Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat di Madinah pada 11 H (632 M), tugas
keagamaan dan kenegaraan diteruskan oleh para penggantinya yaitu empat sahabat
terdekat, baik melalui hubungan darah ataupun melalui perkawinan, untuk
menggantikan pemimpin kaum muslimin. Keempat khalifah ini dalam sejarah Islam
dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
3. Agar dapat mengetahui bagaimana peradaban islam pada masa kepimpinan
Abu Bakar Ash-Shidiq.
4. Agar dapat menambah wawasan seputar pencapaian apa saja yang telah diraih
Abu Bakar Ash-Shidiq selama masa kemimpinannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Abu Bakar Ash-Shiddiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi
Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taimi Al-Quraisyi). Abu Bakar Ash-
Shidiq lahir pada 573 M dan wafat pada 23 Agustus 634 M/ 21 Jumadil Akhir 13 H).
Dirinya dilahirkan dalam keluarga bangsawan dan terhormat dari Mekkah. Ayahnya
bernama Utsman (Abu Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin
Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama
Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah [Jamil,
1984:16-17].
Selain sebagai sahabat rasulullah SAW, Abu Bakar juga ayah dari Aisyah-istri
Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah artinya
“hamba Ka’bah”, yang kemudian diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah artinya
“hamba Allah”. Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya
“yang berkata benar”. Sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Ash-
Shiddiq[Nasution, 2000:37].
Pernikahan pertama Abu Bakar adalah dengan Kutailah binti Abdul Uza.
Pernikahan ini membuahkan keturunan Abdullah dan Asma. Lalu pernikahannya
dengan Ummu Ruman binti Uwaimir, Abu Bakar memperoleh dua orang anak, yaitu
Abdurrahman dan Aisyah. Ketika berada di Madinah, Abu Bakar menikah dengan
Habibah binti Kharijah serta Asma Binti Umais. Dari istrinya yang terakhir ini, Abu
Bakar dikaruniai seorang anak, yaitu Muhammad [Shalaby, 1970:23].
Abu Bakar merupakan salah satu orang yang pertama kali masuk Islam
(assabiqunal awwalun) ketika islam mulai didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk
mempercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW [Jamil, 1984:12].
Dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
Setelah masuk Islam, ia tidak segan menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya
untuk islam. Dia pernah membela Rasulullah tatkala beliau disakiti oleh kaum
Quraisy, menemani Rasulullah Hijrah, membantu kaum yang lemah
3
dan memerdekakannya (seperti terhadap Bilal), dan setia dalam setiap peperangan.
Selain itu, Karena pergaulannya yang luas ditambah dengan sifat ramahnya, Abu
Bakar mampu mengajak beberapa orang masuk Islam. Mereka antara lain
Abdurrahman ibn Auf, Utsman ibn Affan, Thalhah ibn Ubaidillah, Sa’ad ibn
Waqqash dan Zubair ibn Awwam.
Sesudah Rasulullah wafat, kaum Ansar menghendaki agar orang yang akan jadi
Khalifah dipilih dari kalangan mereka. Oleh karena itu, Ali bin Abi Thalib
menginginkan agar beliaulah yang diangkat menjadi Khalifah. Hal ini berdasarkan
kedudukan beliau dalam Islam, apalagi beliau adalah menantu dan sahabat Rasulullah
SAW. Tetapi sebagian besar dari kaum muslimin menghendaki Abu bakar Ash-
Shiddiq yang menempati posisi tersebut. Maka dipilihlah beliau menjadi khalifah
sesuai dengan hasil keputusan suara terbanyak dalam musyawarah yang berlangsung
demokratis.
Abu Bakar Ash-Shiddiq dipilih karena sifat dan kedudukannya di sisi Rasulullah
SAW, bukan karena keluarganya atau kefanatikan terhadap sukunya. Abu Bakar
tidak pernah meminta agar dirinya dicalonkan apalagi dipilih. Bahkan ia mencalonkan
Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarraah agar kaum muslimin memilih salah
satu dari keduanya.
Abu Bakar adalah sahabat setia Rasulullah SAW. Ia mengikuti agama Nabi
Muhammad SAW. pada saat terjadinya penentangan yang sengit dan dirinya selalu
siap menghadapi segala macam kesulitan serta kekerasan demi tujuan islam. Rahasia
kekuatannya adalah keyakinan kepada Nabi Muhammad SAW. “Jangan menyebut
aku Khalifah Allah”, kata Abu Bakar, “Tetapi sebutlah aku Khalifah Nabi
Allah”[Nasution, 2000:49-50].
Abu Bakar adalah khalifah yang pertama kali mengusahakan terhimpunnya ayat
suci Al-Qur’an ke dalam satu jilid. Dialah yang menyerahkan semua harta
4
kekayaannya untuk kepentingan umat, bahkan jauh sebelum dirinya masuk agama
islam.
Abu Bakar bersimpati kepada orang miskin dan sengsara agar dapat membantu
orang yang menderita dan dapat membebaskan penderitaan orang yang melarat.
Dirinya terbiasa meronda pada malam hari dan mencurahkan seluruh tenaganya untuk
mengelola negaranya demi kebaikan para warganya. Kesetiannya terhadap prinsip
islam, dan kesederhanaannya dalam kehidupan merupakan ciri utama akhlaqnya. Abu
Bakar merupakan perwujudan yang benar dari jiwa Islam. Rajin, arif, bijaksana dan
jujur merupakan sifat Abu Bakar yang pantas diteladani.
5
3. Pembinaan Bidang Perekonomian (Keuangan)
Urusan keuangan dipegang oleh Abu Ubaidah Amir bin Jarrah yang
mendapatkan julukan dari Rasulullah SAW yaitu “Orang kepercayaan Ummat”.
Menurut keterangan Al-Mukri bahwa yang mula-mula membentuk kas Negara
atau Baitul Mal adalah Abu Bakar dan urusannya diserahkan kepada Abu
Ubaidah Amir bin Jarrah. Kantor Baitul Mal mula-mula terletak di kota Sunuh-
tidak jauh dari Masjid Nabawi dan tidak pernah di kawal. Tetapi boleh di katakan
bahwa kas itu selalu kosong karena seluruh pembendaharaan yang datang
langsung di bagi-bagi dan dipergunakan menurut perencanannya.
6
mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat intern [Said
bin al Qathani, 1994:166-167].
b) Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan yang merajalela pada masa itu. Hal
ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat,
maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus. Adapun orang murtad
pada waktu itu ada dua yaitu :
1.) Mereka yang mengaku sebagai nabi dan pengikutnya, termasuk di
dalamnya orang yang meninggalkan sholat, zakat dan kembali
melakukan kebiasaan jahiliyah.
2.) Mereka yang membedakan kewajiban antara sholat dan zakat, tidak
mau mengakui kewajiban zakat dan mengeluarkannya. Dalam
menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini, Abu Bakar tetap pada
prinsipnya yaitu memerangi mereka sampai tuntas.
7
2. Amanat Baitul Mal
Para sahabat Nabi beranggapan bahwa Baitul Mal adalah amanat Allah
SWT. dan masyarakat kaum muslimin. Karena itu mereka tidak mengizinkan
pemasukan sesuatu kedalamnya dan pengeluaran sesuatu darinya yang
berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syari’at. Mereka
mengharamkan tindakan penguasa yang menggunakan Baitul Mal untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi.
3. Kekuasaan Undang-undang
Abu Bakar tidak pernah menempatkan diri beliau diatas undang-undang.
Beliau juga tidak pernah memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang
lebih tinggi dari undang-undang. Mereka dihadapan undang-undang adalah
sama seperti rakyat yang lain, baik kaum muslim maupun non muslim.
Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang
lebih dua tahun, antara lain:
1. Perbaikan sosial (masyarakat)
Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk menciptakan
stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari para
penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan
membayar zakat).
8
3. Pengumpulan Ayat-Ayat Al Qur’an
Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an
adalah atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan
Al Qur’an setelah para sahabat yang hafal Al Qur’an banyak yang gugur dalam
peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu.
Alasan lain karena ayat-ayat Al Qur’an banyak berserakan ada yang ditulis
pada daun, kulit kayu, tulang dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan mudah rusak
dan hilang.Atas usul Umar bin Khattab tersebut pada awalnya Abu Bakar agak
berat melaksanakan tugas tersebut, karena belum pemah dilaksanakan pada masa
Nabi Muhammad SAW. Namun karena alasan Umar yang rasional yaitu
banyaknya sahabat penghafal Al Qur’an yang gugur di medan pertempuran dan
dikhawatirkan akan habis seluruhnya, akhirnya Abu Bakar menyetujuinya.
Selanjutnya menugaskan kepada Zaid bin Sabit, penulis wahyu pada masa
Rasulullah SAW, untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu.
Abu Bakar merasa bahwa kematiannya telah dekat dan sakitnya semakin parah
sehingga beliau ingin memberikan kekhalifahan kepada seseorang. Dengan harapan
manusia tidak akan banyak terlibat konflik, maka jatuhlah pilihannya kepada Umar
bin Khattab. Sebelumnya beliau meminta pertimbangan-pertimbangan sahabat senior.
Mereka semua mendukung pilihan Abu Bakar. Beliau menulis wasiat untuk
penyerahan kepemimpinan tersebut, lalu menunjuk Umar. Beberapa hari setelah itu,
Abu Bakar Ash-Shiddiq meninggal dunia setelah sakit selama lima belas hari.
9
Sebelum wafatnya, Abu Bakar memanggil Utsman dan mendiktekan teks perintah
yang menunjuk Umar sebagai penggantinya. Beliau meninggal dunia pada hari Senin
tanggal 23 Agustus 624 M. Sholat jenazah dipimpin oleh Umar dan beliau
dimakamkan di rumah Aisyah, di samping makan Nabi Muhammad SAW. Beliau
berusia 63 tahun ketika meninggal dunia dan kekhalifahannya berlangsung selama 2
tahun 3 bulan 11 hari[Jamil, 1984:120].
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan keramahan dan kelembutannya Abu Bakar menerima ajakan dan ajaran
Nabi Muhammad SAW dan bisa mengajak beberapa temannya untuk memeluk Islam.
Peran Abu Bakar dalam sejarah peradaban sangatlah menentukan, sebab saat-saat
itulah sejarah memasuki masa transisi dari kepemimpinan seorang Rasul ke tangan
manusia biasa. Disinilah letak spesifikasi Abu Bakar yang tak bisa disamai oleh
pemeran sejarah lainnya.
Dengan ciri khasnya yang cerdas dan berkepribadian lembut, Abu Bakar menjadi
“Pemeran” paling tepat dalam menghadapi periode kepemimpinan umat sepeninggal
Rasulullah SAW, dimana periode ini bisa dikatakan sangat sulit dan rumit.
11
DAFTAR PUSTAKA
Jamil, Ahmad, Biografi Abu Bakar Ash-shiddiq, Qishti Press, Jakarta : 1984
Thaha, Haji Nashruddin, Pemerintahan Abu Bakar, Mutiara Jakarta, Jakarta : 1979
Shalaby, Ahmad dkk, Sejarah Dan kebudayaan Islam, Pustaka Nasional,Singapura : 1970
http://www.sejarah-peradaban-islam.html
12
LAMPIRAN
13