Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep mutu pelayanan keperawatan

1. definisi

Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien


dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan
secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat
guna, dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.

2. Pengukuran mutu pelayanan

Menurut Donabedian, mutu pelayanan dapat diukur menggunakan 3 variabel yaitu


input, proses, dan output/outcome.

a. Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
seperti tenaga, dana, obat, fasilitas peralatan, teknologi, organisasi, dan
infromasi.

Indikator :

Kebutuhan obat dan keperluan laboratorium,


mlengkapi logistik staf medis dan dokter di rumah sakit seperti berkas rekam medis,
catatan perawat atau dokter,melengkapi kebutuhan alat tulis kantor,
memperhitungkan jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit, jumlah
yang kan masuk, jumlah yang akan keluar atau pensiun dan kebutuhan pegawai.

b. Proses adalah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen


(pasien dan masyarakat). setiap tindakan korektif dibuat dan meminimalkan
resiko terulangnya keluhan atau ketidakpuasan pada pasien lainnya. Progam
keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan kesalamatan pasien dan
meningkatkan mutu pelayanan. Interaksi profesional yang lain adalah

4
pengembangan akreditasi dalam meningkatkan mutu rumah sakit dengan
indikator pemenuhan standar pelayanan yang ditetapkan kementrian
kesehatan RI. ISO 9001 : 2000. Pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu di rumah-sakit (RS) telah menjadi harapan dan tujuan utama dari
masyarakat/pasien, petugas kesehatan, pengelola dan pemilik serta
regulator. Berbagai upaya telah dikembangkan untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tersebut. Salah satunya adalah
melalui program Akreditasi Rumah Sakit.

Akreditasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Kementrian Kesehatan (Permenkes) RI No.


159a/Menkes/PER/II/1998 tentang rumah sakit, akreditasi adalah suatu pengakuan
yang diberikan oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah
memenuhi standar minimal yang ditetapkan. Sedangkan menurut Permenkes RI No.
012/2012, menyatakan bahwa akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap
rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi
yang ditetapkan oleh mentri baik dari dalam maupun luar negeri, baik pemerintah
maupun swasta yanng bersifat mandiri dalam proses pelaksanaan, pengambilan
keputusan, dan penerbutan sertifikat status akreditasi. Adapun tujuan akreditasi
rumah sakit adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang semakin selektif dan berhak
mendapatkan pelayanan yang bermutu. Dengan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan diharapkan dapat mengurangi minat masyarakat untuk berobat keluar
negeri. Sesuai dengan Undang-undang No.44 Tahun 2009, pasal, 40 ayat 1,
menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.Meskipun
akreditasi rumah sakit telah berlangsung sejak tahun 1995 dengan berbasis
pelayanan, yaitu 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan, namun dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin kritisnya masyarakat
Indonesia dalam menilai mutu pelayanan kesehatan, maka dianggap perlu
dilakukannya perubahan yang bermakna terhadap mutu rumah sakit di Indonesia.

5
1. Menurut Joint Comission International (JCI)(2011)

akreditasi adalah proses penilaian organisasi pelayanan kesehatan dalam


hal ini rumah sakit utamanya rumah sakit non pemerintah, oleh lembaga akreditasi
internasional berdasarkan standar internasional yang telahditetapkan. Akreditasi
disusun untuk meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
memilih dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada Joint Commission
International (JCI). Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan memilih akreditasi
dengan sistem Joint Commission International (JCI) dikarenakan lembaga
akreditasi tersebut merupakan badan yang pertama kali terakreditasi oleh
International Standart Quality (ISQua) selaku penilai lembaga akreditasi.Standar
ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal
yang tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit. Akreditasi rumah sakit di
Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995, yang dimulai hanya 5 (lima)
pelayanan, pada tahun 1998 berkembang menjadi 12 (dua belas) pelayanan dan
pada tahun 2002 menjadi 16 pelayanan. Namun rumah sakit dapat memilh
akreditasi untuk 5 (lima), 12 (duabelas) atau 16 (enam belas) pelayanan, sehingga
standar mutu rumah sakit dapat berbeda tergantung berapa pelayanan akreditasi
yang diikuti.

2. Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)adalah suatu lembaga independen


dalam negeri sebagai 18 pelaksana akreditasi Rumah Sakit yang bersifat fungsional
dan non-struktural. Visi dan misi dari KARS adalah :

6
a. Visi Menjadi badan akreditasi yang memiliki kredibilitas tinggi ditingkat
nasional dan internasional.

b. Misi: 1) Membimbing dan membantu rumah sakit untuk meningkatkan mutu


pelayanan dan keselamatan pasien melalui akreditasi. 2) Memperoleh pengakuan
internasional sebagai badan akreditasi berkelas internasional oleh ISQua
(International Society Quality in Healthcare) dan memperoleh pengakuan
masyarakat baik ditingkat nasional maupun internasional. c. Tujuan 1)
Diperolehnya pengakuan internasional oleh ISQua (International 2) Society Quality
in Healthcare) dan masyarakat. 19 3) Meningkatnya mutu pelayanan rumah sakit
melalui akreditasi. 4) Meningkatnya keselamatan pasien di rumah sakit melalui
akreditasi. d. Nilai Nilai yang dianut dalam penyelenggaraan akreditasi adalah: 1)
Integritas 2) Profesionalisme 3) Komitmen 4) Teamwork

3. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS)

Edisi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, merupakan standar


akreditasi baruyang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia
pada Januari 2018. Disebut dengan edisi 1, karena di Indonesia baru pertama kali
ditetapkan standar nasional untuk akreditasi rumah sakit (SNARS, 2017).Standar
20 Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 ini,disusun dengan menggunakan
acuan acuan sebagai berikut:

a. Prinsip-prinsip standar akreditasi dari ISQua

b. Peraturan dan perundangan-undangan termasuk pedoman dan panduan ditingkat


Nasional baik dari pemerintah maupun profesi yang wajib dipatuhi
dandilaksanakan oleh rumah sakit di Indonesia

c. Standar akreditasi JCI edisi 4 dan edisi 5

d. Standar akreditasi rumah sakit KARS versi 2012 e. Hasil kajian hasil survei dari
standar dan elemen yang sulit dipenuhi oleh rumah sakit di Indonesia. Standar

7
Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 berisi 16 bab, yang terbagi sebagai berikut
:

a. SASARAN KESELAMATAN PASIEN SASARAN

1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar SASARAN

2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif SASARAN

3: Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harusdiwaspadai (High Alert


Medications) 21 SASARAN

4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar,prosedur yang benar, pembedahan


padapasien yang benar. SASARAN

5 : Mengurangi risiko infeksi terkaitpelayanan kesehatan SASARAN

6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

b. STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PASIEN

1) . Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)

2) . Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

3) . Asesmen Pasien (AP)

4) . Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)

5) . Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

6) . Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)

7) . Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)

c. STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT 22

1) . Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

2) . Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

3) . Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)

8
4) . Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

5) . Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)

6) . Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)

d. PROGRAM NASIONAL

1) . Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

2) . Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.

3) . Menurukan Angka Kesakitan TB

4) . Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)

5) . Pelayanan Geriatri

e. INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN DI


RUMAHSAKIT Ketentuan penggunaan Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit Edisi I sebagaiberikut:

a. Rumah Sakit Pendidikan : 16 bab b. Rumah Sakit non Pendidikan : 15 bab

Indikator :

Memberikan pelayanan kepada pasien dengan sebaiknya dari mulai datang sampai
pasien pulang, Meneliti ulang berapa jumlah kunjungan masuk ke rumah sakit serta
memperhitungkan jumlah statistik rumah sakit, mengontrol manajemen pelayanan
staf medis dan non medis yang bertujuan untuk memberikan dukungan berupa
pengolahan transaksi pada tingkat operasional dan sedikit dukungan pada tingkat
perencanaan taktis serta pengendalian manajemen.

c. Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan,


yaitu berupa perubahan yang terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari
konsumen.

9
Indikator :

Income dan Kepuasan pelayanan terhadap pasien atau pun keluarga pasien,
manajmen dapat diperbaiki bahkan dikembangkan dalam prospek yang lebih baik.
Efektifitas, kuantitas, kwalitas menghasilkan nilai positif bagi manajemen rumah
sakit.

Untuk menilai keberhasilan rumah sakit dalam menjaga maupun


meningkatkan mutu diperlukan indikator-indikator tertentu. Indikator ini telah
disusun dengan WHO untuk menjadi modal bagi rumah sakit untuk melaksanakan
self-assesment tersebut.

1. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari:


a. Angka Pasien dengan Dekubitus;
b. Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
c. Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.
d. Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
e. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.

2. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari


a. Angka Infeksi Luka Operasi.
b. Angka Komplikasi Pasca Bedah.
c. Waktu tunggu sebelum operasi effektif.
d. Angka Appendik normal.

3. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari


a. Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
b. Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
c. Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan.
d. Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan
Bukan Rujukan.

4. Indikator Mutu Pelayanan Medis


a. Angka infeksi nosokomial
b. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
c. Kematian pasca bedah
d. Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)
e. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
g. ADR (Anasthesia Death Rate)
h. PODR (Post Operation Death Rate)
i. POIR (Post Operative Infection Rate)

5. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS

10
6. Unit cost untuk rawat jalan
a. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien
b. Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
1) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari
2) Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan
asal pasien
a) Jumlah pelayanan dan tindakan medik
b) Jumlah tindakan pembedahan
c) Jumlah kunjungan SMF spesialis
d) Pemfaatan oleh masyarakat
e) Contact rate
f) Hospitalization rate
g) Out patient rate
h) Emergency out patient rate

7. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien

8. Indikator tambahan
a. Angka Kematian di IGD (IGD).
b. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
c. Angka Infeksi RS.
d. Reject Analisis (Radiologi).
e. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
f. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
g. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).
h. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).

9. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).

10. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).


a. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
b. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
c. BOR (Bed Occupancy Rate)
d. BTO (Bed Turn Over)
e. TOI (Turn Over Interval)
f. ALOS (Average Length of Stay)
g. Normal Tissue Removal Rate

1. Surat pembaca di koran


2. Surat kaleng
3. Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya
4. Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan kesehatan RS

1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi


2. Pasien diberi obat yang salah
3. Tidak ada obat/alat emergensi
11
4. Tidak ada oksigen
5. Tidak ada alat penyedot lendir
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat tidak sesuai standar
8. Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.

B. Rumus Mutu Pelayanan

Rumus menghitungmutupelayanan Rumah Sakit:

a. BedOccupancyRate (BOR)

Persentase pemakaian tempat tidur pada


satusatuanwaktutertentu.Indikatorini memberikan gambaran tentang
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑆 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


+ × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑇 𝑥

b. AverageLengthofStay (ALOS)

Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini


disamping merupakan gambaran tingkat efisiensi manajemen sebuah
Rumah Sakit, indikator ini juga dapat dipakai untuk mengukur mutu
pelayanan apabila diagnosis penyakit tertentu dapat dijadikan
tracernya (yang perlu pengamatan lebih lanjut).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑆 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


+
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑆 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖)

c. BedTurnOver (BTO)

Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu


(biasanya pertahun) tempat tidur Rumah Sakit. Indikator ini akan
memberikan gambaran tingkat pemakaian tempat tidur Rumah Sakit.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑆 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟

12
d. TOI (TurnOver Interval)

Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat


sampai terisi berikutnya. Indikator ini juga menberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑇 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑖) − ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑆


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

e. NDR (Net Death Rate)

Angka kematian diatas 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap


100 penderita keluar Rumah Sakit.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 48 𝑗𝑎𝑚


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑅𝑆 − 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 48 𝑗𝑎𝑚

f. GDR(Gross Death Rate)

Angka kematian umum penderita keluar dari RS.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑆 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

g. NetInfectionRate

Angka infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada
pasien yang dirawat selama 72 jam dan pasien tersebut tidak
menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah
sakit.

13
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑅𝑆 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑢
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 & 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑎

h. Anasthesia DeathRate

Angka kematian anastesi pasien karena overdosis dan reaksi anastesi


tersebut.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑎𝑠𝑡ℎ𝑒𝑠𝑖𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑆 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

i. PostOperationDeathRate

Angka kematian pasca bedah operasi.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 10 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

j. Normal TissueRemoval Rate

Angka jaringan kanker yang diangkat.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑇𝑖𝑠𝑠𝑢𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡


𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑖𝑠𝑠𝑢𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

k. Maternal DeathRate

Angka kematian ibu melahirkan.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖

l. Foetal Death Rate

14
Jumlah Kematian bayi kurangdari 20 minggu.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑈. 𝐾 < 20 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

m. ContactRate (5mil)

Angkarata–ratapasienyangkeluardari RS.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

n. Hospitalization Rate

Angka rata-rata pasien yang dirawat di RS.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

o. OutPatientRate

Angka rata-rata kunjungan pasien dalam RS.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑏𝑎𝑟𝑢+𝑙𝑎𝑚𝑎)


𝑥 100/mil
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑅𝑆 (𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)

p. Emergency OutRate Patient

Angka rata- rata kunjungan pasien gawat darurat di RS. Variabel


diatas digunakan untuk menghitung mutu pelayanan rumah sakit.

15
Variabel-variabel tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus
mutu pelayanan rumah sakit untuk memberikan hasil tentang kualitas
mutu pelayanan yang berstandart nasional. Hasil perhitungan standar
mutu pelayanan rumah sakit harus dibandingkan dengan masing-
masing standar mutu nasional.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑔𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑢𝑟𝑎𝑡


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

A. Standar Nasional Untuk Mutu Pelayanan Rumah Sakit Di


Indonesia

Standar mutu pelayanan Rumah Sakit :

1) BOR : 75-85%

2) ALOS : 7-10 hari

3) TOI : 1-3 hari

4) BTO : 5-45 hari

5) NDR(48 jam) : <2,5%

6) GDR : <3%

7) Anasthesia Death Rate : 1/5000

8) Post Operation Death Rate : <1%

9) Post Operative Infection Rate : <1%

16
10)Normal Tissue Removal Rate : <10%

11)Maternal Death Rate : <0,25%

12)Neonatal Death Rate : <2%

13)Angka Infeksi Nosokomial : 1-2%

17
B. Indikator infeksi nosokomial

Indikator adalah salah satu cara untuk menilai penampilan dari

suatu kegiatan dengan mengguakan instrument. Indikator merupakan


variable yang digunakan untuk menilai suatu perubahan (Depkes,2001).

WHO dalam depkes tahun 2001 menyatakan bahwa indikator

adalah variable untuk mengukur perubahan. Indikator yang sering


digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur.
Indikator pengendalian infeksi nosocomial menurut depkes 2001
meliputi:

1. Angka pasien dengan decubitus (decubitus ulcer rate)


Luka decubitus adalah luka pad akulit dan /atau jaringan yang
dibawahnya yang terjadi dirumah sakit karena tekanan yang
terus menerus akibat tirah baring. Luka decubitus akan terjadi
bilapenderita tidak bolak balik dalam waktu 2x24 jam. Angka
pasien dengan decubitus adalah banyaknya penderita yang
menderit decubitus dan bukan banyaknya kejadian decubitus.
Rumus yang digunakan untuk mengukur angka pasien dengan
decubitus (APD) adalah:
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑘𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠/𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
× 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝑖𝑟𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑢

2. Angka infeksi karena jarum infus (intavenna cabule infection


rate )
Infeksi karena jarum infus adalah keadaan yang terjadi disekitar
tusukan atau bekas tusukan jarum infus di Rumah Sakit, dan
timbul setelah 3x24 jam yang tidak didahului oleh pemberian
infus atau suntikan lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas,
pengerasan dan kemerahan dengan atau tanpa nanah pada daerha
bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3x24 ja atau kurang dari
waktu tersebut bila infus terpasang. Rumus yang digunakan

18
untuk mengukur angka kejadian infeksi karena jarum infus
(AIKI) adalah :

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐾𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐽𝑎𝑟𝑢𝑚 𝐼𝑛𝑓𝑢𝑠/𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛


× 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑓𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡

3. Angka kejadian luka operasi (wound infection rate)

Adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka


sayatan operasi bersih yang dilaksanakan dirumah sakit ditandai
oleh rasa panas (kalor), kemerahan, pengerasan, dan keluarnya
nanah dalam waktu lebih dari 3x24 jam kecuali infeksi
nosokomial yang terjadi bukan pada tempat luka. rumus yang
digunakan untuk mengukur angka infeksi luka operasi (AILO)
adalah :

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑘𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 /𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑘𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
× 100%

19
C. INDIKATOR KLINIK MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI
SARANA KESEHATAN

1. KESELAMATAN PASIEN
A. Angka Kejadian Dekubitus
Topik Indikator Angka kejadian Dekubitus
Rasional Dekuitus adaah isilah yan digunakan untuk
menggambarkan gangguan integritas kulit. Terjadi
akibat tekanan, gesekan dan atau kombinasi di
daerah kulit dan jaringan di bawahnya.
Formula 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎 𝐷𝑒𝑘𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑑𝑒𝑘𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠
× 100%
Definisi Junlah kejadian decubitus adalah yangmerupakan
operasional jumlah kejadian barudekubitus yang terjadi selama
periode waktu tertentu.
Numerator Jumlahkejadian baru decubitus selama dalam
(Pembilang) perawatan (insiden).
Denumerator Jumlah pasien beresiko terjadi decubitus, yaitu
jumlah pasien yang mempunyai resiko terjadi
decubitus selama periode waktu tertentu. Pasien
yang berisiko terjadi decubitus adalah pasien baru
setelah dilakukan pengkajian memiliki satu atau
lebih faktor resiko sbb :
a. Usia lanjut
b. Ketidakmampuan bergerak pada bagian
tertentu dari tubuh tanpa bantuan, seperti
pada cidera medua spinalis atau cidera
kepala atau mengalami penyakit
neuromuscular.
c. Malnutrisi/status gizi
d. Berbaring lama, mengalami penekanan
disalah satu/lebih area tubuh lebih dari 2 jam
di TT / penggunaan kursi roda
e. Mengalami kondisi kronik seperti DM,
Penyakit vaskuler.
f. Inkontinen urine dan feses, yang dapat
menyebabkan iritasi kulit akibat kulit yang
lembab.

20
Frekuensi Pengumpulan data dilakukan setiap hari
Pelaporan dilakukan setiap bulan

B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat


Topik Kejadia Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat
Indikator
Rasional Kejadiann kesalahan yang terjadi dalam pengobatan
pasien. kejadian kesalahan pengobatan pasien yang
dirawat inap dapat mengakibatkan keadaan fatal atau
kematian. Kejadian nyaris cidera (KNC) pada pasien
(near miss), kejadian ini sebagai tanda bahwa adanya
kekurangan dalam sistem pengobatan pasien dan
mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien.
Kejadian tidak diharpkan (KTD) atau adverse event
adalah : suatu kejadia salah pemberian obat yang
mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan, karena
suatu tindakan atau karena tidak bertindak.
Hasil riset: 1 dari 5 pemberian obat berpotensi
medication error (Leape,2001)
Formula Angka KTD dalam pemberian obat =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑝


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
× 100%

Angka KNC dalam pemberian obat =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑛𝑦𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑐𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑚


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
× 100%

Definisi Kejadian salah pemberian obat : sesuai dengan 6 benar


Operasional 1. Salah pasien:
Dikarenakan salah nama dan tidak sesuai
identitas pada medical record.
2. Salah Waktu :
a.Terlambat pemberian obat (30 menit sesudah
jadwal)
b. Pemberian obat yang terlalu cepat (30 menit
sebelum jadwal )
c. Obat stop tetap dilanjutkan
21
3. Salah Cara Pemberian / route :
Adalah salah cara memberikan obat (oral,
intravena, intra muscular, subcutan,
supositoria, Drip), misal : pemberian
intramuskuler diberikan secara intravena, dll
4. Salah Dosis :
a. Dosis berlebih adalah jika obat diberikan
melebihi dosis obat yang diresepkan dokter.
b. Dosis Kurang adalah jika dosis obat yang
diberikan kurang dari dosis yang
diresepkan dokter
5. Salah obat :
Adalah obat yang diberikan kepada pasien
tidak sesuai dengan yang diresepkan oleh
dokter
6. Salah dokumentasi :
Adalah dokumentasi yang dilakukan tidak
sesuai dengan pelaksanaan .

Kriteria KTD : Kejadian tidak diharapkan (adverse


event) : suatu kejadian salah pemberian obat yang
mengakibatkan cidera yang tidak diharpkan karena
suatu tindakan atau karena tidak bertindak.

Kriteri KNC : Kejadian nyaris cidera (near miss) :


suatu kesalahan pemberian obat akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, yang dapat menciderai pasien
tetapi cidera serius tidak terjadi karena keberuntungan
karena pencegahan atau peringanan.

Numerator Jumlah pasien yang mengalami kejadian pada


( Pembilang ) pemberian kesalahan obat adalah jumlah insident
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau kejadian
nyaris cedera (KNC) yang terjadi dalam 1 hari.
Denumerator Jumlah pasien dalam sehari adalah jumlah pasien yang
dihitung berdasarkan sensus.

C. Angka Kejadian Pasien Jatuh

22
Topik Indentifikasi Pasien jatuh
Indikator
Rasional Jatuh mengakibatkan cedera fisik, trauma psikologis
dan kematian pada pasien usia sama dan lebih dari 65
tahun. Satu dari tiga pasien usia diatas 65 tahun jatuh
setiap tahunnya.
Rekomendasi kelompok untuk mencari angka kejadian
anak yang jatuh dalam kurun waktu tertentu. Kejadian
yang tidak diharapkan yang berhubungan dengan
pasien jatuh meliputi: patah tulang, injuri jaringan
lunak, dan ketakutan jatuh kembali. Intervensi yang
didasarkan pada pengkajian proactive, antisipasi
kebutuhan pasien, dan partisipasi dari tim multidisiplin
dalam pencegahan pasien jatuh adalah kritis.
Formula 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ
× 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ

Defini Pasien jatuh adalah jatuhnya pasien di unit perawatan


Operasional pada saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang
tidak disebabkan oleh serangan stroke, epilepsy ,
seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas.

Angka Kejadian Pasien Jatuh adalah presentasi jumlah


insidensi pasien jatuh yang terjadi yang terjadi di unit
perawatan pada periode waktu tertentu setiap bulan.
Numerator Jumlah pasien jatuh adalah total / jumlah pasien jatuh
(Pembilang) yang dirawat di unit perawatan selama waktu tertentu
setiap bulan.
Denumerator Jumlah pasien yang beresiko jatuh dirawat adalah total
/ jumlah pasien yang beresiko jatuh (faktor intrinsic
dan ekstrinsik) yang dirawat di unit perawatan selama
periode waktu tertentu setiap bulan.

D. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain

Topik Angka Pasien dengan cidera akibat restrain


Indikator
Rasional Pasien yang dipasang restrain sangan berpotensi terjadi
cidera, bisa berua lecet pada kulit, terjatuh, atau
aspirasi.

23
Formula 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑖𝑑𝑒𝑟𝑎 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑒𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛
× 100%
Definisi Cedera akibat restrain adalah cedera berupa lecet pada
Operasional kulit, terjatuh, atau aspirasi yang diakibatkan oleh
pemasangan restrain.

Pengecualiannya adalah semua pasien yang sudah


cidera sebelum dilakukan pemasangan restrain, seperti
lecet atau luka.
Numerator Jumlah pasien cidera akibat pemasangan restrain adalah
(Pembilang) jumlah pasien yang cidera saat dipasang restrain.
Denumerator Total pasien yang dipasang restrain adalah semua
pasien yang terpasang restrain pada periode waktu
tertentu.

E. Angka Keterbatasan Perawatan Diri


Topik Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi,
Indikator berpakaian, toileting, (eliminasi) yang disebabkan oleh
keterbatasan perawatan diri.
Rasional Mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi) merupakan
kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar
tidak timbul masalah – masalah lain sebagai akibat dari
tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan
perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak
nyaan, infeksi saluran kemih, dll.
Pasien yang dirawat karena penyakitnya dapat
mengalami keterbatasan perawatan diri. Keterbatasan
diri tergantung tingkat ketergantungan diri klien pada
asuhan keperawatan sebagian atau total.
Formula Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi,
berpakaian, toileting) pada ingkat ketergantungan
sebagian dan total =

Jumlah pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri

Jumlah pasien dirawat dengan tingkat ketergantungan


sebagian & total X 100%

24
Definisi Tingkat tidak terpenuhinya kebutuhan pasien terhadap
oprasional kebutuhan diri untuk mandi, berpakaian dan toileting
(eliminasi).
Pemenuhan perawatan diri pasien yang mengalami
keterbatasan diri untuk mandi , berpakaian, dan
toileting (eliminasi). Keterbatasan diri dibagi menjadi
keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan
tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan
keperawatan.

Cara Penghitungan :
 Mengisi format sub indikator sesuai dengan
kriteria
 Sub indicator harus terisi sepenuhnya/lengkap
 Dilakukan pada survey waktu tertentu
 Dilakukan penjumlahan pasien yang tidak
terpenuhi kebutuhannya.

Sub indikator tidak terpenuhinya perawatan diri adalah


 Mandi : Kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau
badan, perineum bersih.
 Berpakaian dan berpakaian : Baju bersih dan
kering, rambut rapih, dan wajah segar.
 Toileting : Berkemih (BAK ) dan defekasi
(BAB) pola normal
Numerator Jumlah pasien tidak terpenuhi kebutuhan diri pada
(pembilang) bulan pengukuran
Denumerator Jumlah pasien total dan partial care adalah jumlah
pasien pada bulan pengukuran.
D. Kenyamanan

a. Angka Tatalaksana Pasien Nyeri

Topik Tatalaksana Pasien Nyeri


Indikator
Rasional  Tatalaksana nyeri adlah merupakan inti dari
pelayanan keperawatan. Buruknya pelayanan
keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri adalah
merupakan indikator buruknya KUALITAS
pelayanan.
25
 Penatalaksanaan ditujukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan mempebaiki kualitas hidup pasien.
Tujuan  Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi akan
mencakup skala nyeri yang dialami pasien seperti
yang di definisikan dalam standar nyeri.
 Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan perawat
adalah respon terhadap nyeri yang dikemukakan
oleh pasien untuk mencapai kriteria nyaman/ nyeri
terkontrol.
Formula Persentase pasien dengan nyeri yang
terdokumentasi dalam askep:
Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x
100%
Jumlah total pasien per periode waktu tertentu
Persentase tatalaksana pasien nyeri :
Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x
100%
Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala >4 per
periode waktu tertentu
Definisi  Tindakan perawat adalah tindakan berbagai
Operasional keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk
merespon nyeri sesuai ambang skala yang ditetapkan
dan sesuai dengan rencana perawatan yang dibuat,
termasuk kunjungan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan lain.
 Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak nyaman
yang bersifat subjektif yang diutarakan atau
digambarkan oleh pasien dan perlu ditangani/
dilakukan tatalaksana nyeri
 Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud dengan
tindakan adalah berbagai tindakan yang dilakukan
sebagai respon terhadap ambang nyeri pada skala
nyeri 4 atau lebih TIDAK termasuk follow-up
pengkajian karena termasuk pada kewajiban.
Numerator Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri
(pembilang)
Denumerator Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri pada skala 1/>
per periode waktu tertentu
Sumber data Medical Record Pasien/ Catatan medik pasien

26
Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan
Frekuensi Per bulan
b. Angka Kenyamanan Pasien

Topik Pasien merasa nyaman: Pasien dengan rasa nyeri


Indikator terkontrol
Rasional Nyeri mengakibatkan rasa ketidaknyaman pasien.
Pasien akan puas dengan mempertahankan tingkat
kenyamanan ( nyeri terkontrol ) pada skala nyeri
kurang dari 4 pada skala 0-10, dengan mengidentifikasi
0 sebagai skala nyeri terendah (tidak nyeri)/

Formula Angka kenyamanan pasien :


Jumlah total pasien nyeri yang terkontrol x 100%
Jumlah total pasien yang terdokumentasi nyeri per
periode waktu tertentu

Definisi  Nyeri adalah suatu kondisiyanglebih dari sekedar


Operasional sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
tertentu. Bersifat subjektif dan sangat individual.
 Pasien dengan nyeri terkontrol adalah pasien yang
menunjukkan skala nyeri dibawah 4 sampai dengan
0 pada skala 0-10 atau dengan gold standar :
pasien menyatakan tidak merasakan nyeri, tidak ada
ketakutan, kecemasan dan depresi setelah di berikan
tindakan keperawatan selama periode waktu
tertentu.
Numerator Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol
(pembilang)
Denumerator Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode
waktu tertentu
Sumber Data Medical Record Pasien / catatan medik pasien
Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan
Frekuensi Per bulan

27

Anda mungkin juga menyukai