Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Dosen

1.1 Definisi Dosen

Menurut Undang-undang Nomor 14 (2005 dalam Dikti, 2010) mengenai

Guru dan Dosen dijelaskan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan

dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat. Dosen yang profesional adalah dosen yang

menjalankan tugasnya. Pada bagian kedua mengenai hak dan kewajiban pasal 60

(c), bahwa dosen berkewajiban untuk meningkatkan dan mengembangkan

kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal tersebut menunjukkan

bahwa dosen memiliki peran strategis dalam pengembangan pendidikan termasuk

untuk mengembangkan model pembelajaran interprofesi.

2. IPE

2.1 Definisi IPE

Menurut CAIPE (2002), IPE adalah dua atau lebih profesi belajar dengan,

dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas

pelayanan. IPE merupakan pendekatan proses pendidikan dua atau lebih disiplin

ilmu yang berbeda berkolaborasi dalam proses belajar-mengajar dengan tujuan

untuk membina interdisipliner/interaksi interprofesional yang meningkatkan

6
Universitas Sumatera Utara
7

praktik disiplin masing-masing (ACCP, 2009). IPE terjadi ketika dua atau lebih

mahasiswa profesi kesehatan yang berbeda melaksanakan pembelajaran interaktif

bersama dengan tujuan untuk meningkatkan kolaborasi interprofesional dan

meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan pasien.

WHO (2010) menyatakan bahwa banyak sistem kesehatan di negara-negara

di dunia yang sangat terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan

masalah kesehatan di negara itu sendiri. Hal ini kemudian disadari karena

permasalahan kesehatan sebenarnya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan,

dan untuk dapat memecahkan satu persatu permasalahan tersebut atau untuk

meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri, tidak dapat dilakukan hanya dengan

sistem uniprofessional. Kontribusi berbagi disiplin ilmu ternyata memberi dampak

positif dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan.

2.2 Tujuan IPE

Secara umum IPE bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk lebih mengenal

peran profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa akan mampu

untuk berkolaborasi dengan baik saat proses perawatan pasien. Proses perawatan

pasien secara interprofessional akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

dan meningkatkan kepuasan pasien (Tim CFHC-IPE, 2013). Menurut Cooper

(2001 dalam Fauziah, 2010) tujuan pelaksanaan IPE antara lain: 1) meningkatkan

pemahaman interdisipliner dan meningkatkan kerjasama; 2) membina kerjasama

yang kompeten; 3) membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien; 4)

meningkatkan kualitas perawatan pasien yang komprehensif. WHO (2010) juga

menekankan pentingnya penerapan kurikulum IPE dalam meningkatkan hasil

perawatan pasien.
Universitas Sumatera Utara
8

Gambar berikut menunjukkan bahwa IPE merupakan langkah yang sangat

penting untuk dapat menciptakan kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan

profesional sehingga dapat meningkatkan hasil perawatan.

Gambar 2.1 Sistem Pendidikan Kesehatan

Gambar 2.1 memperlihatkan bagaimana IPE memegang peranan penting yaitu

sebagai jembatan agar di suatu negara collaborative practice dapat dilaksanakan.

IPE berdampak pada peningkatan pemahaman tentang peran, tanggung jawab, dan

untuk mengarahkan siswa agar dapat berpikir kritis dan menumbuhkan sikap

profesional (Yuniawan, 2013).

WHO (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang dampak dari

penerapan collaborative practice dalam dunia kesehatan. Hasil dari penelitian

ternyata sangat menjanjikan bukan hanya bagi negara terkait, namun juga apabila

digunakan di negara-negara lain. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa

collaborative practice dapat meningkatkan 1) keterjangkauan serta koordinasi

layanan kesehatan, 2) penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, 3)

outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan 4) pelayanan serta keselamatan


Universitas Sumatera Utara
9

pasien. Disamping itu, collaborative practice dapat menurunkan 1) total

komplikasi yang dialami pasien, 2) jangka waktu rawat inap, 3) ketegangan dan

konflik di antara pemberi layanan (caregivers), 4) biaya rumah sakit, 5) rata-rata

clinical error, dan 6) rata-rata jumlah kematian pasien.

Thistlethwaite dan Monica (2010 dalam Yuniawan, 2013), proses IPE

membentuk proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai kemudian

menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan yang

berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan kualitas

kesehatan. IPE harus menjadi bagian dari partisipasi dosen dan mahasiswa

terhadap sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan. Dosen dan mahasiswa

merupakan elemen penting dalam IPE serta modal awal untuk terjadinya

collaborative practice di suatu negara. Oleh karena itu, sebagai sesuatu hal yang

baru, IPE haruslah pertama-tama dipahami konsep dan manfaatnya oleh para

dosen yang mengajar mahasiswa agar termotivasi untuk mewujudkan IPE dalam

proses pendidikannya (Yuniawan, 2013).

Secara umum IPE mengandung beberapa elemen berikut, yang setidaknya

harus dimiliki agar konsep pembelajaran ini dapat dilaksanakan dalam pendidikan

profesi kesehatan di Indonesia yaitu kolaborasi, komunikasi yang saling

menghormati, refleksi, penerapan pengetahuan dan keterampilan, dan pengalaman

dalam tim interprofesional. Konsep inilah yang seharusnya ditanamkan oleh dosen

kepada mahasiswa sejak awal proses pendidikan. Untuk mampu terlibat dalam

IPE dalam pendidikan kesehatan di Indonesia, dosen setidaknya memahami

elemen-elemen yang diperlukan dalam pelaksanaan IPE sehingga mampu

membekali dirinya dengan elemen-elemen tersebut (HPEQ-Project, 2011).


Universitas Sumatera Utara
10

2.3 Aplikasi Konsep Kurikulum IPE

Kurikulum IPE tidak dapat dipisahkan dari bagian kolaborasi

interprofesional. Interprofessional education dapat meningkatkan kompetensi

tenaga kesehatan terhadap praktik kolaborasi. Kompetensi tersebut meliputi

pengetahuan, sklill, attitute dan perilaku terhadap kolaborasi interprofesi. Hal

tersebut akan membuat tenaga kesehatan lebih mengutamakan bekerjasama dalam

melakukan perawatan pada pasien ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 2.2 Aplikasi Konsep Kurikulum IPE (ACCP, 2009)

2.4 Kompetensi IPE

Proses pembelajaran IPE membutuhkan pengajar (dosen) yang memiliki

kompetensi pembelajaran IPE. Freeth et al., (2005) mengungkapkan kompetensi

dosen atau fasilitator IPE antara lain adalah 1) sebuah komitmen terhadap

pembelajaran dan praktik interprofesional, 2) kepercayaan dalam hubungan pada


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai