Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah dimana individu yang berusia 60 tahun ke atas yang pada
umumya memiliki tanda – tanda terjadinya penurunan fungsi – fungsi biologis,
psikolologis, social, dan kognitif. Proses penuaan penduduk tentunya berdampak
pada berbagai aspek perkembangan, terutama kesehatan, karena dengan semakin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena factor
alamiah maupun karena penyakit.
Fenomena yang terjadi di kota Makassar ini, membuat sebagian masyarakat
tidak mau mengurus kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia. Akhirnya, mereka
menitipkan kedua orang tuanya ke panti jompo sekitar. Alasan yang sering
ditemukan karena mereka terlalu sibuk di pekerjaan sehingga tidak mempunyai
waktu untuk mengasuh orang tuanya. Tak heran di kota – kota besar seperti
Makassar ini berdiri panti – panti khusus mengurusi lansia.
Berdasarkan paparan di atas, maka kami tertarik untuk melakukan observasi
dan wawancara ke Panti Jompo Werdha Theodora untuk mengetahui kondisi lansia
yang berada di panti jompo tersebut dan mengetahui permasalahan – permasalahan
yang terjadi di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi lansia yang berada di Panti Jompo Werdha Theodora ?
2. Bagaimana permasalahan – permasalahan yang ada di di dalam Panti Jompo
Werdha Theodora ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi lansia yang berada di Panti Jompo Werdha Theodora
?
2. Untuk mengetahui permasalahan – permasalahan yang ada di di dalam Panti
Jompo Werdha Theodora
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Lansia
Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (1999)
dalam Wijayanti, 2008 ialah manusia yang berumur di atas usia 60 tahun dan masih
hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas. Usia tua atau sering disebut senescence merupakan suatu periode dari rentang
kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, biasanya
mulai pada usia yang berbeda untuk individu yang berbeda (Papalia, 2001).
Di Indonesia telah disetujui bahwa penduduk lanjut usia adalah mereka yang
berumur 60 tahun keatas. Sesuai Undang-undang nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ada
di muatkan mengenai pengertian lanjut usia yaitu seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun keatas (Menkokesra,2010).
Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia tua, antara lain
(Papalia dkk,2001) :
a. Primary aging, bahwa aging merupakan suatu proses penurunan atau
kerusakan fisik yang terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak
dapat dihindarkan).
b. Secondary Aging, proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse, dan
disuse pada tubuh yang seringkali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh
individu dibandingkan dengan primary aging, misalnya dengan pola makan
yang baik, menjaga kebugaran fisik.

B. Ciri – Ciri Lansia

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980 ; 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang


lanjut usia, yaitu :

1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran.


Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Penurunan Fisik pada anggota tubuh tersebut seperti kulitnya
semakin keriput dan mengkerut sehingga tampak kering. Sudah tidak
mempunyai gigi sehingga merubah bentuk mulut, Pipi mengkerut dan
terlihat longgar. Tumbuh uban pada seluruh rambut dan rambut semakin
menipis. Bahu membungkuk. Tangan menjadi kurus kering dan tampak
hanya tulang saja.
Terjadi penurunan penglihatan pada orang lanjut usia. Pada umumnya
mereka sudah tidak mampu lagi membedakan warna dan tidak dapat melihat
pada jarak jauh, pandangan terlihat kabur. Adanya kecamata cukup
membantu penglihatan.
Orang lanjut usia kehilangan kemampuan untuk mendengar.Sehingga
perlu adanya alat bantu untuk dapat memudahkan komunikasi.Terkadang
kita harus mendekat dengan mereka untuk berkomunikasi dengan jelas.
2. Penurunan mental yang terjadi pada usia lanjut.
Memandang hidup mereka secara keseluruhan dengan ragu-ragu,
suram, putus asa karena adanya anggapan bahwa jika masa lanjut usia adalah
masa dimana terjadi kemunduran, berpenyakitan, tidak menyenangkan.
Ingatan orang berusia lanjut pada umunya lemah dalam mengingat suatu
hal. Terutama hal-hal yang telah lama dipelajari.
Orang yang lanjut usia biasanya bersifat kekanak- kanakan, manja,
cerewet dan bawel, dan ingin selalu diperhatikan.
3. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai
akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut
usia. Adanya stereoitipe bahwa usia lanjut adalah pria dan wanita yang
keadan fisik dan mentalnya loyo, usang, sering pikun, jalnnya membungkuk
dan sulit hidup besama orang lain.
4. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
5. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk
itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C . Perubahan Lanjut Usia
1. Aspek Fisik
Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan
pada usia dewasa akhir, diantaranya adalah :
a. Daerah kepala : Hidung menjulur lemas, bentuk mulut akan berubah
karena hilangnya gigi, mata kelihatan pudar , dagu berlipat dua atau
tiga , kulit berkerut da kering, rambut menipis dan menjadi putih
b. Daerah Tubuh : Bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut
membesar dan tampak membuncit, pinggul tampak menggendor dan
tampak lebih besar , garis pinggang melebar dan payudara pada wanita
akan mengendor
c. Daerah persendian : Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat,
kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol , tangan
menjadi kurus kering, kaki membesar karena otot-otot mengendor, kuku
tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.
2. Aspek Kesehatan
a. Keadaan tubuh: Kadar lemak dalam tubuh meningkat akibat penurunan
aktivitas fisik dan kurang makanan berserat. Daya motorik otot
menurun membuat orang sulit bergerak. Massa tulangpun menurun
karena kondisi tulang mulai rapuh, sementara pertumbuhan tulang
sudah berhenti.
b. Pencernaan: Gangguan pada gigi dan perubahan bentuk rahang
mengakibatkan sulitnya mengunyah makanan. Menurunnya produksi
asam lambung dan enzim pencernaan, mempengaruhi penyerapan
vitamin dan zat-zat lain pada usus. Penurunan perkembangan lapisan
otot pada usus, melemahkan dinding usus, dan menurunkan daya cerna
usus. Fungsi hati yang memproses racun, seperti obat-obatan dan
alkohol pun melemah.
c. Kekebalan tubuh: Akibat berkurangnya kemampuan tubuh
memproduksi antibodi pada masa lansia, sistem kekebalan tubuhpun
menurun. Hal ini membuat lansia rentan terhadap berbagai macam
penyakit.
d. Jantung: Daya pompa jantung menurun karena elastisitas pembuluh
arteri melemah, semua ini akibat perubahan kolagen dan elastin dalam
dinding arteri.
e. Pernafasan: Fungsi paru-paru menurun akibat berkurangnya elastisitas
serabut otot yang mempertahankan pipa kecil dalam paru-paru tetap
terbuka. Penurunan fungsi ini akan lebih berat jika orang bersangkutan
memiliki kebiasaan merokok dan kurang berolahraga.
f. Otak dan syaraf. Menurunnya kemampuan fungsi otak melemahkan daya
ingat. Akibatnya, orang lansia suka sering lupa makan atau minum obat,
yang pada akhirnya akan menimbulkan penyakit.
g. Metabolisme tubuh: Penurunan fungsi hormon dalam tubuh. Penurunan
hormon seks pada wanita terjadi menjelang menopause.
h. Ekskresi: Penurunan aliran darah ke ginjal karena berkurangnya jumlah
nefron, yaitu unit yang berfungsi mengekstrak kotoran dari darah dan
membuangnya ke urine. Hal ini menyebabkan peningkatan volume urine
dan frekuensi pengeluaran urine.
i. Tulang: Pengurangan massa tulang karena pertambahan usia. Hal ini
juga disebabkan kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat Ca (kalsium), jarang berolahraga, menopause dini, dan hilangnya
selera makan (anoreksia).
3. Aspek Kognitif
Setiati, Harimurti & Roosheroe (2006) menyebutkan adanya perubahan
kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan
meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di
otak (menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi
hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi
informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan
mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan
mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai
kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi
dalam pemrosesan informasi (Papalia, Olds & Feldman, 2008). Penurunan
terkait penuaan ditunjukkan dalam kecepatan, memori jangka pendek,
memori kerja dan memori jangka panjang.
4. Aspek Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang
banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002).
Aktif Adaptasi yang berhasil mampu menyesuaikan dengan lingkungan
fisik, diterima orang lain dengan baik (interpersonal) dan taat aturan atau
norma sosialnya. Semakin kurang familiar dengan kondisi lingkungan
tertentu berarti mengalami tekanan lingkungan. Proses penuaan secara
progresif, mengalami berbagai kehilangan sehingga menurunkan partisipasi
sosial Lanjut Usia. (Pastalan, 1982).
5. Aspek Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi
dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia
kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi
(Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi,
ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak
kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional,
keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin
sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang
masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin
sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat
perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan
kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri
dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
BAB III
PENGAMBILAN DATA
A. Identitas Panti Werdha
Nama : Panti Jompo Werdha Theodora atau lebih dikenal dengan nama
“Rumah Theodora”
Berdiri : Panti ini didirikan pada tanggal 22 November 1949
Struktur Organisasi :
Pembina : Ketua : Ny. Lies Pieter Sahetapy
Anggota : Tn. Abraham Noya, Ny. Drg. Netty Nelly Rehatta
Kawulusan, MKes, Ny. Maudy Malik Winckler, Tn.
Archelaus Limpong, Dr. Ny.Marie J. Adam Sampelan

Pengurus : Ketua : Dr. Ny. Lies Radjawane

Wakil Ketua : Sri Hartini Widjaya, S.H.

Sekretaris I : Ir. Helen Adry Irene Sopacua, M.T.

Sekretaris II : Nn. Meike A. H. Lioew

Bendahara I : Dr. Ny. Henny Ratna Tjetjep

Bendahara II : Ny. Meiron C. I. Loppies, S.SPi

Anggota : Dr. Ny. Erlyn Limoa,Sp.KJ, Ny. Brenda Christine R.


Tuhuteru, Ny. Tatiana M. Rieuwpassa, Ny. Larasati Jaory

Pengawas : Ketua : Tn. Albert Manoppo, S.H.,M.H.

Anggota : Ny. Sitske Limowa, S.H., Ny. Jeanette Adeleida P. B.


Kairupan

Kapasitas : 22 orang

Jenis Pelayanan : Pengasramaan, Pemberian Makanan bergizi tiga kali sehari,


Perawatan Kesehatan, Pembinaal, Keagamaan, Hiburan
B. Identitas Lansia
1. Subjek Pertama
a. Identitas Subjek
Nama : Wihelmina Sahertian
TTL : Surabaya, 22 November 1924
Usia : 94 Tahun
Lama di Panti : 12 Tahun
Agama : Kristen
Status : Bercerai pada usia 40 tahun
b. Hasil Observasi
Pada saat wawancara, subjek memakai baju daster lengan pendek
dan panjang sampai betis, bewarna putih dengan corak buah – buahan
dan hewan, Rambut subjek bewarna putih seleher dan memakai bando
bewarna hitam. Gigi subjek sudah kelihatan ompong di bagian depan
atas. Kulit subjek sudah berkeriput, dan kantong mata besar.
c. Kondisi Lansia
 Fisik dan Kesehatan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,pada kulit subjek sudah
mulai mengkerut dan kendur, ini membuktikan terjadinya perubahan sel
– sel yang mulai menurun sehingga membuat kulit tidak kencang lagi.
Tidak hanya kulit yang berubah, gigi subjek sudah terlihat sudah mulai
menghilang dan rambut subjek sudah bewarna putih.
Dalam usianya yang sudah 94 tahun, secara fisik subjek masih
terlihat sehat, terlihat ketika subjek masih bisa berjalan dengan normal
walaupun agak lambat dan tidak gesit dalam beraktivitas. Hal ini juga
didukung oleh hasil wawancara, bahwa subjek masih merasa sehat. Akan
tetapi, subjek masih mempunyai gangguan kesehatan yaitu darah tinggi,
tangan kanannya sudah kebas atau kaku, dan sering merasa pegal – pegal.
Hal ini diakibatkan karena subjek mengalami degenerasi atau penurunan
fungsi – fungsi sel. aat kami menanyakan apakaah subjek sering minum
obat atau pergi ke rumah sakit, subjek menjawab subjek lebih sering
minum air hangat daripada minum obat dan sudah tidak pernah pergi ke
rumah sakit karena sudah ada dokter yang memeriksa subjek.
 Kognitif
Ingatan pada masa lanjut usia mengalami penurunan fungsi kognitif,
termasuk atensi, dan memori. Tetapi dari hasil wawancar, subjek masih
memiliki ingatan yang baik seperti subjek masih mengingat tempat dan
tanggal lahirnya dan subjek masih mengingat alasan subjek bercerai
dengan suaminya. Subjek masih mampu berbicara dengan baik dan
jelas. Pelafalannya terdengar masih jelas.
 Sosial dan Emosi
Subjek mengatakan jika ia masih mengikuti beribadah di Gereja dan
ikut berkumpul dengan jamaah di sana. Dari hasil observasi kami,
subjek masih bercakap dengan lansia dan pengurus yang ada di panti.
Pada saat wawancara, subjek sangat ramah saat menjawab
pertanyaan yang diberikan. Subjek selalu sabar jika sedang bermasalah
dengan salah satu lansia lainnya dan mengajaknya ke kamarnya untuk
menyelesaikan masalah mereka dengan baik.

2. Subjek Kedua
a. Identitas Subjek
Nama : Vincensia Dina
TTL : Rantepao, Toraja. 07 April 1945
Usia : 74 Tahun
Lama di Panti : 11 Tahun
Status : Tidak Menikah
b. Hasil Observasi

Pada saat wawancara, subjek memakai baju daster bewarna coklat


dan merah dan bermotif selutut. Rambut subjek bewarna hitam
keputihan seleher. Subjek memaikai sandal jepit bewarna kuning. Alis
subjek bewarna putih. Gigi subjek ompong di bagian depan atas. Kulit
subjek keriput dan terdapat kantong mata yang besar.

c. Kondisi Lansia
 Fisik dan Kesehatan
Berdasarkan hasil observasi, subjek masih bisa berjalan dan
bergerak dengan gesit. Kulit subjek masih terlihat kencang
walaupun sudah mulai muncul keriput. Rambut subjek sudah mulai
beruban, ini terlihat warna subjek belum sepenuhnya bewarna putih.
Penglihatan subjek sudah berkurang. Subjek memakai kacamata
jika ingin membaca buku atau koran. Subjek masih bisa mendengar
dengan jelas. Gigi subjek sudah mulai hilang, khususnya di bagian
depan atas.
Subjek masih merasa sehat. Tidak memiliki penyakit yang
berbahaya. Subjek cuman memiliki penyakit darah tinggi. Hal ini
diakibatkan karena subjek masih sering berolahraga ringan di pagi
hari. Subjek juga tidak meminum obat – obatan dan rutin diperiksa
dengan dokter yang disiapkan di panti.
 Kognitif
Subjek masih memiliki ingatan yang baik. Subjek masih
mengigat ketika dia bekerja di Freeport, tanggal berapa ke
Makassar, dan masih mengingat perasaan ketika pertama kali subjek
ketika berada di panti. Subjek masih bisa berbicara dengan jelas
walaupun volume suaranya kecil, dan pelafalannya masih terdengar
jelas.
 Sosial dan Emosi
Subjek mengatakan jika dia sudah tidak mengikuti perkumpulan
organisasi mana pun. Subjek masih mengikuti kegiatan beribadah
dan masih berkumpul dengan jamaahnya dan cepat akrab jika
berasal dari satu daerah. Subjek masih ikut berkumpul dengan
teman – temannya yang berada di Makassar.
Sama dengan subjek yang pertama, subjek ramah saat menjawab
pertanyaan dari kami. Subjek merasa senang tinggal di panti karena
bisa berteman dengan lansia – lansia yang lainnya.
3. Subjek Ketiga
a. Identitas Subjek
Nama : Tjhai Tyhai
Usia : 73 Tahun
Lama di Panti : 7 tahun
Status : Tidak Menikah
b. Hasil Observasi
Subjek memakai daster berwarna ungu bermotif batik, sandal
jepit bewarna ungu, dan memegang kertas sebagai alat kipas. Rambut
subjek sudah mulai beruban tetapi belum terlalu banyak. Badan subjek
terlihat kurus dan agak bungkuk. Gigi subjek sudah mulai terlihat
ompong. Kulit subjek keriput.
c. Kondisi Lansia
 Fisik dan Kesehatan
Rambut subjek sudah mulai beruban, dan kulitnya sudah mulai
keriput. Gigi subjek sudah terlihat ompong. Hal ini membuktikan
terjadinya perubahan fungsi sel – sel yang mulai menurun. Badan
subjek mulai bungkuk, hal ini karena tulang punggung subjek
sedikit bengkok dikarenakan sering mengangkat barang – barang
ketika muda.
Kesehatan subjek mulai menurun, subjek sering merasa sakit
punggung, karena tulang puggungnya yang bengkok. Subjek juga
merasa sudah tidak kuat untuk berdiri lama, hal ini sesuai dengan
ciri – ciri lansia yang berada di buku Santrock, 1995 jika tulang
lansia sudah mulai rapuh (Osteoporosis) dan mulai membungkuk.
Subjek sering minum obat dikarenakan hal tersebut. Pendengaran
subjek juga berkurang.
 Kognitif
Ingatan subjek pada usia 73 tahun masih bagus. Subjek masih
mengingat dan menceritakan masa kecilnya dan keadaan orang
tuanya pada saat itu.
 Sosial dan Emosi
Subjek masih mengikuti ibadah setiap hari minggu bersama
dengan lansia lainnya. Subjek hanya sering bercengkrama dengan
orang – orang yang berada di panti. Subjek hanya pergi keluar
berbelanja jika ada keperluan.
Subjek merasa senang berada di panti karena subjek merasa
tidak perlu lagi mencari pekerjaan ketika berada di dalam panti.
4. Subjek Keempat
a. Identitas Subjek
Nama : Susilia
Usia : 75 Tahun
Lama di Panti : 10 tahun
Asal : Makassar
Status : Menikah
b. Hasil Observasi
Subjek memakai baju daster bewarna kuning bermotif, dan
sandal jepit bewarna biru. Rambut subjek mulai beruban dan rontok.
Subjek memiliki kulit yang keriput, dan perut agak membuncit. Subjek
kurang bisa mendengae dan melihat.
c. Kondisi Lansia
 Fisik dan Kesehatan
Dari hasil observasi, terlihat subjek sudah mulai memiliki kulit
yang keriput dan rambut subjek sudah mulai beruban. Hal ini
diakibaatkan dengan menurunnya produksi melanin yang
merupakan agen pigmen (Papalia, dkk, 2008). Pendengaran dan
penglihatan subjek mulai menurun.
Dari hasil wawancara, subjek merasa masih sehat dan hanya
mempunyai darah tinggi. Akan tetapi, subjek sering minum obat
sakit tulang dan mengonsumsi vitamin.
 Kognitif
Subjek masih bisa mengingat dengan baik. Dari hasil
wawancara, subjek masih bisa mengigat umur dan tahun pertaama
kali tinggal di panti. Subjek juga masih bisa mengingat dan
menceritakan pekerjaan subjek sebelum tinggal di panti.
 Sosial dan Emosi
Subjek sudah tidak pernah keluar dari panti. Dari hasil
wawancara, subjek hanya menonton tv selama berada di panti.
Teman – teman subjek yang dari gerjea datang untuk menjenguk
subjek di panti karena subjek sudah jarang melakukan ibadah di
gereja.
Subjek merasa senang berada di panti karena merasa panti sama
dengan suasana rumah subjek. Subjek masuk ke panti atas
kemauannya sendiri.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan, rata – rata
lansia yang berada di Panti Werdha Theodora masih memiliki fisik yang kuat dan
hanya mengalami darah tinggi dan nyeri otot. Kulit sudah berkeriput dan kendur.
Rambut sudah mulai bewarna putih. Penglihatan dan pendengaran para lansia pun
masih baik.
Para lansia yang berada di Panti Werdha Theodora masih mengikuti kegiatan
beribadah yang disiapkan oleh pihak panti pada setiap hari minggu. Di gereja,
mereka bertemu dan berkumpul dengan teman – teman mereka. Rata – rata para
lansia ini juga masih mengikut acara perkumpulan di luar kegiatan gereja.
Para lansia juga ramah saat kami melakukan sesi wawancara. Rata – rata para
lansia juga memiliki ingatan yang baik.
B. Saran
Sebaiknya pihak panti lebih memperhatikan para lansia yang berada di dalam
panti dengan memeriksa para lansia setiap hari bukan hanya di hari tertentu saja.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Hurlock,E.B. (2002). Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga.
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan . Jakarta : Kencana.
Mubin & Cahyadi, Ani . (2006). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Quantum
Teaching.
Papalia, D.E, Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2011). Human Development (Psikologi
Perkembangan) edisi kesembilan. Jakarta : Kencana.
Santrock, John W. (1995). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jilid
II. Jakarta: Erlangga.
Wijayanti, (2008). Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia Terhadap Kondisi Sosial
Lansia di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari. Jurnal
Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman Vol. 7 No. 1.
LAMPIRAN

(Susunan Struktur Organisasi Panti)

(Pada saat wawancara)


(Pada saat wawancara)

(Foto dengan Lansia yang berada di Panti)

Anda mungkin juga menyukai