Abstract: Along with the times, cultural values have changed. This can be seen from the manifestations of
people's behavior in various matters in daily life, including the architecture of the house or residence. This
proves that the development of architecture is the desire (desire) of human beings towards a better direction.
They mention that architecture is a product of human adaptation or response to the development of culture,
economy, environment and architectural style. This can be seen with the emergence of contemporary
architectural designs in homes living not only in urban areas but also in rural areas. As stated that architecture
is a complex process of human development, along with changing various factors such as the level of
education, economics, natural environment, the style and appearance of architecture symbolizes a person's
status from various things. The symbols that indicate changes in values in society are applied in the design of a
building that is unique and unique that distinguishes the design that surrounds it. In addition, changes in
Indonesian society from agrarian societies into industrial communities have contributed to changes in people's
lifestyles which are manifested in various things including cultural architecture design. In the case of Indonesian
society, changes in cultural values also have an impact on the appreciation of traditional values in architectural
buildings in Indonesia, such as examples of how cultural values and architecture affect each other in the
community in Surabaya. In the Surabaya community, many building designs have left a cultural pattern that is
still thick with local wisdom based on a combination of Middle Eastern Cultural Value and Javanese Culture.
"Muhammad Cheng Ho Mosque". It is a building characterized by cultural heritage of the Chinese Islamic
Empire which at that time entered the Surabaya area to spread Islam. The Cheng Ho Mosque building from
time to time remained firmly in the same concept despite having undergone repeated renovations. This case
study reviews the Cultural Architecture approach to the Cheng Ho Mosque building on Contemporary
Architecture. Reviewing in terms of design, material structure, geometric formation and ornamentation, roof
formation and relationship with nature. In reviewing this case study it will produce differences and interactions
between the Cultural Architecture approach to Contemporary Architecture.
Abstrak: Seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai budaya pun mengalami perubahan. Hal ini dapat
dilihat dari manifestasi perilaku masyarakat dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dengan
arsitektur rumah atau tempat tinggal. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan arsitektur merupakan
keinginan (hasrat) manusia ke arah yang lebih baik. Mereka menyebutkan arsitektur merupakan sebuah produk
hasil adaptasi atau respon umat manusia terhadap perkembangan budaya, ekonomi, lingkungan, dan gaya
arsitektur. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya desain arsitektur masa kini pada rumah-rumah tinggal tidak
saja pada kawasan perkotaan tetapi juga pada daerah-daerah perdesaan. Sebagaimana yang disebutkan
bahwa arsitektur merupakan sebuah proses yang kompleks dari perkembangan umat manusia, seiring dengan
berubahnya berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, ekonomi, lingkungan alam maka gaya serta penampilan
2
arsitektur menjadi simbol meningkatnya status seseorang dari berbagai hal. Simbol-simbol yang menandakan
terjadinya perubahan-perubahan nilai-nilai dalam masyarakat ini diterapkan dalam desain suatu bangunan yang
khas serta unik yang membedakan dengan desain yang ada di sekitarnya. Selain itu perubahan masyarakat
Indonesia dari masyarakat agraris ke dalam komunitas industrial turut menyumbang perubahan gaya hidup
masyarakat yang diwujudkan dalam berbagai hal termasuk di dalamnya desain arsitektur budaya. Dalam
contoh kasus masyarakat Indonesia, perubahan nilai budaya juga memberikan dampak dalam apresiasi
terhadap nilai-nilai tradisional dalam bangunan arsitektur dalam masyarakat di Indonesia seperti contoh
bagaimana nilai budaya dan arsitektur saling mempengaruhi pada masyarakat di Surabaya. Pada masyarakat
Surabaya, beberapa desain bangunan banyak meninggalkan corak budaya yang masih kental kearifan lokalnya
berdasarkan perpaduan Nilai Budaya Timur Tengah dan Budaya Jawa. “Masjid Muhammad Cheng Ho”.
Merupakan bangunan bercorak budaya peninggalan Kerajaan Islam Tionghoa yang pada saat itu masuk ke
wilayah Surabaya untuk menyebarkan agama islam. Bangunan Masjid Cheng Ho dari masa ke masa tetap
beridiri kokoh pada konsep yang sama walaupun pernah mengalami renovasi berulang kali. Studi kasus ini
meninjau pendekatan Arsitektur Budaya pada bangunan Masjid Cheng Ho terhadap Arsitektur Kontemporer.
Meninjau dari segi desai konsep, Material Struktur, bentukan geometri dan ornamentasi, Bentukan atap serta
keterkaitan hubungan dengan alam. Dalam peninjauan studi kasus ini akan menghasilkan perbedaan dan
interaksi pendekatan Arsitektur Budaya terhadap Arsitektur Kontemporer.
Kata Kunci : Sejarah dan Budaya, Masjid Cheng Ho Surabaya, Kontemporer
1. PENDAHULUAN
Pandangan Hidup dan Lingkungan Alam dan
Indonesia merupakan negara yang dapat dikatakan
Etos Sosial
sebagai negara yang kaya akan budayanya. Dengan
mimiliki keragaman budaya yang beraneka ragam
dan ciri khas suatu daerah nya Indonesia dapat
digunakan sebagai penambah indahnya khasanah Kebudayaan
sebuah negara. Suatu budaya terlahir karena adanya
berbagai macam peristiwa yang terjadi yang
menghasilkan banyak macam budaya di Indonesia. Kebutuhan
Pengertian kebudayaan ialah suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke Perilaku
generasi. Budaya Indonesia terbentuk dari banyak
unsur. Unsur tersebut ialah agama, politik, adat Gambar 1.1 Skema Hubungan Arsitektur dan
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan Kebudayaan
karya seni. Kebudayaan sangat erat hubunganya
dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat Karya arsitektur akan selalu mencerminkan ciri
dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang budaya dari kelompok menusia yang terlibat dalam
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. proses penciptaannya. Sekurang-kurangnya akan
tercermin tata nilai yang mereka anut. Dengan
Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi demikian kalau kita secara cermat mengamati
kebutuhan karena kebudayaan mendasari dan sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat maka
mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai lambat laun akam mengenali cirri budaya masyarakat
pemenuhan kebutuhan yang timbul. Kebutuhan tersebut.
tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani,
sosial. Kebudayaan berwujud sebagai kompleks ide, Seperti peninggalan budaya kerajaan islam pada
gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya tahun islam yaitu peristiwa awal pembangunan Masjid
yang sifatnya abstrak, terletak di dalam alam pikiran Cheng Ho di Surabaya yang mulai di bangun pada
manusia. tahun 2001 atas prakarsa para sesepuh, penasehat,
pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI),
Hubungan Arsitektur dengan kebudayaan Masyarakat dan pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho
tiap daerah mempunyai kemampuan dan kreativitas Indonesia di Jawa Timur serta tokoh masyarakat
yang berbeda dalam mengadaptasi dan mengolah Tionghoa di Surabaya. Kemudian pembangunannya
kebudayaan baru. Hal ini mempengaruhi dan selesai dan mulai diresmikan pada tahun 2003 silam
mengakibatkan bervariasinya hasil-hasil budaya itu, oleh Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, Menteri
antara lain adalah beragamnya kekhasan arsitektur Agama Republik Indoensia pada saat itu. Masjid
yang mampu mencerminkan budaya daerah. Cheng Ho sengaja dibangun menyerupai klenteng
Bangunan dengan segala perwujudan bentuk , fungsi sebagai sebuah wujud penghormatan bagi
dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan Laksamana Cheng Ho atas jasanya turut
ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni menurut menyebarkan syiar islam di bumi Nusantara.
kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang Laksamana Cheng Ho atau Admiral Zhang
bersangkutan. Konteks kebudayaan dalam Hee dalam bahasa Tiongkok adalah seorang
bentuknya yang akan tercermin dalam karya komandan pasukan maritim Kekaisaran Cina yang
arsitektur meliputi: agama, ocial, politik, ilmu berasal dari daerah Yunnan, Tiongkok. Beliau hidup
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, estetika. Nilai pada masa Dinasti Ming atau sekitar abad ke 15
sebagai salah satu perwujudan kebudayaan akan Masehi. Beliau berasal dari suku Hui dimana suku
mencakup hal yang berkenaan dengan kebenaran bangsa tersebut di Tiongkok memang banyak yang
(logika), kebaikan (etika), keindahan (estetika). Faktor memeluk islam. Laksamana Cheng Ho dilahirkan
fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur pada tahun 1371 Masehi dengan nama Ma He atau
ditentukan oleh kebutuhan, teknologi, asosiasi, Man Sam Po dalam dialek Cina.
estetika, telesik (kesejamanan), pemakaian yang
tepat. Masjid Cheng Ho merupakan peninggalan Arsitektur
Sebagaimana setiap suku bangsa mempunyai becorak Budaya dimana terkenal bangunan
corak rumah masing-masing baik bentuk maupun Masjidnya yang mengkolaborasi antara kebudayaan
fungsi dari rumah tinggal yang di huninya. Rumah Islam Jawa dengan Kebudayaan Tiong Hoa. Unsur
tempat tinggal dapat berlainan menurut ukuran serta Arsitektur Budaya pada Masjid Cheng Ho yaitu
kemewahannya, karena sebuah rumah orang Jawa terdapat dalam lima unsur pada bangunan Masjid
dapat juga memperlihatkan bagaimana status sosial Cheng Ho seperti : a. Material Struktur, b. Bentukan
dari penghuninya. Arsitektur merupakan salah satu Geometri, c. Bentukan atap, d. Ornamentasi, e.
hasil budaya yang dapat menunjukkan identitas Konsep bangunan Masjid Cheng Ho. Dari kelima
masyarakat pendukungnya. unsur tersebut merupakan bukti bahwa Bangunan
4
Masjid Cheng Ho merupakan peninggalan Surabaya. Proses dan makna lebih ditujukan
Arsitektur Budaya Islam Jawa-Tiong Hoa. dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
Masing-masing lima unsur tersebut terdapat dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penjelasan dan detail informasi dari sumber penelitian sesuai dengan fakta dilapangan
yang akurat. Meskipun Masjid Cheng Ho dari sedikit banyak melakukan pengamatan secara
tiap tahun ke tahun mengalami renovasi dan langsung seperti survey Masjid Cheng Ho.
perubahan tetapi tetap tidak menghilangkan Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat
unsur ke lima tersebut yang mencirikhas kan untuk memberikan gambaran umum tentang
bangunan Masjid Cheng Ho itu sendiri. latar penelitian seperti lokasi objek, gambaran
Pembangunan masjid Cheng Ho Surabaya umum objek dan sebagai bahan pembahasan
diawali oleh gagasan dari HMY Bambang hasil penelitian. Terdapat perbedaan
Sujianto. Beliau adalah seorang ketua dari mendasar antara peran landasan teori dalam
Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho penelitian kualitatif yaitu peneliti bertolak dari
Indonesia. Selain itu, gagasan tersebut data dan tidak menggunakan perhitungan
didukung oleh para sesepuh, penasehat angka-angka, memanfaatkan teori yang ada
hingga ke pengurus PITI atau Pembina Iman sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan
Tauhid Islam Jawa Timur. Tokoh masyarakt suatu teori. Penelitian ini termasuk penelitian
Tionghoa juga ikut serta dalam proses studi kasus maka hasil penelitian ini bersifat
pembangunan masjid Cheng Ho Surabaya. analisis-deskriptif yaitu berupa kata-kata
Keberadaan masjid ini juga menjadi salah satu tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati
kebanggaan warga Surabaya karena memiliki terutama terkait dengan bagaimana metode
desain yang unik serta pernah mendapatkan pendekatan Arsitektur budaya Masjid Cheng
rekor MURI sebagai ‘Pemrakarsa’ dan Ho terhadap Arsitektur Kontemporer. Dari
‘Pembuat’ masjid berarsitektur Tiongkok metode penelitian tersebut digunakan untuk
pertama yang ada di Indonesia. . Masjid mengumpulkan berbagai sumber informasi
Cheng Ho berdiri di atas tanah seluas 21 x 11 tentang pendekatan Arsitektur Budaya pada
meter dengan luas bangunan utama 99 meter bangunan Masjid Cheng Ho Surabaya. Apa
persegi. Ada delapan sisi di bagian atas saja pendekatan yang bercorak kultur pada
bangunan utama. Ukuran bangunan yang bangunan Masjid Cheng Ho. Jadi sumber data
11×11 diambil dari ukuran Ka’bah saat dalam penelitian ini adalah kata-kata dan
pertama kali dibangun Ibrahim. tindakan yang diperoleh dari informan yang
terkait dalam penelitian, selanjutnya dokumen
Lokasi dan Akses Masjid Cheng Ho Surabaya atau sumber tertulis lainnya merupakan data
terletak di Jalan Gading No. 2, Ketabang, tambahan.
Genteng, Kota Surabaya. Jaraknya berada
sekitar 1.000 meter di sebelah utara Gedung 2.1 Sumber Data
Balaikota Surabaya. Untuk menuju lokasi ini, Data merupakan keterangan-keterangan
dapat mengakses melalui Jalan Taman tentag suatu hal, dapat berupa sesuatu hal
Kusuma Bangsa lalu memenuju arah Taman yang diketahui atau yang dianggap atau
Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. Masjid ini anggapan. Atau suatu fakta yang digambarkan
terletak di area komplek gedung serba guna berupa kode, simbol dan lain-lain.
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Pada penelitian sumber data yang diperoleh
Surabaya Jawa Timur. untuk mengumpulkan data dari Masjid Cheng
Ho ialah mengumpulkan sumber data dari
2. METODE PENDEKATAN ARSITEKTUR internet seperti literatur, jurnal dan website
BUDAYA yang akurat. Sehingga dari ketiga sumber data
tersebut hasil penelitian ini kami olah dan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ringkas kembali dengan bahasa kalimat
ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian penulis sehingga menghasilkan karya
kualitatif yaitu, penelitian tentang riset yang penelitian yang baik.
bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Analisis dari hasil
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sumber dan kajian dokumen yang membahas
berbagai macam tentang Masjid Cheng Ho
5
Gambar 2. Transfomasi bentukan atap segi Gambar 4. Warna fasad bangunan Masjid
delapan. (sumber: Analisis transformasi Cheng Ho (sumber: Analisis, 2019).
bentuk, 2019).
Merah : Kebahagiaan
6
5. DAFTAR PUSTAKA
PENCAMUPURAN
ARSITEKTUR TRADISIONAL
DAN MODERN PADA
PERENCANAAN TAMAN
WALISONGO DI CIREBON
oleh Delly Rachman,
Ashadi,Luqmanul Hakim
etd.repository.ugm.ac.id.
www.academia.edu