Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini semua informasi dapat diperoleh dengan mudah oleh setiap
individu. Apalagi di jaman yang semakin modern dan didukung dengan teknologi
yang semakin canggih, seseorang dapat mengakses berbagai hal dengan mudah.
Hal tersebut mengharuskan setiap individu agar berpikir kritis untuk menyaring
semua informasi - informasi yang ada, karena tidak semua informasi yang tersedia
bersifat baik, dengan berpikir kita harus bisa memilah mana yang harus kita ambil
dan mana yang tidak, harus bisa memastikan bahwa informasi yang didapatkan
adalah sebuah fakta, dan harus bisa memilih sumber informasi yag resmi agar
informasi yang kita dapatkan adalah informasi yang akurat dan bermanfaat.
Pengetahuan setiap individu tentunya berbeda-beda, hal tersebut
menentukan cara bepikir seseorang. Semakin banyak pengalaman atau
pembelajaran yang dimiliki oleh seseorang maka individu tersebut akan semakin
kritis dalam menyikapi sesuatu hal yang menurutnya kurang sesuai dengan
pemikirannya karena sudah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan
pengaruh untuk selanjutnya dengan memberikan dan menambahkan ide-ide atau
gagasan agar hal tersebut menjadi lebih baik atau berkembang. Berpikir kritis
melatih kita untuk dapat menemukan solusi terbaik dari sebuah permasalahan
dengan pertimbangan yang sudah dipikirkan dengan matang.
Dalam suatu proses pembelajaran, berpikir kritis sangat dibutuhkan agar
tercapai pembelajaran yang kondusif dimana pelajar dapat mengembangkan
pemikiran dari hasil informasi yang disampaikan oleh pengajar sehingga
mendapatkan pengetahuan yang maksimal. Dengan pengetahuan tersebut dapat
digunakan dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Berkaitan dengan proses pembelajaran, terlebih pada tingkat pendidikan
tinggi dimana pada proses penyusunan penelitian mahasiswa dituntut untuk dapat
berpikir secara kritis dan cermat dalam mengidentifikasi dan menganalisis
masalah seberapa besar pengaruhnya sampai menemukan solusi terbaik untuk
mengatasinya yang didapatkan sebagai cara baru atau pengembangan dari

1
penelitian sebelumnya. Dengan demikian kita perlu melatih diri kita untuk
berpikir kritis agar dapat menemukan kesimpulan dan keputusan yang informatif,
bermanfaat, dan dapat dipertanggung jawabkan. Berdasarkan hal tersebut dalam
makalah ini akan membahas tentang konsep dalam berpikir kritis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan,
bagaimana konsep berpikir kritis kebidanan?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep berpikir kritis kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dan makna berfikir kritis
b. Untuk mengetahui karakteristik berfikir kritis
c. Untuk mengetahui prinsip berfikir kritis
d. Untuk mengetahui model berfikir kritis
e. Untuk mengetahui metode berfikir kritis
f. Untuk mengetahui aspek berfikir kritis
g. Untuk mengetahui fungsi berfikir kritis
h. Untuk mengetahui komponen berfikir kritis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Makna Berfikir Kritis


Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal
dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat
keputusan. Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites berarti judge.
Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode.
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi
situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau
keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah
pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip,
argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan
aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan,
dan kreativitas.
Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses
kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap
semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan
keputusan. Berpikir kritis digunakan untuk beberapa alasan :
1. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2. Penerapan profesionalisme
3. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan
keperawatan.
4. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam
menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas
Menurut para ahli, Pery dan Potter (2005) berpikir kritis adalah suatu
proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau
mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan
berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Strader(1992) Berfikir kritis adalah suatu proses berfikir
sistematik yang penting bagi seorang prfesional. Berfikir kritis akan

3
membantu profisional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berfikir kritis
adalah berfikir dengan tujuan dan mengarah sasaran yang membantu individu
dan membantu penilaian berdasarkan data bukan fikiran.
Berfikir kritis menurut Iskandar (2009) kemampuan berfikir merupakan
kegiatan penalaran yang reflektif, kritis dan kreatif yang beroreientasi pada
suatu proses inteletual yang melibatkan pembentukan kosep (concept
tualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau
di hasilkan dari pengamatan , pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai
landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan.
Berfikir kritis merupakan suatu tehnik befikir yang melatih kemampuan
dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat
tidaknya atau layak tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan
analisis secara rasional tentang semua informasi masukan, pendapat, dan ide-
ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu
keputusan.

B. Karakteristik Berfikir Kritis


Karakteristik Berpikir Kritis terdiri dari :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep
sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang
digenerilisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan
dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi
atau presepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan

4
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Kemandirian berpikir
Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
5. Berpikir adil dan terbuka
Mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
6. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan
yang akan diambil.
7. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai
sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek
terhadap berbagai data dan pendapat, respek tehadap kejelasan dan
ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang diangapnya baik.
8. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.
Untuk sampai kearah mana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai meskipun sebuah argumen dapat disusun dari
berapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang
berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarlisasi maka haruslah
berdasarkan relenvansi, keakuratan fakta-fakta, berdasarkan sumber yang
kredibel, teliti, tidak benar dari logika yang keliru, logika yang konsisten
dan pertimbangan yang matang.
9. Sudut pandang
Cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan
kontruksi makna seseorang yang berfikir dengan kritis akan memandang
sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

5
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan
Beyer (dalam Surya, 2011) yaitu:
1. Watak (Dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai
sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek
terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan
ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
2. Kriteria (Criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.
Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari
beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang
berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah
berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan
sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru,
logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
3. Argumen (Argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-
data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan,
penilaian, dan menyusun argumen.
4. Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau
beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan
antara beberapa pernyataan atau data.
5. Sudut pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini,
yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir
dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut
pandang yang berbeda.

6
6. Prosedur Penerapan Kriteria (Procedures for Applying Criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.
Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan
keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

C. Prinsip Berfikir Kritis


Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta,
kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data
menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer
membutuhkan kemampuan untuk menetapkan prioritas pemecahan masalah.
Umumnya untuk pemecahan masalah selalu menggunakan metoda coba-coba
dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”).
Pembuatan keputusan dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani hal
yang lalu dan hal yang akan datang pada saat manajer hendak mengadakan
suatu perubahan.
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan di atas adalah
salah satu penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya
penyelesaian masalah adalah kurang tepat mengidentifikasi masalah. Oleh
karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting. Kualitas
hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai,
sikap dan pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah.
Terutama waktu yang cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.

D. Model Berfikir Kritis


1. Feeling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas
keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam
pemeriksaan tanda vital, petugas merasakan gejala, petunjuk dan
perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.

7
2. Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir,
mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan
hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan
kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-
prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk
merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini di gunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi.
Petugas menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini
digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari,
meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan
sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli,
1. Menurut Costa and colleagues (1985) klasifikasi berpikir dikenal sebagai
“the six R” yaitu:
a) Remembering ( mengingat)
b) Repeating (mengulang)
c) Reasoning (memberi alasan)
d) Reorganizing (reorganisasi)
e) Relating (berhubungan)
f) Reflecting (merenungkan)
2. Lima model berpikir kritis
a) Total recall (kemampuan mengingat kembali)
b) Habits ( kebiasaan)
c) Inquiry ( penyelidikan / menanyakan keterangan )
d) New ideas and creativity (ide-ide baru dan kreativitas)
e) Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)

8
E. Metode Berfikir Kritis
Beberapa metode berpikir kritis adalah sebagai berikut :
1. Debate
Berpikir kritis dapat dengan menggunakan perdebatan atau argumentasi
2. Individual decision
Individu berdebat dengan dirinya dalam proses pengambilan keputusan
3. Group discussion
Berpikir kritis melalui diskusi dalam kelompok
4. Persuasi
Merupakan metode berpikir kritis dengan perbuatan, keyakinan, sikap,
dan nilai-nilai dengan berbagai alasan, arguman atau bujukan
5. Propaganda
Metode berpikir kritis dengan sengaja mempengaruhi secara baik atau
buruk.
6. Coercion
Mengancam/ menggunakan kekuasaan untuk memaksakan kehendak.
7. Kombinasi

F. Aspek Berfikir Kritis


Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Relevance yaitu keterkaitan dari pernyataan yang dikemukan.
2. Importance, yaitu penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang
dikemukaan.
3. Novelty, yaitu kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide
atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang
lain.
4. Outside material yaitu menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan -
bahan yang diterimanya dari perkuliahan.
5. Ambiguity clarified yaitu mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut
jika dirasakan ada ketidak jelasan.

9
6. Linking ideas, yaitu senantiasa menghubungkan fakta, ide atau
pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil
dikumpulkan.
7. Justification yaitu memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap
suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.

G. Fungsi Berfikir Kritis


1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas kebidanan sehari-hari
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu- isu dalam kebidanan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing idikasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam kebidanan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data kebidanan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas kebidanan
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam kebidanan
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai- nilai
keputusan
13. Mengevaluasi penampilan kinerja dan kesimpulan dalam kebidanan

H. Komponen Berfikir Kritis


Komponen berpikir kritis itu sendiri meliputi ;
1. Pengetahuan dasar spesifik
Pengetahuan dasar ini meliputi teori dan informasi dari ilmu-ilmu
pengetahuan, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu keperawatan dasar.

10
2. Pengalaman
Pengalaman perawat dalam praktik klinik akan mempercepat proses
berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk
melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat
indranya dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar.
Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus/
rangsangan yang berasal dari sumber belajar yaitu :
a) Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara
manusia baik verbal maupun nonverbal.
b) Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang
meliputi benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan
sebagainya.
c) Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang
mewakili suatu objek dan peristiwa nyata.
d) Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan
dalam berbagai macam media.
e) Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang
membantu mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa
berlangsung atau jalan terus.
3. Kompetensi
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung
jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan
tertentu. Kompetensi merupakan kemampuan individual yang dibutuhkan
untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan yang dilandasi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai kriteria unjuk kerja
yang dipersyaratkan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berfikir kritis merupakan suatu tehnik befikir yang melatih kemampuan
dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang
tepat tidaknya atau layak tidaknya suatu gagasan yang mencakup
penilaian dan analisis secara rasional tentang semua informasi
masukan, pendapat, dan ide-ide yang ada, kemudian merumuskan
kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.
2. Karakteristik berfikir kritis terdiri dari watak (dispositions), kriteria
(criteria), argumen (argument), pertimbangan atau pemikiran
(reasoning), sudut pandang (point of view), dan prosedur penerapam
kriteria (procedures for applying criteria).
3. Prinsip berpikir kritis untuk menetapkan suatu masalah adalah
mengetahui fakta, kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan
interpretasi data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya
masalah tersebut. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah
adalah kurang tepat mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu
identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting. Kualitas hasil
tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah
4. Terdapat tiga model dalam berpikir kritis antara lain feeling model,
vision model, dan examine model.
5. Metode berpikir kritis terdiri dari debate, indiviual decision, grup
discussion, persuasi, propaganda, coercion, dan combinasi.
6. Perilaku berfikir kritis dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya
relevance, importance, novelty, outside material, ambiguity clarified,
linking ideas, justification.
7. Fungsi berpikir kritis dalam kebidanan antara lain mengidentifikasi dan
merumuskan masalah kebidanan; menganalisis pengertian hubungan
dari masing-masing idikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat
hubungan; menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan

12
tindakan yang dilakukan; menguji asumsi-asumsi yang berkembang
dalam kebidanan, dll.
8. Komponen berfikir kritis meliputi pengetahuan dasar spesifik,
pengalaman, dan kompetensi.

B. Saran
Setelah mengetahui konsep berfikir kritis diharapkan dapat meningkatkan
daya bepikir pembaca agar lebih kritis lagi dalam mengevaluasi informasi dan
megujinya dengan ilmiah sehingga dapat memecahkan masalah dan
mendapatkan kesimpulan berupa gagasan atau ide-ide baru yang dapat
diterapkan untuk memperbaiki yang sudah ada.
Untuk penyusun makalah selanjutnya diharapkan bisa melengkapi materi
beserta contoh dalam per subbab materi agar membantu para mahasiswa atau
pembaca dalam memahami bahasan berpikir kritis dalam bidang kebidanan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC.


Costa, Arthur. 1985. Developing Minds a Resource Book for Teaching
Thinking.Alexandria: ASCD.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Pers.
Magnis, Franz.1992. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta : Kanisius.
Muzaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Perry dan Potter.2005.Berpikir Kritis dalam Proses Pendidikan. Jakarta: EGC
Rosyanti, Lilin, Indriono Hadi. 2017. Modul Bahan Ajar Metodologi
Keperawatan: Berpikir Kritis. Kendari : Poltekkes Kendari.
Soeparto, Pitono, dkk. 2008. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya : GRAMIK.
Strader. 1992. Berpikir Kritis Proses Pengujian. Bandung: Angkasa.
Surya, Hendra. 2011.Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar.Jakarta:
Gramedia

14

Anda mungkin juga menyukai