STROKE INFARK
Oleh:
Nur Fitri Fadila
NIM. 1608438200
Pembimbing:
dr. Enny Lestari, Sp.S, M. Biomed
1
RSUD ARIFIN ACHMAD
Fakultas Kedokteran UR
SMF/ BAGIAN SARAF
Sekretariat : SMF Saraf – Irna Medikal Lantai 4
Jl. Diponegoro No. 2 Telp. (0761) 7026225
PEKAN BAR U
STATUS PASIEN
Nur Fitri Fadila
Nama Koass
1608438200
NIM/NUK
dr. Enny Lestari, Sp.S, M. Biomed
Pembimbing
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. EA
Umur 36 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status perkawinan Kawin
Pekerjaan Buruh
Tanggal Masuk RS 4 Oktober 2018
Medical Record 997693
2
terjatuh saat berjalan ke kamar mandi. Pasein juga merasakan kebas pada anggota
gerak kiri.
Keluarga pasien juga mengatakan mulut pasien tampak miring ke arah kanan.
Keluhan nyeri kepala tidak ada. Tidak ada keluhan lain seperti demam, mual,
muntah, penurunan kesadaran dan kejang. Tidak ada gangguan BAB dan BAK,
serta tidak ada riwayat trauma sebelumnya.
Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan dileher sejak 2011. Sering berdebar-
debar dan merasa sering mudah lelah dan sesak jika beraktifitas.
Riwayat Kebiasaan
Pasien jarang olahraga
Pasien merokok
RESUME ANAMNESIS
Tn. EA, usia 36 tahun, dengan keluhan lemah tubuh sebelah kiri sejak 1
hari SMRS. Keluhan terjadi secara mendadak saat pasien bangun dari tidur.
Keluarga juga mengeluhkan mulut pasien tampak miring ke arah kanan.
Pasien juga mempunyai riwayat hipertiroid sejak 2011 dan sedang dalam
pengobatan sejak februari 2018.
3
III. PEMERIKSAAN ( 8 Oktober 2018)
A. KEADAAN UMUM
Tekanan darah : Kanan : 130/70 mmHg, Kiri : 130/70 mmHg
Denyut nadi : Kanan : 84 x/mnt, tidak teratur,
Kiri : 84x/mnt, tidak teratur
Jantung : HR : 80 x/mnt, irama, teratur.
Paru : Respirasi : 15 x/mnt , tipe : torako abdominal
Keadaan Gizi : Berat badan : 45 kg Tinggi badan : 150 cm
Kesan : BMI : 20 (Normal)
Ekstermitas : Udem (-)
B. STATUS GENERALIS
Mata : Eksoftalmus (+) Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-),
Telinga: Sekret (-), serumen (-)
Hidung : Sekret (-), serumen (-)
Leher : Tampak benjolan di colli dekstra, sewarna kulit, sebanyak
satu buah, sebesar telur ayam kampung, permukaan rata,
konsistensi lunak, pinggir tegas, mobile, nyeri (-). Ikut
bergerak saat menelan. Bruit (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris,
Palpasi : Vokal fremitus normal simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus Cordis (+)
Palpasi : Iktus Cordis teraba pada ICS V linea aksilaris anterior
Perkusi : Batas kanan jantung linea sternalis dekstra, batas kiri
jantung ICS V medial linea aksilaris anterior
Auskultasi :HR 84 dpm, S1 dan S2 ireguler, sistolik murmur pada
apeks (+)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak datar
4
Auskultasi : Bising usus (+) 8 kali/menit
Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen
Palpasi : Abdomen supel, hepatosplenomegali (-)
Pemeriksaan ekstemitas
CRT <2 detik, akral hangat, tidak ada edema ekstremitas ,tidak ada akrosianosis,
tremor (-)
Indeks Wayne
Gejala Nilai Tanda Nilai
Dispnoe de +1 Tiroid teraba +3
effort
Berdebar +2 Eksoftalmus +2
Lelah +2 Atrial fibrilasi +4
Total 16
2. N. II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan >3/60 > 3/60
Lapang pandang Normal Normal Normal
Pengenalan warna Normal Normal
3. N. III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
Ptosis (-) (-)
Pupil
Normal
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Gerak bola mata Normal Normal Normal
Refleks pupil Normal Normal
5
Langsung (+) (+)
Tidak langsung (+) (+)
4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata Normal Normal Normal
5. N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik Normal Normal
Sensibilitas Normal Normal Normal
Nyeri (+) (+)
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Raba (+) (+)
Tekan (+)
(+) (+)
Diskriminasi
(+) (+)
Refleks kornea
6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata Normal Normal
Strabismus (-) (-) Normal
Deviasi (-) (-)
7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Tic (-) (-)
Motorik
Mengerutkan dahi Normal Normal
Paresis N. VII
Mengangkat alis Normal Normal
kiri, tipe sentral
Menutup mata Normal Normal
Sudut mulut Tidak Tertarik Tertarik
6
8. N. VIII (Akustikus)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran Normal Normal Normal
9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus faring Normal Normal
Daya perasa Normal Normal Normal
Refleks muntah (+) (+)
10. N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus faring Normal Normal
Normal
Dysfonia (-) (-)
11. N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik Normal Normal
Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
I. SISTEM MOTORIK
Kanan Kiri Keterangan
7
Ekstremitas atas
Kekuatan
Distal 5 1
Medial 5 1
Proksimal 5 1
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Ger. Involunter (-) (-) Hemiparese
Ekstremitas bawah sinistra
Kekuatan
Distal 5 1
Medial 5 1
Proksimal 5 1
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Ger. Involunter (-) (-)
Badan
Trofi Eutrofi Eutrofi Normal
Ger. Involunter (-) (-)
III. REFLEKS
Kanan Kiri Keterangan
Refleks Fisiologis
Biseps (+) (+) Normal
Triseps (+) (+)
Refleks fisiologis
KPR (+) (+) Normal
8
APR (+) (+)
Refleks patologis
Babinski (-) (-)
Refleks patologis
Chaddock (-) (-)
dan primitif tidak
Hoffman-Tromer (-) (-)
ditemukan
Refleks primitif
Palmomental (-) (-)
Snout (-) (-)
V. SISTEM OTONOM
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
9
1a. Level of consciousness: The investigator 0 = Alert; keenly responsive.
must choose a response if a full evaluation is 1 = Not alert; but arousable by minor stimulation to
prevented by such obstacles as an endotracheal obey, answer, or respond.
tube, language barrier, orotracheal 2 = Not alert; requires repeated stimulation to
trauma/bandages. A 3 is scored only if the attend, or is obtunded and requires strong or
__0___
patient makes no movement (other than painful stimulation to make movements (not
reflexive posturing) in response to noxious stereotyped).
stimulation. 3 = Responds only with reflex motor or autonomic
effects or totally unresponsive, flaccid, and
areflexic.
1b. LOC questions: The patient is asked the 0 = Answers both questions correctly.
month and his/her age. The answer must be 1 = Answers one question correctly.
correct - there is no partial credit for being close. 2 = Answers neither question correctly.
Aphasic and stuporous patients who do not
comprehend the questions will score 2. Patients
unable to speak because of endotracheal
___0__
intubation, orotracheal trauma, severe
dysarthria from any cause, language barrier, or
any other problem not secondary to aphasia are
given a 1. It is important that only the initial
answer be graded and that the examiner not
"help" the patient with verbal or non-verbal cues.
1c. LOC commands: The patient is asked to 0 = Performs both tasks correctly.
open and close the eyes and then to grip and 1 = Performs one task correctly.
release the non-paretic hand. Substitute another 2 = Performs neither task correctly.
one step command if the hands cannot be used.
Credit is given if an unequivocal attempt is
made but not completed due to weakness. If the
patient does not respond to command, the task ____0_
should be demonstrated to him or her
(pantomime), and the result scored (ie, follows
none, one or two commands). Patients with
trauma, amputation, or other physical
impediments should be given suitable one-step
commands. Only the first attempt is scored.
10
4. Facial palsy: Ask - or use pantomime to 0 = Normal symmetrical movements.
encourage - the patient to show teeth or raise 1 = Minor paralysis (flattened nasolabial fold,
eyebrows and close eyes. Score symmetry of asymmetry on smiling).
grimace in response to noxious stimuli in the 2 = Partial paralysis (total or near-total paralysis of
poorly responsive or non-comprehending lower face). __1__
patient. If facial trauma/bandages, orotracheal 3 = Complete paralysis of one or both sides
tube, tape or other physical barriers obscure the (absence of facial movement in the upper and
face, these should be removed to the extent lower face).
possible.
5. Motor arm: The limb is placed in the 0 = No drift; limb holds 90 (or 45) degrees for full
appropriate position: extend the arms (palms 10 seconds.
down) 90 degrees (if sitting) or 45 degrees (if 1 = Drift; limb holds 90 (or 45) degrees, but drifts
supine). Drift is scored if the arm falls before 10 down before full 10 seconds; does not hit bed or
seconds. The aphasic patient is encouraged other support.
using urgency in the voice and pantomime, but 2 = Some effort against gravity; limb cannot get to
not noxious stimulation. Each limb is tested in or maintain (if cued) 90 (or 45) degrees, drifts down
__3___
turn, beginning with the non-paretic arm. Only in to bed, but has some effort against gravity.
the case of amputation or joint fusion at the 3 = No effort against gravity; limb falls.
shoulder, the examiner should record the score 4 = No movement.
as untestable (UN), and clearly write the UN = Amputation or joint fusion,
explanation for this choice. explain:________________
5a. Left arm
5b. Right arm
6. Motor leg: The limb is placed in the 0 = No drift; leg holds 30-degree position for full 5
appropriate position: hold the leg at 30 degrees seconds.
(always tested supine). Drift is scored if the leg 1 = Drift; leg falls by the end of the 5-second period
falls before 5 seconds. The aphasic patient is but does not hit bed.
encouraged using urgency in the voice and 2 = Some effort against gravity; leg falls to bed by 5
pantomime, but not noxious stimulation. Each seconds, but has some effort against gravity.
limb is tested in turn, beginning with the non- 3 = No effort against gravity; leg falls to bed ___3__
paretic leg. Only in the case of amputation or immediately.
joint fusion at the hip, the examiner should 4 = No movement.
record the score as untestable (UN), and clearly UN = Amputation or joint fusion,
write the explanation for this choice. explain:________________
6a. Left leg
6b. Right leg
11
9. Best language: A great deal of information 0 = No aphasia; normal.
about comprehension will be obtained during 1 = Mild-to-moderate aphasia; some obvious loss
the preceding sections of the examination. For of fluency or facility of comprehension, without
this scale item, the patient is asked to describe significant limitation on ideas expressed or form of
what is happening in the attached picture, to expression. Reduction of speech and/or
name the items on the attached naming sheet comprehension, however, makes conversation
and to read from the attached list of sentences. about provided materials difficult or impossible. For
Comprehension is judged from responses here, example, in conversation about provided materials,
as well as to all of the commands in the examiner can identify picture or naming card
preceding general neurological exam. If visual content from patient's response. __0___
loss interferes with the tests, ask the patient to 2 = Severe aphasia; all communication is through
identify objects placed in the hand, repeat, and fragmentary expression; great need for inference,
produce speech. The intubated patient should questioning, and guessing by the listener. Range of
be asked to write. The patient in a coma (item information that can be exchanged is limited;
1a=3) will automatically score 3 on this item. listener carries burden of communication. Examiner
The examiner must choose a score for the cannot identify materials provided from patient
patient with stupor or limited cooperation, but a response.
score of 3 should be used only if the patient is 3 = Mute, global aphasia; no usable speech or
mute and follows no one-step commands. auditory comprehension.
12
Siriraj Stroke Score
Consciousness (C) : Alert (0)
Vomitting (V) : No (0)
Headache within 2 hours (H) : No (0)
Diastolic blood pressure (DBP) : 70 mmHg (50)
Atheroma (A) : Yes (1)
13
- Fungsi hepar (AST, ALT) dan fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
- Profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida)
- Kadar asam urat
- TSH, Free T4
- Kadar elektrolit serum
- Elektrokardiografi (EKG)
- Foto toraks, CT scan kepala, EKG
14
Free T4 : 100,00 p mol/l
15
Foto toraks (3 Oktober 2018)
16
Stroke infark (bikin infark kardioemboli atau infark aja?) + hipertiroid +
atrial fibrilasi
J. FOLLOW UP
Follow Up
Jumat 5 Oktober 2018
S : Anggota gerak kiri lemah, bicara pelo, namun mengerti apa yang
diinstruksikan, perdarahan (-), demam (-), kejang (-), makan (+), tidur (+) BAB
(-)
O:
KU : TSR
Kes : CM GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 120/70 mmHg Respirasi : 20x/menit
Frekuensi nadi : 90x/menit Suhu : 36,0oC
Status neurologis
- N. cranialis : paresis N. VII sinistra tipe sentral
- Motorik : Hemiparese dextra
5 1
5 1
- Sensorik : hipoestesi ekstremitas kiri
- Ref. Fisiologis: (+/+)
- Ref. Patologis: (-/-)
A: Stroke Infark + hipertiroid + atrial fibrilasi
P : - IVFD RL 20 tpm
- Citicoline 2 x 1000 mg IV
- Aspilet 1 x 80 mg tab PO
17
- Digoxin 1 x 0,25 mg tab PO
- Simarc 1 x 2 mg tab PO
- Propiltiourasil 1 x 100 mg tab PO
- Bisoprolol 1 x 5 mg tab PO
Sabtu 6 Oktober 2018
S : Anggota gerak kiri lemah, bicara pelo, namun mengerti apa yang
diinstruksikan, perdarahan (-), demam (-), kejang (-), makan (+), tidur (+) BAB
(-)
Batuk (+) kering, demam (-)
O:
KU : TSR
Kes : CM GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 130/80 mmHg Respirasi : 20x/menit
Frekuensi nadi : 86x/menit Suhu : 36,2oC
Status neurologis
N. cranialis : paresis N. VII dextra tipe sentral
Motorik : Hemiparese dextra
5 0
5 0
Sensorik : hipoestesi ekstremitas kiri
Ref. Fisiologis : (+/+)
Ref. Patologis : (-/-)
18
Status neurologis
- N. cranialis : paresis N. VII sinistra tipe sentral
- Motorik : Hemiparese dextra
5 1
5 1
- Sensorik : hipoestesi ekstremitas kiri
- Ref. Fisiologis: (+/+)
- Ref. Patologis: (-/-)
A: Stroke Infark + hipertiroid + atrial fibrilasi
P : - IVFD RL 20 tpm
- Citicoline 2 x 1000 mg IV
- Aspilet 1 x 80 mg tab PO
- Digoxin 1 x 0,25 mg tab PO
- Simarc 1 x 2 mg tab PO
- Propiltiourasil 1 x 100 mg tab PO
- Bisoprolol 1 x 5 mg tab PO
Selasa 9 Oktober 2018
S : Anggota gerak kiri pasien masih lemah, bicara pelo (+)
O:
KU : TSR
Kes : CM GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 120/60 mmHg Respirasi : 20x/menit
Frekuensi nadi : 76x/menit Suhu : 36,3oC
Status neurologis
- N. cranialis : paresis N. VII sinistra tipe sentral
- Motorik : Hemiparese dextra
5 1
5 1
- Sensorik : hipoestesi ekstremitas kiri
- Ref. Fisiologis : (+/+)
- Ref. Patologis : (-/-)
A: Stroke Infark + hipertiroid + atrial fibrilasi
P : - IVFD RL 20 tpm
- Citicoline 2 x 1000 mg IV
- Aspilet 1 x 80 mg tab PO
- Digoxin 1 x 0,25 mg tab PO
- Simarc 1 x 2 mg tab PO
- Propiltiourasil 1 x 100 mg tab PO
- Bisoprolol 1 x 5 mg tab PO
19
- Boleh pulang
20
PEMBAHASAN
1. Stroke
1.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang
berlangsung dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan
kematian tanpa ditemukannya penyakit selain gangguan vaskular.1,2
1.2 Klasifikasi2,3
A. Berdasarkan kelainan patologik pada otak
1. Stroke hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan ekstraserebral (perdarahan subaraknoid)
2. Stroke non hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
Yang dibagi atas subtipe:
Trombosis serebri
Emboli serebri
Hipoperfusi sistemik
B. Berdasarkan penilaian terhadap waktu kejadiannya
1. Transient Ischemic Attack (TIA): defisit neurologis dalam durasi
kurang dari 24 jam. 80% dari semua TIA hilang dalam waktu kurang dari
30 menit.
2. Prolonged Reversible Ischemic Neurolagical Deficits (PRIND):
defisit neurologik yang menghilang lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.
3. Stroke in Evolution (SIE) yaitu defisit neurologik yang secara
bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat dalam
beberapa jam atau hari.
4. Completed stroke, yaitu defisit neurologis yang menetap atau
hanya berubah sedikit selama observasi, dan akan menghilang setelah
lebih dari 3 minggu atau menyebabkan kacacatan.
21
Sensorik : hemihipestesia alternan, paresthesia
Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo
22
secara tiba-tiba dan mengakibatkan nekrosis atau infark jaringan otak. Luasnya
suatu infark tergantung pada ada atau tidaknya aliran darah anastomosis yang
adekuat.4
1.4.1 Stroke infark kardioemboli5,6
Stroke kardioemboli merupakan salah satu subtipe stroke infark yang
terjadi karena oklusi arteri serebral oleh emboli yang bersumber dari jantung atau
melalui jantung. Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung berakhir di otak
sehingga defisit neurologis sering merupakan manifestasi awal dari penyakit
sistemik karena embolia.
Kejadian stroke kardioemboli bervariasi dari setiap penelitian. The
National Institute of Neurogical Disorders and stroke (NINDS) mendapatkan dari
1273 penderita stroke infark, 246 penderita (14%) mengalami stroke
kardioemboli. Streifler mengumpulkan data dari berbagai proyek multisenter,
dengan kriteria diagnosa dan pemeriksaan penunjang yang beragam, mendapatkan
angka kejadian stroke kardioemboli antara 15-20% dari seluruh stroke infark.
Prevalensi stroke kardioemboli lebih tinggi pada usia di bawah 45 tahun,
antara 23-36%, walaupun pada kenyataannya penyakit jantung mayor yang
mendasarinya lebih banyak pada usia yang lebih tua. Kardioemboli merupakan
salah satu penyebab stroke tersering pada dewasa muda. Penyakit jantung sering
menjadi sumber emboli tergantung dari masing-masing daerah, misalnya penyakit
jantung rematik merupakan yang paling sering menjadi sumber emboli untuk
negara berkembang, sedangkan pada daerah Eropa dan Amerika Utara, sumber
emboli paling sering adalah prolaps katup mitral dan paten foramen ovale.
1.4.2 Stroke infark trombosis5-8
Stroke infark trombosis adalah stroke yang disebabkan oleh adanya oklusi
pembuluh darah yang disebabkan oleh trombus. Trombus adalah pembentukan
bekuan platelet atau fibrin di dalam darah yang dapat menyumbat pembuluh darah
vena atau arteri dan menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan lokal. Trombus
ini bisa terlepas dari dinding pembuluh darah dan disebut tromboemboli.
Trombosis dan tromboemboli memegang peranan penting dalam patogenesis
stroke infark. Lokasi trombosis sangat menentukan jenis gangguan yang
ditimbulkan, misalnya trombosis arteri dapat mengakibatkan infark jantung,
stroke, maupun claudicatio intermitten, sedangkan trombosis vena dapat
menyebabkan emboli paru.
23
Trombosis merupakan hasil perubahan dari satu atau lebih komponen
utama hemostasis yang meliputi faktor koagulasi, protein plasma, aliran darah,
permukaan vaskuler, dan konstituen seluler, terutama platelet dan sel endotel.
Trombosis arteri merupakan komplikasi dari aterosklerosis yang terjadi karena
adanya plak aterosklerosis yang pecah. Trombosis diawali dengan adanya
kerusakan endotel sehingga tampak jaringan kolagen di bawahnya. Proses
trombosis terjadi akibat adanya interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh
darah akibat kerusakan endotel pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang
normal bersifat anti thrombosis. Hal ini disebabkan karena adanya glikoprotein
dan proteoglikan yang melapisi sel endotel dan adanya prostasiklin (PGI2) pada
endotel yang bersifat vasodilator dan inhibisi agregasi platelet. Pada endotel yang
mengalami kerusakan, darah akan berhubungan dengan serat-serat kolagen
pembuluh darah, kemudian akan merangsang trombosit dan agregasi trombosit
serta merangsang trombosit mengeluarkan zat-zat yang terdapat di dalam granula-
granula trombosit dan zat-zat yang berasal dari makrofag yang mengandung
lemak. Akibat adanya reseptor pada trombosit menyebabkan perlekatan trombosit
dengan jaringan kolagen pembuluh darah.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sel sabit,
defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat serangan migrain. Setiap proses yang
menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombosis.
24
lebih besar dan lurus
1.5 Patofisiologi3
a. Stroke infark trombosis
Trombosis merupakan penyebab tersering dari stroke iskemik (40%),
biasanya disebabkan oleh stenosis aterosklerosis atau oklusi pembuluh
darah besar, terutama arteri karotis dan arteri serebri media. Oleh karena
oklusi pembuluh darah merupakan proses yang bertahap, onsetnya akan
lebih lambat dibandingkan dengan tipe stroke lainnya. Beberapa tanda
akan mendahului tipe stroke ini, dimana setengah dari seluruh pasien
stroke trombosis dilaporkan pernah terserang TIA.
b. Stroke infark emboli
Sekitar 30% stroke disebabkan oleh emboli. Stroke emboli timbul akibat
platelet, kolesterol, fibrin, dan komponen-komponen darah lainnya yang
mengapung di dalam sirkulasi hingga mencapai distal pembuluh darah
korteks.
c. Stroke infark lakunar
Sekitar 20% stroke merupakan stroke tipe lakunar. Stroke lakunar
merupakan suatu infark yang sangat kecil, yaitu kurang dari 1 cm3, yang
timbul jika terjadi perforasi kecil pada cabang arteriol. Sekitar 85% pasien
dengan stroke lakunar akan sembuh dengan memuaskan.
1.6 Diagnosis
Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat pendek,
maka evaluasi dan diagnosis klinik harus dilakukan dengan cepat,
sistematik dan cermat. Evaluasi gejala dan tanda klinis stroke akut
meliputi:
a. Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, onset, aktivitas
penderita saat serangan, gejala lain seperti nyeri kepala, mual,
muntah rasa berputar, kejang, cegukan, gangguan visual,
penurunan kesadaran serta faktor resiko stroke.
b. Pemeriksaan fisik seperti penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri
dan suhu tubuh. Pemeriksaan kepala leher, torsak, abdomen kulit
dan ekstremitas.
c. Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan
neurologis terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsangan
selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks,
koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang
dianjurkan saat ini ada;ah NIHSS (National Institutes of Health
Stroke Scale). Berbagai algoritma dan assessment tool dapat
digunakan untuk membedakan apakah gejala dan tanda pada
25
pasien disebabkan oleh stroke atau bukan stroke, algoritma yang
sebelumnya sering dipakai diantaranya adalah Face Arm Speech
Test (FAST) dan Los Angeles Prehospital Stroke Scale (LAPSS).
26
Setelah menentukan tanda dan gejala yang terdapat pada pasien
disebabkan oleh stroke, penentuan jenis patologi stroke sangat penting dilakukan
untuk memberikan penatalaksanaan yang tepat pada pasien.
27
Hipoglikemia dapat menunjukkan manifestasi klinis yang mirip dengan
stroke, seperti hemiplegia dan afasia. Patogenesis disfungsi sistem saraf
pusat fokal akibat hipoglikemia masih belum jelas. Hipoglikemia
merupakan kelainan yang dapat dideteksi dengan cepat dan dapat
dikoreksi dengan cepat pula. Kondisi hemiplegia dapat pulih segera
setelah pemberian glukosa intravena, namun dapat juga pulih setelah
beberapa jam.
b. Space occupying lesion (SOL) intrakranial
Hematoma subdural, abses serebral, tumor primer sistem saraf pusat, dan
metastasis tumor merupakan kondisi klinis yang sering menunjukkan
manifestasi klinis mirip stroke. Manifestasi klinis pada kondisi ini bersifat
kronis progresif. Namun tidak jarang ditemukan manifestasi klinis dengan
onset akut. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh SOL yang dapat
menyebabkan hidrosefalus obstruktif atau efek sekunder dari penekanan
SOL pada pembuluh darah otak.
c. Bangkitan (seizure)
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bangkitan merupakan penyebab
yang sering menjadi penyebab timbulnya manifestasi klinis mirip stroke.
Suatu penelitian menyatakan bahwa bangkitan dapat menyebabkan
kelemahan pada ekstremitas dalam waktu singkat, namun dapat juga
bertahan hingga 48 jam. Bangkitan juga merupakan komplikasi dari stroke
akut atau timbul pada pasien dengan riwayat stroke.
d. Migrain
Migrain kemungkinan dapat mencetuskan terjadinya stroke. Namun, ada
suatu jenis migrain, yaitu, migrain hemiplegia (hemiplegic migrain),
dimana hemiparesis unilateral timbul secara bersamaan dengan migrain.
Diagnosis ini sulit untuk ditegakkan pada saat hal tersebut muncul pertama
kalinya, namun diagnosisnya menjadi lebih jelas seiring berjalannya waktu
dan manifestasi klinisnya muncul berulang kali.
e. Ensefalopati dan kondisi toksik-metabolik lainnya
Hiperglikemia hiperosmolar dapat menyebabkan defisit neurologis fokal
yang mirip dengan stroke. Manifestasi klinis defisit neurologis fokal pada
hiperglikemia meliputi afasia, hemianopia homonim, hemihipestesia,
hemiparesis, hiperrefleks unilateral, dan ditemukannya refleks Babinski.
Kondisi ensefalopati metabolik lainnya yang dapat menyebabkan
28
manifestasi klinis yang mirip dengan stroke adalah hiponatremia dan
ensefalopati hepatik.
1.8 Penatalaksanaan stroke infark5
A. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini harus diselesaikan pada saat di ruang
Emergensi dengan tujuan untuk mencegah perluasan dari jaringan otak yang
rusak. Pada stadium ini pasien dilakukan stabilisasi jalan napas dan
pernapasan dan stabilisasi hemodinamik dengan pemberian cairan
kristaloid/koloid.10
B. Stadium Akut
1. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
1) Tinggikan posisi kepala 20 - 300 0
29
Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-2.0 g/kgBB/hari
(pada gangguan fungsi ginjal <0.8 g/kgBB/hari).
4. Penatalaksanaan hipertensi pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah
diturunkan sekitar 15% (sistolik maupun diastolic) dalam 24 jam pertama setelah
awitan apabila tekanan darah sistolik (TDS) >220 mmHg atau tekanan darah
diastolic (TDD) >120 mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi
terapi trombolitik (rtPA), tekanan darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan
TDD <110 mmHg. Selanjutnya, tekanan darah harus dipantau hingga TDS <180
mmHg dan TDD <105 mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat
antihipertensi yang digunakan adalah labetalol, nitropaste, nitroprusid,
nikardipin, atau diltiazem intravena.
5. Pemberian antikoagulan
a) Antikoagulasi yang urgent dengan tujuan mencegah timbulnya stroke
ulang awal, menghentikan perburukan defisit neurologi, atau
memperbaiki keluaran setelah stroke iskemik akut tidak
direkomendasikan sebagai pengobatan untuk pasien dengan stroke
iskemik akut.
b) Antikoagulasi urgent tidak direkomendasikan pada penderita dengan
stroke akut sedang sampai berat karena meningkatkan komplikasi
perdarahan intrakranial.
c) Secara umum, pemberian heparin, LMWH atau heparinoid setelah
stroke iskemik akut tidak bermanfaat. Namun, beberapa ahli masih
merekomendasikan heparin dosis penuh pada penderita stroke iskemik
akut dengan risiko tinggi terjadi reembolisasi, diseksi arteri atau stenosis
berat arteri karotis sebelum pembedahan. Kontraindikasi pemberian
heparin juga termasuk infark besar >50%, hipertensi yang tidak
terkontrol, dan perubahan mikrovaskuler otak yang luas.
6. Pemberian antiplatelet
a) Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48 jam
setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut.
b) Aspirin tidak boleh digunakan sebagai pengganti tindakan intervensi
akut pada stroke, seperti pemberian rtPA intravena.
c) Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan.
d) Penggunaan aspirin sebagai adjunctive therapy dalam 24 jam setelah
pemberian obat trombolitik tidak direkomendasikan.
30
e) Pemberian clopidogrel saja atau kombinasi dengan aspirin, pada stroke
iskemik akut, tidak dianjurkan, kecuali pada pasien ada indikasi
spesifik, misalnya angina pektoris tidak stabil, non-Q-wave MI, atau
recent stenting, pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan setelah
kejadian.
f) Pemberian antiplatelet intravena yang menghambat reseptor
glikoprotein IIb/ IIIa tidak dianjurkan. Kombinasi Aspilet + extended-
release dipyridamol pilihan yang diterima oleh FDA sebagai
pencegahan sekunder stroke iskemik dibandingkan hanya aspilet saja.
Pemberian warfarin dan antikoagulan oral lain meningkatkan resiko
perdarahan sehingga tidak direkomendasikan.
7. Neuroprotektan
Pemakaian obat-obatan neuroprotektan belum menunjukkan hasil yang
efektif, sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun, citicolin sampai
saat ini memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada
pada stroke iskemik akut dengan dosis 2 x 1000 g intravena 3 hari dan
dilanjutkan dengan oral 2 x 1000 g selama 3 minggu. Selain itu, pada
penelitian yang dilakukan PERDOSSI secara multisenter, pemberian
plasmin oral 3 x 500 mg pada 66 pasien di 6 rumah sakit pendidikan di
Indonesia menunjukkan efek positif pada penderita stroke akut berupa
perbaikan motorik, score MRS, dan Barthel index.
8. Pemberian Terapi Trombolisis rTPA pada Stroke Iskemik Akut secara
umum memberikan keungtungan reperfusi dari lisisnya trombus dan
perbaikan sel serebral yang bermakna. Pemberian fibrinolitik merupakan
rekomendasi yang kuat diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis stroke
iskemik akut ditegakkan (awitan 3 jam pada pemberian intravena dalam 6
jam pemebrian intraarterial).
9. Prevensi stress ulcer pada pasien stroke dengan pemberian sitoprotektor
atau penghambat reseptor H2
10. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi seperti mobilisasi dan penilaian dini
untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi, pneumonia,
thrombosis vena dalam, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedi dan
kontraktur) perlu dilakukan.
31
11. Penatalaksanaan medis lain seperti pemantauan kadar glukosa darah sangat
diperlukan. Hiperglikemia (kadar glukosa darah >180 mg/dl) pada stroke akut
harus diobati dengan titrasi insulin. Target yang harus dicapai adalah
normoglikemia. Hipoglikemia berat (<50 mg/dl) harus diobati dengan dekstrosa
40% intravena atau infuse glukosa 10-20%.
12. Rehabilitasi
C. Stadium subacute
Terapi medis termasuk tindakan terapi kognitif, kebiasaan sehari-hari,
menelan, terapi bicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Memberikan
terapi jangka panjang dan intensif post-stroke dengan tujuan membentuk
kemandirian pasien, pemahaman dan implementasi dari program pencegahan
primer and sekunder.10
2. Dasar diagnosis
2.1 Dasar diagnosis klinis
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan lemah anggota
gerak sebelah kiri sejak 1 hari SMR yang terjadi secara mendadak saat pasien
terbangun dari tidur. Pasein juga merasakan kebas pada anggota gerak kiri. Pasien
juga dengan riwayat hipertiroid sejak 2011. Pada pemeriksaan fisik didaptkan
paresis N. VII tipe sentral dan hipoestesi ekstremitas kiri. NIHSS menunjukkan
skor 14 (moderate stroke) dan Interpretasi Face Arm Speech Test adalah diagnosis
kemungkinan stroke. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diagnosis klinis pada
pasien ini adalah stroke.
32
Diagnosis etiologik stroke infark pada pasien ini didapatkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan kelemahan anggota
gerak kiri yang dirasakan muncul tiba-tiba saat pasien bangun tidur. Pasien tidak
ada menunjukkan gejala dan tanda peningkatan tekanan intrakranial (penurunan
kesadaran, kejang, dan muntah). Pasien juga mempunyai riwayat hipertiroid. Pada
pemeriksaan fisik umum didapatkan adanya tanda atrial fibrilasi dan pada
pemeriksaan fisik neurologis didapatkan paresis N. VII dextra tipe sentral sentral,
hemiparesis sinistra, dan hipoestesi ekstremitas kiri tidak ada penurunan
kesadaran, dan tidak ada tanda rangsangan meningeal. Pada algoritma stoke Gajah
Mada serta Siriraj Stroke Score (SSS) pada pasien ini dengan skor – 10 diduga
pasien mengalami infark serebral. Temuan pada pemeriksaan fisik pada pasien ini
mengarah kepada stroke infark emboli yang disebabkan oleh adanya atrial
fibrilasi.
2.4 Dasar diagnosis banding
Perbandingan stroke infark emboli dan stroke infark trombus pada kasus
cukup signifikan sehingga dapat membedakan secara klinis langsung antara stroke
infark emboli dan trombotik.
33
Trombus Emboli Pada pasien ini
Tidak ditemui sumber Ditemukan sumber Ditemukan
emboli atau perdarahan emboli misalnya jantung kemungkinan sumber
atau a. carotis emboli di jantung
34
- CT scan dan MRI kepala dilakukan untuk menegakkan diagnosis,
mengetahui jenis patologi stroke, menyingkir diagnosis banding, dan
merencanakan tatalaksana terhadap penyakit.
35
- Pemberian aspilet sebagai antiplatelet agregasi bertujuan mengurangi
agregasi trombosit, adhesi platelet, pembentukan trombus melalui
penekanan tromboksan A2 dalam trombosit.
- Pemberian propitiourasil
- Pemberian bisoprolol
- Pemberian simarc
- Pemberian digoxin
DAFTAR PUSTAKA
2. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru: SMF Saraf RSUD
Arifin Achmad / Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2007.
3. Rumantir CU. Pola penderita stroke di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
periode 1984-1985. Laporan penelitian pengalaman belajar riset dokter
spesialis bidang ilmu saraf; 1986.
4. The Internet Stroke Center. About stroke [cited on January 23rd, 2017].
Washington: National Institute of Neurological Disorders and Stroke; 2010.
Available from: www.strokecenter.org/patients/about-stroke/
36
10. Warlow C, Gijn JV, Dennis M, Wardlaw J, Bamford J, Hankey G, et al.
Stroke practical management third edition. Massachusetts: Blackwell
Publishing; 2008. p.41-6.
12. Harbison J, Hossain O, Jenkinson D, Davis J, Louw SJ, Ford GA. Diagnostic
accuracy of stroke referrals from primary care, emergency room physicians,
and ambulance staff using the Face Arm Speech Test. Stroke 2003; 34:71-6.
13. The Internet Stroke Center. Stroke assessment scale [cited on January 27th,
2017]. Washington: National Institute of Neurological Disorders and Stroke;
2013. Available from: www.strokecenter.org/professionals/stroke-
diagnosis/stroke-assessment-scales/
15. Widiastuti P, Nuartha AABN. Sistem skoring diagnostik untuk stroke: skor
Siriraj. CDK-223 2015; 42(10):776-9.
16. Israr YA. Stroke. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau / RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau; 2008.
18. Jauch EC, Stettler B, Kasab SA. Ischemic stroke [cited on January 27 th,
2017]. Available from: emedicine.medscape.com/article/1916852
19. Liebeskind DS. Hemorrhagic stroke [cited on January 27 th, 2017]. Available
from: emedicine.medscape.com/article/1916662
20. Huff JS. Stroke differential diagnosis – mimics and chameleons. Chicago:
Foundation for Education and Research in Neurological Emergencies; 2013.
37