Anda di halaman 1dari 122

EVALUASI KAPASITAS KOLAM SEDIMEN DALAM

MEMENUHI TARGET PRODUKSI BAUKSIT PADA


BUKIT 7DI UBPB PT ANTAM Tbk, KECAMATAN
TAYAN HILIRKALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh

BINTANG HASIHOLAN PANTUN


D1101151004

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS


TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat
dan kasih karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Evaluasi
Kapasitas Kolam Sedimen Dalam Memenuhi Target Produksi Bauksit Pada Bukit
7 PT. Antam (Persero), Tbk. Tayan Kab. Sanggau, Kalimantan Barat” ini dapat
diselesaikan. Penyusunan seminar proposal skripsi ini merupakan syarat untuk
dapat melanjutkan ke tahapan pengambilan data, hingga mendapatkan gelar
Sarjana Teknik Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik, Universitas
Tanjungpura,Pontianak.
Penelitian skripsi ini dilaksanakan di PT. Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis
Pertambangan Bauksit Tayan. Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, yang
dilaksanakan pada tanggal 1April -31 April 2019.
Adapun, penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth, dalam rangka
membantu penyusunan sminar proposal berikut.:
1. Budi Purwoko, ST, MT, selaku Kajur sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
akademik, yang telah membimbing penulis dari awal kuliah hingga tahap
penyusunan skripsi ini.
2. Pihak jajaran pengurus Comdev Universitas Tanjungpura yang telah membantu
dalam hal keuangan selama perkuliahan 4 tahun.
3. Ibu Ir.Azwa Nirmala, MT, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah begitu baik
dengan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak M.Khalid Syafrianto ST, MT sebagai sebagai Dosen Pembimbing II,
yang telah begitu baik bersedia meluangkan waktunya, dalam membimbing
penulis menyelesaikan skripsi ini
5. Bapak Dr.Ir.Marsudi,MT sebagai Dosen Penguji I, yang telah memberi
masukan masukan yang berarti dan membangun dalam penyusunan skripsi ini.

2
6. Ibu Fitriana Meilasari,S.Si,MT sebagai Dosen Penguji II, yang telah bersedia
menjadi penguji untuk memberi masukan masukan yang berarti dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Rory Basrian, yang begitu baik selaku pembimbing lapangan dalam
membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh karyawan UBPB PT ANTAM, meliputi ibu Linda,pak Sukirno pak
Wawan, dan masih banyak lagi yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Mama yang telah menjadi orang tua terbaik dan pendoa dalam setiap
pergumulan penulis mengerjakan skripsi ini
10. Saudara Amos yang telah mengijinkan penulis untuk pencetakan berkas skripsi
ini.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat diesbutkan satu
persatu.
Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pada
umumnya, dan khususnya ilmu pertambangan

Pontianak, Maret 2019

Penulis,

(Bintang Hasiholan Pantun)

ABSTRAK

Kolam sedimen merupakan, sarana penambangan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan


penggunaan air dalam proses pencucian crude bauxite menjadi wash bauxite Selain itu, kolam
3
sedimen juga bertujuan untuk meminimalisir pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan air
bekas pencucian yang berlebih ke daerah sungai yang terdekat. Melihat keberadaan fungsi kolam
sedimen tersebut, maka kolam sedimen merupakan bagian dari sarana penambangan yang
menunjang keberhasilan kegiatan penambangan bijih bauksit.Sehingga dengan demikian,
diperlukan langkah untuk mengevaluasi keberadaan kapasitas kolam sedimen. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan mengevaluasi kapasitas kolam sedimen di Unit Bisnis Pertambangan
Bauksit PT ANTAM, Tayan dimulai dari bulan April hingga akhir bulan Desember tahun 2019
untuk mencapai target penambangan pada Bukit 7 hingga akhir tahun 2019.
Untuk mengevaluasi keberadaan kolam sedimen dalam pemenuhan target produksi di Bukit
7, metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Metode ini dilakukan dengan
memperoleh variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perhitungan evaluasi kapasitas kolam
sedimen.Pertama,hal yang dilakukan untuk menentukan kedalaman kolam sedimen yang masih
tersedia, yang kemudian dilanjutkan mengetahui luas kolam sedimen sehingga dapat ditentukan
kapasitas kolam sedimen yang masih tersedia. Kedua,setelah diketahui kapasitas ketersediaan
kolam sedimen, kemudian menentukan neraca slurry yang masuk dan keluar dari kolam sedimen.
Ketiga, mengetahui selisih daripada slurry yang masuk dan keluar dari kolam sedimen.
Hasil peneltian didapatkan setelah dilakukan 3 langkah tersebut,bahwa umur kolam sedimen
pada Unit Bisnis Pertambangan Bauksit PT ANTAM, Tayan masih dapat memenuhi target
produksi penambangan hingga bulan Agustus 2019. Sehingga masih terdapat kekurangan 4 bulan
lagi untuk memenuhi target produksi pada penambangan Bukit 7. Untuk meningkatkan umur
kolam sedimen tersebut, kemudian ditentukan langkah untuk menambah kolam sedimen yang baru,
berdasarkan lahan yang tersedia dan ditentukan pembuatan kolam baru dapat beroperasi pada awal
bulan September.Pengaruh penambahan kolam sedimen yang baru, didapatkan dapat
memperpanjang hingga bulan November dengan dimensi kolam berdasarkan lahan yang tersedia
sebesar ± 2.75 Ha dan kedalaman yang direncanakan sebesar 7 meter. Karena penambahan kolam
baru sedimen hanya bertahan hingga bulan November, maka diperlukan penambahan 1 unit mobile
Longarm pada awal bulan Juli sehingga umur kolam dapat memenuhi target produksi
penambangan hingga akhir tahun 2019.

Kata Kunci : Evaluasi, Umur, Rancang Kolam Baru, Penambahan Longarm

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................


ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR PERSAMAAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang... .......................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 1

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 1

1.4. Batasan Masalah........................................................................................... 2

1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 1


4
2.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...................................................... 1

2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah ........................................................ 1

2.1.2 Keadaan Iklim dan Hujan.................................................................. 3

2.1.3 Geologi Regional .............................................................................. 3

2.1.4 Stratigafi Daerah Penelitian .............................................................. 8

2.1.5 Topografi dan Morfologi ................................................................... 9

2.1.6 Kondisi Litologi ............................................................................... 11

2.1.7 Genesa Bijih Bauksit ....................................................................... 14

2.1.8 Keadaan Endapan Bijih Bauksit ..................................................... 15

2.1.9 Kegiatan Penambangan Dan Pengolahan........................................ 15

2.2 Daur Hidrologi ....................................................................................... 16

2.2.1 Prespitasi ......................................................................................... 17


2.2.2 Infiltrasi ........................................................................................... 17

2.2.3 Limpasan (Run off) ......................................................................... 18

2.2.4 Evapotranspirasi .............................................................................. 18

2.2.5 Air Tanah .........................................................................................

18 2.3 Kolam

Sedimen ...................................................................................... 18 2.3.1

Total Debit Recharge ....................................................................... 20

1. Debit Limpasan ............................................................................... 20 2.

Debit Tailing .................................................................................... 23 2.3.2

Total Debit Discharge...................................................................... 24

1. Debit Evapotranspirasi .................................................................... 24

2. Produktivitas Pengerukan................................................................ 25

3. Debit Pipa Pembuangan .................................................................. 26

2.3.3 Perancangan Kolam Pengendapan .................................................. 26

1. Luas Kolam sedimen ....................................................................... 27

2. Bentuk Kolam Pengendapan ........................................................... 27

5
3. Perhitungan Waktu Perawatan Kolam Pengendapan ...................... 30

2.3.4 Perancangan Analisa Kemantapan Tanggul Kolam ........................ 33

1. Metode Analisa Kemantapan Tanggul Kolam ................................ 33

2. Jenis Jenis Logsoran ........................................................................ 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 1

3.1 Alat Penelitian ......................................................................................... 1

3.1.1 Alat dan Software ..............................................................................

1 3.2 Tahapan dan Metode

Penelitian ................................................................ 2

3.2.1 Studi Literatur ................................................................................... 2

3.2.2 Orientasi Lapangan ........................................................................... 2


3.2.3 Pengambilan Data ............................................................................. 2

1. Data Primer ....................................................................................... 2

2. Data Sekunder ................................................................................... 5

3.2.4 Pengolahan Data................................................................................ 6

1. Perhitungan Kapasitas Kolam Sedimen Aktual ............................... 6

2. Perhitungan Data Curah Hujan Dengan Metode Gumbel ................. 7

3. Perhitungan Luas Daerah Tangkapan Hujan ..................................... 7

4. Perhitungan Faktor Konkresi ............................................................ 7

5. Perhitungan Tonase WBX/hari dan CBX/hari .................................. 7

6. Perhitungan Intensitas Curah Hujan.................................................. 8

7. Perhitungan Debit Air Limpasan ....................................................... 8

8. Perhitungan Debit

Tailing ................................................................. 8

9. Perhitungan Produktivitas Pengerukan Unit Longarm ............ Error!


Bookmark not defined.

10. Perhitungan Faktor Keamanan Tanggul Kolam Sedimen Rencana .. 9

11. Perhitungan Dimensi Kolam Pengendapan ....................................... 9

6
12. Perhitungan kecepatan pengendapan. ............................................... 9

12. Perhitungan persentase pengendapan .............................................. 10

13. Perhitungan Penjadwalan Pengerukan Kolam Sedimen .................. 10

3.2.5 Kesimpulan ..................................................................................... 10

BAB IV HASIL DAN


PEMBAHASAN................................................................. 1 ....................................

4.1.1 Kapasitas Ketersedian Aktual Kolam Sedimen.......................................1

4.1.2 Recharge Pada Kolam Sedimen..............................................................4

1. Air Limpasan...........................................................................................4
2. Perhitungan Debit Tailing.......................................................................11

4.1.3 Discharge Yang Keluar Kolam..............................................................16

1. Debit Evapotranspirasi..........................................................................16

2. Produktivitas Pengerukan Kolam Sedimen...........................................19

4.1.4 Debit Selisih Slurry Yang Masuk Ke Kolam Sedimen.........................23

4.2 Pembahasan................................................................................................24

4.2.1 Perhitungan Umur Sisa Kolam Sedimen..............................................24

4.2.2 Rancangan Dimensi Kolam Baru.........................................................26

1. Dimensi Rancangan Kolam Sedimen....................................................26

2. Bentuk Rancangan Kolam Sedimen......................................................28

4.2.3 Letak Rancangan Kolam Sedimen.......................................................29

4.2.4 Perhitungan Persen Solid Kolam Sedimen Baru..................................29

4.2.5 Perhitungan Persentase Pengendapan..................................................30

4.2.6 Jumlah Partikel Padatan Yang Mengendap..........................................32

4.2.7 Periode Penjadwalan Pengerukan Kolam Baru Sedimen.....................33

4.2.8 Analisis Faktor Keamanan Tanggul Kolam Baru Sedimen..................34

1. Dimensi Tanggul Rencana Kolam Sedimen..........................................34

2. Faktor Keamanan Tanggul Rencana......................................................34

4.2.7 Penambahan Unit Mobile Long Arm PC 2104.9.................................36


7
4.1 Hasil dan Pengolahan ............................................................................... 1

BAB V KESIMPULAN DAN

SARAN .................................................................. 1

5.1 Kesimpulan.... ........................................................................................... 1

5.2 Saran.............. ........................................................................................... 2

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 3

DAFTAR GAMBAR

8
DAFTAR TABEL

9
DAFTAR PERSAMAAN

1
0
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri pertambangan bijih Bauksit di daerah Tayan merupakan salah satu
proyek penambangan bijih Bauksit milik PT. ANTAM, Tbk yang terletak di
Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Metode
penambangan yang diterapkan yaitu tambang terbuka (open cast) dengan sistem
penambangan shovel and truck.
Setelah bijih bauksit ditambang maka dilanjutkan dengan proses
pencucian bijih bauksit, sehingga didapat hasil akhir bijih bauksit yang telah
tercuci.Hasil pencucian bijih bauksit tersebut juga menghasilkan tailing, sehingga
tailing ini harus ditampung di suatu kolam. Hal ini dimaksudkan agar tailing
dapat diendapkan dan air yang ada tersebut dapat digunakan kembali sebagai
cadangan air untuk pencucian bauksit.
Oleh karena rencana penambangan bijih bauksit, pada bukit 7 ditargetkan
dapat selesai ditambang hingga akhir tahun 2019, sehingga diperlukan evaluasi
kolam sedimen apakah dapat menampung material padatan dan air hingga akhir
tahun 2019 nanti. Sehingga dapat ditentukan langkah untuk dapat memperpanjang
siklus penampungan kolam sedimen hingga akhir tahun 2019.

1.2. Perumusan Masalah

1. Mengevaluasi umur kolam sedimen berdasarkan target produksi


penambangan pada bukit 7 hingga akhir tahun 2019

2. Menentukan dimensi rancangan kolam baru

3. Menentukan penambahan jumlah unit PC LongArm 210

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kapasitas kolam sedimen yang tersedia


2. Untuk mengetahui neraca recharge dan discharge pada kolam
I-1

I-2

3. Untuk menentukan umur kolam sedimen yang masih tersedia


4. Untuk merancang dimensi kolam baru dan menentukan nilai faktor
keamanaan pada tanggul rencana kolam baru.
5. Menentukan jumlah penambahan unit mobile LongArm PC 210

1.4. Batasan Masalah

1. Tidak membahas kajian ekonomi dalam hal memperpanjang umur kolam


sedimen.

2. Luas kolam sedimen, ditentukan berdasarkan luas lahan yang masih


tersedia.

3. Tidak membahas teknis kerja pembuatan kolam sedimen yang baru.

4. Evaluasi kapasitas kolam dilakukan mulai dari April hingga akhir


Desember tahun 2019.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak PT. ANTAM,


dalam melakukan peningkatan umur kolam sedimen hingga akhir tahun
2019.

2. Dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai tindakan


tindakan yang dilakukan dalam mengevaluasi kolam sedimen.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian


2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
PT ANTAM Tbk adalah pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi untuk bahan galian bauksit. Lokasi IUP terssebut secara administratif
termasuk dalam Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimantan Barat. Luas daerah yang merupakan wilayah eksplorasi tersebut
adalah + 36.000
Ha. Secara geografis daerah tersebut dibatasi oleh koordinat yang tercantum pada
(Tabel 2.1) dan peta batas IUP PT ANTAM (Gambar 2.1)
Tabel 2.1 Koordinat Lokasi IUP
Bujur Timur Lintang Selatan Bujur Timur Lintang Selatan
No. No.
○ ’ ” ○ ’ ” ○ ’ ” ○ ’ ”
1 110 5 59,99 0 2 30 26 110 10 59,98 0 5 30
2 110 13 29,99 0 2 30.01 27 110 10 59,98 0 7 30.01
3 110 13 29,99 0 3 0.03 28 110 9 59,97 0 7 30.01
4 110 13 59,98 0 2 60 29 110 9 59,97 0 9 0.02
5 110 13 59,98 0 3 30.03 30 110 8 60,00 0 9 0.02
6 110 14 30,00 0 3 30.03 31 110 8 59,99 0 10 30
7 110 14 30,00 0 4 0.02 32 110 10 59,98 0 10 30.01
8 110 14 59,99 0 4 0.02 33 110 10 59,97 0 19 30
9 110 14 59,99 0 4 30.02 34 110 5 29,98 0 19 30.01
10 110 15 29,97 0 4 30.02 35 110 5 29,97 0 14 30.01
11 110 15 29,97 0 6 30.03 36 110 5 59,99 0 14 30.01
12 110 13 59,97 0 6 30.03 37 110 5 60,00 0 12 30
13 110 13 59,97 0 7 30.02 38 110 7 29,99 0 12 30.01
14 110 15 29,97 0 7 30.02 39 110 7 30,00 0 10 30.03
15 110 15 29,99 0 1 0.01 40 110 8 29,97 0 10 30
16 110 12 29,97 0 11 0.01 41 110 8 29,98 0 9 0.02
17 110 12 29,98 0 5 30 42 110 4 59,97 0 9 0.01
18 110 13 29,99 0 5 30 43 110 4 60,00 0 11 0.02
19 110 13 29,99 0 4 30.02 44 110 1 59,98 0 11 0.01
20 110 11 59,99 0 4 30.01 45 110 1 59,99 0 8 30.01
21 110 11 59,99 0 5 0.01 46 110 7 29,97 0 8 30.02
22 110 10 59,99 0 5 0.01 47 110 7 29,97 0 8 0.03
23 110 10 59,99 0 4 30.01 48 110 6 59,99 0 8 0.03
24 110 9 59,98 0 4 30.01 49 110 6 59,99 0 7 30
25 110 9 59,98 0 5 30 50 110 5 59,98 0 7 30
Sumber : Mining Department PT.ANTAM

III-1
Gambar 2.1. Peta IUP PT ANTAM
II-2
II-3

Untuk mencapai lokasi Unit Bisnis Pertambangan Bauksit PT ANTAM


Tayan,Tbk dapat dicapai dari Kota Pontianak dengan jalan darat melalui jalan
aspal (jalan trans kalimantan) sampai dengan lokasi penyebrangan pasar Kawat
Kecamatan Tayan Hilir dalam waktu kurang lebih 2.5 (dua setengah) jam
perjalanan dengan jarak 108 km. Kemudian menyebrang melewati Sungai Kapuas
kearah Dusun Piasak selama 20 menit perjalanan sampai ke lokasi penelitian
melalui jembatan Tayan.(Gambar 2.2)

2.1.2 Keadaan Iklim dan Hujan


Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh iklim, topografi dan
perputaran arus udara sedangkan tinggi rendahnya suatu tempat dari permukaan
air laut dan jaraknya dari pantai mempengaruhi suhu udara di suatu tempat. Data
iklim dan curah hujan didapat dari stasiun curah hujan Piasan Kec Tayan
Hilir,Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
Lokasi area penambangan PT. ANTAM Tbk yang terletak di Kecamatan
Tayan Hilir,Kabupaten Sangga, umumnya sama dengan iklim yang ada di
Indonesia,yang memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban dan temperatur
tinggi, yaitu berkisar antara 210 C sampai dengan 32.400 C
Pada umumnya daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Untuk curah hujan periode 2009 – 2018 yang ada di lokasi area
penambangan termasuk dalam kategori tinggi terjadi pada bulan Oktober sampai
dengan Maret sedangkan untuk curah hujan terendah terjadi pada bulan April
sampai dengan September (Tabel 2.2).

2.1.3 Geologi Regional


Lokasi IUP UBPB PT ANTAM, diketahui masuk ke Lembar Geologi
Regional Pontianak/Nangataman.Sehingga litologi dan stratigrafi geologi lokal
(Gambar 2.4)sekitar IUP UBPP PT ANTAM di ketahui berdasarkan kajian
Lembar Geologi Pontianak/Nangataman. (Gambar 2.3)
II-4
Gambar 2.2. Peta Kesampaian Daerah Tabel 2.2
Rekapitulasi Hujan Bulanan UBPB PT ANTAM
Periode 2009-2018
No Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah

1 2009 385 230.5 228 424.5 182.5 154.1 141.5 88.5 119 521 482.5 343.5 3,300.60

2 2010 507 375 450.5 301.5 279 153 351 133.5 234 208.5 327.5 416.5 3,737.00

3 2011 234.5 75.5 291 200.5 238.5 199.5 173 104 146 348 439 395.5 2,845.00

4 2012 218.00 440.5 229.5 200.5 240.5 106.5 242 67 222 471.5 233 423 3,094.00

5 2013 279 475 137 168 463 125 158 131 168 305 516 27 2,952.00

6 2014 180 117 236 258 452.5 376 112 163 127 171 496 197 2,885.50

7 2015 411 243 257 201 408 283 0 0 0 0 0 15 1,818.00

8 2016 430 549 503 228.5 317 174 195.5 55 232 261.5 417 338 3,700.50

9 2017 195 316 239 406 244 196 212 343 326 307 439 408 3,631.00

10 2018 326 216.5 361.5 213 407 322.5 45 56 339 264 386 237 3,173.50

Jumlah 3,165.5 3,038.0 2,932.5 2,601 3,232. 2,089.60 1,630 1,141.0 1,913.0 2,857.50 3,736.0 2,800.5
Rank Curah
3 4 5 8 2 9 11 12 10 6 1 7
Hujan
Sumber : Department HSE PT ANTAM ,2019

II-5
II-6
Gambar 2.3. Peta Geologi Regional Gambar 2.4. Peta
Geologi Lokal

II-7
II-8

2.1.4 Stratigafi Daerah Penelitian

Lokasi penambangan dan pengelolaan hasil tambang bijih bauksit


ditunjukan pada lembar peta geologi Pontianak NangaTaman terbitan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Departemen ESDM. Pada
penampang stratigrafi Peta Geologi Lokal diketahui urutan batuan dari yang
paling muda sampai yang paling tua adalah sebagai berikut(Gambar 2.5) 
Endapan Aluvial (Qa), disusun oleh pasir kerikil dan lumpur.
 Formasi Tebidah (Tot) merupakan formasi batuan terdiri dari perselingan wake

litos dan mudstone(batulumpur)

 Formasi Gabro Biwa (Kub), tersusun dari formasi batuan Gabro Hornblenda

kadang kadang dengan Biotit, Hipertsin, dan Olivin.

 Tonalit Sepauk (Kls), merupakan batuan granitan berkomposisi tonalit, diorit,

dan granodiorit. Formasi ini berumur Kapur Awal.

 Granit Laur (Kll), berupa batuan monzogranit biotit-hornblende; sedikit

syenogranit biotit dan granodiorit hornblende-biotit, diperkirakan berumur


Kapur Awal.

 Batuan Malihan Pinoh (PzTrp), terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua,
terhablur ulang mengandung anorit, kaya turmalin, genes
klinopiroksinhornblende, mengandung klinozoisit dan skapolit, dan batuan
migmatik; sekis mika dan kuarsit mika dengan biotit porfiroblastik, andalusit,
garnet, muskovit sekunder dan turmalin local; sekis andalusit-mika. Batuan ini
diperkirakan
berumur Paleozoik – Trias
2.1.5 Topografi dan Morfologi
Wilayah rencana penambangan bauksit membentang arah Utara - Selatan
mulai dari tepi Sungai Kapuas ke arah selatan sampai pada jarak 31 km. Secara
umum kondisi topografi pada wilayah IUP terbagi menjadi 2 wilayah satuan
II-9

topografi yaitu satuan topografi daerah datar dan daerah bergelombang. Satuan
topografi daerah datar terletak terbatas di sepanjang tepi Sungai

Sumber : Lembar Geologi Pontianak/NangaTaman


Gambar 2.5 Kolom Stratigrafi Geologi Regional

Kapuas kearah darat sampai dengan jarak ± 500 m serta pada daerah yang
terletak antara 2 bukit. Kemiringan lereng pada bagian ini berkisar antara 3-5%
terletak pada ketinggian antara 62 m di tepi Sungai Kapuas sampai dengan 65 m.
Satuan topografi ini merupakan daerah dataran banjir dan rawa.
II-10

Satuan topografi daerah bergelombang didominasi oleh bukit-bukit rendah


memanjang dengan bentuk tidak beraturan. Ketinggian bervariasi mulai 62 m di
tepi Sungai Kapuas sampai 125 m di puncak puncak bukit.
Berdasarkan atas besarnya kemiringan lereng dan perbedaan tinggi
rendahnya relief, dengan penentuan satuan morfologi Sistem Van Zuidam,1985,
maka morfologi IUP dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi, yaitu(Tabel
2.3):
Tabel 2.3 Hubungan Kelas Lereng Dengan Sifat Sifat Proses
Kelas Simbol warna
Proses, Karakteristik dan Kondisi lahan
Lereng yang disarankan
Datar atau hampir datar, tidak ada erosi yang
0o-2o besar dapat diolah dengan mudah dalam Hijau Tua
kondisi kering
Lahan memilki kemiringan lereng landai bila
terjadi longsor bergerak dengan kecepatan
2o-4o Hijau Muda
rendah, pengikisan dan erosi akan
meninggalkan bekas yang sangatdalam.
Lahan memiliki kemiringan lereng landai
sampai curam, bila terjadi longsor bergerak
4o-8o Kuning Muda
dengan kecepatan rendah, sangat rawan
terhadap erosi
Lahan memiliki kemiringan lereng yang
o o
8 -16 curam, rawan terhadap bahaya longsor, erosi Kuning Tua
permukaan dan erosi alur.
Lahan memiliki kemiringan lereng yang
curam sampai terjal, sering terjadi erosi dan
o o
16 -35 gerakan tanah dengan kecepatan yang Merah Muda
perlahan - lahan. Daerah rawan erosi dan
longsor
Lahan memiliki kemiringan lereng yang
o o
35 -55 terjal, sering ditemukan singkapan batuan, Merah Tua
rawan terhadap erosi
Lahan memiliki kemiringan lereng yang
o
>55 terjal, singkapan batuan muncul di Ungu Tua
permukaan, rawan tergadap longsor batuan.
Sumber: Van Zuidam,1985
II-11

2.1.6 Kondisi Litologi


Deskripsi sebaran litologi area IUP, didapatkan dari Peta Lembar Geologi
Regional Pontianak/Nangataman, dengan deskripsi formasi batuan yang
dominan terdiri dari:
1. Satuan Batuan Tonalit Sepauk Berfoliasi yang terdiri dari granodiorit dan
tonalit biotit-hornblenda diorit kuarsa, granit, monzogranit, dan,
2. Satuan Batuan Malihan Pinoh tersusun olehb batusabak,batutanduk, filit,
kuarsit, sekis dan amfibolit genes dan migmatit.
3. Satuan Batuan Gabro Biwa, yang tersusun atas Gabro
hornblendaklinopiroksen kadang kadang dengan biotit,hipersten dan
olivin,sedikit diorit hornblenda atau tanpa klinopiroksen.Beberapa gabro
menunjukan tekstur berlapis.
Ketiga satuan batuan tersebut kaya akan unsur Al dan berumur Kapur Bawah
stabil dalam waktu yang cukup lama dengan morfologi undulating, termasuk
wilayah tropis dengan curah hujan yang tinggi. Dengan demikian cukup
beralasan bahwa wilayah ini potensi bahan galian bauksit akan didapatkan dan
cukup berkualitas baik.
Gambar 2.7 Peta Morfologi Daerah Wilayah IUP
II -12

II-12
Gambar 2.8 Peta Topografi Daerah Wilayah IUP
II -13

II-13
II-17

2.1.7 Genesa Bijih Bauksit


Istilah bauksit (bauxite) pertama kali dikenalkan pada tahun 1921 oleh
Berthier, untuk batuan sedimen yang kaya akan alumina di wilayah Les Baux –
Perancis Selatan (dalam Valeton, 1972). Selanjutnya istilah bauksit dipakai untuk
penamaan hasil pelapukan batuan yang heterogen mengandung alumina (Al2O3)
relatif tinggi, kadar Fe rendah, sedikit atau tidak mengandung silika. Bijih bauksit
adalah bagian dari endapan bauksit yang memiliki nilai ekonomi saat ditambang.
Murray (2003), Plunkert (2004) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral (2005), menyebutkan bahwa bauksit adalah batuan atau bahan
yang terdiri dari mineral utama hydrous aluminium oxide: Gibbsite (Al 2O3.3H2O),
Boehmit (Al2O3.H2O), dan Diasphore (Al2O3.H2O) dengan pengotor mineral
lempung dan oksida besi. Beberapa klasifikasi bauksit disusun berdasarkan atas
komposisi mineralnya, antara lain:
• Bauksit trihydrate, dengan komposisi mineral gibbsite.
• Bauksit monohydrate, dengan komposisi mineral boehmit dan diaspore.
Sebagian besar bauksit diolah menjadi alumina untuk mendapatkan
beberapa kategori hasil antara (intermediate product) seperti: chemical grade
alumina dan smelter grade alumina. Penggunaan lainnya adalah untuk bata tahan
api, penggosok/ampelas dan bahan dasar penjernih air (aluminium sulfat).
Aspek geologi bauksit khususnya yang terdapat di Kalimantan Barat untuk
pertama kalinya dibahas oleh Gunawan and Valk (1972), menyebutkan aspek
geologi terutama batuan asal, morfologi dan tektonik berpengaruh terhadap
endapan Bauksit yang terbentuk.
Penyebaran batuan dan lingkungan geologi yang memenuhi persyaratan
tersebut di atas cukup banyak di Indonesia, baik di wilayah Paparan Sunda
maupun daerah lainnya, namun laporan dari hasil penelitian terdahulu
menyebutkan penyebaran endapan bauksit ditemukan di sekitar busur laterit
sebagaimana telah disebutkan di atas.
II-18

Endapan bauksit yang terdapat di daerah IUP sebagian besar berupa bauksit
silika tinggi yang dicirikan oleh kenampakan warna coklat kekuningan, rapuh. Di
beberapa tempat komposisi kadar oksida besi juga cukup tinggi sebagaimana
dicirikan oleh kenampakan warna coklat kehitaman pada konkresi bauksitnya
2.1.8 Keadaan Endapan Bijih Bauksit
Bentuk dan penyebaran endapan Bauksit sangat dipengaruhi oleh kondisi
morfologi dan geologi lokal. Berdasarkan hasil eksplorasi PT ANTAM, Tbk
morfologi daerah IUP terdiri dari perbukitan bergelombang, yang dicirikan oleh
bukit-bukit terisolir dibatasi oleh rawa-rawa, lembah antar perbukitan cukup lebar
dengan sungai-sungai meandering sebagai penciri daerah stadia dewasa–tua.
Daerah tersebut ideal bagi tempat pembentukan endapan bauksit. Pada kondisi
morfologi tersebut sangat sulit ditemukan singkapan batuan segar. Bongkah batuan
segar hanya kadang-kadang dijumpai pada alur-alur sungai yang dimanfaatkan
penduduk untuk bahan bangunan.
Untuk mendukung data geologi dilakukan penggalian sumur uji (test pitting)
dengan jarak tertentu untuk memenuhi standar penaksiran sumberdaya. Penentuan
titik-titik test pit ini dilakukan untuk mendefinisikan bentuk dan arah penyebaran
endapan bijih bauksit.

2.1.9 Kegiatan Penambangan Dan Pengolahan


PT. ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Bauksit Tayan
merupakan perusahaan pemegang kuasa pertambangan yang berkaitan dengan
kegiatan penambangan bauksit di Kecamatan Tayan. Adapun rencana produksi
penambangan bauksit sebesar 2,875,000 Wash Metric Ton) pada tahun 2019.Tahun
serta fasilitas pendukungnya penambangan akan dilakukan dengan metode
tambang terbuka sesuai dengan sebaran lateritic bauxite ore yang merupakan
endapan dangkal yang tersebar pada permukaan bukit - bukit kecil di antara
lembah atau rawa dalam wilayah studi. Metode penambangan yang sesuai dengan
tipe endapan tersebut adalah metode tambang terbuka open cast mining, yaitu
penambangan bauksit diawali dengan pengupasan tanah penutup pada permukaan
bukit yang kemudian diikuti dengan penggalian bauksit hingga bottom ore, setelah
suatu blok tambang dinyatakan untuk tidak ditambang lagi maka dilanjutkan
dengan kegiatan backfilling dan reklamasi lahan tambang. Adapun dalam
II-19

pengolahan bijih bauksit diawali dengan pencucian bauksit di unit pencucian


(washing plant – WP) dengan umpan dari front penambangan yang ditumpahkan
secara langsung dari dump truck atau ADT maupun dari stockyard yang diumpan
menggunakan wheell loader. Hasil pencucian berupa WBx ditumpuk di stockpile
WBx yang terletak di dekat WP yang kemudian dilakukan pengangkutan WBx dari
stockpile WBx ke lokasi pabrik CGA dimana selanjutnya bijih bauksit akan diolah
menjadi produk Chemical Grade Alumina.

2.2 Daur Hidrologi


Air yang berada di dalam maupun di permukaan bumi mengalami proses
yang membentuk daur (Gambar 2.8). Secara umum daur hidrologi terjadi karena
air yang menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut akan terkondensasi dan
kembali jatuh ke bumi. Kejadian ini disebut presipitasi yang dapat berbentuk
hujan, salju, atau embun. Peristiwa perubahan air menjadi uap air dan bergerak
dari permukaan tanah ke udara disebut evaporasi, sedangkan penguapan air dari
tanaman disebut transpirasi. Jika kedua proses ini terjadi secara bersama-sama
maka disebut evapotranspirasi.

Sumber : Modul Kuliah Hidrologi, 2 017

Gambar 2.8. Daur Hidrologi

2.2.1 Prespitasi
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya .
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, dan es. Sehingga
II-20

dapat dikatakan bahwa presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan atmosfer ke


permukaan bumi. Presipitasi dapat terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1. Hujan yang merupakan bentuk presipitasi yang paling penting.
2. Embun yang merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau
tumbuhan.
3. Salju dan es
Untuk wilayah Indonesia yang beriklim tropis, bentuk presipitasi yang
paling penting adalah hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
presipitasi adalah :
1. Adanya uap air di atmosfer.
2. Faktor-faktor meteorologis seperti suhu air, suhu udara, kelembaban
kecepatan angin, tekanan, dan sinar matahari.
3. Lokasi daerah berhubungan dengan sistem sirkulasi secara umum.
4. Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain.

2.2.2 Infiltrasi
Merupakan proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi
adalah gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of
saturation). Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan
dan juga berpengaruh terhadap laju aliran permukaan (run off).
Proses infiltrasi terjadi karena hujan yang jatuh di atas permukaan tanah
sebagian atau seluruhnya akan mengisi pori-pori tanah. Curah hujan yang
mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai air limpasan permukaan
(runoff) atau sebagai infiltrasi.

2.2.3 Limpasan (Run off)


Limpasan adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang bergerak dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa memperhatikan asal
atau jalan yang di tempuh sebelum mencapai saluran.
II-21

2.2.4 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air di pemukaan menjadi molekul uap
air di atmosfer akibat panas, sedangkan transpirasi adalah proses penguapan pada
tumbuh-tumbuhan melalui sel-sel stomata

2.2.5 Air Tanah


Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada
lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan
dan air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of
aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona
jenuh air dan menjadi air tanah
Proses daur hidrologi di atas dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut

P = I + R + ET + S ....................................................(2.1)

Dimana :

P = Presipitasi (mm)

I = Infiltrasi (mm)

R = Limpasan (m3/det)

ET = Evapotranspirasi (mm/det)

S = Cadangan air tanah (m3)

2.3 Kolam Sedimen


Kolam sedimen,merupakan sarana untuk menghindari pencemaran perairan
umum oleh air limpasan limpasan dari tambang yang mengandung material padat
akibat erosi maupun untukmenampung hasil dari proses pencucian hasil tambang.
Dimensi kolam pengendap ini tergantung dari debit air tambang yang
dipompa, kecepatan partikel mengendap, jadwal pengurasan kolam
pengendap..Pertimbangan untuk kolam pengendap tanpa pengurasan ini adalah
daya tampung kolam terhadap lumpur sampai batas waktu digunakannya kolam
II-22

pengendap ini. Jika area untuk kolam pengendap ini tidak terlalu luas maka
dibuatlah jadwal pengurasan secara rutin pada kolan pengendap tersebut.
Dalam pembuatan dan operasional Kolam Sedimen haruslah efektif dan
efisien, maka rencana pembuatan Kolam Sedimen haruslah mengacu pada kriteria
sebagai berikut :
1. Dapat mengendapkan lumpur sehingga air yang dibuang ke perairan umum
memenuhi baku mutu lingkungan.
2. Penentuan lokasi disesuaikan dengan rencana tambang jangka panjang agar
dapat difungsikan untuk jangka waktu yang lama.
3. Daya tampung diupayakan semaksimal mungkin untuk menurunkan
frekuensi pengurasan.
4. Biaya pembuatan serendah mungkin.
5. Penanganan lumpur murah dan mudah.
6. Reklamasi bekas KPL relatif mudah dan murah.
7. Harus memiliki kompartemen pengapuran air asam tambang untuk
normalisasi pH air limpasan yang dapat meningkatkan efektifitas
pengapuran.
Hal yang penting untuk diketahui dalam rencana pembuatan dan
pengelolaan Kolam sedimen untuk mengolah air bekas pencucian bauksit dari
washing plant dan air asam tambang adalah total rencana debit air yang akan
masuk ke kolam sedimen, dimensi rencana kolam sedimen, dan persentase
pengendapan rencana agar dapat diketahui waktu perawatan kolam sedimen.
2.3.1 Total Debit Recharge

1. Debit Limpasan
Limpasan adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang
bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa
memperhatikan asal atau jalan yang di tempuh sebelum mencapai saluran.
Debit limpasan dapat dihitung dengan persamaan rasional berikut
(Soemarto, 1995) :

Q = 0,278 x C x I x A.....................................................(2.2)

Dimana:
II-23

Q = debit limpasan (m3/detik)


C = koefisien limpasan (Tabel 2.3)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas catchment area

(Km2) a Penentuan Koefesien Limpasan

Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda. Dalam penentuan


koefisien faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:Harga nilai
Koefesien dapat dikelompokan berdasarkan kemiringan lereng, dan jenis
lahan dapat dilihat (tabel 2.3)
• Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat akan memberikan nilai C yang
kecil karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah
melainkan akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang
gundul akan memberikan nilai C yang besar.
• Tata guna lahan
Dalam persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil
daripada daerah hutan atau perkebunan karena pada daerah persawahan
misalnya padi,air,hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah
sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.

• Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%) akan memberikan nilai C
yang kecil daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang
sampai curam untuk keadaan yang sama.
Tabel 2.3 Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan Jenis lahan C
Sawah, rawa 0.2
<3%
Hutan, perkebunan 0.3
Datar
Perumahan 0.4
3% - 15% Hutan, perkebunan 0.4
Sedang Perumahan 0.5
II-24

Semak-semak agak jarang 0.6


Lahan terbuka, daerah timbunan 0.7
Hutan 0.6
15% Perumahan 0.7

Curam Semak-semak agak jarang 0.8


Lahan terbuka, daerah tambang 0.9
(Sumber : Hofedank dan Gold) b
Penentuan Intensitas Curah Hujan
Rumus yang digunakan yaitu rumus Mononobe :

It
Dimana :
It = Intensitas hujan untuk durasi hujan t jam (mm/jam).

R24 = Curah Hujan Rencana ( dalam 24 jam)


M = Konstanta, di Indonesia m =2/3 t =
Waktu Hujan
Rumus ini dapat digunakan untuk memperkirakan intensitas hujan (jangka
pendek) berdasarkan data curah hujan harian, terutama jika hanya tersedia data
curah hujan harian.

1) Perhitungan Curah Hujan Rencana


Analisis curah hujan rencana dapat dilakukan dengan beberapa
metode, diantaranya metode analisis frekuensi langsung (direct frecquency
analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana
berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Jika waktu pengukuran curah
hujan lebih lama (jumlah data banyak), hasil analisis semakin baik.
Data yang ada diolah dengan menggunakan Distribusi Gumbell :

Xt (R24) = �� + k . S............................................(2.3)
k = (Yt – Yn) / Sn

Xt )S
Dimana :
Xt = Curah hujan harian rencana maksimum (mm/hari) ;
k = Reduced variate factor
II-25

�� = Curah hujan rata – rata (mm/hari)


Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean
S = Standart deviation
Sn = Reduced standart deviation
Nilai Reduce Mean
Yn= = -ln (-ln((n+1-m)/(n+1)) ...........................(2.4)
Dimana :
n = Jumlah sample (30 sample)
m = Urutan sample (m = 1,2,3 ...dst)
Nilai Standart Deviasi

S=
Dimana :
Xi = Curah hujan maksimum harian(mm/hari)
�� = Rata rata curah hujan
n = Jumlah data curah hujan
Nilai untuk Reduce Standar Deviasi

Sn =
Dimana :
Yn = Reduced mean
Nilai Reduce Variate
Yt = -ln(-ln(Tr-1)/Tr) ......................................................(2.7)
Dimana
Tr = Periode ulang (tahun)
2) Perhitungan Waktu Terjadi nya Hujan
Perhitungan waktu terjadinya hujan, dilakukan untuk menentukan rata rata
lamanya hujan selama 1 hari. Dengan persamaan

c Daerah Tangkapan Hujan


Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat
mengakibatkan air limpasan permukaan mengalir ke suatu tempat (daerah
II-26

penambangan) yang lebih rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan


berdasarkan peta topografi daerah yang akan diteliti. Daerah tangkapan hujan
ini dibatasi oleh kolam sedimen itu sendiri.Setelah daerah tangkapan hujan
ditentukan, maka diukur luasnya pada peta kontur dengan melihat kemungkinan
arah mengalirnya air, yaitu dengan menarik hubungan dari titiktitik yang
tertinggi disekeliling kolam sedimen membentuk poligon tertutup, sehingga
didapatkan luas daerah tangkapan hujan dalam m2.

2. Debit Tailing
Tailing, dihasilkan pada saat proses pencucian bauksit dari pengotornya,
sehingga ukuran setelah bijih bauksit di proses di unit pencucian washing
plant, menjadi ± 2mm. Debit material tailing yang masuk ke kolam tailing di
ketahui dari perhitungan faktor konkresi dan target produksi pencucian bauksit,
sehingga dalam perhitungan menggunakan cara sebagai berikut :
Tailing (ton/thn)= CBX – WBX

a Faktor Konkresi
Faktor konkresi, merupakan perbandingan daripada tonase Wash Bauxite
dengan Crude Bauxit.Faktor konkresi adalah perbandingan antara berat bauksit
berukuran +2 mm dengan berat bauksit kotor sebelum di cuci. Setelah
melakukan pengamatan pada washing plant.Perhitungan faktor kongkresi
didapat dari data pengamatan dilapangan.

b Jam Kerja/ hari


Jam kerja/thn, diperoleh dari data sekunder.Digunakan untuk, mendapatkan
debit material tailing.Setelah mendapatkan jumlah ton tailing /thn, maka
jumlah tailing dibagi dengan jumlah detik kerja per tahun.
Sehingga satuannya menjadi ton/detik. c
Berat Jenis Bauksit
Berat jenis bauksit, didapatkan dari data sekunder.Untuk mengubah satuan
menjadi satuan debit(ton/bulan), maka satuan ton/ bulan dibagi dengan satuan
berat jenis bauksit(ton/m3) sehingga didapatkan satuan debit tailing menjadi
m3/bulan.
II-27

2.3.2 Total Debit Discharge


1. Debit Evapotranspirasi
Perkiraan evapotranspirasi sangat penting dalam kajian-kajian hidrologi.
Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air maupun
permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala. Untuk itu maka
dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan menggunakan input
datadata yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi.
Pada daerah-daerah yang kering besarnya evapotranspirasi sangat tergantung
pada besarnya hujan yang terjadi dan evapotranspirasi yang terjadi pada saat
itu disebut evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi dapat dihitung dengan
rumus
Turc sebagai berikut :

P 5)

E= 2 0.5 ..................................(2.9)

 P

0.9L(T) 

Dimana :
E = evapotranspirasi (mm/tahun)
P = curah hujan tahunan rata-rata (mm/tahun)
T = temperatur rata-rata (oC)

L(T) = fungsi suhu = 300 + 25T + 0.05T3

2. Produktivitas Pengerukan
Pengerukan kolam sedimen dilakukan oleh unit alat PC Long Arm 210.
Produktivitas pengerukan kolam sedimen, dipengaruhi oleh kapasitas
LongArm tersebut, dan juga oleh efektifitas reach area yang dapat dijangkau
alat untuk melakukan pengerukan kolam sedimen. qx60Eff
Q = .................................................(2.10)
CT
Dimana :
Q = Produksi alat (m³/jam) ql = Kapasitas
muncung alat muat (1,62 m³) K = Faktor pengisian
II-28

mangkuk alat muat (1,1 Tabel 2.4) q = Kapasitas nyata


alat muat (ql x K)
Eff = Efisiensi kerja alat muat (0,8 Tabel .2.5)
CT = Waktu edar alat muat (0,26 menit)

Tabel 2.4 Faktor Pengisian Bucket Teoritis Alat Muat


Kondisi Kerja Jenis Material Faktor Bucket
Mudah Tanah liat/tanah lunak 1,1-1,2
Sedang Tanah berpasir/tanah kering 1,0-1,1
Agak sulit Tanah berpasir dan kerikil 0,8-0,9
Sulit Batu hasil peledakan 0,7-0,8
Sumber : Buku PTM oleh Ir YANTO INDONESIANTO,2015

Tabel 2.5 Efisiensi Kerja Alat Muat


Kondisi Kerja Efisiensi Kerja Alat Muat
Baik 0,83
Sedang 0,80
Agak sulit 0,75
Sulit 0,70
Sumber : Buku PTM oleh Ir YANTO INDONESIANTO,2015

3. Debit Pipa Pembuangan


Debit pembuangan, merupakan debit air yang dibuang ke sungai beganjing
dengan menggunakan pipa.
Q = Axv .........................................................(2.11)
Dimana
II-29

Q = Debit Pipa Keluar (m3/detik)


A = Luas Penampang Pipa(m2) v
= Kecepatan
Aliran(m/detik

2.3.3 Perancangan Kolam Pengendapan


Perhitungan dimensi kolam pengendapan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu menggunakan hukum Stokes dan hukum Newton Kolam pengendapan yang
akan dibuat harus memiliki dimensi tertentu agar mampu mengendapkan material
sedimen dengan baik. Untuk menentukan dimensi kolam pengendapan dapat
dihitung berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
 Diameter partikel padatan yang keluar dari kolam pengendapan tidak lebih
dari 9 x 10-6 m, karena akan menyebabkan pendangkalan dan kekeruhan
sungai.
 Kekentalan air.
 Partikel dalam lumpur adalah material yang sejenis
 Kecepatan pengendapan material dianggap sama
 Perbandingan dan cairan padatan diketahui

1. Luas Kolam sedimen


Penentuan luas dimensi kolam pengendapan digunakan persamaan sebagai
berikut:

A=

Luas kolam pengendapan (A) =

Panjang kolam pengendapan (P) =

Lebar tiap zona (l) =


Dimana:
A = Luas kolam pengendapan (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk kolam pengendapan (m3/detik)
vt = Kecepatan pengendapan (m/dtk) V = Volume
kolam (m3)
P = Panjang kolam pengendapan (m) L
= Lebar kolam pengendapan (m) d =
II-30

Kedalaman kolam pengendapan (m) l =


Lebar tiap zona (m)

2. Bentuk Kolam Pengendapan


Bentuk kolam pengendapan umumnya hanya digambarkan secara
sederhana, berupa kolam berbentuk empat persegi panjang. Padahal,
sebenarnya bentuk kolam pengendapan bermacam-macam tergantung dari
kondisi lapangan dan keperluannya. Walaupun bentuknya bermacam-macam,
setiap kolam pengendapan akan selalu mempunyai 4 (empat) zona penting
yang terbentuk karena proses pengendapan material padatan (solid particle).
Empat zona tersebut adalah sebagai berikut :
 Zona masukan, tempat dimana air lumpur masuk ke dalam kolam
pengendapan dengan asumsi campuran air dan padatan terdistribusi
secara seragam. Zona ini panjangnya 0,5 – 1 kali kedalaman kolam
(Huisman L., 1977).
 Zona pengendapan, tempat dimana partikel padatan (solid) akan
mengendap. Panjang zona pengendapan adalah panjang kolam
pengendapan dikurangi panjang zona masuk dan keluaran (Huisman L.,
1977).
 Zona endapan lumpur, tempat dimana partikel padatan dalam cairan
(lumpur) mengalami pengendapan (terpisah dari cairan) dan terkumpul
di dasar kolam pengendapan.
 Zona keluaran, tempat keluarnya buangan cairan yang jernih. Panjang
zona ini kira-kira sama dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur
dari ujung lubang pengeluaran (Huisman L., 1977)
II-31

Sumber: Modul Kuliah Oleh Ir.Hartono MT (2017)

Gambar 2.9. Aliran Air dalam kolam pengendapan

Kolam pengendapan yang dibuat agar dapat berfungsi lebih efektif, harus
memenuhi beberapa persyaratan teknis, seperti :
 Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkelok-kelok, agar
kecepatan aliran lumpur relatif rendah sehingga partikel padatan cepat
mengendap.
 Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran
Exavator yang biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam
pengendapan, seperti mengeruk lumpur dalam kolam dan memperbaiki
tanggul kolam

Sumber: Modul Kuliah Oleh Ir.Hartono MT

Gambar 2.10. Zona - Zona Pada Kolam Pengendapan


II-32

3. Perhitungan Waktu Perawatan Kolam Pengendapan


Perancangan kolam pengendapan dimaksudkan untuk menampung lumpur
dari hasil kegiatan penambangan. Lumpur akan digali atau dikeruk oleh alat
excavator untuk maintenance kolam tersebut. Kolam yang digali oleh
excavator harus dapat menampung volume lumpur sebelum digali dikarenakan
kolam telah penuh.
V
t= ................................................................(2.13)
Q
Dimana
V = Volume Kolam Sedimen (A x d)
T = Waktu Periode Pengerukan Kolam(bulan)
Q = Debit Padatan Masuk Kolam (m3/bulan)
Debit padatan dalam kolam tailing(m3/hari) = Debit padatan/hari x %Solid a

Persen Solid

Untuk menghitung persen Solid digunakan persamaan sebagai berikut

Perhitungan persen solid digunakan untuk mengetahui berapa banyak padatan


yang terbawa oleh air. Data diambil dari larutan yang akan masuk ke kolam
pengendap. b Kecepatan Pengendapan
Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
“Stokes” dan hukum “Newton”. Hukum “Stokes” berlaku bila padatan lebih
sedikit dari air kurang dari 40%, sedangkan bila lebih persen padatan lebih dari
40% berlaku hukum “Newton” Hukum Stokes :

g  D2 p a
vp  ……........................…...(2.15)
18
Dimana : vp = kecepatan pengendapan partikel
(m/detik) g = percepatan gravitasi (m/detik2)

p = berat jenis partikel padatan


a = berat jenis air (kg/m3)

 = kekentalan dinamik air (kg/mdetik)

D = diameter partikel padatan (m)


Hukum Newton :
II-33

0,5

4xgxD xpa
vp   .............….............(2.16)

 3xFgxa 
Dimana :
vp = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)

p = berat jenis partikel padatan

a = berat jenis air (kg/m3)


D = diameter partikel padatan (m)
Fg = nilai koefisien tahanan c
Perhitungan Persentase Pengendapan
Perhitungan Persentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsi untuk mengendapkan
partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan tambang. Waktu yang
dibutuhkan oleh partikel untuk mengendap dengan kecepatan
(m/s) sejauh (h) adalah :
h
tv  ................................................(2.17)
vp
Dimana : tv = waktu pengendapan partikel (detik)
vp = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
h = kedalaman kolam pengendapan (m)
Jika:

Qtotal
vh  …….........................................(2.18)
Lxh

Dimana : vh = kecepatan mendatar partikel (m/detik)


Qtotal = debit aliran yang masuk ke kolam pengendapan m3/detik) L =
Lebar Kolam Sedimen h = Kedalaman Kolam Sedimen
II-34

Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan


dengan kecepatan vh adalah
P
th  ...........................................(2.19)
vh
Dimana :
P = panjang kolam pengendapan
th = Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam

Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik


jika tv tidak lebih besar dari th. Sebab, jika waktu yang diperlukan untuk
mengendap lebih kecil dari waktu yang diperlukan untuk mengalir ke luar
kolam atau dengan kata lain proses pengendapan lebih cepat dari aliran air
maka proses pengendapan dapat terjadi.
Persentase pengendapan(%P), yaitu :
th
%P  .100%...................................(2.20)
th  tv

Dari perumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran


partikel maka semakin cepat proses pengendapan serta semakin besar pula
persentase partikel yang berhasil diendapkan.
Volume Air dan Padatan(m3/hari) = Qt x 3600 x tc..............................(2.21)
Dimana
tc = Waktu Konsentrasi ( jam/hari)
Qt = Debit Total m3/hari

Volume Padatan = % Solid x Volume air dan Padatan.........................(2.22)


Volume Padatan Dalam Kolam Tailing
=Vpadatan x % P...........................................(2.23)

2.3.4 Perancangan Analisa Kemantapan Tanggul Kolam


Menurut material pembentuknya, lereng dapat dibedakan atas lereng
batuan dan lereng tanah, sehingga pendekatan penyelesaian dalam analisa
II-35

kestabilan lereng batuan akan berbeda dengan analisa kestabilan lereng pada
material tanah.
Batuan didefinisikan oleh ahli teknik sipil dan ahli geoteknik sebagai
material lepas yang keras dan solid dari kulit bumi, sedangkan tanah adalah hasil
disintergerasi batuan menjadi partikel-partikel lebih kecil akibat pengaruh
temperatur, gravitasi, angin dan hujan secara terus menerus. Berdasarkan sifat
mekanika material dikatakan tanah jika mempunyai nilai kuat tekan lebih kecil
dari 1 MPa, sedangkan material dikatakan batuan jika mempunyai nilai kuat tekan
lebih besar dari 1 MPa.
Adapun ciri-ciri perbedaan dalam kelongsorannya anatara lain :
1. Pada batuan, longsoran yang terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh
struktur geologi yang berhubungan dengan cacat geologi dan kondisi
air tanah yang berhubungan dengan kekutan batuan.
2. Pada tanah, Longsoran yang terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh
kondisi air tanah, dimana struktur geologi pada tanah tidak lagi tampak.
Kuat geser pada tanah atau batuan disebabkan oleh kohesi dan bagian yang
mengalami gesekan yang tergantung pada tegangan efektif pada bidang

geser yaitu sudut geser dalam ().


1. Metode Analisa Kemantapan Tanggul Kolam
Metode yang digunakan untuk menganalisis kestabilan suatu lereng adalah
metode Bishop’s (1955). Metode ini mengasumsikan permukaan bidang
gelincir berupa sirkular dan gaya horizontal cukup untuk mendefinisikan gaya-
gaya antar irirsan. Gaya normal pada dasar tiap irisan ditentukan dengan
menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal. Faktor keamanan ditentukan
dari penjumlahan momem dengan titik pusat sama. Bentuk umum persamaan
metode ini adalah :


1 sec
II-36

 FK FK W
sin c'bW
Dimana : 
W = gaya berat (N) ubtan 1 

 = sudut kemiringan segmen (o)


tantan ..............

o
= sudut geser dalam ( ) )
(2.24
c = kohesi
F = faktor keamanan  1

U = tekanan air pori

N
ul

Gambar 2.11.Analisis Sayatan Metode Bishop’s

2. Jenis Jenis Logsoran


Menurut Sharpe (1938), Hoek & Bray (1971), dan menurut Cruden dan
Varnes (1978)5) jenis longsoran dapat dilihat pada tabel 2.6. Berikut
penjelasan jenis-jenis menurut Hock & Bray (1871)
II-37

A. Longsoran busur (Circular failur)


Longsoran Busur biasanya terjadi pada batuan yang lunak atau bersifat
tanah. Tanda awal longsoran ini biasanya berupa suatu rekahan tarik di
permukaan atas atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan turunnya
sebagian permukaan atas lereng (gambar 2.12).

Tabel 2.6 Jenis - Jenis Longsoran


Jenis-jenis Longsoran
Stewart Sharpe (1938) Hock & Bray (1971) Varnes (1978)
Longsoran busur Jatuhan (fall)
Aliran (flow)
Longsoran bidang Jungkiran (topple)
Longsoran Baji Gelinciran (slides)
Gerakan horizontal (lateral
Luncuran (slip) sprededs)
Longsoram guling
Aliran (flow)

Gambar 2.12.BENTUK LONGSORAN BUSUR

B. Longsoran bidang (Plane failur)


Longsoran ini memerlukan suatu permukaan bebas pada kedua tepi bidang
gesernya. Umumnya longsoran jenis ini terjadi pada batuan yang mempunyai
bidang luncur bebas mengarah ke lereng. Dalam analisis longsor bidang posisi
rekahan tarik perlu diperhatikan, yaitu di belakang Crest atau di muka Crest
II-38

(gambar 2.12).

C. Longsoran Baji (Wedge failur)


Longsoran ini terjadi pada batuan yang mempunyai lebih dari satu bidang
lemah atau bidang bebas. Sudut antara kedua bidang tersebut lebih besar dari
sudut geser dalamnya (gambar 2.13).

Gambar 2.12.Bentuk Longsoran Bidang

2 buah bidang lincir

Puncak lereng

Kaki lereng

Gambar 2.13 Bentuk Longsoran Baji


D. Longsoran Guling (Toppling failure)
Longsoran guling biasanya terjadi pada batuan dengan perlapisan yang terjal
dan keras dengan kemiringan bidang lemahnya berlawanan dengan kemiringan
lereng
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu
Nama/Tahun Judul Tujuan Lokasi Output
Membuat perencanaan Dapat menjadi acuan
Kajian Teknis Sistem system penyaliran untuk menyelesaikan
PT KITADIN permasalahan terhadap
Penyaliran Tambang tambang terbuka penyaliran tambang
TANDUNG
Muhammad Terbuka batubara yang sesuai terbuka batubara PT
MAYANG Kitadin Tandung Mayang,
Endriantho/2010 Batubara untuk mengontrol air
KALIMANTAN khususnya Pit Seam 11
limpasan yang masuk Selatan, sehingga proses
TIMUR produksi tidak terhambat
ke pit.
pada saat curah hujan
tinggi.
Mengetahui berapa Mengetahui debit rencana
besar debit total air yang akan masuk ke pit
Perencanaan Teknis yang akan masuk ke PT MUARA sehingga dapat
Sistem Dewatering area penambangan ALAM mengetahui kapasitas
Tambang
Dheo Pranajaya/2013 yang dikerjakan oleh SEJAHTERA pompa dan volume sump
Di Pit Pt Ulima Nitra
Jobsite Pt Muara Alam PT Ulima Nitra. LAHAT yang diperlukan untuk
Sejahtera Lahat Sumatera Menentukan kapsitas mengatasi debit air yang
SUMATERA
Selatan pompa yang
SELATAN masuk ke lokasi pit
dibutuhkan untuk
mengeluarkan air yang tambang
II-37
II-38
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat Penelitian

3.1.1 Alat dan Software


Pada kegiatan penelitian menggunakan beberapa alat. Berikut nama
gambar dan fungsi dari masing masing alat yang digunakan pada saat penelitian.
Nama Gambar Kegunaan Jumlah
1

Untuk mengukur
Meteran kedalaman sisa pada
kolam sedimen

Untuk menghitung
Stopwatch cycle time unit
LongArm

1
Untuk menghitung
Counter
jumlah ritase DT

1
Autocad Untuk menentukan
2010 luas catchment area

III-1

III-2
1
Arcmap Untuk penggambaran
10.3 peta

1
Microsoft Untuk melakukan
Office pengolahan data

Untuk melakukan 1
pengolahan sifat fisik
Slide 6.0 mekanik tanah

3.2 Tahapan dan Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan Tugas Akhir
ini adalah dengan cara melakukan pentahapan penelitian yang terdiri dari :

3.2.1 Studi Literatur


Studi literatur dilakukan untuk dapat memahami topik judul penelitian
yang diambil. Kegiatan ini meliputi pencarian jurnal jurnal, pengumpulan diktat
materi kuliah yang berhubungan dengan judul penelitian dan dengan konsultasi
dengan dosen dosen terkait dengan hubungan judul penelitian yang diambil.

3.2.2 Orientasi Lapangan


Orientasi lapangan, bertujuan untuk memahami situasi medan kerja di
lapangan, baik dalam hal safety, maupun berhubungan dengan pengamatan
langsung dilapangan dalam evaluasi kapasitas kolam sedimen.
3.2.3 Pengambilan Data

1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari pengamatan
dan observasi di lapangan dengan bimbingan dari karyawan terkait.
Pengambilan data seluruh data primer dapat dilihat pada Gambar 3.2 Layout
Kolam Sedimen Data primer yang akan diambil oleh penulis meliputi:
a) Kedalaman Kolam Sedimen Hingga Ke Permukaan Slurry
Kedalaman kolam sedimen yang masih tersedia didapat dengan cara
menggunakan meteran dan mengukur panjang nya dimulai dari
permukaan air hingga tanggul kolam. Titik pengukuran kedalaman
III-3

sisa kolam direncanakan sebanyak 7 titik, sehingga diambil 1 nilai


rata rata kedalaman yang tersedia pada kolam sedimen.

Gambar 3.1. Sketsa Pengukuran Kedalaman Ke Permukaan Slurry

b) Tonase Wash Bauxite / hari


Tonase Wash Bauxite (WBX) didapatkan dengan mengamati langsung
jumlah ritase DumpTruck (DT),dan jumlah Bucket yang diperlukan untuk
mengisi DT sampai penuh. Kemudian didukung dengan data sekunder alat
berat(bucket capacity) dan density bauksit. Untuk WBX,pengamatan
dilakukan pada alur perjalanan dari Washing Plant ke Stockpile WBX.
c) Tonase Crude Bauxite/hari
Tonase Crude Bauxite (CBX) didapatkan dengan mengamati langsung
jumlah ritase DumpTruck dan jumlah Bucket yang diperlukan untuk
mengisi DT sampai penuh. Kemudian didukung dengan data sekunder alat
berat(bucket capacity) dan density bauksit. Untuk CBX, pengamatan
dilakukan pada alur perjalanan dari front penambangan atau stock CBX ke
Washing Plant.
d) Waktu Siklus Unit LongArm
Pengamatan dilakukan langsung, dengan mengamati pekerjaan unit
longarm saat melakukan pengerukan kolam sedimen.Dimana perhitungan
waktu siklus digunakan untuk menghitung produktivitas unit longarm.
III-5

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer ataupun data
yang telah tersedia yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menguatkan
data primer yang didapatkan. Dalam hal ini seperti
a) Peta topografi,peta IUP, layout tambang
Data sekunder tersebut digunakan, untuk menentukan luasan
catchment area dan letak dimana kolam sedimen berada. Untuk
memperoleh catchment area diperlukan data kontur dan layout
penambangannya, kemudian di plot area mana saja yang mempengaruhi
aktivitas penambangan menggunakan software Autocad 2010.
b) Curah Hujan periode 10 tahun
Curah hujan dengan periode 10 tahun didapatkan dari stasiun curah hujan
Piasan Kec Tayan Hilir,Kabupaten Sanggau.Data curah hujan digunakan,
untuk mendapatkan curah hujan harian rencana maksimum, dan jam
terjadinya hujan.
c) Kekentalan Dinamik Air
Kekentalan dinamik air didapatkan dari data sekunder, yang
digunakan untuk menghitung viskositas air. Dengan nilai sebesar 1.31 x
10.-6kg/m.detik(Rijn, L.C. Van, 1985).

d) Density Material Tailing


Density material didapatkan dari data yang sudah dimiliki oleh
perusahaan.Density material tailing, merupakan salah satu bagian data
yang diperlukan untuk mendapatkan debit rencana tailing selain data target
WBX,dan jam kerja/tahun.
e) Suhu Harian Kolam Sedimen
Pengamatan kolam sedimen, dilakukan untuk melakukan
perhitungan debit evapotranspirasi.Pengamatan dilakukan mulai awal
bulan hingga akhir bulan April.
III-6

f) Sifat Fisik Mekanik Tanah


Sifat fisik mekanik tanah, meliputi berat volume (Ƴ) , sudut geser
dalam(o) dan kohesi tanah (c). Sifat tanah tersebut digunakan untuk
menganalisa tanggul pada kolam baru rencana. g) Target produksi WBX
(ton/bulan)
Target produksi WBX didapatkan dari data yang rencanakan oleh
perusahaan.Target produksi wash bauxite merupakan salah satu bagian
data yang diperlukan untuk menghitung produksi tailing. h) Spesifikasi
Unit Alat PC LongArm 210
Spesifikasi excavator, didapatkan dari jenis alat yang digunakan oleh
perushaan.Data spesifikasi alat dibutuhkan, agar dapat, menentukan
lamanya pengerjaan untuk melakukan perawatan kolam sedimen. i) Jam
Kerja Per Hari
Waktu kerja diperoleh dengan mengambil data yang dimiliki oleh
perusahaan.Merupakan salah satu data yang diperlukan untuk menentukan
debit rencana tailing.

3.2.4 Pengolahan Data


Pemecahan masalah dilakukan dengan menganalisa data yang didasari
oleh literatur-literatur dan beberapa software yang berhubungan dengan masalah
tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Perhitungan Kapasitas Kolam Sedimen Aktual


Perhitungan kapasitas kolam yang masih tersedia, dilakukan dengan
mengukur kedalaman kolam hingga permukaan slurry.Setelah didapatkan
pengukuran kedalaman pada Gambar 3.1 Sketsa Pengukuran Kedalaman Ke
Permukaan Slurry.Perhitungan dilakukan dengan persamaan
V = A. h
Dimana
V = Volume Kapasitas (m3)
A = Luas Kolam (m2)
III-7

h = Kedalaman Kolam Sedimen Ke Permukaan Slurry(m)

2. Perhitungan Data Curah Hujan Dengan Metode Gumbel


Metode gumbel, digunakan untuk menentukan curah hujan harian rencana
maksimum, hasil hitungan digunakan untuk menentukan intensitas curah
hujan.

Xt (R24) = �� + k . S
Dimana
Xt = Curah hujan rencana (mm/hari) ;
K = Reduced variate factor
�� = Curah hujan rata – rata (mm/hari)
S = Standart deviation

3. Perhitungan Luas Daerah Tangkapan Hujan


Penentuan luas daerah tangkapan hujan, ditentukan dari luasan total kolam
sedimen, sehingga dibutuhkan layout penambangan untuk dapat mengetahui
luas total kolam sedimen.
4. Perhitungan Faktor Konkresi
Perhitungan faktor konkresi didapatkan dengan menggunakan persamaan

Dimana
WBX = Total Bauksit Tercuci (Ton)
CBX = Total Bauksit Sebelum Dicuci (Ton)

5. Perhitungan Tonase WBX/hari dan CBX/hari


Perhitungan tonase harian wbx dan cbx didapatkan dengan menggunakan
persamaan
Tonase Harian = R. n. K. D
Dimana
R = Ritase DumpTruck
n = Jumlah Bucket Excavator mengisi DumpTruck
III-8

K = Kapasitas Bukcet Excavator (m3)


D = Density Material Bauksit
Yang membedakan pengamatan untuk mendapatkan WBX dengan CBX,ialah
 WBX(Wash Bauxite), pengamatan dilakukan dari rute mulai
mengangkut dari Washing Plant ke Stockpile WBX.
 CBX (crude bauxite) pengamatan dilakukan dari rute front tambang
dan stockpile CBX ke Washing Plant

6. Perhitungan Intensitas Curah Hujan


Merupakan salah satu variabel untuk menentukan nilai debit
limpasan.Dimana data yang diperlukan untuk menghitung intensitas curah
hujan, merupakan curah hujan rencana, waktu konsentrasi,dan nilai konstanta
m. Perhitungan menggunakan persamaan Mononobe (Persamaan 2.2)

It
Dimana :
It = Intensitas hujan untuk durasi hujan t jam (mm/jam).

R24 = Curah Hujan Rencana ( dalam 24 jam)


M = Konstanta, di Indonesia m =2/3 t =
Waktu Hujan

7. Perhitungan Debit Air Limpasan


Perhitungan debit air limpasan, dilakukan untuk mendapatkan total debit
rencana air yang masuk ke dalam kolam sedimen,selain debit air pencucian
dan debit tailing.
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana:
Q = debit limpasan (m3/detik)
C = koefisien limpasan (Tabel 2.2)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas catchment area (Km2)
III-9

8. Perhitungan Debit Tailing


Dilakukan dengan memperoleh data primer: faktor konkresi, jumlah
tailing(ton/bln), dan data sekunder berat jenis material.
Tailing (ton/bln)= CBX – WBX

9. Perhitungan Faktor Keamanan Tanggul Kolam Sedimen Rencana


Perhitungan nilai faktor keamanan tanggul kolam rencana, dilakukan
menggunakan Software Slide 6.0.Hasil nilai faktor keamanan dicari dengan 4
jenis kondisi, yaitu kondisi kering, kondisi jenuh, kondisi kolam sedimen
penuh, kondisi kolam hingga tinggi jagaan.

10. Perhitungan Dimensi Kolam Pengendapan


Perhitungan dimensi kolam pengendapan, dapat diketahui dengan
menentukan terlebih dahulu debit total (Qlimpasan, Qtailing) rencana yang masuk ke
kolam pengendapan dan mengetahui kecepatan pengendapan partikel.
Qtotal
A
vt
Dimana:
A = Luas kolam pengendapan (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk kolam pengendapan (m3/detik)
vt = Kecepatan pengendapan (m/dtk)
11. Perhitungan kecepatan pengendapan.
Perhitungan kecepatan pengendapan, dilakukan untuk menghitung dimensi
luas kolam pengendapan. ( Persamaan 2.9)

g  D2 p
a vp 

18
Dimana :
vp = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)

p = berat jenis partikel padatan


a = berat jenis air (kg/m3)
III-10

 = kekentalan dinamik air (kg/m.detik)


D = diameter partikel padatan (m)

12. Perhitungan persentase pengendapan.


Persentase pengendapan perlu diketahu nilainya untuk mengetahui,
volume padatan rencana dalam kolam pengendapan,sehingga dapat ditentukan
periode waktu perawatan kolam pengendapan.( Persamaan 2.14) th

%P  x100%
th  tv
Dimana
%P = Persentase Pengendapan
th = Waktu Yang Dibutuhkan Partikel Untuk Keluar
tv = Waktu Yang Dibutuhkan Partikel Untuk Mengendap

13. Perhitungan Penjadwalan Pengerukan Kolam Sedimen


Penentuan periode penjadwalan pengerukan kolam pengendapan
diketahui dengan membandingkan nilai dimensi volume kolam pengendapan
rencana dengan debit padatan rencana. ( Persamaan 2.7)

Dimana
V = Volume Kolam Sedimen
Q = Debit Yang Masuk Kolam
3.2.5 Kesimpulan
Hasil kesimpulan yang dimaksud meliputi, hasil berupa
1. Kedalaman aktual yang masih tersedia pada kolam sedimen.
2. Total debit rencana yang masuk dan keluar pada kolam sedimen
3. Selisih slurry yang masuk pada kolam sedimen
4. Umur kolam sedimen yang masih tersedia
III-11

5. Rancangan kolam sedimen yang dapat menampung hingga target


penambangan akhir bulan Desember 2019
6. Serta dapat menentukan faktor keamanan tanggul rencana pada rancangan
kolam sedimen.
7. Dan menentukan jumlah unit Mobile LongArm untuk menutupi
kekurangan volume slurry rencana yang masuk ke kolam sedimen.

Mulai

Studi Literatur

Orientasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Sekunder
Data Primer 1.Peta Layout Penambangan
1.Kedalaman Aktual Kolam 2.Curah Hujan Periode 10 Tahun
2.Tonase WBX Per Hari 3.Berat Jenis Bauksit
3.Tonase CBX Per Hari 4.Target Produksi WBX Per
4.Waktu Edar Unit Longarm Bulan dan Suhu Kolam Sedimen
5.Spesifikasi Alat
6.Jam Kerja PerHari

Pengolahan dan Analisa Data


1. Perhitungan Kapasitas Volume Aktual Yang Tersedia
2. Perhitungan Recharge dan Discharge Pada Kolam Sedimen
3. Perhitungan Selisih Recharge Yang Masuk Kolam Sedimen
4. Perhitungan Sisa Umur Kolam Sedimen
5. Perhitungan Rancangan Kolam Sedimen
6. Perhitungan Penambahan Jumlah Unit Longarm

Kesimpulan & Saran


III-12

Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pengolahan
Hasil dan pengolahan yang didapatkan berupa, kapasitas ketersediaan
aktual kolam sedimen, mengetahui neraca recharge dan discharge pada kolam
sedimen, menentukan ketersediaan umur kolam sedimen.

4.1.1 Kapasitas Ketersedian Aktual Kolam Sedimen


Kapasitas kolam sedimen yang masih tersedia, didapatkan dengan menggunakan
persamaan
V : A. h
Dimana
V = Kapasitas Volume Aktual (m3)
A = Luas Kolam Sedimen (m2)

h = Kedalaman Rerata Kolam Ke Permukaan Slurry(m)


Tabel 4.1Perhitungan Kapasitas Sisa Kolam

Kedalaman Sisa Kapasitas Volume


No Kolam Luas(m2)
Rerata (m) Sisa(m3)
1 1 28,300.00 0.4 11,320.00
2 2 33,200.00 0.57 18,924.00
3 3 4,500.00 0.45 2,025.00
4 4 7,800.00 0.82 6,396.00
5 5 14,200.00 0.1 1,420.00
6 6 8,200.00 0.85 6,970.00
7 19 25,721.00 1.1 28,293.10
8 8 47,100.00 0.65 30,615.00
9 9 17,700.00 1.25 22,125.00
10 10 50,500.00 1.07 54,035.00
11 11 20,400.00 0.5 10,200.00
12 12 34,300.00 0.6 20,580.00
13 13 24,500.00 1.1 26,950.00
14 14 19,300.00 0.7 13,510.00
Total 335,721.00 10.16 253,363.10
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
IV-1

IV-2

Perhitungan kapasitas sisa kolam sedimen dilakukan agar dapat


mengetahui, apakah kolam sedimen dapat menampung air hasil pencucian bauksit
hingga akhir tahun 2019 atau tidak. Titik pengukuran kedalaman sisa dapat dilihat
pada Gambar 4.1 Layout Kolam Sedimen
Luasan yang dimaksud pada tabel perhitungan setiap kolam, merupakan
luas yang bagian atas dengan asumsi bagian bawah memiliki luas yang sama
dengan bagian atas.Untuk kedalaman rerata didapat dari perhitungan yang didapat
dari mengukur kedalaman sisa dari tanggul, hingga permukaan air.Jumlah data
yang diambil sebanyak 7, kemudian hasilnya dirata rata kan untuk mendapatkan
kedalaman sisa pada kolam sedimen.
Alur perjalalanan kolam sedimen, dimulai dari saluran terbuka di dekat area
Washing Plant, yang mengalirkan air ke kolam 1 lanjut ke kolam 4,kemudian
kolam 4 mengalirkan air ke kolam 3 dan kolam 5, kolam 6, kolam 19 kemudian
ke kolam 9 menuju ke kolam 8.Sedangkan kolam 2, mendapatkan air dari kolam
3, mengalirkan air ke kolam 8 kemudian dari kolam 8 lanjut ke kolam
10.Kemudian kolam 10 mengalirkan air ke kolam 11 dan 12,kemudian kolam 11
mengalirkan ke kolam 13 dan kolam 13 mengalirkan ke kolam 14.
IV-3
`IV -3

Gambar 4.1. Peta Layout Kolam


`IV-4

4.1.2 Recharge Pada Kolam Sedimen


Perhitungan jumlah air yang masuk kolam dibedakan menjadi air limpasan
hujan dan tailing hasil pencucian bauksit.Total recharge pada kolam sedimen
dapat dilihat pada tabel

1. Air Limpasan
Air limpasan merupakan air hujan yang melimpas ke permukaan bumi dan air
tersebut dibatasi dengan luasan catchment area yang hanya melingkupi daerah
kolam pengendapan.(Persamaan 2.1) Perhitungan debit limpasan menggunakan
data curah hujan harian dengan periode tahun 2009 hingga 2018.Persamaan untuk
menghitung debit limpasan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Q = 0.278 .C.I.A
Nilai untuk masing masing variabel untuk perhitungan debit limpasan a
Koefisien Limpasan (C)
Koefesien limpasan merupakan nilai yang didapat dari hasil
pembacaan (Tabel 2.2). Dimana pembacaan dilakukan dengan melihat
bagaimana kondisi asli dilapangannya. Nilai C berdasarkan kondisi di
lapang didapakan sebesar 0.7
Tabel 4.2 Koefesien Limpasan
Kemiringan Jenis lahan C
<3% Sawah, rawa 0.2
Datar Hutan, perkebunan 0.3
Perumahan 0.4
3% - 15% Hutan, perkebunan 0.4
Sedang Perumahan 0.5
Semak-semak agak jarang 0.6
Lahan terbuka, daerah timbunan 0.7
Hutan 0.6
15%
Curam Perumahan 0.7
`IV-5

b Perhitungan Curah Hujan Rencana (XT/R24)


Data curah hujan didapatkan dari Stasiun Curah Hujan Piasak
Tayan Hilir.Analisa data curah hujan dilakukan dari data curah hujan 10
tahun terakhir mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2018.Data curah hujan
yang digunakan merupakan data curah hujan harian, dimana untuk
pengolahan data curah hujan tersebut dilakukan dengan menggunakan
metode annual series.

Dimana :
�� = Rata-rata Curah Hujan
S = Standar Deviation
Sn = Reduce Standar Deviation
Yt = Reduce Variate
Yn = Rata-rata Reduce Mean
Didapat :
�� = 130 mm/hari
S = 32.05
Sn =1
Yt = 1.50 (Periode Ulang 5 Tahun)
� ���
𝑌 = 0.50
Kemudian diolah hingga didapatkan curah hujan rencana sebesar,

XT = 162.17 mm/hari
1) Perhitungan Curah Hujan Maksimum Rata Rata
Data curah hujan yang diambil, merupakan data curah hujan maksimum
tiap tahun nya, sehingga didapat hasil perhitungan pada tabel sebagai
berikut
`IV-6

Tabel 4.3 Curah Hujan Maksimum Per Tahun


No Tahun (Xi) Curah Hujan Maksimum (mm/hari)
1 2009 96.00
2 2010 199.00
3 2011 143.00
4 2012 122.00
5 2013 123.00
6 2014 155.00
7 2015 82.00
8 2016 133.00
9 2017 127.00
10 2018 120.00
Jumlah 10.00 1300.00

Maka dari Tabel 4.3, didapatkan perhitungan curah hujan rata-rata sebesar

�� =  Xi = 1300

n 10
�� = 130 mm/hari
2) Perhitungan Reduce Mean, Standar Deviasi, Reduce Standar
Deviasi. Reduce Variate.
(a) Perhitungan Reduce Mean,
Yn = -ln (-ln((n+1-m)/(n+1))
Dimana :
n = Jumlah sample (10 sample) m
= Urutan sample (m = 1,2,3 ...dst)
Yn1 = -ln (-ln((10+1-9)/( 10+1)) = -0.53
Yn2 = -ln (-ln((10+1-1)/( 10+1)) = 2.35
Yn3 = -ln (-ln((10+1-3)/( 10+1)) = 1.14
Yn4 = -ln (-ln((10+1-7)/( 10+1)) = -0.01
`IV-7

Yn5 = -ln (-ln((10+1-6)/( 10+1)) = 0.24


Yn6 = -ln (-ln((10+1-2)/( 10+1)) = 1,61
Yn7 = -ln (-ln((10+1-10)/( 10+1)) = -0.87
Yn8 = -ln (-ln((10+1-4)/( 10+1)) = 0.79
Yn9 = -ln (-ln((10+1-5)/( 10+1)) = 0.50
Yn10 = -ln (-ln((10+1-8)/( 10+1)) = -0.26
Rata-rata nilai Reduce Mean (Yn) yaitu 0,497 = ~0.50
Tabel 4.4 Nilai Reduce Mean
No Tahun CH Max(Xi) m Yn
1 2009 96.00 9.00 -0.53
2 2010 199.00 1.00 2.35
3 2011 143.00 3.00 1.14
4 2012 122.00 7.00 -0.01
5 2013 123.00 6.00 0.24
6 2014 155.00 2.00 1.61
7 2015 82.00 10.00 -0.87
8 2016 133.00 4.00 0.79
9 2017 127.00 5.00 0.50
10 2018 120.00 8.00 -0.26
Jumlah 1300.00 4.95
Rata Rata 130.00 0.50

(b) Perhitungan Standar Deviasi


Perhitungan standar deviasi menggunakan,Persamaan 2.4,
didapatkan pada Tabel 4.5 dengan perhitungan sebagai berikut.
Tabel 4.5 Nilai Standar Deviasi
No Tahun Xi(CH) (Xi-��)^2
1 2009 96.00 1156.00
2 2010 199.00 4761.00
3 2011 143.00 169.00
4 2012 122.00 64.00
5 2013 123.00 49.00
6 2014 155.00 625.00
7 2015 82.00 2304.00
8 2016 133.00 9.00
`IV-8

9 2017 127.00 9.00


10 2018 120.00 100.00
Jumlah 1300.00 9246.00
Standar Deviasi 32.05

S=

(c) Perhitungan Reduce Standar Deviasi


Perhitungan reduce standar deviasi didapat dengan menggunakan
(Persamaan 2.5)
05
Sn =

Tabel 4.6 Nilai Reduce Standar Deviasi


No Tahun Yn (Yn-Ynrerata)2
1.00 2009 1.61 1.23
2.00 2010 -0.87 1.88
3.00 2011 -0.26 0.57
4.00 2012 0.79 0.09
5.00 2013 0.50 0.00
6.00 2014 -0.53 1.06
7.00 2015 2.35 3.44
8.00 2016 -0.01 0.26
9.00 2017 0.24 0.07
10.00 2018 1.14 0.42
Jumlah 4.95 9.02

(d) Perhitungan Reduce Variate (Yt)


Perhitungan Reduce Variate menggunakan (Persamaan
2.6).Periode ulang hujan yang dipilih sebesar periode ulang 5 tahun,
sehingga didapatkan sebesar 1.5
Yt = -ln(-ln(Tr-1)/Tr) Keterangan
:
TT = Periode ulang (tahun)
`IV-9

YT = 2 tahun = -ln(-ln(2-1)/2) = 0.37


YT = 3 tahun = -ln(-ln(3-1)/3) = 0.90
YT = 4 tahun = -ln(-ln(4-1)/4) = 1.25
YT = 5 tahun = -ln(-ln(5-1)/5) = 1.5

Tabel 4.7 Nilai Reduce Variate


Tr (Tahun) Reduced Variate (Yt)
2 0,37
3 0,90
4 1,25
5 1,50

c Perhitungan Intensitas Curah Hujan( I )


Perhitungan intensitas curah hujan didapat dengan persamaan
mononobe,sehingga didapatkan debit limpasan air hujan yang masuk ke
kolam sedimen.

Dimana
I = Intensitas Curah Hujan (mm/hari)
R24 = Curah Hujan Rencana (mm/jam) t
= Waktu Hujan (jam)
`IV-10

1) Perhitungan Waktu Terjadinya Hujan


Perhitungan waktu terjadinya hujan, dilakukan untuk menentukan rata
rata lamanya hujan selama 1 hari, didapatkan sebesar 2.50 jam perhari.
Dan lama hari hujan per bulan rata rata dari tahun 2009 hingga tahun 2018
13.70 hari perbulan.

Tabel 4.8 Perhitungan Jumlah Hari Hujan dan Jam Hujan


Jumlah Jam Jumlah Hari Rerata Hari Hujan
No Tahun
Hujan Hujan Perbulan
1 2009 466 162 13.50
2 2010 529 191 15.92
3 2011 410 159 13.25
4 2012 422 174 14.50
5 2013 476 176 14.67
6 2014 327 157 13.08
7 2015 214 88 7.33
8 2016 436 234 19.50
9 2017 442 176 14.67
10 2018 399 127 10.58
Jumlah 4,120.50 1,644.00 137.00
Rata - Rata Jam
= 4,120.50/1,644 =2.51 =137/10= 13.70
Hujan

d Perhitungan Catchment Area (A)


Daerah catchment area (tangkapan hujan) adalah luasnya permukaan
yang apabila terjadinya hujan, maka air hujan tersebut langsung masuk
pada kolam sedimen. Pada perhitungan catchment area ini peneliti
menggunakan bantuan software Autocad 2007.Penentuan catchment area
diperlukan untuk mengetahui debit air yang masuk ke kolam sedimen.Dari
peta situasi tambang Gambar 4.1 Layout Kolam Sedimen yang ada maka
dapat diketahui total keseluruhan luas catchment area sebesar ± 34 Ha.
`IV-11

Luasan catchment area didapatkan dari penjumlahan seluruh kolam


sedimen yang digunakan.

e Perhitungan Debit Limpasan


Debit air limpasan diperoleh dari air hujan yang masuk ke area sekitar
kolam sedimen.Dengan menggunakan persamaan
Q = 0,278 x C x I x A Dimana:

Q = debit limpasan (m3/detik)


C = koefisien limpasan (Tabel 2.2)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas tangkapan hujan (Km2)
Sehingga Didapat
Koefesien Limpasan (C) : 0.7
Intensitas Curah Hujan (I) : 30.52 mm/jam
Luas Tangkapan Hujan (A): 0.34 (km2)
Sehingga
Q = 0.278 x 0.7 x 30.52 x 0.34
Q = 2.02 m3/detik

Karena perhitungan dilakukan untuk perbulannya maka dikonversi m3/detik


menjadi m3/bulan

Q = 2.52 x 3600 x jam hujan per hari x hari hujan perbulan


Q = 2.52 x 3600 x 2.50 x 13.70
Q =249,978.74 m3/bulan

2. Perhitungan Debit Tailing


Untuk mengetahui seberapa besar material tailing dari hasil pencucian
yang akan masuk ke kolam pengendapan harus di ketahui terlebih dahulu
faktor konkresi. Perhitungan concretion factor (didapatkan dari pengamatan
`IV-12

langsung dilapangan.Dari pengamatan dan perhitungan didapatkan nilai faktor


konkresi rerata sebesar 43.10%. a Faktor Konkresi
Perhitungan faktor konkresi didapat dari pengamatan tonase harian
wash bauxite dengan crude bauxite. Dengan menggunakan (Persamaan
2.8) didapat faktor konkresi sebesar 43.10%. (Tabel 4.9).

Faktor Konkresi = 43.10%

b Produksi Tonase Crude Bauksit


Perhitungan produksi tonase crude bauksit dilakukan pada pertengahan
bulan April hingga akhir Desember didapat dari persamaan( Tabel 4.10).

c Produksi Tonase Wash Bauksit


Tonase wash bauksit didapat dari realisasi dan target UBPB PT
ANTAM.Hasil dapat dilihat pada (Tabel 4.10). d Produksi Tailing
bauksit (Tonase/Bulan)
Produksi tailing bauksit merupakan hasil bekas pencucian biji bauksit
yang didapat dari persamaan
Tailing = Tonase CBX – Tonase WBX
Contoh Perhitungan Pada Bulan April (Tabel 4.10)
Tonase Tailing = 129,671.69 - 55,888.50
Tonase Tailing = 73,783.19 Ton e Produksi
Tailing bauksit (M3/Bulan)
Perhitungan volume tailing dilakukan dengan persamaan
`IV-13

Volume tailing bulan April = 73,783.19/1,62


Volume tailing bulan April = 45,545.18
Tabel 4.9 Perhitungan Faktor Konkresi
No CBX (Tonase) WBX (Tonase) Satuan
1 8,582.20 3,605.00 Ton/hari
2 21,349.40 4,891.70 Ton/hari
3 4,709.60 1,529.60 Ton/hari
4 13,330.70 2,407.30 Ton/hari
5 5,790.60 2,112.40 Ton/hari
6 9,163.50 2,999.10 Ton/hari
7 6,241.30 3,034.00 Ton/hari
8 4,650.90 2,745.40 Ton/hari
9 5,049.00 1,853.40 Ton/hari
10 4,571.30 1,310.90 Ton/hari
11 5,766.30 1,452.90 Ton/hari
12 14,732.00 1,676.70 Ton/hari
13 9,170.30 2,114.50 Ton/hari
14 5,258.50 3,764.00 Ton/hari
15 4,282.20 3,213.20 Ton/hari
16 2,325.50 2,018.90 Ton/hari
17 1,324.00 2,293.10 Ton/hari
18 7,500.10 2,831.30 Ton/hari
19 7,206.80 3,348.30 Ton/hari
20 8,354.90 3,282.90 Ton/hari
21 6,892.60 3,520.50 Ton/hari
22 10,550.40 2,890.40 Ton/hari
23 9,197.10 4,030.80 Ton/hari
24 4,923.30 2,272.40 Ton/hari
25 6,269.10 4,288.80 Ton/hari

IV-14
26 9,720.80 5,527.20 Ton/hari
27 9,720.80 4,637.80 Ton/hari
28 4,630.00 4,517.90 Ton/hari
29 6,515.50 4,518.80 Ton/hari
30 5,791.82 4511.78 Ton/hari
31 3,387.42 3308.45 Ton/hari
32 9,431.64 3064.215 Ton/hari
33 9,874.44 4398.145 Ton/hari
34 8,944.56 4499.39 Ton/hari
35 10,051.56 4745.03 Ton/hari
36 4,760.10 2163.04 Ton/hari
37 9,475.92 5378.07 Ton/hari
38 7,749.00 4346.61 Ton/hari
39 8,479.62 3969.565 Ton/hari
40 9,874.44 4454.07 Ton/hari
41 10,870.74 4128.172 Ton/hari
42 10,162.22 4545.4475 Ton/hari
43 7,082.00 2530 Ton/hari
44 9,387.36 4361.21 Ton/hari
45 8,678.88 3235.58 Ton/hari
46 4,848.66 2132.88 Ton/hari
47 12,752.64 4985.125 Ton/hari
48 9,719.46 3959.318 Ton/hari
Total 379,114.18 163,405.30 Ton/hari
Faktor Konkresi 43.10 %
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir

IV-15
Tabel 4.10 Perhitungan Produksi Tailing
NO BULAN WBX(Ton) CF RATA RATA(%) CBX(Ton) TAILING(Ton) TAILING(VOLUME/BULAN)
1 APRL 55,888.50 129,671.69 73,783.19 45,545.18
2 MEI 80,000.00 185,614.85 105,614.85 65,194.35
3 JUNI 85,000.00 197,215.78 112,215.78 69,269.00
4 JULI 90,000.00 208,816.71 118,816.71 73,343.65
5 AGUS 90,000.00 43.10 208,816.71 118,816.71 73,343.65
6 SEPT 90,000.00 208,816.71 118,816.71 73,343.65
7 OKT 90,000.00 208,816.71 118,816.71 73,343.65
8 NOV 90,000.00 208,816.71 118,816.71 73,343.65
9 DES 90,000.00 208,816.71 118,816.71 73,343.65
Jumlah 760,888.50 1,765,402.55 1,004,514.05 620,070.40
Jam Kerja/Hari 18.07 Perhari
Berat Jenis Material 1.62 Ton/M3
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir

IV-16
IV-17

Tabel 4.11 Perhitungan Debit Recharge Total


Debit(M3/Bulan)
BULAN Recharge
Air Limpasan Lumpur Tailing
April 249,978.74 45,545.18
Mei 249,978.74 65,194.35
Juni 249,978.74 69,269.00
Juli 249,978.74 69,269.00
Agustus 249,978.74 73,343.65
September 249,978.74 73,343.65
Oktober 249,978.74 73,343.65
November 249,978.74 73,343.65
Desember 249,978.74 73,343.65
Total 2,249,808.66 615,995.76
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir

4.1.3 Discharge Yang Keluar Kolam


Perhitungan jumlah discharge yang keluar kolam dibedakan menjadi debit
evapotranspirasi, produktivitas pengerukan kolam sedimen oleh 2 unit alat PC 210
Long Arm dan debit pembuangan air ke sungai Beganjing.

1. Debit Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan proses penguapan air yang diakibatkan oleh
adanya panas matahari dan proses transpirasi oleh tumbuhan. Data yang
diperlukan dalam perhitungan debit evapotranspirasi merupakan data suhu
pengamatan pada kolam sedimen pada awal hingga akhir bulan April Dengan
suhu rata rata pengukuran sebesar 28.14(oC). Persamaan dalam menghitung
debit evapotranspirasi menggunakan rumus Turc.

Tabel 4.12 Pengukuran Suhu Kolam


No Waktu Suhu(C)
1 1-Apr-19 28.40
IV-18

2 2-Apr-19 29.10
3 3-Apr-19 29.60
4 4-Apr-19 31.40
5 5-Apr-19 29.00
6 6-Apr-19 21.60
7 7-Apr-19 21.80
8 8-Apr-19 29.20
9 9-Apr-19 29.40
10 10-Apr-19 28.90
11 11-Apr-19 28.70
12 12-Apr-19 28.80
13 13-Apr-19 28.20
14 14-Apr-19 31.20
15 15-Apr-19 27.60
16 16-Apr-19 28.30
17 17-Apr-19 28.60
18 18-Apr-19 29.00
19 19-Apr-19 28.60
20 20-Apr-19 28.50
21 21-Apr-19 29.30
22 22-Apr-19 28.40
23 23-Apr-19 26.60
24 24-Apr-19 29.00
25 25-Apr-19 29.40
26 26-Apr-19 28.90
27 27-Apr-19 29.20
28 28-Apr-19 28.70
29 29-Apr-19 28.50
30 30-Apr-19 28.00
Rata Rata 28.40

P
E= 2 0.5

 P

0.9L(T) 

Dimana :
E =Evapotranspirasi
P = Curah hujan tahunan rata-rata (mm/tahun)
IV-19

T = Temperatur rata-rata (oC)


L(T) = Fungsi suhu = 300 + 25T + 0.05T3

Diketahui :
P = 3,113.71 mm/tahun

T = 28.4 Cº

L = 300 + 25T + 0.05T3 = 2,155.31

E = 1,801.59 mm/tahun

E = 0.205 mm/jam
Laju Evapotranspirasi

E
% Evapotranspirasi =
I

% Evapotranspirasi =
% Evapotranspirasi = 0.671 %

Laju Evapotranspirasi

= % Evapotranspirasi x Qlimpasan

= 0.671 % x 2.02

= 0.014 m3/detik.((Konversi m3/jam (dikali 3600))


= 50.4 m3/jam.(( Konversi m3/hari (dikali 24 - Jam Hujan)=21.49)

= 1,083.278 m3/hari (Konversi m3/bulan (dikali 30 hari-Hari

Hujan perBulan)

= 17,657.433 m3/bulan.

2. Produktivitas Pengerukan Kolam Sedimen


Produktivitas total pengerukan kolam sedimen dengan jumlah alat longarm
yang digunaka sebanyak 2 unit, sebesar 30,142.164 m3/bulan.Dimana 1 unit
alat bekerja pada saluran kolam sedimen pertama dan 1unit lain bekerja secara
IV-20

mobile pada tiap kolam yang diperlukan. Produktivitas normal untuk 1 unit
longarm didapatkan sebesar 22,393.88m3/bulan. Namun untuk mobile unit
alat longarm didapatkan sebesar 7,748.284 m3/bulan. Produksi mobile unit
longarm berkurang karena jangkauan rata rata unit Long Arm PC 210 dengan
efektifitas pengerukan hanya sebesar 34.6%. a Produktivitas Unit Alat
LongArm
qx60Eff
Q
CT

Dimana
Q = Produksi alat (m³/jam) q l = Kapasitas muncung
alat muat (0.46 m3) K = Faktor pengisian mangkuk
alat muat (1,1 tabel 1) q = Kapasitas nyata alat muat
(ql x K)
Eff = Efisiensi kerja alat muat (0,8 tabel )
CT = Waktu edar alat muat (0,61 menit)

Q
Q = 41.14 m³/jam
Jam Kerja Tiap Harinya = 18.07 Jam
Produksifitas Excavator Per Harinya = 41.14 m ³/Jam X 18.07
= 725.71 m³/Hari
Produksifitas Excavator Per Bulannya = 22,302.16 m3/bulan
b Produktivitas Mobile Unit Alat LongArm
Produktivitas mobile unit LongArm dipengaruhi oleh kemampuan
jangkauan(reach) bucket area kolam sedimen yang akan dikeruk. Dengan
efektifitas reach bucket LongArm rata rata pada (Tabel 4.12).Pada
Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa yang berwarna merah merupakan zona
kolam yang tidak dapat dijangkau oleh unit LongArm.
Sehingga untuk mendapatkan Jangkauan Area Pengerukan, dengan
cara.Contoh perhitungan pada kolam 1
= Luas Area Total – Luas Area Tak Terjangkau Longarm
= 28,300 - 20,174
IV-21

= 8,125
Tabel 4.12 Efektivitas Pengerukan Kolam Sedimen
EFEKTIVITAS PENGERUKAN
Jangkauan Luas Area %
Kola Luas Area
No Area Tidak Efektivitas
m Total(m2) 2 2
Pengerukan m Terjangkau m Pengerukan
1 1 28,300.00 8,125.35 20,174.65 28.71
2 2 33,200.00 7,953.45 25,246.55 23.96
3 3 4,500.00 2,128.47 2,371.53 47.30
4 4 7,800.00 3,438.92 4,361.08 44.09
5 5 14,200.00 4,411.27 9,788.73 31.07
6 6 8,200.00 3,248.78 4,951.22 39.62
7 8 17,687.36 4,862.81 12,824.55 27.49
Rata Rata Efektivitas 34.60

Sehingga didapat perhitungan mobile unit LongArm sebesar


= 22,302.16 x 34.60%
= 7,748.28 m3/bulan

Gambar 4.2. Sketsa Pengerukan Kolam Sedimen

3. Perhitungan Pipa Pembuangan Akhir


Pembuangan akhir pada kolam sedimen dilakukan dikolam 14, pada kolam
14 merupakan kolam terakhir, yang dimana air bekas pencucian bauksit sudah
memenuhi standar baku mutu lingkungan yang diijinkan. Parameter baku mutu
lingkungan tersebut ialah ,pH, Total Suspended Solid (TSS). Debit
pembuangan yang dilakukan sebesar 201,436.02 m3/bulan/pipa.

Perhingan debit pipa pada kolam 14, menggunakan rumus Q


= A.v
Dimana
A = Luas Penampang Pipa (m2)
v = Kecepatan Aliran (m/s)
D = Diameter Pipa (m)
IV-22

S = Kemiringan Dasar Pipa (%)


Didapatkan perhitungan
A = 3.14 x (D/2)2
= 3.14 x (0.32/2)2
= 0.08 (m2)
P = 3.14 x D
= 3.14 x 0.32
= 0.97 m
S = 1.85 %
Cara mendapat kan kemiringan (S) pada
S (%) = y/x
= (1.06-0.58)/26
= 0.47/26
= 1.80%
Dimana
Y = Beda tinggi (H2-H1)
X = Panjang Pipa (m)

Gambar 4.3. Sketsa Kemiringan Pipa Kolam 14

Untuk mendapatkan nilai koefesien n menggunakan Tabel 4.13 Koefesien n


Pipa. Koefesien yang digunakan sebesar 0.012
Tabel 4.13 Koefesien n Pipa
Jenis Recommended "n"

Smooth steel pipe 0.012


Smooth concrete pipe 0.012
IV-23

Corrugated Steel Pipe 0.025

R = A/P

=
0.08/1
= 0.08 m
v = ((1/n) x R2/3 x S1/2

= 1/0.01 x 0.08 x 0.0185

= 2.08 m/s
Q = A.v
= 0.08 x 2.08
= 0.17 m3/detik (Konversi ke m3/jam,dengan dikalikan 3,600)
=600.69 m3/jam (Konversi ke m3/hari, dengan dikalikan 12
Jam) 12 Jam/hari didapat dari penjadwalan pembukaan pipa kolam
14 ke sungai Beganjing
= 7,208.34 m3/hari (Konversi ke m3/bulan, dengan dikalikan 30 )
= 216,250.08 m3/bulan
Hasil konversi m3/detik dengan mengkalikan 12 jam/hari, dimana 12 jam
tersebut dimulai dari jam 6 pagi hingga 6 sore. Untuk hasil perhitungan, dapat
dilihat pada Tabel 4.13 Perhitungan Debit Pembuangan

Tabel 4.14 Perhitungan Debit Pembuangan


Debit Pipa
Pipe Properties
Jumlah Pipa 1.00 BUAH
Diameter Pipa (d) 0.32 m
Luas Penampang Pipa (A) 0.08 m2
Keliling Penampang Pipa (P) 1.00 m
Jari-Jari Hidrolik (R) 0.08 m
Kemiringan Dasar Pipa (S) 1.80 %
Koefisien Kekasaran Manning (n) 0.01 -
Kecepatan Aliran (V) 2.08 m/s
3
Debit Pipa Pembuangan/pipa 0.17 m /detik
IV-24

0.17 m3/detik
600.69 m3/Jam
7,208.34 m3/Hari
216,250.08 m3/bulan
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir

4.1.4 Debit Selisih Slurry Yang Masuk Ke Kolam Sedimen


Perhitungan debit selisih yang masuk kekolam tiap bulannya didapatkan
dengan persamaan sebagai berikut.

Qselisih :Recharge -Discharge


Tabel 4.15. Debit Selisih Slurry Masuk
DEBIT(m3/bulan)
SELISH
INCHARGE DISCHARGE
BULAN SLURRY
AIR LUMPUR EVAPOTR PENGERU PEMBUANG MASUK
LIMPASAN TAILING ANSI KAN AN AKHIR
APRIL 249,979 45,545 17,657 30,142 216,250 31,474
MEI 249,979 65,194 17,657 30,142 216,250 51,123
JUNI 249,979 69,269 17,657 30,142 216,250 55,198
JULI 249,979 69,269 17,657 30,142 216,250 55,198
AGUSTUS 249,979 73,344 17,657 30,142 216,250 59,273
SEPTEMBER 249,979 73,344 17,657 30,142 216,250 59,273
OKTOBER 249,979 73,344 17,657 30,142 216,250 59,273
NOVEMBER 249,979 73,344 17,657 30,142 216,250 59,273
DESEMBER 249,979 73,344 17,657 30,142 216,250 59,273
TOTAL 2,249,809 615,996 158,917 271,280 1,946,251 489,357
Sumber : Perhitungan Tugas Ahir
4.2 Pembahasan

4.2.1 Perhitungan Umur Sisa Kolam Sedimen


Setelah debit selisih slurry yang masuk telah diketahui perbulannya, maka
umur kolam dapat diketahui apakah 14 kolam sedimen masih dapat menampung
air dan lumpur hingga akhir tahun 2019. Untuk mendapatkan umur kolam,
digunakan persamaan dibawah ini.
Umur Kolam = Debit Slurry SisaMasuk − V Sisa Kolam
Dengan persamaan tersebut, maka dapat diketahui umur kolam tersisa 5 bulan
lagi, mulai dari bulan April hingga bulan Agustus, dan dibutuhkan kapasitas
sebesar 235,994.17m3. Karena umur kolam telah diketahui tidak dapat mencapai
IV-25

hingga akhir tahun 2019 maka perlu dicari alternatif yang dapat dilakukan hingga
dapat memenuhi kekurangan kapasitas sebesar 235,994.17 lagi.
Contoh perhitungan pada bulan April, didapatkan hasil sebesar -794.76 dari Air
Lumpur Yang Masuk Perbulan – Kapasitas Volume Sisa Kolam 1, Kolam 2 dan
Kolam 3, sehhingga
= 31,474.24 – (11,320.00 + 18,924.00 + 2,025.00)
= -794.76
= Artinya tanda (-) bahwa masih terdapat sisa pada jumlah kapasitas kolam
1,kolam 2 dan kolam 3.Sedangkan tanda (+) menunjukan terdapat kelebihan
volume air lumpur yang masuk ke kolam sedimen.
Tabel 4.16 Perhitungan Umur Sisa Kolam
AIR LUMPUR MASUK PER BULAN (m3)

Kolam Kedalaman Sisa - Tinggi Jagaan(m) Kapasitas Volume Sisa(m3) April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

31,474.24 51,123.41 55,198.06 55,198.06 59,272.70 59,272.70 59,272.70 59,272.70 59,272.70

1 0.40 11,320.00

2 0.57 18,924.00 -794.76

3 0.45 2,025.00

4 0.82 6,396.00
-23,365.45
5 0.10 1,420.00
-44,327.40
6 0.85 6,970.00
-19,909.34
19 1.10 28,293.10
-1,096.64 235,994.17
8 0.65 30,615.00

9 1.25 22,125.00

10 1.07 54,035.00

11 0.50 10,200.00

12 0.60 20,580.00

13 1.10 26,950.00

14 0.70 13,510.00
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
IV-25
IV-28

4.2.2 Rancangan Dimensi Kolam Baru


Diketahui umur kolam hanya dapat bertahan hingga bulan Agustus
sehingga kolam baru tersebut harus dapat menyediakan kekurangan volume
sebesar 235,994.17 m3. Penggunaan kolam baru direncanakan harus digunakan

pada awal bulan September. Lihat Tabel 4.17

1. Dimensi Rancangan Kolam Sedimen


Dimensi rancangan kolam sedimen, terdiri dari kedalaman kolam maupun
panjang lebar kolam.
 Kedalaman Kolam Sedimen
Kedalaman kolam, ditentukan oleh spesifikasi kemampuan alat gali
muat, yaitu maximum digging reach alat yang digunakan sebesar 7 meter.
Tinggi jagaan yang digunakan sebesar 0.5 meter. Sehingga didapatkan
kedalaman rencana sebesar
Kedalaman(h) ∶ Max Digging Reach
Kedalaman(h): 7 meter
 Luas Area Kolam Sedimen Yang Dibutuhkan
Luas area kolam didapatkan sebesar 44,183.68 m2 dengan
menggunakan persamaan,

 Panjang dan Lebar Kolam Sedimen


Penentuan dimensi panjang dan lebar kolam sedimen, dapat
ditentukan berdasarkan lokasi ranacangan kolam sedimen.
 Panjang Kolam Sedimen
Panjang kolam sedimen didapatkan berdasarkan kondisi lapangan
yang tersedia didapatkan sebesar 155 meter.
 Lebar Kolam Sedimen
Setelah didapatkan panjang kolam sedimen yang tersedia, maka
lebar kolam sedimen yang tersedia didapatkan sebesar 165 meter.
Tabel 4.17 Perhitungan Pengaruh Penambahan Kapasitas Kolam Baru
AIR LUMPUR MASUK PER BULAN
Kapasitas Volume
Kolam April May June July August September October November December
Sisa(m3)
31,474.24 51,123.41 55,198.06 55,198.06 59,272.70 59,272.70 59,272.70 59,272.70 59,272.70
1 11,320.00 -1,096.64
2 18,924.00 -7,190.76
3 2,025.00
4 6,396.00 -23,365.45
5 1,420.00
6 6,970.00 -54,527.40 -19,909.34
19 28,293.10
8 30,615.00 -134,897.24 -75,624.53 -16,351.83 42,920.87
9 22,125.00
10 54,035.00
11 10,200.00
12 20,580.00
13 26,950.00
14 13,510.00
BARU 193,073.30
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
IV-27
IV-31

 Luas Kolam Sedimen Yang Tersedia


Setelah didapatkan panjang dan lebar kolam total yang tersedia
sebesar 27,581.89 m2.Kapasitas kolam baru hanya dapat menampung
sebesar 193,073.30 m3. Sehingga didapatkan, bahwa terdapat
kekurangan kapasitas sebesar 42,920.87 m3 untuk dapat mencukupi
kapasitas hingga bulan Desember tahun 2019.
Tabel 4.16 Dimensi Rancangan Kolam Sedimen
Parameter Besaran Satuan
Panjang Keseluruhan Kolam 155 M
Lebar Keseluruhan Kolam 165 M
Kedalaman Kolam 7 M
Lebar Tanggul 5 M
Luas Kolam 27,581.89 M2
Volume Kolam Total 193,073.30 M3

2. Bentuk Rancangan Kolam Sedimen


Setelah didapatkan panjang dan lebar kolam total yang tersedia sebesar
24,472 m2. Bentuk kolam direncenakan memiliki bentuk persegi panjang,
kolam direncanakan berjumlah 2 bagian kolam, dengan masih masing panjang
kolam sebesar 184 meter dan lebar 66.5 meter, dengan lebar tanggul sebagai
jalannya unit mobile LongArm sebesar 5 meter.

Gambar 4.2. Bentuk Rancangan Kolam Baru


IV-32

4.2.3 Letak Rancangan Kolam Sedimen


Rencana kolam baru sedimen akan diletakkan disisi timur laut washing
plant dan disisi timur pada kolam 14, serta pada elevasi rendah. Hal tersebut
dimaksudkan agar posisi kolam pengendapan tidak mengganggu jalannya
kegiatan penambangan dan menambah kapasitas kolam 14, sehingga dapat
memaksimalkan potensi recycle air untuk kebutuan proses pencucian bauksit.Pada
rancangan kolam sedimen yang baru,direncanakan akan menerima recharge hanya
dari kolam 14 dan air limpasan. (Gambar 4.3)

4.2.4 Perhitungan Persen Solid Kolam Sedimen Baru


Untuk menghitung berapa persen solid air hasil dari pemindahan kolam 14
ke kolam baru, dibutuhkan data TSS (Total Suspended Solid). Dimana nilai
terbesar dari data pengukuran TSS pada awal bulan Januari hingga April tahun
2019 sebesar 102 mg/liter. Hasil pengujian nilai TSS tersebut sudah memenuhi
baku mutu lingkungan hidup yang diijinkan maksimal sebesar 200 mg/liter.
Residu tersuspens(Rt) = TSS x Debit Pipa Kolam 14
= 102 gr/m3 x 0.17 m3/detik x 3 Pipa
= 52.02 gr/detik
Setelah diketahui residu tersuspensi, kemudian dengan berat jenis padatan
yang masuk sebesar 1620 kg/m3.Dan dilanjutkan dengan melakukan perhitungan
volume padatan yang masuk tiap detik nya.

Dimana
Rt = Residu tersuspensi (gr/detik)
� = Berat jenis padatan ( kg/m3)
IV-33

Debit padatan : 3.21 x 10-5 m3/detik

: 0.0000321 m3/detik
Maka, persentase padatan(%Solid) didaptkan dari persamaan

%Solid : 0.0063 % %Air


: 100% - 0.0063 %
: 99.9937 %

4.2.5 Perhitungan Persentase Pengendapan


Perhitungan persentase pengendapan pada kolam rancangan,dengan cara
mengetahui waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap(tv) dan waktu yang
dibutuhkan partikel untuk tersuspensi keluar(th) didapatkan sebesar 91.79%
Berikut tahapan penentuan persentase pengendapan kolam rencana.
1. Kecepatan Pengendapan Partikel (vp)
Kecepatan pengendapan partikel pada rancangan kolam baru sedimen,
dengan mengggunakan (Persamaan 2.15) didapatkan sebesar 0.00058
m/detik atau 5.8 x 10-4 m/detik.

g  D2 p a
vp  …….................…....(2.15)
18
Dimana :
vp = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
D = Ukuran Mesh Saringan
g = percepatan gravitasi (m/detik2)

p = berat jenis partikel padatan


a = berat jenis air (kg/m3)

 = kekentalan dinamik air (kg/mdetik)


9.80.00000152 1620 1000
vp 
18x0.00000131
IV-34

vp = 0.000579771 = ~0.00058 m/detik


2. Kecepatan Air Dalam Kolam (vh)
Kecepatan mendatar partikel yang direncanakan pada kolam baru
sedimen.Dengan menggunakan (Persamaan 2.18) didapatkan sebesar
0.00127 m/detik atau 1.27 x 10-3 m/detik.
Qtotal
vh …….........................................(2.18)
A
Dimana :
vh = kecepatan mendatar partikel (m/detik)

Qtotal = debit aliran yang masuk ke kolam pengendapan m3/detik)


A = luas permukaan saluran (m2)
vh 

vh0.00127m/det
3. Waktu Yang Dibutuhkan Partikel Untuk Mengendap (tv)
Perhitungan waktu pengendapan yang direncanakan pada kolam
baru dengan menggunakan Persamaan 2.17 didapatkan sebesar 12,068.96
detik atau 3.35 jam.
h
tv  ................................................(2.17)
vp

Dimana : tv = waktu pengendapan partikel (detik)


vp = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
h = kedalaman kolam pengendapan (m)
7
tv 
0.00058

tv 12,068.96det 3.35Jam
4. Waktu Yang Dibutuhkan Partikel Tersuspensi Keluar Kolam (th)
IV-35

Setelah didapatkan perhitungan waktu pengendapan rencana pada


kolam rancangan, kemudian dilanjutkan menghitung (th).Dengan
menggunakan Persamaan 2.19 didapatkan hasil perhitungan sebesar
134,933.33 atau 37.48 jam.
P
th  ...........................................(2.19)
vh

Dimana :
P = panjang kolam pengendapan
th = Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam
pengendapan
th 
0.

th 144,881.89det  40.24Jam
5. Persentase Pengendapan
Persentase pengendapan didapatkan dengan menggunaka
(Persamaan 2.20)
th
%P= x100% ......................................................(2.20)
th  tv
40.24 %P=
x100%.
40.24  3.35
%Pengendapan = 92.31%

4.2.6 Jumlah Partikel Padatan Yang Mengendap


Dengan mengetahui recharge yang terdiri dari, (debit pembuangan pipa
kolam 14 ke kolam baru rencana, debit limpasan,debit padatan) yang masuk
kekolam rencana ,maka didapatkan perhitungan total jumlah padatan yang masuk
kekolam perhari 37.63 m3/bulan.
IV-36

1. Debit Pipa
Debit pipa yang digunakan untuk memindahkan air dari kolam 14 ke
kolam baru diasumsikan kondisi dan perhitungan debit yang dikeluarkan
sama besar nya yaitu sebesar 0.17 m3/detik.

2. Debit Air Yang Masuk PerBulan a Air Dari Kolam 14


Kapasitas volume pada kolam 14, dengan mengetahui luas kolam
sebesar 19,300 m2 dan kedalaman hingga ke dasar kolam diketahui
sebesar ± 4 meter, maka total keseluruhan kapasitas kolam 14 sebesar
77,200 m3.
Sehingga dengan demikian, untuk memindakan volume air sebesar
77,200 m3 dengan menggunakan debit pipa sebesar 0.17 m3/detik dan
jumlah sebanyak 3 pipa, maka waktu yang dibutuhkan sebesar
= 77,200 / (0.17 x 3 x 3600)
= 42 Jam (Penjadwalan pemindahan dilakukan dibuka pipa per hari
tiap 6 jam per hari)
= 42/6 = 7 Hari
Maka setiap bulan nya kolam baru direncanakan, menerima air dari
kolam 14 dibutuhkan waktu selama 7 hari.Sehingga dalam kurun
waktu 1 bulan, penjadwalan buka kolam dapat dilakukan maksimal
seminggu 2 kali buka tutup kolam
b Air Limpasan
= 0.278 x C x I x A
= 0.278 x 0.7 x 30.52 x 0.027
= 0.16 m3/detik

= 0.16 x 2.51 x 3600 x 13.70


= 19,807 m3/bulan.
3. Volume Padatan Per Bulan (Persamaan 2.22)

Vp = %Solid x Q total (QKolam 14 + Q Limpasan)


IV-37

= 0.00628 % x 97,007 = 6.12


m3/bulan.
4. Volume Padatan Dalam Kolam Sedimen
Vp Masuk Kolam = Vp x % Pengendapan
= 6.12 x 92.31
= 5.64 m3/bulan

4.2.7 Periode Penjadwalan Pengerukan Kolam Baru Sedimen


Setelah diketahui jumlah padatan yang masuk ke kolam rancangan
perharinya, maka ditentukan waktu untuk pengerukan kolam sedimen dengan
menggunakan (Persamaan 2.13) yaitu ± 321 tahun sekali

1. Waktu Pengerukan
V
t =
Q

=
= ±24,452 Bulan

= ±2037 Tahun Sekali


Alasan mengapa waktu periode pengerukan kolam yang begitu lama,
karena kolam rancangan baru, ditujukan untuk menampung air dari kolam 14 saja
dan lokasi kolam baru yang direkomendasikan didekat kolam 14 sehingga
memiliki padatan lumpur yang sedikit.
4.2.8 Analisis Faktor Keamanan Tanggul Kolam Baru Sedimen

1. Dimensi Tanggul Rencana Kolam Sedimen


Geometri tanggul kolam baru, direncanakan pada tabel berikut, penentuan
dimensi tanggul berdarkan ketersediaan lahan yang tersedia. Tanggul yang
IV-38

dimaksudmerupakan tanggul batasan antara kolam. Yang merupakan tempat


jalannya alat berat maupun mobil patroli.

Tabel 4.17 Dimensi Rancangan Tanggul Kolam Sedimen


Parameter Kolam Baru Satuan

Tinggi Tanggul Rencana 5 Meter

Lebar Atas Tanggul 5 Meter


o
Kemiringan Tanggul Rerata 36
Sumber : PerhitunganTugas Akhir

2. Faktor Keamanan Tanggul Rencana


Analisa faktor keamanan tanggul rencana dibuat dengan 4 macam kondisi, yaitu
kondisi kering, kondisi jenuh, kondisi, kolam penuh, kondisi kolam hingga tinggi
jagaan 1 meter.Sehingga didapatkan faktor keamanan pada setiap kondisi
rencana.Berdasarkan sifat fisik dan mekanik tanah yang didapatan dari
Departemen Geoteknik PT ANTAM, didapatkan nilai faktor keamanan yang
didapatkan dalam 4 macam kondisi. Faktor Keamanan sebesar 1.3 dapat
dikatakan aman berdasarkan teori oleh SNI 8064:2016
IV-39

A B

Gambar 4.3 Desain Dimensi Tanggul Kolam


Faktor keamanan pada tiap kondisi didapatkan dengan menggunakan Software
Slide 6.0, dilampirkan pada Tabel 4.18. Berdasarkan analisa dengan 4 macam
kondisi, didapatkan nilai faktor keamanan memiliki nilai > 1.3, sehingga dapat
dikatakan keadaan tanggul rancangan aman.Perbedaan pada bagian A dan bagian
B, berupa perbedaan elevasi tanggul antara kolam A dan Kolam B, sebesar 0.5
meter.Sehingga air dapat berpindah dari kolam yang satu kekolam yang lain
dengan baik.

Tabel 4.18 Sifat Fisik Mekanik Material Tanah


Berat
Sudut Geser
Material Type Warna Volume Kohesi
Dalam
(Kn/m3)
Lempung 17.79 33.65 9.98
Overburden 18.53 34.22 11.87
Timbunan 18.55 35.27 12.28
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir

Tabel 4.19 Faktor Keamanan (FK) Tanggul Rencana


IV-40

Faktor Faktor
No Kondisi Sifat
Keamanan A Keamanan B
1 Kering 2.333 2.171
2 Jenuh 1.899 1.762
Kolam Hingga Tinggi Aman
3 1.707 1.572
Jagaan
4 Kolam Penuh 1.609 1.48
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir

4.2.7 Penambahan Unit Mobile Long Arm PC 2104.9


Penambahan unit longarm PC 210, digunakan untuk memenuhi
kekurangan kapasitas sebesar 67,771.42 m3 lagi. Untuk menutupi kekurangan
tersebut, penambahan 1 unit LongArm direncanakan dilakukan pada awal bulan
Juli hingga akhir bulan Desember 2019.
Tabel 4.14 Perhitungan Pengaruh Penambahan 1 Unit Moble LongArm PC 210
AIR LUMPUR MASUK PER BULAN
Kapasitas Volume April May June July August September October November December
Kolam
Sisa(m3)
31,474.24 51,123 55,198 47,449.7 51,524.4 51,524.42 51,524 51,524.42 51,524.42
1 11,320.00
2 18,924.00
-7,190.76
3 2,025.00
4 6,396.00
-23,365.45
5 1,420.00
-44,327.40
6 6,970.00
-27,657.62
19 28,293.10
-16,593.20
8 30,615.00 -
-158,142.08 -55,093.24 -3,568.82
106,617.66
9 22,125.00
10 54,035.00
11 10,200.00
12 20,580.00
13 26,950.00
14 13,510.00
Kolam
193,073.30
Baru
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
IV-37
IV-43

Gambar 4.4. Analisa Tanggul Kolam A Kondisi Kering


IV-44

Gambar 4.5. Analisa Tanggul Kolam B Kondisi Kering

Gambar 4.6. Analisa Tanggul Kolam A Kondisi Jenuh


IV-45

Gambar 4.7. Analisa Tanggul Kolam B Kondisi Jenuh

Gambar 4.8. Analisa Tanggul Kolam A Kondisi Air Hingga Tinggi Jagaan
IV-46

Gambar 4.9. Analisa Tanggul Kolam A Kondisi Air Hingga Tinggi Jagaan

Gambar 4.10. Analisa Tanggul Kolam A Hingga Penuh


IV-47

Gambar 4.11. Analisa Tanggul Kolam A Hingga Penuh


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik selama melakukan kegiatan penelitian di
PT ANTAM Kecamatan Tayan, Provinsi Kalimantan Barat, adalah sebagai
berikut.
1. Total debit recharge yang masuk ke kolam mulai dari pertengahan bulan
April hingga Desember 2019 didapatkan air limpasan sebesar 2,249,809
m3 dan tailing sebesar 615,995.76 m3.

2. Total debit discharge yang keluar dari kolam mulai dari pertengahan bulan
April hingga Desember 2019 didapatkan debit evapotranspirasi sebesar
158,917 m3, debit pengerukan 271,280 m3 debit pembuangan ke sungai
beganjing 1,946,251 m3.
3. Selisih slurry yang yang masuk ke kolam pada pertengahan bulan April
hingga Desember didapatkan sebesar 489,357 m3.
4. Kapasitas sisa kolam sedimen didapatkan sebesar 253,363.10m3
5. Umur kolam sedimen diperhitungkan dapat bertahan hingga bulan Agustus
dan memiliki kekurangan kapasitas sebesar 235,994.17 m3 untuk
pencapaian target hingga bulan Desember 2019
6. Rancangan kapasitas kolam baru diperkirakan dapat menambah umur
kolam hingga bulan November dengan kekurangan kapasitas sebesar
42,920.87.
7. Dimensi kolam sedimen rancangan didapatkan
a. Luas Kolam Sedimen : 27,581.89 m2
b. Kedalaman kolam : 7 meter
c. Volume kolam total : 193,073.30m3
d. Lebar tanggul kolam : 5 meter
V-1
V-2

8. Faktor keamanan tanggul rencana kolam baru pada kondisi


kering,jenuh,kolam penuh, dan kolam hingga tinggi jagaan didapatkan
>1,3 sehingga dapat dikateogorikan aman.
9. Dibutuhkan penambahan 1 unit mobile longarm pada awal Juli hingga
bulan Desember, untuk memenuhi kapasitas sisa yang kurang, sehingga
dapat bertahan hingga akhir bulan Desember 2019.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan selama kegiatan penelitian di PT ANTAM,
baik untuk perusahaan maupun pembaca adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan pembuatan kolam baru pada awal bulan September 2019,
sehingga pencapaian target produksi dapat berjalan hingga akhir
November 2019
2. Diperlukan penambahan 1 unit mobile LongArm pada bulan Juli hingga
akhir Desember tahun 2019, sehingga target produksi dapat berjalan
hingga akhir bulan Desember 2019.
3. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut secara teknis pembuatan kolam
sedimen dan kajian secara ekonomis dalam memperpanjang umur kolam,
bagi pembaca yang akan melakukan kegiatan penelitian yang sama,
sehingga dapat meningkatkan keyakinan dalam mengambil keputusan dan
memperkaya ilmu bagi kegiatan akademis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2010). BUKU VAN JOUDAM KOMPLIT. -.

Christanto, H. (2019, Maret Senin). infotambang. Dipetik Maret Senin, 2019, dari
Anonymous: http://infotambang.blogspot.co.id

Endriantho, M. (2012). Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Terbuka


Batubara. Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Terbuka Batubara,
30-40.
KAMIANA, I. M. (2012). TEKNIK PERHITUNGAN DEBIT RENCANA
BANGUNAN AIR. YOGYKARTA: GRAHA ILMU.

Sulistyohadi. (2013). Pedoman Teknis Perhitungan Kolam Pengendap Pada


Tambang Batubara. Bandung: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.

Ray L.K. 1986. Water Resources and Enviromental Engineering. New York :
McGraw-Hill Book Company.

V. Ranald Giles, 1993, Mekanika Fluida dan Hidraulika, Jakarta : PT. Erlangga

Soemarto CD. 1995. Hidrologi Teknik Edisi 2. Jakarta : Penerbit Erlangga

Soewarno. 1995. Hidrologi Jilid I. Bandung : Penerbit Nova

Sosrodarsono Sularso, Kensaku Takeda, 1987, Hidrologi Untuk Pengairan, PT


Pradnya Paramita : Jakarta

Sudjana, Prof, DR, MA, MSc. 1992. Metode Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito
Sularso dan Haruo Tahara, 1991, Pompa dan Kompresor, Cetakan keempat,
Jakarta : PT. Pradnya Paramitha

Sutiarto Bambang, Ir., 1996, Sistem Drainase Tambang Terbuka. PT. Tambang
Bukit Asam. Tanjung Enim

Suwandi Awang, Ir, M.Sc. 2002. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang.


Bandung

Anda mungkin juga menyukai