Anda di halaman 1dari 12

SISTEMATIKA TUGAS (PERBAIKAN NILAI)

MATA KULIAH ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

Nama: Desy Wahyuni Hutauruk


Nim: 16030001
Mata Kuliah: Analisis Kualitas Lingkungan

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AUFA ROYHAN

2018-2019
A. Pertemuan 1 (Konsep Dasar Kualitas Lingkungan)
Beberapa istilah:
- Variabel lingkungan → Kuantitas lingkungan yang diukur
- Variabel polutan → Kuantitas fisik, kimia, atau biologi sebagai ukuran
polusi lingkungan
Contoh: konsentrasi SO2 di atmosfer, pH sungai
- Kualitas lingkungam → Variabel-variabel yang menggambarkan bagian
dari lingkungan
- Indikator lingkungan → Kuantitas tunggal yang berasal dari satu variabel
polutan dan digunakan untuk menggambarkan beberapa atribut lingkungan
- Indeks lingkungan → Angka tunggal yang berasal dari dua atau lebih
indikator
- Profil kualitas lingkungan → Jumlah indikator yang ada pada saat yang
sama untuk menghasilkan gambaran kondisi lingkungan (tetapi tidak
digabungkan)
- Data monitoring lingkungan → pengukuran-pengukuran rutin variabel-
variabel fisik, kimia dan biologi yang dimaksudkan untuk menggambarkan
kondisi-kondisi lingkungan
Indeks kualitas udara

PARAMETER kadar pencemar udara


a. Partikulat (PM10) diubah menjadi angka
b. Karbondioksida (CO) yang tidak mempunyai
c. Sulfur dioksida (SO2). satuan
d. Nitrogen dioksida (NO2).
e. Ozon (O3)

Kemudahan dan ISPU = Ideks Standar


keseragaman informasi Pencemar Udara
kualitas udara ambien (KEP 45 / MENLH /
kepada masyarakat di lokasi 1997 )
dan waktu tertentu serta
Parameter-Parameter Dasar Untuk ISPU

Rentang ISPU

Tahapan Analisis Kualitas Lingkungan


- Tujuan analisis
- Sampling
- Analisis laboratorium
- Quality assurance & quality control
- Analisis & elaborasi data
- Pengambilan keputusan
B. Pertemuan 2 (Kinetika Bahan Pencemar Di Lingkungan Air)
Pengertian Pencemaran Air
Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan
definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian
pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, sebagai turunan
dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-
undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak
pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-
komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut,
pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi
pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam
UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat
berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air
sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut
dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa
buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek
pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia.

Indikator Pencemar Air


Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa
- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH
- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
bakteri pathogen.

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah


pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO),
kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta
kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).

pH atau konsentrasi Ion Hidrogen


Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH.
Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan
industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota
akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan
menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi
perairan , misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah.
Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di
bawah ini :
Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5  Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit
menurun
 Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas
tidak mengalami perubahan
5,5 – 6,0  Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan
bentos semakin tampak
 Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas
masih belum mengalami perubahan yang berarti
 Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona
litoral
5,0 – 5,5  Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar
 Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
 Algae hijau berfilamen semakin banyak
 Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0  Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar
 Penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
 Algae hijau berfilamen semakin banyak
 Proses nitrifikasi terhambat

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat
bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas
acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.

Oksigen terlarut (DO)


Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak
dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa
organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi
fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak
efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk
proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air
tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan
organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah
menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi
menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya
dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik
(nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu. Dengan demikian, BOD adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air
untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air
menjadi karbondioksida dan air.

Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)


COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut
akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.
Reaksinya sebagai berikut :
HaHbOc + Cr2O7 2- + H + → CO2 + H2O + Cr 3+

Sumber Pencemar Air


Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA
sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan
yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan
(Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal
dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah
mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam.

Komponen Pencemar Air


Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat
kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut
dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa
digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa
digunakan di rumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat
elektronik.
Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen
pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut
Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah
tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1. padat
2. cairan berminyak
3. organic dan olahan bahan makanan
4. berupa panas
5. anorganik
6. zat kimia

C. Pertemuan 3 (kinetika bahan pencemar di lingkungan udara)


Menurut Chambers, pengertian pencemaran udara adalah bertambahnya bahan
atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal dalam jumlah
tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia atau yang dapat dihitung dan
diukur, serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan
material.
Menurut Corman, pengertian pencemaran udara adalah kondisi dimana terdapat
bahan kontamina di atmosfer karena perbuatan manusia. Hal ini untuk
membedakan dengan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat
kerja.

Faktor penyebab pencemaran udara


Polusi udara yang terjadi di bumi terjadi karena berbagai faktor, baik karena
faktor alami maupun faktor manusia. Sebagian besar pencemaran udara di bumi
ini terjadi karena faktor manusia. Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya
pencemaran udara:
1. Pencemaran udara secara alamiah
Polusi udara dapat terjadi secara alami melalui beberapa proses berikut ini:
 Proses pembusukan sampah organik yang mengeluarkan bau busuk ke
udara
 Asap, gas, dan abu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung berapi saat
meletus
 Kebakaran hutan yang terjadi secara alamiah
 Debu dan gas yang berterbangan ke udara akibat tiupan angin kencang

2. Pencemaran udara karena manusia


Pencemara udara juga terjadi karena ulah manusia. Berikut ini adalah beberapa
penyebab pencemaran udara karena faktor manusia:
 Asap Pabrik; Industri dan pabrik sekarang ini memproduksi barang dalam
jumlah besar. Proses pembakaran di pabrik tersebut menghasilkan asap
beracun yang dilepaskan ke udara.
 Asap Kendaraan Bermotor; Pertumbuhan pengguna kendaraan bermotor
yang sangat ikut menyumbang asap beracun ke udara dalam jumlah besar.
Menurut banyak sumber, penyebab polusi udara terbesar saat ini adalah
dari hasil emisi kendaraan bermotor.
 Pembangkit Listrik; Pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara
menghasilkan partikel oksida sulfur (S02) dan nitrogen oksida (NO2) yang
berbahaya bagi mahluk hidup.
 Bahan Radioaktif; Percobaan nuklir atau bom atom akan menghasilkan
partikel-partikel debu radioaktif ke udara yang menyebabkan polusi.

Dampak pencemaran udara terhadap manusia


 Memicu terjadinya hujan asam, dimana hujan asam tersebut dapat merusak
tumbuhan-tumbuhan.
 Mengakibatkan terjadinya global warming. Polusi udara merupakan salah
satu penyebab terjadinya global warming dalam jangka waktu yang lama.
 Pencemaran udara juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman
menjadi terganggu. Udara yang kotor membuat tanaman mudah terkena
penyakit, misalnya klorosis, nekrosis, dan bintik hitam.

Penanggulangan pencemaran udara


Pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan jika manusia
bekerjasama melakukan aksi penanganan polusi. Beberapa hal yang bisa
dilakukan oleh manusia untuk mencegah dan menanggulangi masalah pencemaran
udara diantaranya:
1. Tidak melakukan pembakaran dan atau penebangan pohon-pohon di hutan
dengan sembarangan. Pohon-pohon di hutan merupakan sumber oksigen
bagi mahluk hidup.
2. Memanfaatkan energi alternatif yang ramah lingkungan, misalnya tenaga
surya dan biogas.
3. Menggunakan kendaraan umum massal dan mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi untuk membantu meminimalisir terjadinya polusi akibat
emisi kendaraan bermotor.
4. Menciptakan jalur hijau di perkotaan dengan menanam pohon-pohon di
tempat-tempat tertentu agar udara yang tercemar dapat diserap melalui
proses fotosintesis.
5. Menghindari melakukan uji coba nuklir secara massif untuk mencegah
pencemaran udara oleh radioaktif.
6. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat umum tentang pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan aksi nyata
yaitu membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan lingkungan.
7. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga
listrik, industri, dan rumah tangga. Ini akan mengurangi polutan yang
terlepas ke atmosfer.
D. Pertemuan 4 (kinetika bahan pencemar di lingkungan tanah)
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari:
pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat
dan cair.
1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan
industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses
pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon,
plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil
dari proses industri pelapisan logam. (Sadrach, 2008).
Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang
merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara
langsung, apabila pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan
akibatnya oleh manusia. Kerugian secara tidak langsung, apabila pencemaran
tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung
lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun. Kondisinya
dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak mampu lagi
menopang kebutuhan manusia, sehingga malapetaka bagi kehidupan manusia
tidak terhindar. Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun sehingga
mengganggu sektor pertanian yang berakibat menurunnya produksi pangan dan
juga sumber air minum yang sehat sudah sulit didapatkan sehingga masyarakat
kekurangan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari (Sunu, 2001).
Pada dasarnaya kontaminasi logam dalam tanah pertanian bergantung pada:
1). Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk. 2). Jumlah
mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk. 3). Jumlah deposit logam
dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah. 4). Jumlah yang terambil pada proses
panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam (Darmono, 2001).

Logam Berat
Logam berat adalah komponen alamiah lingkungan yang mendapatkan
perhatian berlebih akibat bahaya yang mungkin ditimbulkan. Bagaimanapun
logam berat tersebut berbahaya terutama apabila diserap oleh tanaman, hewan
atau manusia dalam jumlah besar. Namun demikian beberapa logam berat
merupakan unsur esensial bagi tanaman atau hewan (Nugroho, 2001).

Pb (Timbal)
Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang
terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak
bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan
logam berat lainnya yang ada di bumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk logam
murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa inorganik dan organik.
Semua bentuk Pb tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada manusia
(Darmono, 2001).
Kandungan Pb total pada tanah pertanian berkisar antar 2-200 ppm (Nriagu,
1978). Kadar unsur Pb yang tersedia dalam tanah sangat rendah, tetapi dibutuhkan
tanaman dalam jumlah sangat sedikit. Hasil analisis jaringan tanaman
(rerumputan) pada masaa pertumbuhan aktif menunjukkan bahwa kandungan Pb
berkisar dari 0,3-1,5 mg/kg bahan kering (Alloway, 1995).

Cd (Kadmium)
Logam Cd atau cadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.
Seperti halnya unsur-unsur lainnya terutama golongan logam, logam Cd
mempunyai sifat fisika dan kimia tersendiri. Logam cadmium ini sangat banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Penggunaan Cd dan
persenyawaannya ditemukan dalam industri pencelupan, fotografi dan lain-lain
(Palar, 2008).
Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku sebesar 0,1–0,3 ppm, pada
batuan metamorfik sekitar 0,1–1,0 ppm Cd, sedangkan pada bebatuan sedimen
mengandung sekitar 0,3–11 ppm. Pada umumnya kandungan dalam tanah (tanah
berasal dari hasil proses pelapukan dari bebatuan) 1,0 ppm atau lebih rendah
(Alloway, 1995). Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa sebagian besar
cadmium dalam tanah berpengaruh pada pH, larutan material organik, logam yang
mengandung oksida, tanah liat dan zat organik maupun anorganik. Rata-rata kadar
cadmium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1-0,5 ppm.

E. Pertemuan 5 (Kinetika Bahan Pencemar Di Lingkungan Makanan)


Makanan selain mengandung nilai gizi juga merupakan media berkembang
biaknya mikroba/kuman, terutama yang mengandung kadar air dan protein tinggi
Menyebabkan pengaruh buruk akibat adanya bahan berbahaya : bahan kimia,
residu pestisida, bahan lain (debu, tanah, rambut) Pengaruh buruk berupa
PENYAKIT BAWAAN MAKANAN (penyakit perut, keracunan makanan) Jadi
makanan harus sehat ( mengandung nilai gizi, tidak tercamar kuman/mikroba dan
bahan berbahaya lain ) Bagi unit jasa pelayanan makanan makanan sehat
memberikan citra yang baik bagi perusahaan.
Pencemaran makanan adalah bahan-bahan asing yg keberadaannya tidak
diinginkan dalam makanan, kec yang secara alami terdapat pada bahan makanan
dalam jumlah sedikit tetap bukan bakteri. Pencemaran makanan adalah suatu
keadaan/ kondisi terdapatnya bhn pencemar makanan pada makanan yang terjadi
karna tidak disengaja atau tidak tahu.

Jenis-jenis bahan pencemar makanan:


 Virus
 Kimia
 Sengaja : BTM
 Tidak sengaja : residu pupuk, pestisida
 Logam berat: Cd, Pb, As, Hg
 Pestisida
 Senyawa lain: siklamat, akarin, nitrat, nitrit, antibiotika, hormon, pewarna
 Fisik: debu, tanah, kerikil, rambut, kotoran hewan, bulu, binatang kecil

Pencegahan pencemaran makanan


Dilakukan pada setiap tahapan pengelolaan makanan :
 Tahap pemilihan bahan
 Pilih BM segar, utuh, tidak retak/pecah,terutama daging, ikan, susu, telur
Tahap penyimpanan bahan makanan
 Simpan pada suhu yg sesuai, jauh dari serangga, tikus, pestisida

Tahap pengelolaan makanan


Pencucian:
BM dicuci dengan air bersih mengalir, kp dengan PK. Alat dicuci dengan air yg
memenuhi syarat, menggunakan deterjen, keringkan (tanpa lap), simpan pada
tempat yg aman dari debu, serangga, tikus

Penjamah makanan:
Tidak sakit perut, kulit dan penyakit menular lainnya. Periksa kesehatan rutin
(2x/tahhun), kuku pendek dan bersih Pakaian khusus kerja (celemek,tutup
rambut), tidak merokok, menggaruk-garuk hidung, telinga, selalu cuci tangan.

Proses memasak:
Suhu tertentu sesuai jenis bahan makanan. Penggunaan BTM. Gunakan yg sesuai
persyaratan dan terdaftar. Penggunaan peralatan terbuat dari bahan yg aman.

F. Pertemuan 6 (pengenalan instrumen untuk analisa kualitas


lingkungan)
Di dalam suatu sistem Daerah Aliran Sungai, sungai yang berfungsi sebagai
wadah pengaliran air selalu berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi,
sehingga kondisi sungai tidak dapat dipisahkan dari kondisi Daerah Aliran Sungai
(PP 38 Tahun 2011). Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air
yang berasal dari daerah tangkapan sedangkan kualitas pasokan air dari
daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di dalamnya
(Wiwoho, 2005). Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai
merupakan dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada
(Tafangenyasha dan Dzinomwa, 2005) Perubahan pola pemanfaatan lahan
menjadi lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta meningkatnya
aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam
suatu Daerah Aliran Sungai. Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga,
dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada
penurunan kualitas air sungai (Suriawiria, 2003). Berbagai aktivitas penggunaan
lahan di wilayah DAS Blukar seperti aktivitas permukiman, pertanian dan industri
diperkirakan telah mempengaruhi kualitas air Sungai Blukar. Aktivitas
permukiman dan pertanian menyebar meliputi segmen tengah DAS. Hasil
pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Kendal pada Sungai Blukar tahun 2006 menunjukkan parameter COD,
belerang sebagai H2S dan Phenol tidak memenuhi kriteria mutu air kelas II serta
pada tahun 2007 parameter Timbal (Pb), Phospat (PO4), Chlorine bebas (Cl2)
tidak memenuhi kriteria mutu air kelas II sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 (Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal, 2007). Menurut
Priyambada et al. (2008) bahwa perubahan tata guna lahan yang ditandai
dengan meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan
mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air
sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi
BOD terbesar ke badan sungai. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
perlu dilakukan analisis kualitas air sungai Blukar serta merumuskan strategi
pengendalian pencemaran air yang perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis kualitas air sungai Blukar serta merumuskan prioritas strategi
pengendalian pencemaran air sungai.

Anda mungkin juga menyukai