Anda di halaman 1dari 24

Dosen Pengampu Kelompok

FEBRI RAHMI, SE, M.Sc,Ak 3

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS KREDIT

OLEH
LINA RASNI (11673200281 )
SHERLY ATIKA HERNIS (11673202272)
SRI RAHAYU REJEKI ( 11673200810 )
SRI RATIH ( 11673201298)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2019
A. Latar belakang
Untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan, kebutuhan akan dana
mutlak harus tersedia karena tanpa ketersediaan dana, tidak akan mungkin
kegiatan perusahaan akan berjalan lancar. Dalam praktiknya dana yang
dibutuhkan perusahaan ada dua macam, yaitu untuk keperluan modal kerja dan
investasi.
Modal kerja, yaitu modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasional
perusahaan sehari-hari, seperti membayar gaji,telepon, listrik, bahan baku, dan
biaya lainnya. Modal kerja biasanya digunakan untuk kegiatan rutin perusahaan
dan sifatnya jangka pendek. Sementara itu, modal investasi merupakan modal
yang dibutuhkan perusahaan untuk jangka panjang, seperti membangun gedung,
pabrik, membeli mesin-mesin, an modal investasi lainnya. Kedua jenis modal ini
sama pentingnya untuk dipenuhi perusahaan pada waktu tertentu.
Dana yang harus dipenuhi oleh perusahaan baik yang digunakan untuk modal
kerja maupun investasi, dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari
pemilik usaha itu seniri atau dari modal pinjaman. Pemilihan jenis sumber modal
yang diinginkan harus mempertimbangkan berbagai faktor. Pertimbangan untuk
memperoleh modal bagi perusahaan, di antaranya :
1. Beban biaya (bunga) yang harus ditanggung
2. Persyaratan memperoleh moal tersebut
3. Jumlah dana yang dibutuhkan
4. Jangka waktu dana yang dibutuhkan
5. Jaminan yang diberikan, dan
6. Pertimbangan lainnya.

Secara umum kedua jenis sumber modal diatas memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Bagi pemilik perusahaan terkadang pemenuhan dana
memiliki kendala yang cukup besar, terutama untuk jumlah yang relatif besar dan
segara harus dipenuhi dalam waktu singkat. Untuk hal-hal tertentu pemenuhan
dana dari pemilik tidak menjadi masalah, misalnya dalam jumlah yang tidak
terlalu besar dan memiliki waktu yang relatif lama.

Apabila kebutuhan ana besar, sementara dana yang dibutuhkan tidak tersedia,
jalan keluar untuk pemenuhan dana tersebut adalah melalui dana pinjaman
(modal asing) dari lembaga keuangan seperti bank. Pemenuhan ana melalui
pinjaman relatif lebih mudah dan cepat dibandingkan dari modal sendiri, selama
memenuhi syarat yang dipersyaratkan oleh bank. Hanya saja yang perlu
diperhitungkan adalah bahwa pinjaman dana dari pihak perbankan memiliki
ongkos (biaya) yang harus ditanggung, yaitu beban bunga. Besarnya beban bunga
ini tergantung dri perusahaan yang membiayai, jangka waktu pinjaman, jaminan
dan faktor lainnya.

Dalam menyalurkan ananya, pihak perbankan atau disebut kreditor memiliki


syarat tertentu yang harus dioenuhi, yakni :

1. Jenis kredit yang dibutuhkan


2. Jumlah yang diinginkan
3. Jangka waktu pinjaman
4. Cara pengembalian pinjaman tersebut
5. Jaminan yang dimiliki
6. Laporan keuangan beberapa periode
7. Kelayakan usaha, dan
8. Persyaratan laiinya.

Setiap pengajuan kredit yang disetujui akan dinilai melalui semua persyaratan
di atas. Bagi bank hal ini penting agar dana yang dikucurkan tidak mengalami
kerugian atau macet. Di lain sisi, bank juga tidak ingin pinjaman yang diberikan
justru menjadi beban bagi perusahaan yang pada akhirnya dapat mengancam
kelangsungan hidup perusahaan itu tersendiri.

Oleh karena itu sebelum pinjaman atau kreit dikucurkan, bank terlebih dahulu
menganalisis kelayakan usahanya yang salah satunya adalah dengan menganalisis
laporan keuangan perusahaan untuk beberapa periode tertentu. hasil analisis ini
akan dijadikan pedoman disetujui atau tidaknya usaha tersebut untuk dibiayai,
serta besar pinjaman akan diberikan, serta persyaratan lainnya.

Penyajian laporan keuangan merupakan hal yang mutlak diperkukan bagi bank
untuk menilai kelayakan kredit yang akan dibiayai. Alam hal ini perusahaan harus
benar-benar menyusun laporan keuangan yang mencerminkan kelayakan usaha
yang akandibiayai. Laporan keuangan yang harus disediakan adalah neraca dan
laporan laba rugi untuk beberapa periode yang lalu. Laporan yang diberikan
biasanya minimal tiga tahun lalu sehingga perbankan dapat menilai
perkembangan usaha perusahaan tersebut dari beberapa periode.

Sama seperti halnya dengan perusahaan keuangan seperti bank, bagi


perusahaan terutama perusahaan perdagangan juga memberikan kredit kepada
pelanggan. Tujuannya jelas, yaitu untuk meningkatkan penjualan dan laba.
Pengertian kredit dalam perusahaan dagang sering disebut dengan kredit
perdaganagan. Arti kredit perdagangan adalah penjualan barang atau jasa kepada
pembeli secara kredit. Atau dengan kata lain, penjualan barang yang
pembayarannya dilakukan secara angsuran (kredit) untuk beberapa waktu.

Pembahasan pengertian kredit dalam buku ini siartikan ke dalam dua hal,
yaitu:

1. Kredit dalam arti pemberian atau penyaluran dalam bentuk uang


2. Kredit dalam bentuk barang atau jasa.

Dalam bentuk uang artinya pemberian pinjaman yang memberikan dana atau
kreditor dan penerima dana bagi yang memperoleh dana atau disebut debitur.
Persamaan kredit ini adalah adanya pembayaran kembali dengan cara angsuran
atau cicilan dalam waktu tertentu.

B. Arti Penting Kredit


Jelas bahwa dana pinjaman atau kredit yang diperoleh oleh perusahaan
memiliki manfaat yang sangat besar dalam hal pemenuhan dana. Pertimbangan
utama perusahaan untuk memperoleh pinjaman tersebut adalah bahwa memang
dana tersebut sangat dibutuhkan (sesuai pemanfaatannya). Artinya jangan sampai
dana yang dibutuhkan melebihi kebutuhan yang sesungguhnya sehingga ada dana
yang menganggur, semsntara beban bunga terus dibayar.
Keuntungan dan kredit adalah jumlah yang dibutuhkan sesuai kebutuhan
perusahaan (biasanya dalam jumlah besar). Kemudian, jangka waktu memperoleh
dana tersebut relatif singkat, tentunya selama memenuhi syarat yang telah
ditetapkan bank. Persyaratan relatif mudah terutama bagi perusahaan yang sudah
berjalan lebih dari 3 tahun dan menunjukkan kinerja yang baik. Selain itu,
penggunaan modal pinjaman dapat memotivasi manajemen untuk bekerja lebih
giat guna memenuhi kewajiban pengembalian dana tersebut.
Secara umum dikatakan bahwa arti kredit adalah kepercayaan. Dalam bahasa
latin disebut “credere”. Artinya kepercayaan pihak bank (kreditor) kepada
nasabah (debitur), di mana bank percaya nasabah pasti akan mengembalikan
pinjamannya sesuai kesepakatan yang telah dibuat. Dapat diartikan pula debitur
memperoleh kepercayaan dari bank untuk memperoleh dana dan menggunakan
dana tersebut sebagaimana mestinya serta mampu untuk mengembalikan sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.
Di Indonesia pengertian kredit dibagi dua sesuai dengan jenis bank yang ada
saat ini, yaitu kredit bank konvensional (barat) dan pembiayaan bagi bank syariah
(Islam).
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit
adalah :
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sementara itu, pengertian pembiayaan adalah :
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat diperamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Sementara itu, pengertian kredit perdagangan adalah :
Penjualan barang di mana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan)
sesuai kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka waktu
tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya.
Dalam prakiknya kredit atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank maupun
kredit perdagangan memiliki unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu kredit adalah
sebgai berikut.
1. Kepercayaan
Kepercayaan artinya bahwa bank percaya nasabah akan mengembalikan kredit
yang diberikan. Dasar pertimbangan yang diberikn oleh bank adalah ikikad baik
nasabah, yaitu adanya kemauan untuk membayar. Bagi nasabah dalam hal ini
berarti nasabah memperoleh kepercayaan dan juga memiliki kemampuan untuk
membayar kewajibannya.
2. Kesepakatan
Sebelum kredit dikucurkn, bank dengan nasabah terlebih dulu menyepakati
hal-hal yang menjadi kewajiban dan hak masing-masing pihak. Kemudian, juga
disepakati sanksi- sanksi yang akan diberikan apabila masing-masing pihak
melanggra kesepakatan yang telah dibuat. Kesepakatan ini dituangkan dalam
akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak pada saat kredit disetujui
bank akan dikucurkan.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang disalurkan pasti memiliki jangka waktu tertentu, artinya
tidak ada kredit yang waktu pengembaliannya tidak terbatas. Jangka waktu
tersebut merupakan waktu pengembalian atau kapan kredit tersebut akan berakhir
(lunas), misalnya satu tahun atau tiga tahun. Kemudian, juga termuat kapan
nasabah harus membayar kewajibannya (angsuran), yang biasanya dilakukan
setiap bulanan.
4. Risiko (Degree of Risk)

Di masa depan kondisi penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, setiap
kredit yang dibiayai pasti memiliki resiko tidak tertagih (macet). Hal ini
disebabkan oleh berbagai sebab, baik yanh disengaja maupun yang tidak
disengaja. Sengaja artinya nasabah sengaja untuk tidak mau membayar kreditnya.
Sementara itu, tidak sengaja artinya nasabah memang tidak bermaksud untuk
tidak mengembalikan kreditnya. Hanya saja nasabah belum memiliki kemampuan
akibat misalnya kerugian yang diderita atau terkena bencana. Namun, nasabah
kemungkinan akan melunasi kredit tersebut dengan berbagai cara, misalnya
dengan melelang jaminan yang diberikan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam hal
ini pihak perbankan harus mempertimbangankan faktor resiko yang harus
ditanggung apabila terjadi sesuatu. Untuk menutupi resiko yang mungkin akan
terjadi, bank biasanya mensyaratkan suatu jaminan yang nilainya lebih tinggi dari
kredit yang akan diberikan, ataupun bank dapat juga dengan menjaminkan lewat
asuransi untuk mengalihkan resiko kerugian yang mungkin timbul.

5. Balas Jasa
Sudah pasti bank mengharapkan keuntungan atas setiap dana yang
dikuncurkannya. Keuntungan ini disebut balas jasa. Keuntungan bagi bank
konvensional disebut bunga dan bagi hasil bagi bank syariah. Bagi nasabah balas
jasa ini merupakan jasa atau imbalan yang mereka berikan atas dana yang mereka
gunakan. Bagi perusahaan dagang biasanya balas jasa yang diterima berupa harga
yang diberikan lebih tinggi dari harga normal dan terkadang pembeli tidak
memperoleh diskon seperti penjualan tunai.

Pengaruh pemberian kredit oleh bank akan terlibat di sisi aktiva lancar neraca
bank, yaitu pada pos komponen pinjaman yang diberikan. Sementara itu, bagi
perusahaan yang memperoleh kredit akan bertambah di utang bank dimana jika
jangka waktu kurang dari satu tahun akan terlihat di pos aktiva lancar, namun bila
pinjaman lebih dari satu tahun akan terlihat di pos piutang jangka panjang.

Untuk perusahaan dagang, pengaruh hasil penjualan kredit ini akan terlihat
pada komponen pos piutang di aktiva lancar bagi perusahaan yang menjual
barang. Sebaliknya bagi perusahaan yang membeli secara kredit, akan terlihat di
sisi passiva utang dagang.

C. JENIS-JENIS KREDIT

Dalam menyalurkan kredit dunia perbankan memiliki beberapa jenis kredit.


Penentuan jenis kredit dipilah-pilah sesuai dengan kebutuhan, kegunaan, jangka
waktu, sektor, dan pertimbangan lainnya. Jenis-jenis kredit yang lazim terjadi di
dunia perbankan dilihat dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut.

1. Dari Segi Kegunaan


a. Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi,
misalnya membangun pabrik, rumah, pembelian mesin-mesin, tanah, dan
lainnya. Kredit investasi biasanya diberikan untuk waktu jangka panjang.
b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan modal
kerja, misalnya untuk membeli bahan baku, pembayaran gaji, dan biaya
lainnya. Kredit modal kerja diberikan dalam waktu yang relatif pendek dan
satu kali siklus operasi.
2. Dari Segi Tujuan
a. Kredit produktif merupakan kredit yang duberikan untuk menghasilkan
sasuatu (proses produksi), baik barang maupun jasa, misalnya kredit diberikan
untuk industri (pabrik), pertanian, peternakan, pabrik, perhotelan dan lainnya.
b. Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan untuk digunakan secara
pribadi atau dipakai (dikonsumsi) sendiri, misalnya membeli rumah atau
kendaraan yang akan digunakan untuk keperluan pribadi.
c. Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang.
[ara pedagang membeli barang yang kemudian barang tersebut dijual kembali.
3. Dari Segi Jangka Waktu
a. Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu maksimal
satu tahun atau kurang dari satu tahun.
b. Kredit jangka menengah merupakan kredit yang memiliki jangka waktu satu
sampai tiga tahun, namun dewasa ini banyak bank yang mengklasifikasikan
kredit jangka panjang.
c. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang memiliki jangka waktu lebih
dari satu atau tiga tahun. Artinya ada bank yang mengklasifikasikan yang
lebih dari satu tahun menjadi jangka panjang, namun ada pula yang
mengklasifikasikan lebih dari tiga tahun menjadi jangka panjang.
4. Dari Segi Jaminan
a. Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang syarat untuk memperolehnya
memiliki jaminan tertentu, baik harta bergerak, tidak bergerak, atau jaminan
lainnya.
b. Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan apa pun
secara riil, namun sebenarnya meskipun tidak ada jaminan, dalam praktiknya
ada jaminan kemampuan membayar dari nasabah, misalnya pegawai tetap
yang memiliki penghasilan tertentu.
5. Dari Segi Sektor Usaha
a. Kredit sektor pertanian merupakan kredit yang diberikan kepada para petani,
baik tanaman jangka pendek yang kurang atau maksimal satu tahun maupun
jangka panjang (lebih dari satu tahun atau tiga tahun sesuai persyaratan bank)
b. Kredit sektor industri merupakan kredit yang diberikan kepada industri, baik
industri kecil, menengah, maupun besar.
c. Kredit sektor perumahan merupakan kredit yang fiberikan untuk kepemilikan
rumah atau properti lainnya.
d. Kredit sektor profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada profesional
seperti dokter, pengacara, dosen, dan lainnya.
e. Kredit sektor pertambangan merupakan kredit yang diberikan untuk pengusaha
yang bergerak dalam bidang pertambangan seperti , emas, batubara, timah,
atau tambang lainnya.
f. Kredit sektor pendidikan merupakan kredit yang diberikan dunia pendidikan,
seperti kredit mahasiswa, dan
g. Kredit sektor lainnya.

D. Perhitungan Kebutuhan Kredit


Terkadang sering kali nasabah mengajukan kredit dengan jumlah tertentu yang
tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya. Tidak jarang pula bank menolak
memberikan jumlah yang diinginkan oleh nasabah dengan alasan memang jumlah
yang dibutuhkan melebihi dari yang diminta. Namun, terkadang tidak jarang bank
juga menawarkan kepada nasabah untuk menambah jumlah kredit diatas jumlah
yang diminta. Hal ini disebbakan karena memang jumlah yang dibutuhkan masih
kurang dari yang diminta. Oleh karena itu, persetujuan suatu kredit termasuk
jumlah kredit yang dibutuhkan ditentukan oleh perbankan. Untuk itu, dalam hal
memutuskan kredit pihak perbankan memerlukan suatu perhitungan agar
kebutuhan yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan yang sesungguhnya.
Mengapa diperlukan perhitungan untuk menikai kebutuhan suatu kredit?
Bukankah semakin banyak yang diminta sebanyak itu pula yang disetujui? Toh
nasabah yang akan membayar dan bank akan memperoleh keuntungan dari bunga
yang dibebankan ke nasabah tersebut. Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada
beberapa alasan mengapa diperlukan penilaian kebutuhan suatu kredit, yaitu
berikut.
1. Agar jumlah yang diberikan sesuai dengan kebutuhan karena jika berlebihan
justru akan menjadi beban bagi nasabah karena bank takut kelebihan uang
tersebut digunakan untuk hal-hal yang tidak diinginkan sehingga menjafi
beban nasabah dalam membayar angsuran.
2. Jika jumlah diberikan kurang, nasabah akan mengalami kesulitan melakukan
kegiatannya, sementara jika mengajukan kredit baru, tentunya memerlukan
waktu dan biaya*
3. Kebutuhan kredit disesuaikan dengan kemampuan nasabah untuk membayar
angsuran (prospek usaha) karena jika tidak mampu, akan mengakibatkan
kredit tersebut berpotensi untuk macet.
4. Kebutuhan kredit disesyaikan dengan jumlah nilai jaminan yang diberikan dan
jangan sampai kurang karena apabila terjadi sesuatu dengan kredit yang
dierikan, jaminan menjadi salah satu cara untuk menutupi kerugian bank.
5. Sesuai kebijakan bank dan kebijakan pemerintah, artinya besarnya penyaluran
kredit disesuaikan dengan kebijakan manajemen bank, untuk sektor tertentu
misalnya. Selain itu, juga harus diperhatikan kebijakan pemerintah tersebut.

Pokok persoalan yang sering timbul adalah terkaddang nasabah dalam


mengajukan kredit memang sengaja melebihi dari yang diinginkan. Alasannya
adalah mereka tahu bahwa pihak bank pasti tidak akan menyetujui jumlah
pinjaman yang mereka inginkan. Oleh karena itu, plafon kredit mereka naikkan di
atas dari yang diinginkan. Padahal kalau memang kebutuhan mereka sama
dengan yang diinginkan, tentu bank merasa senang apabila ternyata jumlah
permohonan hampir sama dengan jumlah kebutuhan kredit perhitungan bank
sehingga tidak ada yang merasa dikecewakan.
Untuk menentukan jumlah kredit yang sesungguhnya, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu sebagai berikut.
1. Nilai jaminan, artinya jaminan yang diberikan nasabah untuk memperoleh
kredit, misalnya jaminan berupa tanah dan rumah yang ditunjukkan dari
sertifikan tanag tersebut. Pihak dapat menghitung nilai rumah tersebut dari
NJOP. Kemudian bank akan memberikan sekian persen dari harga tanah,
misalnya 60% dari nilai jual rumah. Begitu pula jika yang dijaminkan
kendaraan bermotor, tergantung kondisi motor, tahun pembuatan, atau
pemakaian. Bank dapat menghitung dari nilai jual, baru kemudian ditentukan
persentase jumlah kredit yang dibutuhkan, namun semua ini tergantung dari
kebijakan bank yang bersangkutan.
2. Penghasilan nasabah (gaji), artinya khusus bagi para karyawan yang
mengajukan kredit, kredit yang diberikan dinilai dari angsuran yang menjadi
beban nasabah. Angsuran yang dibebankan tidak boleh lebih dari 30% dari
gaji nasabah per bulan, namun semua ini tergantung dari kebijakan bank yang
bersangkutan.
3. Jumlah biaya yang akan dikeluarkan nasabah untuk pembiayaan usahannya
tersebut juga dapat menentukan yang akan dibiayai oleh nasabah dan bank.
Hal ini penting agar nasabah juga merasa bertanggung jawab terhadap
kegiatan tersebut. Nasabah juga akan termotivasi untuk mengerjakan secara
sungguh-sungguh karena ada uangnya yang ikut tertanam dalam kegiatan serta
untuk mengembalikan modal bank.
4. Studi kelayakan, artinya bank terlebih dulu menilai jumlah yang dibutuhkan
sesuai dengan kelayakan usahanya (kebutuhan modalnya). Penilaian dilakukan
dari sisi aspek keuangannya. Misalnya untuk mendirikan pabrik, dibutuhkan
lahan, bahan bangunan, tenaga kerja dan lainnya. Atau untuk kebutuhan modal
kerja, dapat dinilai kebutuhan akan bahan mentah, tenaga kerja dan kebutuhan
lainnya.
5. Analisis rasio, artinya persetujuan jumlah kredit diputuskan dengan
mempetimbangkan berdasarkan dengan rasio keuangan nasabah yang terlihat
dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) diajukan. Misalnya rasio
likuiditas, rassio modal kerja yang dimiliki, rasio kas, rasio keuangan lainnya.
Dengan perhitungan rasio yang dimiliki akan terlihat kebutuhan, kewajiban
dan kemampuan nasabah sehingga dapat dijadikan patokan bagi bank untuk
memberikan jumlah kredit yang sesuai dengan kebutuhan, dan
6. Cara lainnya
Contoh kebutuhan dana nasabah adalah sebagai berikut.

Berikut ini adalah contoh kasus untuk menilai biaya kebutuhan kredit yang
dikeluarkan jika hendak mendirikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) di jalan Jend. Sudirman Pangkal Pinang Bangka .

1. Biaya Pra investasi (biaya izin-izin dan


biaya studi) Rp. 250.000.000,00
2. Pembelian Aktiva Tetap
a. Biaya pembelian tanah untuk lokasi
SPBU (3.000 m) Rp. 3.000.000.000,00
b. Biaya Bangunan dan Prasarana
- Bangunan Kantor 1 buah Rp. 20.000.000,00
- Kios Penjualan 4 buah Rp. 60.000.000,00
- Bangunan Gudang 1 buah Rp. 15.000.000,00
- Musholla 1 buah Rp. 10.000.000,00
- Toilet 2 buah Rp. 5.000.000,00
- Bangunan Genset 1 buah Rp. 90.000.000,00
- Jalan dan Penerangan Rp. 35.000.000,00
- Pagar dan Tanaman Rp. 10.000.000,00
- Rumah Racun Api Rp. 8.000.000,00
- Signboard pertamina 2 buah Rp. 12.000.000,00
- Mobil 2 buah Rp. 300.000.000,00
- Motor 2 buah Rp. 30.000.000,00
- Sarana perlengkapan lainnya Rp. 50.000.000,00
c. Biaya pembelian peralatan
- Tangki pemadam 2 atau 4 buah Rp. 200.000.000,00
- Pompa BBM 5 atau 6 buah Rp. 225.000.000,00
- Listrik PLN 10.000 watt Rp. 15.600.000,00
- Mesin diesel 2 buah Rp. 40.000.000,00
- Pemadam api Rp. 35.000.000,00
d. Inventaris kantor
- Meja 3 buah Rp. 1.500.000,00
- Kursi 6 buah Rp. 1.200.000,00
- Le,ari dan rak 3 buah Rp. 2.200.000,00
- Komputer 2 buah Rp. 8.000.000,00
- Telepon 2 buah Rp. 1.500.000,00
- Mesin faksimile 1 buah Rp. 1.000.000,00
- Mesin ketik manual 1 buah Rp. 5.000.000,00

Jumlah kebutuhan investasi Rp. 4.431.000.000,00

Dana yang tersedia (Modal sendiri) Rp. 1.000.000.000,00

Dana pinjaman Rp. 3.431.000.000,00


Secara garis besar kebutuhan kredit digambarkan sebagai berikut:

No Kebutuhan Investasi Jumlah (Rupiah)


1 Biaya pra investasi 250.000.000
2 Biaya pembelian tanah untuk lokasi SPBU 3.000.000.000
3 Biaya bangunan dan prasarana 645.000.000
4 Biaya pembelian peralatan 515.600.000
5 Inventaris kantor 20.400.000
Jumlah kebutuhan dana 4.431.000.000
Dana semdiri 1.000.000.000
Dana pinjaman Bank 3.431.000.000

E. Analisis Kredit
Sebelum suatu kredit diputuskan, terlebih dahulu perlu dianalisis kelayakan
kredit tersebut. Tujuannya adalah untuk menghindari kredit yang dibiayai
nantinya tidak layak. Kalau ini yang terjadi, kemungkinan besar Bank akan
menderita kerugian karena ketidakmampuan nasabah untuk mengembalikan
pinjamannya alias macet. Tidak hanya itu saja, karena ketidakmampuan
membayar angsuran kredit, nasabah juga akan terkena dampak dari beban yang
harus dibayar yang justru dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan
lebih lanjut.
Macetnya pembayaran kredit nasabah memang bukan hanya karena salah
perhitungan dalam analisis kredit yang sesungguhnya. Akan tetapi dapat terjadi
karena faktor lainnya, misalnya objek kredit yang dibiayai terkena bencana alam.
Namun, paling tidak apabila kredit telah dinilai secara baik, risiko kredit macet
dapat diminimalkan. Oleh karena itu, sebelum kredit dikucurkan, wajib untuk
terlebih dahulu dinalasisi kelayakannya.
Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai alat analisis. Dalam
praktiknya terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan kelayakan suatu kredit, yaitu sebagai berikut.
1. Dengan 5 of C
a. Character adalah sifat atau watak nasabah. Analisis ini untuk mengetahui sifat
dan watak seorang nasabah pemohon kredit, apakah memiliki watak atau sifat
yang bertanggung jawab terhadap kredit yang diambilnya. Dari watak atau
sifat ini, akan terlihat kemauan nasabah untuk membayar dalam kondisi
sesulit apapun. Namun, sebaliknya jika nasabah tidak memiliki sifat yang mau
membayar, nasabah akan berusaha mengelak untuk membayar dengan
berbagai alasan tentunya. Watak atau sifat ini akan dapat dilihat dari masa lalu
nasabah melalui pengamatan, pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil
wawancara dengan nasabah.
b. Capacity, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan nasabah
dalam membayar kredit. Kemampuan ini dapat dilihat dari penghasilan pribadi
untuk kredit konsumtif dan usaha yang dibiayai untuk kredit perdagangan atau
produktif. Kemampuan ini penting untuk dinilai agar bank tidak mengalami
kerugian. Untuk menilai kemampuan nasabah dapat dinilai dari dokumen yang
dimiliki, hasil konfirmasi dengan pihak yang memiliki kewenangan
mengeluarkan surat tertentu (misalnya penghasilan seseorang), hasil
wawancara atau melalui perhitungan rasio keuangan.
c. Capital adalah untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk
membiayai kredit. Hal ini penting karena bank tidak akan membiayai kredit
tersebut 100%. Artinya harus ada modal dari nasabah. Tujuannya adalah jika
nasabah juga ikut memiliki modal yang ditanamkan pada kegiatan tersebut,
nasabah juga akan merasa memiliki sehingga termotivasi untuk bekerja
sungguh-sungguh agar usaha tersebut berhasil, dan mampu untuk membayar
kewajiban kreditnya.
d. Condition, yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang tentunya.
Kondisi yang akan dnilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak
untuk membiayai kredit untuk sektor tertentu. Misalnya kondisi produksi
tanaman tertentu sedang membludak pasaran (jenuh). Maka, kredit untuk
sektor tersebut sebaliknya dikurangi. Kondisi lainnya yang harus diperhatikan
adalah kondisi lingkungan sekitar, misalnya kondisi keamanan dan kondisi
sosial masyarakat.
e. Collecteral merupakan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank dalam
rangka pembiayaan kredit yang diajukannya. Jaminan ini digunakan sebagai
alternatif terakhir bagi bank untuk berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan
terhadap kredit yang dibiayai. Mengapa collecteral atau jaminan mennjadi
penilaian terakhir dari 5 of C. Hal ini disebabkan karena yang paling penting
adalah penilaian yang di atas. Apabila sudah layak, jaminan hanyalah
merupakan tambahan saja, untuk berjaga-jaga karena ada faktor-faktor yang
tidak dapat dihindari yang menyebabkan kredit macet, misalnya bencana alam.
Di samping itu juga, untuk menjadi motivasi nasabah dalam membayar karena
jaminannya ditahan oleh bank.
2. Dengan 7 of P
a. Personality atau kepribadian merupakan penilaian yang digunakan untuk
mengetahui kepribadian si calon nasabah. Dalam menilai kepribadian yang
dilakukan bank, hampir sama dengan character atau sifat atau watak nasabah.
Hanya saja hal-hal personality lebih ditekankan kepada orangnya, sedangkan
dalam character termasuk kepada keluarganya.
b. Purpose, yaitu tujuan mengambil kredit. Seperti diketahui sebelumnya bahwa
tujuan untuk mengambil kredit ada tiga yaitu, pertama, untuk usaha yang
produktif, kedua, untuk digunakan sendiri (konsumtif), ketiga, untuk
perdagangan. Penilaian ketiga tujuan ini sedikit berbeda. Oleh karena itu,
jangan sampai pemberian kredit yang dikucurkan oleh bank disalahgunakan
oleh nasabah.
c. Party, arinya dalam menyalurkan kredit, bank memilah- milah menjadi
beberapa golongan. Hal ini dilakukan agar bank lebih fokus menangani kredit
tersebut, misalnya kredit untuk usaha kecil, menengah, atau besar. Atau dapat
juga dipilah berdasarkan wilayah, misalnya daerah pendesaaan, perkotaan atau
sektor usaha, misalnya peternakan industri atau sektor lainnya.
d. Payment adalah cara pembayaran kredit oleh nasabah. Penilaian yang
dilakukan untuk menilai cara nasabah dalam membayar kredit, apakah dari
penghasilan (gaji) atau dari sumber objek yang dibiayai. Dari penilaian ini
akan terlihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit.
e. Prospect, yaitu untuk menilai harapan ke depan terutama terhadap objek kredit
yang dibiayai. Tentunya harapan yang diinginkan adalah memberikan harapan
yang baik atau cerah. Usaha yang tidak mengandung prospek cerah sebaiknya
ditunda karena akan menyulitkan bank dan nasabah nantinya, misalnya usaha
yang sudah memasuki titik jenuh.
f. Profitability, artinya kredit yang dibiayai oleh bank akan memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bank ataupun nasabah. Jika tidak,
sebaiknya jangan diberikan Keuntungan bagi bank tentunya adalah berupa
balas jasa yang diberikan nasabah dari bunga atau bagi hasil. Sebaiknya bagi
nasabah adalah berkembangnya usaha yang dibiayai yang pada akhirnya
adalah keuntungannya dan adanya tambahan modal baginya.
g. protection, artinya perlindungan terhadap objek kredit yang dibiyai.
Perlindungan tidak sebatas jaminan fisik yang diberikan, akan tetapi lebih dari
itu, yaitu jaminan si pengambil kredit, seperti asuransi kematian dan jaminan
perlindungan terhadap jaminan fisik yang diberikan dari kehilangan,
kerusakan atau lainnya.

3. Dengan Studi Kelayakan

a. penilaian aspek hukum


b. penilaian aspek pasar dan pemasaran
c. penilaian aspek keuangan
d. penilaian aspek teknis/operasi
e. penilaian aspek ekonomi sosial
f. penilaian aspek organisasi dan manajemen
g. penilaian aspek amdal
aspek hukum, yaitu penilaian yang ditunjukan untuk menilai kelengkapan dari
surat-surat atau dokumen yang miliki seperti izin-izin usaha atau dokumen
pendukung lainnya. Di samping itu, juga, untuk menilai keabsahan dan keaslian
dan kesempurnaan surat-surat atau dokumen yang dimiliki, termasuk badan
usahanya. Hal ini perlu dilakukan agar jangan sampai terjadi ketidaklengkapan
atau ketidaksahan dokumen atau surat-surat sah yang berakibat kepada sengketa
di masa depan dan pasti akan merugikan bank itu sendiri.
Aspek pasar dan pemasaran dilakukan untuk menilai prospek pasar yang akan
dimasuki, seperti ada tidak pasar yang akan dimasuki, kemudian seberapa besar
pasar dan peluang pasar yang ada. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah
kondisi persaingan. Dan yang terakhir adalah strategi pemasaran yang dilakukan.
Dan yang terakhir adalah strategi pemasaran yang dilakukan. Peluang pasar atau
besarnya pasar dan kondisi persaingan perlu dipelajari secara mendalam karena
hal ini akan berpengaruh terhadap penjualan produk. Demikian pula dengan
strategi pemasaran yang akan dilakukan juga harus dipelajari secara jeli guna
memenangkan tingkat persaingan dalam meraih atau menarik minat konsumen.
Dalam aspek keuangan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sumber-
sumber dana yang akan diperoleh untuk membiayai usaha, kemudian bagaimana
kebutuhan biaya investasi secara rinci. Begitu pula dengan estimasi pendapatan
dan biaya investasi selama usaha berjalan termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya
yang dikeluarkan. Nasabah juga diminta untuk menyajikan proyeksi neraca dan
laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan. Terakhir bank akan menilai
kelayakan usaha melalui kriteria penilaian investasi, yaitu Payback Period (PP),
average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), internal Rate of Return
(IRR), dan Profitability Indeks (PI), serta berbagai rasio keuangan seperti rasio
likuiditas, solvabillitas, aktivitas, dan profitabilitas.
Penilaian pada aspek teknis atau operasi dikaitkan dengan penentuan lokasi
usaha, tata letak (layout), teknologi yang digunakan dan metode sediaan
perusahaan. Lokasi usaha sangat penting bagi perusahaan guna memudahkan
nasabah berinteraksi dengan konsumennya. Demikian juga faktor layout yang
diberikan akan membuat suasana yang nyaman bagi konsumen. Lebih dari itu,
layout yang baik akan memberikan efiensi biaya terhadap usaha yang dijalankan.
Aspek ekonomi sosial, untuk suatu usaha tertentu, terutama usaha dalam skala
besar, sangat penting untuk dinilai. Misalnya berkaitan dampak ekonomi dan
sosial yang diberikan dengan kehadiran usaha yang dibiyai. Dampak sosial antara
lain berkaitan dengan kondisi lingkungan masyarakat di sekitar lokasi usaha.
Aspek organisasi dan manajemen merupakan aspek untuk menilai organisasi
perusahaan seperti struktur organisasi yang dimiliki. Aspek ini juga menilai
kebutuhan tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlah maupun kualitas
yang dimiliki. Kemudian, dinilai bagaimana perencanaan yang dimiliki sampai
dengan pengawasan usaha yang akan dijalankan nantinya.
Aspek yang dinilai dalam aspek amdal adalah dampak usaha yang akan
dijalankan terhadap lingkungannya. Dampak yang timbul tersebut dapat terjadi
terhadap tanah, air, udara atau terhadap manusia itu sendiri. Jika jelas memiliki
dampak, perlu diperhatikan jalan keluar yang diberikan untuk mengatasi dampak
yang ditimbulkan tersebut.
Dampak yang timbul terhadap tanah, misalnya tanah menjadi gersang, atau
tidak subur atau berubah bentuk tanah tersebut, menjadi kurang atau bertambah
atau dapat mengakibatkan erosi. Demikian pula terhadap air misalnya dapat
mengubah warna, rasa, atau menimbulkan bau. Terhadap udara akan timbul
pulusi, debu, panas, atau bising. Terakhir terhadap manusia apakah usaha tersebut
dapat menimbulkan berbagai penyakit terhadap manusia, baik terhadap pegawai
maupun terhadap masyarakat sekitar lokasi usaha.
Untuk menilai kelayakan usaha kredit biasanya bank menilai dari laporan
keuangan yang disajikan, baik laporan keuangan neraca, laporan laba rugi,
laporan kas atau laporan perubahan Modal. Laporan keuangan ini perlu dianalisis
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu rasio keuangan. Dengan demikian,
tergambar atau terlihat kondisi atau posisi keuangan yang sesungguhnya. Dari
analisis ini barulah bank akan menilai kelayakan usaha tersebut dari berbagai
sudut pandang. Analisis ini kita kenal dengan nama analisis laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan yang biasa dinilai oleh bank, yaitu sebagai berikut.
1. Analisis likuiditas
- Current rasio
- Quick ratio
- Cash ratio
- Inventory to working capital
2. Analisis leverage
- Debt ratio
- Debt to equity ratio
- Long term debt to equity ratio
3. Analisis aktivitas
- Inventory turn over
- Receivable turn over
- Fixed asset turn over
- Working capital turn over
4. Analisis rentabilitas
- Profit margin
- Return on invesment
- Return on equity
- Eraning per share
Penjelasan dan contoh masing – masing rasio dapat dilihat dalam bab – bab
sebelumnya.

F. kebijakan Kredit Perdagangan


Perbedaan antara kredit yang diberikan bank dengan penjualan kredit olehh
perusahaan dagang adalah sebagai berikut.
1. Bank menyalurkan kredit dalam bentuk uang maupun barang yang dibiayai
oleh bank. Artinya nasabah bisa memperoleh kredit dalam bentuk uang atau
dalam bentuk barang.
2. Penjualan kredit oleh perusahaan dagang adalah perusahaan menjual barang
dagangnya yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari (kredit) dengan
cara angsuran atau dicicil.
Terdapat beberapa tujuan perusahaan dagang dalam memberikan kredit antara
lain adalah untuk:
a. Meningkatkan penjualan
b. Meningkatkan laba
c. Menjaga loyalitas pelanggan
Meningkatkan penjualan dapat diartikan agar omzet penjualan meningkat atau
bertambah dari ke waktu. Dengan penjualan kredit diharapkan penjualan dapat
meningkat mengingat sebagian besar pelanggan kemungkinan tidak mampu
membeli secara tunai. Terkadang pembeli juga ingin mencoba lebih dulu produk
ditawarkan sebelum menjadi pelanggan tetap, namun pembayaran tidak secara
tunai. Bagi perusahaan yang hendak melakukan perluasan pasar, hal ini penting
dilakukan untuk mengalahkan pesaingnya, meskipun juga mungkin melakukan
kebijakan yang sama.
Meningkatkan penjualan memang tidak identik dengan meningkatkan laba
atau keuntungan. Namun, dalam praktiknya, apabila penjualan meningkat,
kemungkinan laba akan meningkat pula. Hal ini akan terlihat dari omzet
penjualan yang dimilikinya. Jadi dengan memberikan kebijakan penjualan barang
secara kredit akan mampu meningkatkan penjualan sekaligus keuntungan.
Menjaga loyalitas pelanggan artinya terkadang tidak selamanya pelanggan
memiliki dana tunai untuk membeli barang dengan alasan tertentu sehingga jika
dipaksakan, mungkin pelanggan tidak akan membeli produk kita, bahkan tidak
menutup kemungkinan berpinda ke perusahaan lain. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan pelanggan, perusahaan dapat memberikan pelayanan penjualan
secara kredit.
Dalam rangka meningkatkan penjualan secara kredit, perusahaan dagang perlu
menetapkan kebijakan kredit (credit policy). Kebijakan kredit ini meliputi sebagai
berikut.
1. Standar Kredit
Penjualan barang atau jasa yang diberikan ke pelanggan mengandung suatu
risiko bagi perusahaan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan entah waktu
pembayaran atau kerugian dalam bentuk uang. Secara umum dalam praktiknya
risiko yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan penjualan kredit adalah sebagai
berikut.
a. Pertama, pelanggan terlambat membayar tagihannya kepada perusahaan,
misalnya melewati batas tanggal jatuh tempo. Namun, walaupun terlambat
atau tersendat-sendat, pelanggan masih mau dan mampu untuk membayar
tagihannya.
b. kedua, dalam perjalanan pelanggan tidak memiliki kemampuan untuk
membayar sesuai kesepakatan sehingga kredit benar-benar macet, walaupun
pelanggan masih berusaha untuk membayar.
c. ketika, pelanggan kabur sehingga tidak dapat ditagih sama sekali dan benar-
benar macet.
Untuk menghindari atau meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan,
sebelum penjualan kredit diberikan, perlu dilakukan analisis kredit tentang
kemauan dan kemampuan pelanggan untuk membayar kewajibannya. Analisis
kredit yang diberikan tidak jauh berbeda dengan pinjaman yang diberikan bank,
misalnya dengan analisis 5 of C. Dengan alat analisis ini paling tidak perusahaan
mampu melihat kemauan dan kemampuan nasabah sebelum penjualan kredit
diberikan.

2. Persyaratan Kredit
Kebijakan kredit juga berkaitan erat dengan persyaratan kredit yang diberikan.
Persyaratan kredit ini berguna untuk meningkatkan penjualan kredit dan
merangsang pelanggan untuk segera membayar tagihannya. Di samping itu,
jangka waktu kredit yang diberikan juga memberikan ruang gerak pelanggan
untuk membayar kredit yang diterimanya
Sebagai contoh perusahaan memberikan persyaratan kredit 2/10, net 30 yang
artinya pelanggan akan diberikan potongan pembayaran 2% dari penjualan
apabila perusahaan membayar dalam waktu sepuluh hari. Sementara itu, jangka
waktu kredit adalah tiga puluh hari yang artinya kredit harus dibayar dalam waktu
tiga puluh hari.
Bila perusahaan memberikan persyaratan kredit 2/10, net 60, artinya
pelanggan akan diberikan potongan pembayaran 2% dari penjualan apabila
perusahaan membayar dalam waktu sepuluh hari. Sementara itu, jangka waktu
kredit adalah enam puluh hari yang artinya kredit harus dibayar dalam waktu
enam puluh hari.
Selanjutnya perusahaan dapat memperpanjang jangka waktu kredit guna
meningkatkan penjualan.Akan tetapi, memperpanjang jangka waktu kredit
mengandung suatu risiko, yaitu tertanamnya dana dalam piutang semakin besar
dan semakin berpotensi membuat kredit tersebut macet.
Kemudian, untuk merangsang kecepatan pembayaran kredit, dapat pula
dengan potongan kas (cash discount). Pemberian potongan ini dapat dilakukan
dengan menaikkan potongan 2/10, net 30 menjadi 3/10, net atau sesuai dengan
kebijakan perusahaan.

3. Kebijakan Penagihan
Apabila pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya, perusahaan perlu
mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan kredit tersebut agar tidak macet.
Tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Teguran yang dilakukan melalui surat atau telepon. Teguran ini dapat bersifat
mengingatkan, misalnya sebelum kredit jatuh tempo, pelanggan di telepon
dengan teguran halus.Kemudian, teguran dapat pula bersifat menyuruh
nasabah untuk segera membayar dan memastikan tanggal kapan pelanggan
akan membayar.
b. Apabila melalui teguran baik surat maupun telepon sudah tidak ditanggapi,
perusahaan dapat menyerahkannya ke badan penagih (collection agency),
semacam deby collector untuk menagih kredit tersebut hingga tertagih.

Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit
adalah:
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Sementara itu, pengertian pembiayaan adalah:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,


berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu kredit adalah:

1. Kepercayaan;
2. Kesepakatan;
3. Jangka waktu;
4. Risiko;
5. Balas jasa.

Jenis-jenis kredit dilihat dari berbagai segi, yaitu:

1. Dari segi kegunaan yaitu kredit invrstasi dan kredit modal kerja;
2. Dari segi fungsi, yaitu kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit
perdagangan;
3. Dari segi jangka waktu yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang;
4. Dari segi jaminan, yaitu kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan.

Dalam menyalurkan dananya, pihak perbankan memiliki syarat tertentu yaitu:

1. Jenis kredit yang dibutuhkan


2. Jumlah yang diinginkan
3. Jangka waktu pinjaman
4. Cara pengembalian pinjaman tersebut
5. Jaminan yang dimiliki
6. Laporan keuangan beberapa periode
7. Kelayakan usaha, dan
8. Persyaratan lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa diperlukan kebutuhan suatu kredit, yaitu:
1. Agar jumlah yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
2. Kebutuhan kredit disesuaikan dengan kemampuan nasabah untuk membayar
angsuran
3. Kebutuhan kredit disesuaikandengan jumlah nilai jaminan yang diberikan
4. Sesuai kebijakan Bank dan kebijakan pemerintah

Untuk menentukan jumlah kredit yang sesungguhnya, dapat dilakukan dengan


berbagai cara, yaitu:

1. Nilai jaminan
2. Penghasilan nasabah (gaji)
3. Bank akan menentukan berapa yang akan dibiayai oleh nasabah dan bank
4. Studi kelayakan
5. Analisis rasio, dan
6. Cara lainnya.

Dalam praktiknya terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan kelayakan suatu kredit, yaitu:
5 of C
1. Character
2. Capacity
3. Capital
4. Condition
5. Collateral

7 of P

1. Personality
2. Purpose
3. Party
4. Payment
5. Prospect
6. Profitabilitas
7. Protection
Studi Kelayakan
1. Penilaian aspek hukum
2. Penilaian aspek pasar dan pemasaran
3. Penilaian aspek keuangan
4. Penilaian aspek teknis/operasi
5. Penilaian aspek ekonomi sosial
6. Penilaian aspek organisasi dan manajemen
7. Penilaian aspek amdal

Anda mungkin juga menyukai