Anda di halaman 1dari 2

1.

Persyaratan Sertifikasi

Persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi ISPO meliputi kepatuhan aspek hukum,


ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan yang
berlaku serta sanksi bagi mereka yang melanggar. Ketentuan ini merupakan serangkain
persyaratan yang terdiri dari prinsip dan kriteria dan panduan yang dipersyaratkan untuk
pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan pabrik kelapa sawit. Prinsip dan
Kriteria ISPO Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan adalah :

1. Sistem Perizinan dan Manajemen Perkebunan


2. Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit
3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
4. Tanggungjawab Terhadap Pekerja
5. Tanggungjawab Sosial dan Komunitas
6. Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat
7. Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan

Dibanyak perkebunan negara dan swasta besar, pemenuhan terhadap prinsip tersebut
sudah relatif memadai kecuali dalam beberapa kriteria, yaitu mekanisme penanganan
sengketa lahan dan kompensasi, mekanisme pemberian informasi, pelestarian
keanekaragaman hayati (biodiversity), identifikasi kawasan yang mempunyai nilai
konservasi tinggi (NKT), mitigasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan realisasi tanggung
jawab sosial perusahaan. Sedang untuk prinsip-prinsip lainnya hanya perlu perbaikan
dokumentasi agar pemenuhan buktinya dapat ditunjukkan dan konsisten.

1. 3. Pelaku Usaha yang dinilai:

Unit yang disertifikasi adalah kebun pemasok dan pabrik kelapa sawit (PKS) terutama kebun
milik sendiri, bila PKS mendapat pasokan dari plasma yang berada dalam satu manajemen,
TBS yang dihasilkan harus memenuhi kriteria ISPO dengan pengawasan sepenuhnya dari
kebun inti sesui lamanya waktu yang ditoleransi oleh komisi ISPO. Untuk menndapatkan
sertifikat ISPO kebun inti, plasma dan swadaya harus tidak bermasalah dengan kepemilikan
tanah/kebun seperti : IUP, IUP-B, IUP-P, HGU dan memnuhi seluruh ketentuan/persyaratan
ISPO.
Pelaksanaan audit ISPO dilakukan oleh auditor dari lembaga sertifikasi yang telah
diakreditasi oleh KAN dan mendapat pengakuan dari komisi ISPO. Auditor yang dapat
melakukan audit harus mendapat sertifikat pelatihan auditor ISPO dari komisi ISPO.
Persiapan sebelum mengajukan sertifikasi ISPO, perlu melakukan pembenahan di internal
perusahaan. Langkah-langkah yang dapat digunakan adalah: Pertama) melakukan
pelatihan pemahaman prinsip dan kriteria ISPO kepada beberapa staf yang dipersiapkan
sebagai tim internal; Kedua) para personal yang terlatih melakukan analisa kesenjangan
(Gap Analysis) untuk menguji tingkat pemenuhan perusahaan terhadap ISPO pada tahap
awal; Ketiga) perusahaan melakukan perbaikan berdasarkan prioritas yang ditetapkan.
Keempat), setelah perbaikan dianggap sudah memenuhi, perusahaan mengajukan
sertifikasi kepada badan sertifikasi sesuai pilihannya. Ruang lingkup yang disertifikasi
adalah kebun sendiri dan pabrik kelapa sawit (PKS), perusahaan berkewajiban
mensosialisasikan ISPO kepada para pemasok TBS dari perkebunan lain jika menerima
TBS selain kebun sendiri. Masa sertifikat ISPO berlaku selama 5 tahun sebelum dilakukan
penilaian ulang (re-assesment) dan sekali dalam setahun dilakukan audit pengawasan
(survailance).

Akhirnya, yang menjadi kunci utama suksesnya implementasi ISPO ini adalah komitmen
pemilik/top manajemen perkebunan. Strategi tersebut di atas hanya bisa berjalan efektif jika
pemilik/top manajemen mempunyai komitmen penuh untuk memenuhi ISPO. Maka ke
depan kita dengan bangga mengatakan kepada dunia bahwa semua minyak sawit
Indonesia adalah minyak sawit lestari, perkebunan minyak sawit yang dikelola dengan
mematuhi hukum, melaksanakan praktek perkebunan terbaik serta memperhatikan
lingkungan dan sosial.

Anda mungkin juga menyukai