inert. Contoh tumbuhan yang mengandung flavonoid yang tinggi yaitu
seledri (Apium graveolens L.). tanaman seledri diketahui memiliki aktivitas
antioksidan, antiiflamasi, antikalkuli dan antidiare.

Gambar 32. Seledri (Apium graveolens L.)


b. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana.
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa
oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau
tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui
sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon
dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon digolongkan
sebagai senyawa metabolit sekunder. Berbagai potensi senyawa isoflavon
untuk keperluan kesehatan antara lain anti-inflamasi, anti kolesterol anti-
tumor, anti-kanker, anti-virus, anti-alergi, penyakit kardiovaskuler, estrogen
dan Osteoporosis

Gambar 33. Produk dari kacang kedelai

Anda mungkin juga menyukai