Anda di halaman 1dari 8

NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS SUPERVISED BREAST CARE TERHADAP


PENCEGAHAN PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU
NIFAS DI RUMAH SAKIT WILAYAH KECAMATAN
PONTIANAK SELATAN

HAYATI FAUZIAH
NIM I31110003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN 2014
EFEKTIVITAS SUPERVISED BREAST CARE TERHADAP PENCEGAHAN
PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT
WILAYAH KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

Oleh :
Hayati Fauziah*
Titan Ligita**
Murtilita**

Abstrak
Latar belakang : ASI mengandung zat antibodi yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.
Namun, besarnya manfaat ASI tidak diimbangi oleh peningkatan pemberian ASI sehingga bayi tidak
mendapatkan ASI dengan baik dikarenakan terjadinya masalah dalam menyusui seperti pembengkakan
payudara. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegahnya yaitu dengan supervised breast care.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya efektivitas dari supervised breast care
terhadap pencegahan pembengkakan payudara pada ibu nifas.
Metode : Jenis penelitian ini yaitu eksperimen semu dengan post test only non equivalent control group.
Jumlah sampel yaitu 26 ibu nifas yang dilakukan dengan consecutive sampling. Analisa penelitian
menggunakan uji statistik Mann Whitney.
Hasil : Berdasarkan analisa data terdapat perbedaan skala pembengkakan payudara setelah dilakukan
perawatan payudara, dengan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan hasil nilai p = 0,000 dimana
nilai p < 0,05.
Kesimpulan : Pada penelitian ini ada perbedaan terjadinya pembengkakan payudara pada ibu nifas
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan supervised breast care terhadap
kelompok intervensi.

Kata Kunci : Pembengkakan payudara, ibu nifas, supervised breast care

THE EFFECTIVENESS OF SUPERVISED BREAST CARE TO PREVENT


BREAST ENGORGEMENT IN PUERPERAL WOMEN IN HOSPITALS IN
SOUTH PONTIANAK

Abstract
Background : Breast milk contains antibodies that protect infants from infectious diseases. However,
the benefits of breastfeeding are not followed by the increase of providing breast milk. Consequently,
the infants are not breastfed properly since there is a problem in breastfeeding such as breast
engorgement. Therefore, supervised breast care is considered to be a good prevention.
Objective : This study was conducted to determine whether there was an effectiveness of supervised
breast care to prevent breast engorgement in puerperal women.
Method : This study generated a post test only quasy experimental design with control group. The
number of the samples was 26 puerperal women who were obtained from consecutive sampling method.
This study was analized statistically by using Mann Whitney test.
Result : It has revealed that there was a significant difference in breast engorgement scale between the
two groups since the p value was 0.000.
Conclusion : In this study, there was a significant difference in breast engorgement scale between the
intervention group where supervised breast care was provided for four days to puerperal women.

Keyword : Breast engorgement, puerperal woman, supervised breast care

* Nursing Student Tanjungpura University


** Nursing Lecturer Tanjungpura University
PENDAHULUAN terasa penuh. Selain itu bisa disebabkan oleh
statis aliran vena dan limfatik, peningkatan
Ada beberapa masalah menyusui yang kongesti dan vaskularitas, dan akumulasi serta
sering terjadi pada masa pascapersalinan dini statis ASI. Tanda dan gejala yang muncul
yaitu seperti puting susu terbenam atau datar, seperti kulit menegang, mengilat, kemerahan,
puting susu lecet, saluran susu tersumbat, payudara terasa hangat, nyeri tekan, keras, dan
payudara bengkak, dan akhirnya terjadi mastitis dapat disertai demam (Sinclair, 2010).
hingga abses (Leveno, 2009). Berdasarkan data Payudara yang mulai terasa kencang,
WHO tahun 2010, persentase ibu yang bengkak, dan tidak nyaman terjadi ketika ASI
menyusui secara eksklusif selama enam bulan mulai diproduksi. Namun agar tidak mengalami
pertama di Amerika hanya 13% dan di tahun kesulitan selama menyusui, perlu dilakukan
2011 sebesar 16,3%, sedangkan di Indonesia perawatan payudara setelah melahirkan dan
sebesar 32% di tahun 2008. Berdasarkan data menyusui bayi segera dan sesering mungkin
dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan (Indivara, 2009). Adapun penelitian yang
Barat tahun 2012, persentase bayi yang diberi dilakukan oleh Nur Sholichah (2011) yang
ASI eksklusif hanya mencapai 44,96% dari menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
70.227 jumlah bayi dan kota Pontianak hanya antara perawatan payudara ibu postpartum
mencapai 63,76%. Tentunya persentase ini dengan kelancaran pengeluaran ASI. Sama
masih berada dibawah target pencapaian ASI halnya dengan Sholichah (2011), penelitian
eksklusif yang ditetapkan oleh Depkes RI yaitu yang dilakukan oleh Ayu Fitria (2012)
sebesar 80%. Menurut data dari Dinas mengenai faktor-faktor yang berhubungan
Kesehatan Kota Pontianak, Kecamatan dengan kelancaran produksi ASI pada ibu
Pontianak Selatan merupakan kecamatan menyusui, salah satu faktor yang
dengan jumlah kelahiran tertinggi dan menurut mempengaruhi kelancaran produksi ASI yaitu
data dari Puskesmas Gang Sehat bahwa Rumah dengan melakukan perawatan payudara.
Sakit Bersalin Jeumpa Pontianak memiliki Perawatan payudara merupakan
jumlah kelahiran terbanyak dibanding rumah perawatan yang dapat dilakukan pada ibu masa
sakit lain dan klinik bidan swasta yang ada di nifas dengan melakukan beberapa tindakan
Kecamatan Pontianak Selatan sehingga seperti penggunaan bra yang tepat, posisi dan
penelitian akan dilakukan di rumah sakit perlekatan menyusui yang baik, kompres
tersebut. Tercatat jumlah ibu yang melahirkan hangat dan pengeluaran susu secara manual
di bulan Februari 2014 secara normal yaitu ataupun dengan alat pompa payudara. Ada 2
sebanyak 28 orang. Selain Rumah Sakit macam perawatan payudara yang dilakukan
Bersalin Jeumpa Pontianak, penelitian juga yaitu secara supervisi dan mandiri. Supervised
dilakukan di Rumah Sakit Bayangkara breast care dilakukan dengan memberi
Pontianak sebagai tempat alternatif jika jumlah pendidikan kesehatan dan mengawasi ibu-ibu
sampel belum terpenuhi. yang baru melahirkan untuk melakukan
Prevalensi ibu-ibu yang mengalami perawatan payudara selama 3 hari berturut-turut
pembengkakan payudara di Indonesia masih dan akan dilihat pengaruh perawatan payudara
belum terdeteksi. Begitu pula di Kalimantan tersebut terhadap pembengkakan payudara pada
Barat, khususnya kota Pontianak, belum ada hari keempat. Namun, perawatan payudara
data yang pasti mengenai masalah ini karena secara mandiri hanya diberi sekali pengajaran
belum ada data statistik yang mendukung atau di hari pertama saja, hari kedua sampai hari
sehingga penulis melakukan studi pendahuluan ketiga dilakukan sendiri oleh ibu dan dihari
di Puskesmas Gang Sehat Kecamatan keempat dilihat juga pengaruh perawatan
Pontianak Selatan dengan mewawancarai salah payudara tersebut. Kemudian dibandingkan
satu bidan dan ibu-ibu yang masih menyusui terjadinya pembengkakan payudara antara
bayinya. Menurut bidan yang bertugas di sana, supervisi dengan mandiri.
banyak ibu-ibu pascapersalinan hari ketiga Belum adanya penelitian mengenai
mengeluh payudaranya bengkak dan nyeri. Hal supervisi perawatan payudara pada ibu masa
ini didukung pula oleh pernyataan ibu-ibu yang nifas membuat penulis tertarik untuk
mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami melakukan penelitian tentang efektivitas
bengkak-bengkak dan merasa sakit ketika supervised breast care terhadap pencegahan
menyusui bayinya. pembengkakan payudara pada ibu nifas di
Pembengkakan payudara merupakan rumah sakit wilayah Kecamatan Pontianak
suatu kondisi yang terjadi karena ibu menunda Selatan.
atau menolak menyusui bayi ketika payudara
METODE PENELITIAN apakah dilakukan perawatan payudara atau
tidak dan apa yang dirasakan payudara ibu
Jenis penelitian ini adalah penelitian setelah mendapatkan intervensi tersebut.
kuantitatif dengan desain penelitian quasy
experiment (eksperimen semu) dengan post test Selain itu, penelitian ini juga
only non equivalent control group (tidak menggunakan instrument khusus untuk melihat
terdapat pre test dan tidak dilakukan tingkat pembengkakan payudara dengan
randomisasi). Penelitian ini mengujicoba suatu menggunakan skala engorgement menurut Hill
intervensi pada sekelompok subjek dengan dan Humenick dalam Whittlestone. Ada 6 nilai
kelompok pembanding dengan cara skala pembengkakan payudara yaitu, skor 1 =
membandingkan data akhir antara kelompok lembut, tidak ada perubahan pada payudara;
perlakuan dengan kelompok kontrol. skor 2 = sedikit keras pada payudara; skor 3 =
keras, tapi payudara tidak perih; skor 4 = keras
Populasi dalam penelitian ini adalah dan payudara mulai perih; skor 5 = keras dan
semua pasien yang sudah melahirkan secara perih; skor 6 = sangat keras dan sangat perih.
normal di Rumah Sakit Bersalin Jeumpa Nilai reliabilitas dari instrumen ini yaitu r =
Pontianak dan Rumah Sakit Bayangkara 0,84 (Humenick, 1994 dalam Priya, 2012).
Pontianak. Pengambilan sampel menggunakan
teknik non-probability sampling dengan Efektivitas supervised breast care
consecutive sampling yaitu memilih sampel terhadap pencegahan pembengkakan payudara
dengan memilih semua individu yang dijumpai pada ibu nifas dalam penelitian ini dianalisa
dan memenuhi kriteria hingga jumlah sampel dengan menggunakan uji statistik uji t tidak
yang diinginkan terpenuhi. Kriteria sampel berpasangan (independen t-test).
pada penelitian ini adalah sudah melahirkan
secara normal di Rumah Sakit Bersalin Jeumpa HASIL PENELITIAN
dan Rumah Sakit Bayangkara Pontianak baik
primigravida maupun multigravida dan Responden dalam penelitian ini adalah
merupakan pasien hari pertama postpartum. 26 ibu nifas yang dibagi menjadi dua kelompok
Klien yang melahirkan secara sesar, lebih dari yaitu kelompok intervensi dan kelompok
sehari postpartum, dan telah mengalami kontrol dengan masing-masing jumlah
pembengkakan payudara tidak dimasukkan responden sebanyak 13 orang.
pada sampel penelitian ini.
Analisis univariat menjelaskan tentang
Variabel terikat (dependent variable) karakteristik responden, sedangkan analisis
dalam penelitian ini yaitu pembengkakan bivariat menjelaskan tentang efektivitas
payudara pada ibu nifas, sedangkan variabel supervised breast care dengan menggunakan
bebasnya (independent variable) yaitu uji t tidak berpasangan (independen t-test).
intervensi perawatan payudara yang dilakukan Namun uji t tidak berpasangan ini dapat
secara supervisi atau supervised breast care. digunakan apabila distribusi datanya normal
dengan diketahui nilai signifikan dari Shapiro-
Instrument penelitian yang digunakan Wilk > 0,05.
dalam penelitian ini dengan cara observasi dan
wawancara. Observasi dilakukan dengan Tabel 1 : Uji Normalitas Data Pada Kelompok
mengamati payudara ibu yang telah memenuhi Intervensi dan Kontrol
kriteria inklusi pada kelompok intervensi dan
Shapiro-Wilk
kelompok kontrol, apakah mengalami
pembengkakan atau tidak. Kelompok intervensi Kelompok Statistic df Sig.
diberikan perlakuan berupa supervised breast
care selama 3 hari berturut-turut dan dilihat Skala intervensi .646 13 .000
efeknya pada hari keempat, sedangkan pada pembengka
kelompok kontrol hanya dilakukan pada hari kan kontrol .790 13 .005
pertama saja dan dilihat efeknya pada hari payudara
keempat juga. Hasil dari obervasi dimasukkan
ke dalam lembar observasi apakah dilakukan
Berdasarkan tabel 1, didapatkan hasil
perawatan payudara tiap harinya atau tidak dan
bahwa distribusi data tidak normal dengan
dilihat skala pembengkakannya. Selain itu juga
diketahui nilai signifikan untuk kelompok
dilakukan wawancara pada responden untuk
intervensi yaitu 0,000 (p<0,05), sedangkan
mengetahui karakteristik ibu, menanyakan
untuk kelompok kontrol yaitu 0,005 (p<0,05). efektif, penggunaan bra yang mendukung atau
Oleh karena nilai p<0,05 maka tidak dilakukan tidak berkawat dan menyusui tanpa batasan
independen t-test dan dilanjutkan dengan waktu dan sesering mungkin (Lawrence, 2011
menggunakan uji alternatif Mann Whitney. dalam Toronto Public Health, 2013). Penelitian
ini melakukan perawatan payudara dengan cara
Tabel 2 : Uji Efektivitas Supervised breast care yang berbeda yaitu dengan supervised breast
terhadap Nilai Post Test (Skala) care dimana ibu-ibu yang berada pada masa
Responden nifas akan diawasi atau disupervisi dalam
melaksanakan perawatan payudaranya.
Median
p
n (minimum- Ada 4 aspek perawatan payudara yang
maximum) dilakukan. Pertama, penggunaan bra yang tepat.
Kelompok Menurut Judith dan Anna (2011), untuk ibu
13 1,00 (1,00-2,00) 0,000 yang menyusui harus menghindari bra yang
intervensi
berkawat dan elastis disekitar cup bra karena
Kelompok
13 3,00 (2,00-4,00) dapat menekan dan mencegah dari saluran atau
kontrol
aliran ASI, serta tidak menggunakan bra selama
tidur. Masih ada beberapa responden dalam
Berdasarkan tabel 2, didapatkan data penelitian ini yang menggunakan bra berkawat
bahwa nilai atau angka significancy dengan uji dalam kesehariannya. Alasan ibu menggunakan
Mann Whitney yaitu 0,000. Oleh karena nilai bra yang berkawat karena persediaan bra yang
p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada di rumah hanya ada bra yang berkawat dan
terdapat perbedaan bermakna antara belum membeli bra yang khusus untuk
pembengkakan payudara pada kelompok menyusui. Alasan ini bisa dikarenakan faktor
intervensi yang disupervisi dan pembengkakan ekonomi ibu yang rendah sehingga tidak
payudara pada kelompok kontrol yang tidak mampu untuk membeli bra khusus untuk
disupervisi (mandiri). menyusui yang harganya lebih mahal daripada
bra biasa.
PEMBAHASAN
Kedua, posisi dan perlekatan menyusui
Hasil penelitian yang dilakukan yang baik. Ada beberapa posisi menyusui yang
terhadap 26 responden ini didapatkan bahwa dapat digunakan oleh ibu seperti cross-cradle
ada perbedaan bermakna antara skala position, cradle-position, footbal position dan
pembengkakan payudara pada kelompok side-lying position (Toronto Public Health,
intervensi yang disupervisi dan skala 2013). Perlekatan yang baik juga harus
pembengkakan payudara pada kelompok didukung oleh posisi menyusui bayi yang tepat
kontrol yang tidak disupervisi (mandiri) di RS. (Varney, 2013). Teori ini didukung oleh fakta
Bersalin Jeumpa Pontianak dan RS. yang terjadi di lapangan pada saat penelitian
Bayangkara Pontianak tahun 2014. Hal ini bahwa sebagian besar ibu-ibu dengan posisi dan
ditunjukkan dari hasil uji Mann Whitney dengan perlekatan menyusui yang sudah baik, jarang
p=0,000, artinya nilai signifikansi lebih kecil terjadi lecet atau nyeri pada putingnya. Keadaan
dari 0,05. ini dialami oleh ibu-ibu terutama yang berada di
kelompok intervensi karena setiap harinya ibu-
Penelitian mengenai supervised breast ibu tersebut mendapatkan pengawasan dan
care pada ibu nifas memang belum ada pengajaran jika ada posisi dan perlekatan
dilakukan. Menurut Bahiyatun (2009), ASI menyusui yang kurang baik.
yang tidak lancar dapat disebabkan oleh
akumulasi air susu dan kongesti yang dapat Ketiga, kompres hangat sebelum
menyebabkan penyumbatan pada saluran limfa menyusui. Kompres hangat dilakukan sebelum
dan vena yang terjadi pada hari ketiga ibu menyusui selama 15-20 menit guna
postpartum. Keadaan ini dapat memicu menstimulasi aliran susu dan refleks letdown
terjadinya pembengkakan payudara dan (Mohrbacher, 2010). Berdasarkan penelitian
akhirnya terjadi mastitis. yang dilakukan oleh Arora S., et. al (2008) yang
meneliti tentang perbandingan daun kubis
Manajemen yang terbaik untuk dengan kompres hangat dan dingin sebagai
pembengkakan payudara adalah pencegahan penanganan pada pembengkakan payudara,
seperti posisi dan perlekatan menyusui yang ternyata kedua perawatan ini sama-sama efektif
dalam mengurangi pembengkakan payudara Berdasarkan hasil penelitian dan
dan nyeri payudara pada ibu nifas. Namun, pembahasan efektivitas supervised breast care
kompres hangat dan dingin lebih efektif terhadap pencegahan pembengkakan payudara
dibandingkan daun kubis untuk meringankan pada ibu nifas di rumah sakit wilayah
nyeri selama pembengkakan payudara. Berbeda Kecamatan Pontianak Selatan, maka dapat
dari Arora (2008), penelitian yang dilakukan disimpukan bahwa hasil analisis uji statistik
oleh peneliti hanya menggunakan kompres Mann Whitney yang didapatkan nilai p=0,000,
hangat saja yang dilakukan sebelum ibu yaitu p lebih kecil dari 0,05 yang artinya
memberikan ASI kepada anaknya, sedangkan terdapat efektivitas supervised breast care
kompres hangat dan dingin dalam penelitian terhadap pencegahan pembengkakan payudara
Arora (2008) yaitu diberikan kepada ibu-ibu pada ibu nifas di rumah sakit wilayah
nifas yang sedang mengalami pembengkakan Kecamatan Pontianak Selatan.
payudara dan kompres hangat-dingin tersebut
dilakukan secara bergantian mulai dari panas ke Berdasarkan hasil dalam penelitian ini,
dingin guna menstimulus dan meredakan nyeri diharapkan bagi bidang ilmu keperawatan,
bengkak. Meskipun terdapat perbedaan dalam perawatan payudara khususnya supervised
pelaksanaannya, tujuan peneliti melakukan breast care dapat dijadikan intervensi mandiri
kompres hangat yaitu untuk membantu perawat dalam mencegah pembengkakan
menstimulus aliran susu dan refleks let down payudara pada ibu nifas dengan memberikan
ibu agar ibu yang berada di hari pertama hingga penyuluhan kesehatan mengenai perawatan
ketiga pascamelahirkan bisa menghasilkan ASI payudara dan diawasi pelaksanaan tiap harinya.
secepatnya dan bayi pun bisa mendapatkan ASI Bagi institusi pelayanan kesehatan, supervised
eksklusif. breast care dapat diaplikasikan dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit atau
Keempat, pengeluaran susu secara puskesmas atau layanan praktik kesehatan
manual atau pompa payudara bila payudara lainnya khususnya keperawatan maternitas
penuh. Menurut Women and Newborn Health dalam mencegah masalah-masalah dalam
Service (2013), bayi yang sulit untuk menyusui seperti pembengkakan payudara.
mendapatkan ASI dikarenakan payudara ibu Bagi masyarakat, penyuluhan kesehatan
yang bengkak dan keras dapat dilakukan mengenai supervised breast care dapat
pengeluaran ASI secara manual ataupun dengan menambah pengetahuan masyarakat akan
pompa payudara. Pengeluaran ASI dibutuhkan pentingnya melakukan perawatan payudara
untuk menjaga atau mempertahankan suplai pada masa nifas dan dijadikan terapi untuk
ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian yang mencegah pembengkakan payudara selama
dilakukan oleh Whittlestone yang melakukan menyusui dan bagi peneliti selanjutnya,
pengeluaran susu pada ibu menyusui dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
menggunakan breast expresser. Breast perbandingan bahkan pengembangan untuk
expresser (pompa payudara) memang lebih penelitian supervised breast care selanjutnya
efektif dalam mengeluarkan atau dengan metode dan cara yang berbeda guna
mengosongkan ASI dari payudara ibu yang meningkatkan kenyamanan ibu-ibu selama
mengalami pembengkakan. Jika dibandingkan memberikan ASI eksklusif ke anak-anaknya.
dengan pengeluaran ASI secara manual
(dengan tangan), pompa payudara memang jauh DAFTAR PUSTAKA
lebih mahal harganya. Pengeluaran susu secara
manual dengan tangan memang lebih ekonomis 1. Arora, Smriti, et. al. (2008). A
dan terjangkau daripada menggunakan pompa. Comparison of Cabbage Leaves vs Hot
Namun, jika dilihat dari segi tenaga dan waktu, and Cold Compresses in The
secara manual membutuhkan waktu yang lebih Treatment of Breast Engorgement. Indian
lama untuk mengeluarkan ASI dan ibu harus Journal of Community Medicine, 33(3),
menggunakan tenaga yang lebih untuk 160-162.
memeras ASI tersebut. Hal ini akan membuat
ibu cepat lelah dan besar kemungkinan untuk 2. Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan
memberikan susu formula. Kebidanan Nifas Normal. EGC: Jakarta.

KESIMPULAN 3. Fitria, Ayu. (2012). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kelancaran
Produksi ASI pada Ibu Menyusui di
Rumah Bersalin Hartini Desa Jeulingke http://www1.toronto.ca/City%20Of%20T
Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda oronto/Toronto%20Public%20Health/Co
Aceh. Jurnal Kesehatan Masyarakat. mmunicable%20Disease%20Control/Im
Diperoleh 13 Februari 2014, dari munization/protocols.pdf
http://lppm.stikesubudiyah.ac.id/jurnal/A
YU_FITRIA-du0-jurnal_ayu_fitria.pdf 12. Varney, Helen, et al. (2013). Varney’s
Midwifery (5th ed.). World Headquarters:
4. Hill, P. D., Humenick, S. S. (1994). The Jones & Bartlett, 1167.
Occurence of Breast Engorgement.
Journal of Human Lactation, 10(2): 79- 13.Whittlestone. (__). Efficacy Report of The
86. Whittlestone Breast Expresser as a
Treatment for Breast Engorgement.
Diperoleh 19 Februari 2014, dari
5. Indivara, Nadia. (2009). The Mom’s
http://www.whittlestone.com/documents/
Secret. Pustaka Anggrek: Yogyakarta.
breastengorgementtreatment.pdf.
6. Lawrence, R.A., Lawrence, R.M. (2011). 14.Women and Newborn Health Service.
Breastfeeding: A guide for the medical (2013). Breastfeeding and Breast Care.
profession. Philadelphia (PA): Elsevier Diperoleh 2 Maret 2014, dari
Mosby, 249–252. http://kemh.health.wa.gov.au/brochures/c
onsumers/wnhs0159.pdf.
7. Leveno, Kenneth J., et al. (2009). Obstetri
Williams. EGC: Jakarta. 15.World Health Organization. (2010). Infant
Nutrition. Diperoleh 10 Maret 2014, dari
8. Mohrbacher, Nancy. (2010). http://apps.who.int/gho/data/node.main.5
Breastfeeding Made Simple: Seven 2?lang=en.
Natural Laws for Nursing Mothers
(2nd ed.). New Harbinger Publications
Inc: Oakland.

9. Sholichah, N. (2011). Hubungan


Perawatan Payudara pada Ibu Postpartum
dengan Kelancaran Pengeluaran ASI di
Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Jurnal Komunikasi
Kesehatan Volume 2. Diperoleh 27
September 2013, dari
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&
q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja
&uact=8&ved=0CCcQFjAB&url=http%
3A%2F%2Fportalgaruda.org%2Fdownlo
ad_article.php%3Farticle%3D66339%26
val%3D4799&ei=LSFdU_PdN9GF8gXF
s4CoCA&usg=AFQjCNGZxNuuirR2nq4
HXH_85S0_Fdrmrw&bvm=bv.6539761
3,d.dGc

10. Sinclair, Constance. (2010). Buku Saku


Kebidanan. EGC: Jakarta.

11. Toronto Public Health. (2013).


Breastfeeding Protocols for Health Care
Providers. Diperoleh 22 April 2014, dari

Anda mungkin juga menyukai