Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan praktek profesionalnya wewenang bidan diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/Menkes/SK/VII/2002 dan diperbaharui oleh
Undang-Undang No.4 Tahun 2019. Kewenangan bidan berupa memberikan penerangan
dan penyuluhan tentang kehamilan, persalainan, nifas, menyusukan dan perawatan
payudara,. Bidan juga mempunyai kewenangan memberikan obat-obatan meskipun hanya
terbatas dan roboransia, pengobatan tertentu dibidang kebidanan, pemberian obat-obatan
bebas terbatas dimana diperlukan saja. Dari beberapa kewenangan bidan ini yang
bertanggungjawab apabila terjadi hal yag tidak diinginkan yaitu sepenuhnya dilakukan
bidan dalam batas wewenang umum, maka dituntut adalah bidan yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kewenangan bidan dalam pemberian obat dan aspek legalnya ?
2. Bagaimana kewenangan bidan dalam pemberian obat dalam pelayanan kesehatan
anak?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan tentang kewenangan bidan dalam pemberian obat dalam
pelayanan kesehatan anak
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kewenangan bidan dalam pemberian obat dan aspek legalnya
b. Mengetahui kewenangan bidan dalam pemberian obat dalam pelayanan kesehatan
anak

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan dan ketrampilan penulis dalam pemberian obat sesuai
kewenangan bidan, serta meningkatkan pelayanan kesehatan pada anak.
b. Bagi Institusi
Memperkaya kasanah ilmu dan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa lainnya,
khususnya pada materi pemberian obat sesuai kewenangan bidan dan pelayanan
anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bidan
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes, 2017).
Bidan Menurut Ikatan Bidan Indonesia (2016) adalah tenaga professional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa
nifas, memfasilitasidan memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

B. Pengertian Obat
Menurut Badan POM (2016) obat merupakan zat yang digunakan untuk
pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi
penggunanya.
Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan menurut
WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau psikis. Sedangkan
menurut Kebijakan Obat Nasional (KONAS) obat adalah bahan atau sediaan yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit,
gejala sakit, dan/atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi. Oleh
karena itu, pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan,
diberi label dan penandaan yang memuat pernyataan dan/atau klaim (Priyanto, 2008).
C. Penggolongan Obat
Menurut Depkes tahun 2008, obat dapat dibagi menjadi lima golongan yaitu :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa lingkarang
hijau (TC 396) dengan garis tepi berwarna hitam.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat diual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, namun penggunaannya
harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam kemasan. Pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru
(TC 308) dengan garis tepi berwarna hitam.
3. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat merah (TC
165) dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K di tengah yang menyentuh garis
tepi.
4. Obat Psikotropika
Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat memengaruhi susunan
syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda
huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh :
Diazepam, Phenobarbital.
5. Obat Narkotika
Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini
hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter. Contoh : morfin, petidin.

Macam-macam penggolongan obat :


1. Menurut kegunaannya obat dapat dibagi :
a. untuk menyembuhkan (terapeutic)
b. untuk mencegah (prophylactic)
c. untuk diagnosa (diagnostic)
2. Menurut cara penggunaan obat dapat dibagi :
a. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam), adalah obat yang
digunakan melalui orang dan diberi tanda etiket putih.
b. Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar), adalah obat yang cara
penggunaannya selain melalui oral dan diberi tanda etiket biru. Contohnya
implantasi, injeksi, topikal, membran mukosal, rektal, vaginal, nasal, opthal,
aurical, collutio/gargarisma.
3. Menurut cara kerjanya obat dapat dibagi :
a. Lokal, adalah obat yang bekerjanya pada jaringan setempat, seperti obat – obat
yang digunakan secara topikal pemakaian topikal. Contohnya salep, linimenta
dan cream
b. Sistemis, adalah obat yang didistribusikan keseluruh tubuh. Contohnya tablet,
kapsul, obat minum dan lain – lain.

D. Kewenangan Bidan dalam pemberian obat


Dalam setiap Puskesmas atau Rumah sakit, bidan merupakan tenaga profesi
kesehatan yang sangat penting peranannya terutama terhadap pelayanan kesehatan
keluarga. Seorang bidan dalam menjalankan setiap tugasnya mempunyai standar
pelayanan dan kode etik yang harus dipatuhi.adapun wewenang bidan diantaranya:
1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk
mendekatkan pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu
hamil / bersalin , nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini
atau pertolongan pertama sebelun rujukan dapat dilakukan secara cepat dan
tepat waktu
2. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh
bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan
haid. Pengobatan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara
sebelum dirujuk kedokter
3. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan segera merujuk pada dokter.

Menurut keputusan menteri kesehatan RI no. 900/MENKES/VII/2002 tanggal


25 Juli 2002 berikut adalah jenis obat-obatan yang dapat diberikan bidan :
- Ruborantia - Koagulantia
- Vaksin - Anti kejang
- Syok analfilatik (adrenalin, - Glyserin
antihistamin, hidrokorsiton, - Cairan infus
aminophilin 240mg/10ml, - Obat luka
dopamin) - Cairan desinfektan (termasuk
- Sedativa clorine)
- Antibiotika - Obat penanganan asphiksia
- Uterotonika pada bayi baru lahir
- Anipiretika

E. Kewenangan Bidan dalam Pemberian Obat pada Anak


Mengacu pada Undang Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan dan
Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 yang mengatur Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
wewenang bidan yang diatur dalam dua peraturan tersebut adalah:
1. Pemberian suntikan Vitamin K
Vitamin K adalah senyawa yang larut dalam lemak, terutama ditemukan
dalam sayuran berwarna hijau. Kebutuhan diet sangat rendah, karena vitamin
ditambah oleh sintetis bakteri yang mengkontaminasi usus manusia. Ada dua
bentuk vitamin K1 yang ditemukan dalam makanan ( fitonodion ), dan Vit K2
ditemukan dalam jaringan manusia yang disentesis oleh bakteri usus (menakuinan).
a. Nama Genetik : Vit K Fitomenadion
b. Nama Patent : Autoplex 2 peba ( aktifasi factor VIII dan IX ) Kaywan,
Kavitin
c. Indikasi
Sewaktu aktivitas protrombin terdepresi oleh kelebihan warperin atau
difesiensi Vit K.
Vitamin K penting untuk pembentukan protombin yang memungkinkan
darah membeku dan kadarnya dianggap rendah pada bayi baru lahir. Penyakit
hemoragis bada BBL merupakan gangguan jarang yang yang berpotensi fatal dan
berhubungan dengan kadar vitamin K.
Wickham dalam Buku Asuhan Kebidanan dan Kelahiran, mengatakan
bahwa kadar vitamin K yang rendah pada bayi baru lahir adalah normal namun
secara fisiologis sangat diperlukan oleh bayi baru lahir. Menurut Puckett &
Offringa, pada beberapa hari/minggu awal setelah kelahiran, bayi akan membentuk
pasokan vitamin K dari makanan. Diketahui bahwa penyakit hemoragis adalah
penyakit yang sangat jarang namun berpotensi fatal. Dalam beberapa penelitian
yang telah dilakukan, insiden penyakit hemoragis menurun secara bermakna pada
bayi yang mendapatkan vitamin K saat lahir (Chapman, 2006)
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,
maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung
apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan
pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat berupa perdarahan
pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial.
Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi
Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri. Suntikan
Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi
hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul
yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali (Kemenkes,
2010)
2. Pemberian imunisasi sesuai program pemerintah pusat
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar
lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari
imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan
imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar
lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0),
usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1
dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan
diberikan (Campak atau MR).
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan
diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1
SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna
mencegah 6 penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta
Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan
infeksi kuman Hib. Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah penyakit
Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada
kegagalan fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah
penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali
pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin sempurna. Imunisasi
Campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan
radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak. Imunisasi MR
diberikan untuk mencegah penyakit campak sekaligus rubella. Rubella pada anak
merupakan penyakit ringan, namun apabila menular ke ibu hamil, terutama pada
periode awal kehamilannya, dapat berakibat pada keguguran atau bayi yang
dilahirkan menderita cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan gangguan jantung
bawaan (Kemenkes, 2018)
3. Pemberian obat luar alkohol atau povidon iodine sebagai penanganan awal apabila
terjafi infeksi tali pusat
Cara mengobati infeksi kulit atau pusar menurut Buku Pelayanan Neonatal
Esensial adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan sebelum mengobati bayi.
b. Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun
c. secara hati-hati.
d. Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan
e. kering.
f. Olesi dengan Gentian Violet 0,5% atau Povidon Yodium.
g. Cuci tangan kembali.
h. Lakukan 2 kali sehari
4. Pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan infeksi gonore (GO)
Mata harus bersih dari cairan dan peradangan yang apabila terjadi dalam 24
jam sejak kelahiran harus diselidiki karena dapat disebabkan oleh infeksi
gonokokus yang dapat menyebabkan kebutaan. (Chapman, 2006)
Cara mengobati infeksi mata bakteri lokal :
a. Cuci tangan sebelum mengobati bayi.
b. Bersihkan kedua mata bayi 3 x sehari menggunaka kapas/kain bersih dengan
air hangat.
c. Oleskan salep mata Tetrasiklin 1% atau kloramfenikol 0,25% pada bagian
dalam kelopak mata bawah, pada kedua mata.
d. Cuci tangan kembali.
e. Obati sampai kemerahan hilang.

Kewenangan bidan dalam pemberian obat berdasarkan penyakit yang sering muncul
pada anak :
1. Demam
a. Terapi : Paracetamol (PCT)
b. Dosis pemberian :
1) Anak <1 bulan 10-15 mg/ kg BB/ dosis tiap 8 jam sesuai kebutuhan
2) Anak >1 bulan- 12 tahun 10-15 mg/ kg BB/ dosis tiap 8 jam sesuai kebutuhan
3) Jika anak dengan BB 10 kg maka memerlukan PCT 100-150 mg setiap kali
pemberian
c. Batas maksimal pemberian : 4 kali sehari
d. Jarak pemberian minimal : 4 jam
2. Diare
Penanganan menggunakan tablet zinc pada diare
a. Dosis tablet zinc : 1 tablet =20 mg
b. Beri dosis tunggal selama 10 hari
1) Umur < 6 bulan : ½ tablet
2) Umu > 6 bulan : 1 tablet
Penanganan menggunakan cairan intravena untuk penanganan dehidrasi berat
Umur Dosis Awal Dosis Pemeliharaan
30 ml/kg 70 ml/kg
<12 bulan 1 jam 5 jam
12 bulan- 5 tahun 30 menit 2½ jam
3. Disentri
Pengobatan yang didasarkan pada hasil pemeriksaan tinja rutin, apakah terdapat
amuba vegetatif. Jika positif maka diberikan metronidazol 50 mg/kg/BB dibagi tiga
dosis selama 5 hari.
Beri pengobatan antibiotik oral selama 5 hari yang sensistif terhadap sebagian besar
strain shigella.
Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair tanpa dehidrasi
4. ISPA
a. Obat batuk berdahak
 Ambroksol dengan dosis 3xsehari
 Bromhexim dosis 3x sehari
b. Obat batuk tidak berdahak
 Dektromethorpan dosis 3xsehari
 Pseudoefedrin dosis 3xsehari
c. Paracetamol dan ibuprofen
 Dosis umunya 3-4 kali per hari
 Jika demam tinggi berkepanjangan bisa diminum setiap 4 jam
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai