Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

A. KONSEP MEDIK
1. PENGERTIAN
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen,
ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).Selain itu TB paru adalah
penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob
yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010). Pada
manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1) tuberkulosis primer: jika
terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman yang
dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009) Menurut
Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya infiltrat
paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan
kavitas.
2. ETIOLOGI
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria
di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi inflamasi menghasilkan
eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa
(Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau
berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah,
lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei
terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012). Menurut
Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus
tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan
dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
yang beresiko tinggi.
3. KLASIFIKASI
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161
yaitu: a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).

b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif, non


aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)

c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)

1) Tuberkulosis minimal Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu


paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosisAda kavitas dengan diameter tidak lebih
dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian
paru.Bila bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi
keadaan pada moderately advanced tuberkulosis. Klasifikasi TB paru
dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik, dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah
satu faktor determinan untuk menentukan strategi terapi. Sesuai dengan
program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional Penanggulan
Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:

a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

1) Dengan atau tanpa gejala klinik

2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali


disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.

3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:


1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial
foto yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).
4. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui
udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kumankuman basil
tuberkel yang berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB adalah penyakit
yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah
makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel imunresponsif. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan
ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respons ini disebut sebagai
reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan alveolus, biasanya
dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, biasanya
dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut.Sesudah hari- hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak
dalam di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjer getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk seltuberkel epiteloid,
yang dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10
sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas
menimbulkan respons berbeda.Jaringan granulaasi menjadi lebih fibroblas
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjr
getah bening regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon.Kompleks Ghon
yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radio gram rutin.Namun kebanyakan infeksi TB paru
tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
yaitu bahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali dibagian
lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus.
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan merada, lumen bronkus
dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat denagan
taut bronkus dan rongga.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat
kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala demam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagaipenyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskular dan tersebar ke organ – organ tubuh. (Sylvia, 2005)
5. RESPON TUBUH TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS
a. Manifestasi Klinis
Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB
paru primer dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang
terlibat ) dan gejala sistematik.
1) Gejala respratorik
a) Batuk Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan.
b) Batuk darah Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu
menjadi alasan utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
c) Sesak nafas Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d) Nyeri dada Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik
ringan.Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena
TB.
2) Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore
atau malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan
semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya
bersifat gradual muncul dalam beberapa minggusampai bulan.Akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas. 16
Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik
dan turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang
menyebabkan basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia,
batuk kronik dan hemoptisis.Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif
dan sangat non spesifik terutama pada fase awal penyakit.Pada fase
lanjut diagnosis lebih mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik,
terdapat demam penurunan berat badan, crackle, mengi, dan suara
bronkial. (Darmanto, 2009)
Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada
tipe infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau
dapat berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala
TB, primer dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi
pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri
pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat
sembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya
50%. TB postprimer terdapat gejala penurunan berat badan,
keringat dingin pada malam hari, tempratur subfebris, batuk
berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari
terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga
menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk
darah yang masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ
sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosis
miliar, peritonitis dengan fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal,
sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa
skrofuloderma. (Tabrani Rab, 2016)
b. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi
pada TB paru adalah:
1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal,
dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
6. PENATALAKSANAAN
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,
berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok
populasi tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi
anak yang berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat
mengurangi makna pada tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai
menderita tuberkulosis, yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan
pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus
diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya
positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8
minggu dan ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila
tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan harus
diberikan.
4) Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi
yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena
resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB
b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin
positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular
c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif
menjadi positif
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat immunosupresif
jangka panjang
e) Penderita diabetes melitus.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit
oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif, 2012).

Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada penderita TB paru


selain mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi
terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai penularan. Untuk
penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa hal
yang penting untuk diketahui.

Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT):


a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S).
2) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid
(INH).
b. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan
Isoniazid.
2) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan
Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid
(Z).
c. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam
para-amino salistik (PAS), dan sikloserine.
2) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid
dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-
3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri
atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu


berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologi, apusan sputum dan riwayat pengobatan
sebelumnya.Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB paru yang dikenal sebagai Directly Observed
Treatment Short Course (DOTSC).

DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen,


yaitu:

a. Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan


dalam penanggulangan TB paru.
b. Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik
langsung, sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan
yang memiliki sarana tersebut
c. Pengobatan TB paru dengan paduan OAT jangka pendek dibawah
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), khususnya
dalam dua bulan pertama di mana penderita harus minum obat setiap
hari.
d. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
Pencatatan dan pelaporan yang baku.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang
tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya
matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat terjadi
pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun.
Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-paru (extrapulmonary)
disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB diluar paru-paru adalah
TB berat yang terutama ditemukan pada usia < 3 tahun. Angka kejadian
(prevalensi) TB paru pada anak usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian
meningkat seetelah usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada
pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk
kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada
pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi
yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan
hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit
ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru 5) Daya tahan tubuh yang
menurun
5) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
6) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir. Poltekkes Kemenkes
Padang.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16- 20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhumungkin
tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa
bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada,
biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris Palpasi : biasanya tidak ada
pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada
edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada
edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-
41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub
kutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Poltekkes Kemenkes Padang 24
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru,
takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak
nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi pleura), perkusi
pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul
pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam
jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,
keletihan otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit
g. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
k. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
l. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, infeksi/
kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan TB
paru adalah sebagai berikut:
DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
bersihan jalan napas tindakan keperawatan 1. Bersihkan jalan
berhubungan dengan diharapakan status nafas dengan teknik
mokus dalam jumlah pernafasan : kepatenan chin lift atau jaw
berlebihan, eksudat jalan nafas dengan thrust sebagai mana
dalam jalan alveoli, kriteria hasil : mestinya
sekresi bertahan/sisa a) Frekuensi 2. Posisikan pasien
sekresi pernafasan tidak ada untuk
Definisi: deviasi dari kisaran memaksimalkan
Ketidakmampuan normal ventilasi
membersihkan b) Irama pernafasan 3. Identifikasi
sekresi atau obstruksi tidak ada deviasi dari kebutuhan
dari saluran nafas kisaran normal aktual/potensial
untuk c) Kemampuan untuk pasien untuk
mempertahankan mengeluarkan secret memasukkan alat
bersihan jalan nafas tidak ada deviasi dari membuka jalan nafas
Batasan karakteristik kisaran normal 4. Lakukan fisioterapi
: 1 Batuk yang tidak d) Suara nafas dada sebagai mana
efektif tambahan tidak ada mestinya
2 Dyspnea e) Dispnea dengan 5. Buang secret dengan
3 Gelisah aktifitas ringan tidak memotivasi pasien
4 Kesulitan ada untuk melakukan
verbalisasi 5 f) Penggunaan otot batuk atau menyedot
Penurunan bunyi bantu pernafasan lender
nafas tidak ada status
6 Perubahan frekensi pernafasan : 6. Instruksikan
nafas ventilasi dengan bagaimana agar bias
7 Perubahan pola kriteria hasil : melakukan batuk
nafas a) Frekuensi efektif
8 Sputum dalam pernafasan tidak 7. Auskultasi suara
jumlah yang ada deviasi dari nafas
berlebihan kisaran normal 8. Posisikan untuk
9 Suara nafas b) Irama pernafasan meringankan sesak
tambahan Faktor tidak ada deviasi nafas Monitor
yang berhubungan dari kisaran normal pernafasan a)
1. Lingkungan c) Suara perkusi Monitor kecepatan,
a) Perokok nafas tidak ada irama, kedalaman
b) Perokok pasif deviasi dari kisaran dan kesulitan
c) Terpajan asap normal Kapasitas bernafas
2. Obstruksi jalan vital tidak ada 9. Catat pergerakan
nafas deviasi dari dari dada, catat
a) Adanya jalan kisaran normal ketidaksimetrisan,
nafas buatan penggunaan otot
b) Benda asing dalam bantu pernafasan dan
jalan nafas retraksi otot
c) Eksudat dalam 10. Monitor suara nafas
alveoli tambahan
d) Hyperplasia pada 11. Monitor pola nafas
dinding bronkus 12. Auskultasi suara
e) Mucus berlebihan nafas, catat area
f) Spasme jalan nafas dimana terjadi
3. Fisiologis penurunan atau tidak
a)Disfungsi adanya ventilasi dan
neuromuskular keberadaan suara
b) Infeksi nafas tambahan
13. Kaji perlunya
penyedotan pada
jalan nafas dengan
auskultasi suara
nafas ronki di paru
14. Monitor kemampuan
batuk efektif pasien
15. Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (misalnya
nebulizer)
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
nafas berhubungan tindakan keperawatan 1. Bersihkan jalan nafas
dengan hiperventilasi diharapkan status dengan teknik chin
Definisi : pernafasan : ventilasi lift atau jaw thrust
Batasan karakteristik dengan kriteria hasil : sebagai mana
1. Bradipnea a) Frekuensi mestinya
2. Dyspnea pernafasan tidak 2. Posisikan pasien
3. Penggunaan otot ada deviasi dari untuk
bantu pernafasan kisaran normal memaksimalkan
4. Penurunan kapasitas b) Irama pernafasan ventilasi
kapasitas vital tidak ada deviasi 3. Identifikasi
5. Penurunan tekanan dari kisaran normal kebutuhan
ekspirasi c) Suara perkusi aktual/potensial
6. Penurunan tekanan nafas tidak ada pasien untuk
inspirasi deviasi dari kisaran memasukkan alat
7. Pernafasan bibir normal membuka jalan nafas
8. Pernafasan cuping d) Kapasitas vital 4. Lakukan fisioterapi
hidung tidak ada deviasi dada sebagai mana
9. Takipnea dari dari kisaran mestinya
Factor yang normal 5. Buang secret dengan
berhubungan memotivasi pasien
1. Ansietas untuk melakukan
2.Cedera medulla batuk atau menyedot
spinalis lender
3. Hiperventilasi
4. Keletihan 6. Instruksikan
5.Keletihan otot bagaimana agar bias
pernafasan melakukan batuk
6. Nyeri efektif
7.Obesitas 7. Auskultasi suara
8. Posisi tubuh yang nafas
menghambat ekspansi 8. Posisikan untuk
paru meringankan sesak
nafas Terapi oksigen
9. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
10. Siapkan peralatan
oksigen dan berikan
melalui system
humidifier
11. Berikan oksigen
tambahan seperti
yang diperintahkan
12. Monitor aliran
oksigen
13. Monitor efektifitas
terapi oksigen
14. Amati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
15. Konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai
penggunaan oksigen
tambahan selama
kegiatan dan atau
tidur
3. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Terapi oksigen a)
gas berhubungan tindakan keperawatan Pertahankan kepatenan
dengan perubahan diharapakan status jalan nafas b) Siapkan
membran alveolar- pernafasan : peralatan oksigen dan
kapiler pertukaran gas dengan berikan melalui system
Definisi : Kelebihan kriteria hasil : a) humidifier c) Berikan
atau deficit Tekanan parsal oksigen tambahan
oksigenasi dan/atau oksigen di darah arteri seperti yang
eliminasi (PaO2) tidak ada diperintahkan d)
karbondioksida pada deviasi dari kisaran Monitor aliran oksigen
membrane normal b) Tekanan e) Monitor efektifitas
alveolarkapiler parsial karbondioksisa terapi oksigen f) Amati
Batasan karakteristik di darah arteri tanda-tanda
1. Diaphoresis (PaCO2) tidak ada hipoventialsi induksi
2. Dyspnea deviasi dari kisaran oksigen g) Konsultasi
3. Gangguan normal c) Saturasi dengan tenaga
penglihatan oksigen tidak ada kesehatan lain mengenai
4. Gas darah arteri deviasi dari kisaran penggunaan oksigen
abnormal normal d) tambahan selama
5. Gelisah Keseimbangan kegiatan dan atau tidur
6. Hiperkapnia ventilasi dan perfusi Monitor tanda-tanda
7. Hipoksemia tidak ada deviasi dari vital a) Monitor tekanan
8. Hipoksia kisaran normal Tanda- darah, nadi, suhu dan
9. pH arteri abnormal tanda vital dengan status pernafasan
10. 10. pola kriteria hasil : a) Suhu dengan tepat b) Monitor
pernafasan abnormal tubuh tidak ada deviasi tekanan darah saat
11. sianosis factor dari kisaran normal b) pasien berbaring, duduk
berhubungan 1. Denyut nadi radial dan berdiri c) sebelum
ketidakseimbangan tidak ada deviasi dari dan setelah perubahan
ventilasi-perfusi 2. kisaran normal c) posisi d) Monitor dan
perubahan membrane Tingkat pernafasan laporkan tanda dan
alveolar-kapiler tidak ada deviasi dari gejala hipotermia dan
kisaran normal d) hipertermia e) Monitor
Irama pernafasan tidak keberadaan nadi dan
ada deviasi dari kualitas nadi f) Monitor
kisaran normal e) irama dan tekanan
Tekanan darah sistolik jantung g) Monitor suara
tidak ada deviasi dari paruparu h) Monitor
kisaran normal f) warna kulit, suhu dan
Tekanan darah kelembaban Identifikasi
diastolik tidak ada kemungkinan penyebab
deviasi dari kisaran perubahan tanda-tanda
normal vital
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D UMUR 55 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA TB PARU
1. DATA DEMOGRAFI
A. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 55 th
Jenis kelamin :P
Alamat : Gorontalo
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Gorontalo
Pendidikan :SMP
Pekerjaan :IRT

B. Penanggung Jawab
Nama :Ny. T
Umur :49 th
Jenis Kelamin :P
Hub, Dengan Klien :Adik
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Pasien masuk melalui Poliklinik RSUP Dr. M.Djamil Padang pada hari
rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 12.30 WIB, dengan kesadaran kompos mentis
kooperatif, keadaan umum lemah, disertai dengan keluhan utama pasien batuk
berdarah sejak 2 minggu yang lalu, pasien sesak nafas sejak 4 hari yang lalu,
dan nyeri pada dada, TD: 100/70 mmHg, HR: 98x/menit, RR: 24x/menit, Suhu:
37,1oC.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017 hari
rawatan ke 4, dengan kesadaran kompos mentis kooperatif, keadaan umum
sedang, pasien mengeluh sesak nafas, nyeri dada, batuk produktif masih
terdapat bercak darah, Pasien terpasang oksigen nasal kanul 3liter/menit.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4
bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien dengan alasan setelah pasien
meminum OAT pasien mengeluh mual. Keluarga mengatakan pasien belum
pernah dirawat di RS. Hipertensi (-), DM (+).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah
yang pernah menderita penyakit TB Paru, dan penyakit keturunan lainnya.
3. PEMERIKSAAN SISTEMIK
Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
Sehat : Pasien mengatakan saat sehat makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur
dengan porsi sedang dan minum air putih 8-10 gelas perhari.
Sakit : Pasien diberi makanan biasa Diit DM tipe II, pasien menghabiskan ¼
porsi makanan saja, minum air putih sebanyak 8 gelas sehari.
b. Istirahat dan Tidur
Sehat : pasien tidur 8-9 jam perhari, siang 2 jam perhari dan malam 6-7 jam
perhari, kualitas tidur baik.
Sakit : pasien tidur 11 jam perhari, siang 3 jam perhari dan malam 8 jam
perhari, pasien sering mengeluh berkeringkat pada malam hari.
c. Aktivitas dan Latihan
Sehat : Saat sehat keluarga mengatakan pasien seorang ibu rumah tangga,
pasien dapat melakukan kegiatan serta aktivitas sendiri. Pekerjaan suami sebgai
petani.
Sakit : namun saat sakit ADL pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Dari hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum sedang, kesadaran
CMC,TD: 110/70 mmHg, HR: 73x/menit, RR: 26x/menit, suhu: 36,8oC.
b. Kepala: tampak simetris, kepala bersih, hematom(-), pembengkakan(-).
Wajah: wajah tampak pucat, wajah tampak simetris.
Mata: tampak simetris, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik(-).
Hidung: hidung simetris, tampak bersih, pernapasan cuping hidung (-), lesi (-).
Mulut: kering, tidak pucat, tidak terdapat lesi.
Leher: pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening(-).
c. Dada: penggunaan otot bantu(-), pergerakan dinding dada kiri dan kanan sama,
fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor, auskultasi bronkovesikuler,
ronkhipositif. Pada pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan ictus cordis tidak
terlihat dan teraba, irama teratur.
d. Abdomen: pemeriksaan sistem pencernaan asites(-), bising usus 12x/menit,
hepar teraba(-), nyeri tekan hepar(-), perkusi timpani.
e. Ekstremitas: Pada ekstremitas kiri atas terpasang IVFD NaCl, ekstremitas atas
bawah teraba hangat, sianosis(-), CRT <2detik
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 22 Mei 2017
Gula darah puasa = 560 mg/dl
gula darah 2 jam PP = 637 mg/dl
ureum darah = 29 mg/dl
kreatinin darah = 1.0 mg/dl
total protein =8.2 g/dl
Albumin = 3.6 g/dl
Globulin = 4.6 g/dl
Hb = 11.5 g/dl
Leukosit = 10.440 mg/dl
Trombosit = 481.000 g/dl
Pada pemeriksaan radiologi paru didapatkan hasil bahwa terdapat fibro infiltrat
pada kedua paru, kesan : TB Paru.
6. TINDAKAN MEDIK/PENGOBATAN
Terapi pengobatan pada Ny. D diberikan:
cairan NaCl 12jam/kolf
Ranitidin 1 tablet/12 jam
Dexametason 2 tablet/ 8 jam
Combivent 1 tablet/ 8 ja,
terapi OAT R/H/Z/E=400/350/950/600mg/dl.
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Droplet mengandung M. Ketidakefektifan
- Pasien mengeluh Tuberculosis bersihan jalan napas
batuk berdahak dan berhubungan dengan
sulit mengeluarkan Masuk ke paru eksudat dalam dalan
dahak alveoli
DO : Alveoli
- Pasien tampak batuk
produktif Proses peradangam
- Sekret berwarna putih
kekuning kuningan Produksi sekret berlebih
bercampur dengan
darah Sekret sukar dikeluarkan
- RR=22x/menit
- pasien tampak sesak Ketidakefektifan bersihan
nafas. jalan nafas
2 DS : Droplet mengandung M. ketidakseimbangan
- pasien mengatakan Tuberculosis nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan, kebutuhan tubuh
makanan terasa tidak Masuk ke paru berhubungan dengan
enak intake nutrisi tidak
DO : Alveoli adekuat
- pasien tampak pucat
- makanan habis ¼ porsi Proses peradangam
- pasien tampak lemah
- konjuntiva anemis Tuberkel
- Hb 11.5 g/dl
Kelenjar getah bening

Limfadenitis

Meluas dan menyebabkan


hematogen

Bakteremia

Asam lambung meningkat

Mual muntah, anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
3 DS: Droplet mengandung M. Intoleransi aktivitas
- keluarga pasien Tuberculosis berhubungan dengan
mengatakan pasien ketidakstabilan kadar
tampak lemah, pucat, Masuk ke paru gula darah akibat
aktivitas hanya tidur. gangguan status
DO: Alveoli kesehatan fisik
- pasien tampak pucat
dan lemah Proses peradangam
- pasien DM tipe II,
dengan glukosa darah Tuberkel
560 mg/dl
Kelenjar getah bening

Limfadenitis

Meluas dan menyebabkan


hematogen

Gangguan status kesehatan


fisik

kurang aktivitas

Glukosa darah tidak


terkontrol

Intoleransi aktivitas
ketidakstabilan kadar gula
darah akibat gangguan
status kesehatan fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan
alveoli
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakstabilan kadar gula darah
akibat gangguan status kesehatan fisik
INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWAT
AN
1 Ketidakefektifa Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
n bersihan jalan
tindakan keperawatan 1. Bersihkan jalan nafas dengan
nafas
berhubungan diharapakan status teknik chin lift atau jaw thrust
dengan eksudat
pernafasan : kepatenan sebagai mana mestinya
dalam jalan
alveoli jalan nafas dengan 2. Posisikan pasien untuk
DS :
kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
- Pasien
mengeluh a) Irama pernafasan 3. Identifikasi kebutuhan
batuk
dalam kisaran normal aktual/potensial pasien untuk
berdahak dan
sulit b) Kemampuan untuk memasukkan alat membuka jalan
mengeluarka
mengeluarkan secret nafas
n dahak
DO : tidak ada deviasi dari 4. Lakukan fisioterapi dada sebagai
- Pasien
kisaran normal mana mestinya
tampak batuk
produktif c) Suara nafas tambahan 5. Buang secret dengan memotivasi
- Sekret
tidak ada pasien untuk melakukan batuk
berwarna
putih d) Dispnea dengan atau menyedot lender
kekuning
aktifitas ringan tidak 6. Instruksikan bagaimana agar bias
kuningan
bercampur ada melakukan batuk efektif
dengan darah
e) Penggunaan otot bantu 7. Auskultasi suara nafas
- RR=22x/men
it pernafasan tidak ada 8. Posisikan untuk meringankan
- pasien status pernafasan : sesak nafas Monitor pernafasan
tampak sesak
nafas. ventilasi dengan Monitor kecepatan, irama,
kriteria hasil : kedalaman dan kesulitan bernafas
d) Irama pernafasan 9. Catat pergerakan dada, catat
dalam kisaran normal ketidaksimetrisan, penggunaan
Suara perkusi nafas otot bantu pernafasan dan retraksi
dalam kisaran normal
otot
10. Monitor suara nafas tambahan
11. Monitor pola nafas
12. Auskultasi suara nafas, catat area
dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas tambahan
13. Kaji perlunya penyedotan pada
jalan nafas dengan auskultasi
suara nafas ronki di paru
14. Monitor kemampuan batuk efektif
pasien
15. Berikan bantuan terapi nafas jika
diperlukan (misalnya nebulizer)

2 Ketidakseimba Setelah dilakukan - Nutrition Management


ngan nutrisi 1. Kaji adanya alergi makanan
tindakan keperawatan
kurang dari 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan diharapkan status menentukan jumlah kalori dan
tubuh nutrisi yang dibutuhkan pasien.
pernafasan : ventilasi
berhubungan 3. Anjurkan pasien untuk
dengan intake dengan kriteria hasil : meningkatkan intake Fe
nutrisi tidak 4. Anjurkan pasien untuk
e) Frekuensi pernafasan
adekuat meningkatkan protein dan vitamin
dalam kisaran normal C
DS : 5. Berikan substansi gula
f) Irama pernafasan
- pasien 6. Yakinkan diet yang dimakan
mengatakan normal mengandung tinggi serat untuk
tidak nafsu mencegah konstipasi
g) Suara perkusi nafas
makan, 7. Berikan makanan yang terpilih
makanan dalam kisaran normal (sudah dikonsultasikan dengan
terasa tidak ahli gizi)
h) Kapasitas vital
enak 8. Ajarkan pasien bagaimana
DO : normal membuat catatan makanan harian.
- pasien tampak 9. Monitor jumlah nutrisi dan
pucat kandungan kalori
- makanan habis 10. Berikan informasi tentang
¼ porsi kebutuhan nutrisi
- pasien tampak 11. Kaji kemampuan pasien untuk
lemah mendapatkan nutrisi yang
- konjuntiva dibutuhkan
anemis - Nutrition Monitoring
Hb 11.5 g/dl 1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
13. Monitor kalori dan intake nutrisi
14. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
15. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3 Intoleransi · Energy conservation Activity Therapy
aktivitas · Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan tenaga
berhubungan · Self Care : ADLs rehabilitasi medik dalam
dengan Kriteria Hasil : merencanakan program terapi
ketidakstabilan · Berpartisipasi dalam yang tepat
kadar gula aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
darah akibat disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas yang
gangguan status tekanan darah, nadi dan mampu dilakukan
kesehatan fisik RR 3. Bantu untuk memilih aktivitas
· Mampu melakukan konsisten yang sesuai dengan
DS: aktivitas sehari-hari kemampuan fisik, psikologi dan
- keluarga (ADLs) secara mandiri social
pasien · Tanda-tanda vital 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mengatakan normal mendapatkan sumber yang
pasien tampak · Energy psikomotor diperlukan untuk aktivitas yang
lemah, pucat, · Level kelemahan diinginkan
aktivitas hanya · Mampu berpindah: 5. Bantu untuk mendapatkan alat
tidur. dengan atau tanpa bantuan aktivitas seperti kursi
DO: bantuan alat roda, krek
- pasien tampak · Status 6. Bantu untuk mengidentifikasi
pucat dan kardiopulmunari aktivitas yang disukai
lemah adekuat 7. Bantu klien untuk membuat
pasien DM tipe · Sirkulasi status jadwal latihan diwaktu luang
II, dengan baik 8. Bantu pasien/keluarga untuk
glukosa darah · Status respirasi : mengidentifikasi kekurangan
560 mg/dl pertukaran gas dan dalam beraktivitas
ventilasi adekuat 9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


1 Ketidakefektifan 1. memposisikan pasien untuk Pada diagnosa keperawatan
bersihan jalan nafas memaksimalkan ventilasi ketidakefektifan bersihan
berhubungan dengan dengan posisi semi fowler, jalan nafas berhubungan
eksudat dalam jalan 2. memonitor pernafasan dengan eksudat dalam jalan
alveoli pasien, alveoli, didapatkan evaluasi
3. memonitor keefektifan masalah keperawatan
pasien dalam batuk efektif. teratasi pada hari ke 3,
dengan kriteria hasil
frekuensi pernafasan pasien
dalam batas normal, irama
pernafasan teratur,
kedalaman inspirasi normal,
kemampuan untuk
mengeluarkan sekret baik,
suara nafas tambahan tidak
ada, penggunaan otot bantu
pernafasan tidak ada. Pasien
diajarkan batuk efektif dan
fisioterapi dada untuk
mempermudah pasien
mengeluarkan dahak saat
batuk, dan pasien
mendapatkan oksigen nasal
kanul 3 liter bila terasa sesak.
2 Ketidakseimbangan 1. mengdentifikasi adanya Pada diagnosa keperawatan
nutrisi kurang dari alergi atau intoleransi ketidakseimbangan nutrisi
kebutuhan tubuh makanan yang dimiliki pasien kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan 2. kolaborasi dengan ahli gizi berhubungan dengan intake
intake nutrisi tidak tentang diet yang nutrisi tidak adekuat,
adekuat dibutuhkan didapatkan evaluasi
3. menganjurkan pasien untuk keperawatan teratasi pada
duduk pada posisi tegak saat hari ke 4, pasien diberikan
makan intervensi keperawatan
4. monitor kecendrungan seperti kolaborasi dengan
penurunan berat badan. ahli gizi dalam menentukan
status gizi pasien,
mengidentifikasi adanya
alergi makanan, memonitor
kalori dan asupan makanan,
memonitor adanya
penurunan berat badan hal
ini sudah tercapai pada
kriteria hasil yang telah
ditentukan seperti intake
makanan adekuat, intake
nutrisi adekuat dan intake
cairan adekuat.
3 Intoleransi aktivitas 1. Bantu klien untuk Pada diagnosa keperawatan
berhubungan dengan mengidentifikasi aktivitas resiko ketidakstabilan kadar
ketidakstabilan kadar yang mampu dilakukan gula darah berhubungan
gula darah akibat 2. Bantu untuk memilih dengan gangguan status
gangguan status aktivitas konsisten yang kesehatan fisik, gula darah
kesehatan fisik sesuai dengan kemampuan pasien terkontrol sesuai
fisik, psikologi dan social dengan batasan karakteristik
3. Bantu untuk gula darah pasien dalam
mengidentifikasi dan batas normal.
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
4. mengontrol gula darah
pasien
5. mengtrol diit DM tipe II
pasien
6. monitor terjadinya
peningkatan gula darah
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika

NANDA International.(2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017, edisi
10. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C., and Bare, B.G. (2015).Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW

Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.

Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: CV
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai