Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA BERPIKIR

KERANGKA BERPIKIR EDDY SURANTA SEMBIRING BAB I PENDAHULUAN Kerangka berpikir dan perumusan
hipotesis merupakan hal penting dalam penelitian khususnya penelitian kuantitatif. Kerangka berpikir
lahir dari teori. Perpaduan teori dan kerangka berpikir menghasilkan hipotesis. Kerangka pikir
merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat mendasari perumusan hipotesis.
Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan
masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis. Sedangkan,
hipotesis merupakan dugaan sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan
analisis yang cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban
sementara tas masalah yang dirumuskan. Kerangka berpikir dan rumusan hipotesis akan dibahas dalam
tulisan ini sebagai bagaian penting dari penelitian pendidikan. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kerangka
Berpikir Uma Sekaran, 1992 dalam (Sugiyono 2009: 91) mengemukakan bahwa kerangka berpikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir adalah hasil pemikiran peneliti
berdasarkan teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti dan dirumuskan dari masalah
penelitian (Rahma). Kerangka berpikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang
dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban
terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan
pembahasan teoritis. Suriasumantri (2001: 322) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus
menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.
Kerangka berpikir yang berupa penjelasan sementara ini merupakan argumentasi dalam merumuskan
hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. Kerangka berpikir yang
baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis
perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada
variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan
dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada
kerangka berpikir. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan ilmuwan, adalah
alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir yang membuahkan kesimpulan yang
berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang
disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan
sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang
hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Sugiyono (2009)
menjelaskan proses penyusunan kerangka berpikir sebagai berikut:1) menetapkan variabel yang diteliti;
2) membaca buku dan hasil penelitian; 3) mendeskripsikan teori dan hasil penelitian; 4) analisis kritis
terhadap teori dan hasil penelitian; 5) analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian; 6)
sintesa kesimpulan; dan 7) kerangka berpikir. Menurut Rohmahciri kerangka berpikir ini adalah sebagai
berikut: dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan, sekurang-kurangnya terdiri dari 3 paragraf,
biasanya dimulai dengan kata diduga, tidak memuat teori lagi, mengarah pada rumusan masalah, dan
sebaiknya sama banyak dengan rumusan hipotesis penelitian. Lalu, bagaimana kita mengetahui bahwa
kita telah memiliki kerangka berpikir? Kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang
mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolok ukur yang paling mudah adalah apakah kita telah
memiliki pemahaman yang paling mendasar tersebut atau apakah kita mengetahui pemahaman apa
yang mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya. Kerangka berpikir ini berguna untuk menghindari
kesalahan-kesalahan dalam berargumen. Beberapa kesalahan itu adalah tidak konsisten, parsial,
kadaluarsa, generalisasi, dan standar ganda. Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki
kerangka berpikir. Kerangka berpikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada jenis penelitian
kuantitatif. Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat
atau diamati secara langsung oleh penulis. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam yang dapat
digunakan untuk menurunkan hipotesis. 2.2. Rumusan Hipotesis Penelitian 2.2.1. Pengertian Hipotesis
Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan
atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pada penelitian kualitatif hipotesis tidak dirumuskan, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan
hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji dengan pendekatan kuantitatif. 2.2.2. Manfaat dan
Karakteristik Hipotesis Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya
penelitian kuantitatif karena tiga alasan utama yang merupakan manfaatnya: 1) Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk
menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. 2) Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan
benar atau tidak benar 3) Hipotesis alat untuk memajukan pengetahuan Artinya, hipotesis disusun dan
diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti
yang menyusun dan mengujinya. Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar,
sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni: 1) hipotesis diturunkan dari suatu teori; 2)
hipotesis dinyatakan dengan jelas; 3) hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara
jelas; 4) hipotesis harus bebas nilai; 5) hipotesis harus dapat diuji; 6) hipotesis harus spesifik; 7)
Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Borg dan Gall 1979 dalam
(Arikunto 2009: 50) merumuskan cirri hipotesis yang baik bila memenuhi empat kriteria berikut: 1)
hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel; 2) hipotesis
yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritik; 3) hipotesis harus dapat
diuji; 4) rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. 2.2.3. Jenis dan Bentuk Hipotesis Menurut
Rahma, ada dua jenis hipotesis yaitu 1) hipotesis penelitian; dirumuskan secara naratif berdasarkan
kerangka berpikir penelitian & landasan teori yang telah dipilih dan 2) hipotesis statistik; dirumuskan
secara matematis dalam bentuk dua kalimat matematika. Dalam satu penelitian, dapat terjadi ada
hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh
populasi mungkin memiliki hipotesis penelitian tetapi tidak memiliki hipotesis statistik. Hipotesis
penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan, tanpa kata diduga, sudah mengarah
(bagaimana bentuk perbedaan atau hubungan yang dipermasalahkan), dan banyaknya sesuai dengan
kerangka berpikir dan rumusan masalah. Sugiyono mengatakan bahwa hipotesis penelitian dan hipotesis
statistik dapat dibagi dua. Hipotesis penelitian terbagi atas hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis
statistik dibagi menjadi hipotesis kerja dan hipotesis alternatif. Bentuk-bentuk hipotesis penelitian
sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya maka bentuk
rumusan penelitian ada tiga yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Karena itu
bentuk hipotesis penelitian juga dapat dibagi tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yaitu yang berkenaan
dengan variabel mandiri. Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda
atau keadaan ini terjadi pada waktu yang berbeda. Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh Judul Penelitian, Paradigma, Rumusan Masalah, dan Hipotesis (Sugiyno 2009: 104-105) Judul
Penelitian Hubungan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid (gaya
kepemimpinan adalah variabel independen (X) dan prestasi kerja adalah variabel dependen (Y).
Paradigma Penelitian X  Y Rumusan Masalah 1. Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang
ditampilkan? (bagaimana X) 2. Seberapa baik prestasi belajar siswa? (bagaimana Y) 3. Adakah hubungan
positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (Adakah
hubungan antara X dan Y). butir ini merupakan rumusan masalah asosiatif. Rumusan Hipotesis
Penelitian 1. Gaya kepemimpinan yang ditampilkan Kepala Sekolah (X) ditampilkan kurang baik dan
nilainya paling tinggi 60 % dari kriteria yang diharapkan 2. Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan
dan nilainya paling tinggi 65. 3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid, artinya makin baik kepemimpinan Kepala
Sekolah, maka makin baik prestasi belajar murid. BAB III PENUTUP Bagian penutup ini merupakan
kesimpulan yaitu: 1. Kerangka berpikir dan hipotesis penelitian merupakan bagian penting dalam
penelitian khususnya penelitian kuantitatif 2. Ada hubungan antara kerangka berpikir dan hipotesis.
Hipotesis lahir dari teori dan kerangka berpikir. 3. Ada dua jenis hipotesis yaitu hipotesis penelitian dan
hipotesis statistic. Hipotesis penelitian terdiri atas hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipostesis statistic
dibagi menjadi hipotesis kerja dan hipotesis alternative. 4. Hipotesis dibangun atas dasar rumusan
masalah. Ada tiga hipotesis berdasarkan rumusan masalah yaitu: hipotesis deskriptif, komparatif, dan
asosiatif. Sumber: Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Sugiyono.
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009. Suriasumatri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebah
Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.
http://id.search.yahoo.com/search?p=metodologi+penelitian+siti+rohmah&fr=yff35-
sfp&fr2=ond_moz_off&iscqry= (10 September 2012)

Anda mungkin juga menyukai