Anda di halaman 1dari 17

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.

3, Oktober 2017

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PADA MATERI USAHA DAN


ENERGI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
MELALUI MODEL IQUIRY DISCOVERY LEARNING (IDLTERBIMBING

Meyrika Maharani, Mustika Wati, Sri Hartini


Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat
Meyrika1995@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini dilator belakangi oleh kurangnya media pembelajaran di SMP
Negeri 3 Batu Ampar terutama pada materi usaha dan energi. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian berupa pengembangan alat peraga pada materi usaha dan energi yang mampu
melatihkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kelayakan alat peraga meliputi: (1) validitas alat peraga (2) kepraktisan
alat peraga dilihat dari respon siswa (3) keefektifan alat peraga dilihat dari hasil belajar
siswa pada aspek pengetahuan dan proses. Model pengembangan yang digunakan pada
penelitian ini adalah ADDIE dengan subjek uji coba 23 siswa kelas VIII A SMP Negeri 3
Batu Ampar. Hasil penelitian menunjukkan (1) validitas alat peraga termasuk dalam
kategori valid (2) kepraktisan alat peraga dilihat dari respon siswa menunjukkan kategori
sangat praktis (3) efektivitas alat peraga menunjukkan kategori sangat efektif dilihat dari
hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan dengan kategori gain tinggi dan pada aspek
keterampilan proses sains dengan kategori sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
alat peraga telah layak digunakan.

Kata Kunci: alat peraga, usaha dan energi, keterampilan proses sains.

Abstract: This research is motivated by the lack of learning media in SMP Negeri 3 Batu
Ampar especially in work and energy topic. Therefore, the research is conducted in the
form of the development of props in work and energy topic that able to trained students's
skill in science process. This study aims to describe the feasibility of props include: (1) the
validity of props (2) practicality of props seen from the student's response (3) the
effectiveness of props seen from student’s learning outcomes on knowledge and process.
The development model that used in this research is ADDIE with the test subject of 23
students of class VIII A SMP Negeri 3 Batu Ampar. The results showed that (1) the validity
of props included in the valid category (2) the practicality of the props seen from the
student’s response showed very practical category (3) the effectiveness of the props showed
very effective category seen from student’s learning outcomes on the knowledge aspect with
high gain category and on aspects of students's skill in science process with very good
category. The results show that props have been feasible to use.

Keywords: The Props, work and energy, Science process skills.

351
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

Media yang diperlukan dalam


PENDAHULUAN
memahami konsep-konsep yang bersifat
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
abstrak adalah alat peraga. Alat peraga
merupakan salah satu mata pelajaran
dalam fisika berfungsi untuk
yang telah diajarkan sejak tingkat
memvisualisasikan materi-materi yang
sekolah dasar. Pembelajaran IPA yang
tidak mampu dilihat secara langsung oleh
ada di sekolah berorientasi pada
mata.Salah satu materi yang memerlukan
pemberian pengalaman secara langsung
alat peraga adalah materi usaha dan
melalui penggunaan dan pengembangan
energi. Materi usaha dan energi terdiri
keterampilan proses sains serta sikap
dari sub pokok bahasan tentang
ilmiah (Pramesty, 2013). Salah satu cara
fenomena-fenomena yang tidak mampu
untuk dapat menumbuhkan sikap ilmiah
dilihat secara langsung jika hanya
peserta didik adalah dengan percobaan.
dijelaskan dengan menggunakan metode
Melalui percobaan, peserta didik dituntut
ceramah. Fenomena tersebut
untuk dapat berpikir kritis dan bersikap
memerlukan suatu alat peraga tertentu
ilmiah dalam memecahkan suatu
untuk dapat menunjukkan isi dari materi
persoalan yang berkaitan dengan ilmu
dengan jelas. Dengan demikian, peserta
pengetahuan alam.Fisika merupakan
didik akan lebih mudah memahami
salah satu bagian IPA yang dipelajari
materi tersebut. Selain itu, peserta didik
melalui pendekatan matematis, sehingga
akan lebih tertarik dalam memahami
seringkali ditakuti dan cenderung tidak
konsep yang ada dengan berbantukan alat
disukai oleh sebagian peserta didik
peraga (Wicaksoni, Kurniawan, &
(Pramesty, 2013). Muzaky & Handika
Maftukhin, 2014).
(2015) menyatakan bahwa pembelajaran
Berdasarkan wawancara dengan
fisika mengarahkan siswa untuk
guru IPA di SMP Negeri 3 Batu Ampar
mengetahui lebih dalam mengenai hal-
pada tanggal 14 Januari 2017 diperoleh
hal yang berhubungan dengan benda
hasil bahwa keaktifan peserta didik
yang ditinjau dari sifat fisiknya meskipun
dalam pembelajaran IPA di kelas sangat
beberapa diantaranya adalah berbentuk
kurang dibandingkan keaktifan peserta
semi abstrak. Konsep-konsep fisika yang
didik ketika melakukan percobaan di luar
sebagian besar bersifat abstrak akan
kelas. Hal ini dikarenakan pembelajaran
menyulitkan peserta didik dalam
dalam kelas menggunakan metode
memahaminya apabila hanya dijelaskan
ceramah dan pembelajaran masih
dengan metode ceramah.
berpusat pada guru sehingga siswa

352
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

merasa bosan dan bersikap pasif. Peserta dan aspek keterampilan proses sains?.
didik lebih antusias dalam Tujuan penelitian secara umum
melakukanpercobaan dengan berdasarkan latar belakang di atas adalah
menggunakan alat peraga tertentu mendeskripsikan kelayakan alat peraga
dibandingkan dengan proses pada materi usaha dan energi untuk
pembelajaran konvensional di dalam melatihkan keterampilan proses sains
kelas. Pembelajaran dengan melakukan melalui model pembelajaran inquiry
percobaan jarang dilakukan dikarenakan discovery learning (IDL) Terbimbing”.
kurangnya alat yang tersedia sehingga Adapun tujuan khusus penelitian adalah
keterampilan proses dan sikap ilmiah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan
peserta didik masih tergolong rendah. validitas alat peraga yang dikembangkan
Oleh karena itu diperlukan alat peraga (2) Mendeskripsikan kepraktisan alat
yang dapat memfasilitasi proses belajar peraga yang dikembangkan dilihat dari
mengajar peserta didik.Dengan respon siswa (3) Mendeskripsikan
diciptakannya alat peraga, peserta didik keefektifan alat peraga yang
dapat turut aktif dalam proses dikembangkan dilihat dari hasil belajar
pembelajaran. siswa pada aspek pengetahuan dan aspek
Berdasarkan latar belakang yang keterampilan proses sains.
telah diuraikan oleh peneliti, dapat ditarik
rumusan masalah yaitu “Bagaimana KAJIAN PUSTAKA
kelayakan alat peraga pada materi usaha
Penelitian yang dilakukan oleh
dan energi untuk melatihkan
peneliti adalah penelitian pengembangan
keterampilan proses sains melalui model
dalam bidang pendidikan yang akan
pembelajaran inquiry discovery learning
menghasilkan suatu produk berupa alat
(IDL) terbimbing?”. Adapun pertanyaan
peraga. Pada penelitian ini,
penelitian yang sesuai dengan rumusan
pengembangan alat peraga yang
masalah tersebut adalah: (1) Bagaimana
dikembangkan oleh peneliti beracuan
validitas alat peraga yang
pada model pengembangan ADDIE.
dikembangkan? (2) Bagaimana
Menurut Hasyim(2016) model
kepraktisan alat peraga yang
pengembangan ADDIE adalah proses
dikembangkan dilihat dari respon siswa?
generik tradisional yang memiliki lima
(3) Bagaimana keefektifan alat peraga
fase yaitu Analisis, Desain,
yang dikembangkan dilihat dari hasil
belajar siswa pada aspek pengetahuan

353
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

Pengembangan, Implementasi, dan Nieveen, & Plomp, 2013).Efektifitas


Evaluasi. mengacu pada tingkatan bahwa
Alat peraga dikatakan layak pengalaman dan hasil interverensi
digunakan apabila telah memenuhi konsisten dengan tujuan yang dimaksud
kriteria kelayakan yang meliputi yaitu untuk meningkatkan hasil belajar
validitas, efektifitas, dan praktibilitas. siswa(Batoq, Susila, & Rijanto, 2015).
Akker, Bannan, Kelly, Nieveen, & Menurut Pujiati (2004) dalam
Plomp (2010) menyatakan bahwa Yensy (2012) alat peraga merupakan
terdapat dua jenis validitas yaitu validitas media pengajaran yang membawakan
isi dan validitas konstruk. Validitas isi konsep-konsep yang dipelajari.Alat
merupakan kelayakan media ditinjau peraga mampu menyajikan fenomena-
berdasarkan kesesuaian media dengan fenomena yang bersifat abstrak ke dalam
pengetahuan. Validitas konstuk yaitu bentuk konkrit yang bisa dilihat,
kelayakan media yang ditinjau dari dipegang, atau diubah-ubah sehingga
rancangan media yang dirancang secara materi abstrak mudah dipahami. Alat
logis.Akker J. V., Bannan, Kelly, peraga merupakan salah satu media yang
Nieveen, & Plomp (2013) memaparkan dapat digunakan untuk melatihkan
bahwa alat peraga dikatakan valid jika di keterampilan proses sains dan sikap
dalamnya memuat pencapaian tertinggi ilmiah siswa. Dengan menggunakan alat
dari permasalahan-permasalahan yang peraga, fenomena-fenomena yang
akan diselesaikan atau berhubungan bersifat abstrak dapat divisualisasikan
dengan masalah yang akan diselesaikan sehingga siswa dapat melihat fenomena
serta semua komponen dalam alat peraga tersebut lebih jelas dan mudah dipahami.
harus berhubungan antara satu dengan Alat peraga dibuat atas dasar
lainnya. Alat peraga dikatakan praktis pengetahuan ditangkap dan diterima oleh
apabila dapat digunakan serta mudah seluruh indera (Pramesty, 2013). Siswa
digunakan (Akker J. V., Bannan, Kelly, dapat meningkatkan efektivitas belajar
Nieveen, & Plomp, 2013). Efektifitas alat dengan melibatkan berbagai indera
peraga dilihat dari hasil belajar siswa seperti melihat, mendengar, mencium,
setelah mengikuti kegiatan belajar dan menggunakan logikanya untuk
mengajar dengan menggunakan alat mengolah pengetahuan yang
peraga. Jika hasil belajar siswa baik atau diperolehnya melalui indera. Semakin
meningkat maka alat peraga dikatakan banyak indera yang bekerja berarti
efektif (Akker J. V., Bannan, Kelly,

354
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

semakin banyak pula pengetahuan yang sehingga siswa akan lebih mandiri dan
akan diterima oleh siswa. kreatif serta tidak menjadikan guru
Metode pembelajaran yang dapat sebagai satu-satunya sumber belajar
digunakan dengan menggunakan alat (Zulhelmi, 2009). Model IDL ini efektif
peraga adalah percobaan. Melalui untuk mendorong keterlibatan dan
percobaan, siswa dilatih untuk dapat motivasi siswa dalam memahami topik-
berpikir kritis dan bersikap ilmiah dalam topik yang jelas (Eggel & Kauchak,
memecahkan persoalan-persoalan yang 2012).
berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam
(Pramesty, 2013). Dengan kata lain, METODE PENELITIAN
penggunaan alat peraga secara
Jenis penelitian yang digunakan
berkesinambungan dapat melatihkan
oleh peneliti adalah penelitian dan
keterampilan proses sains siswa.
pengembangan yang dilakukan terhadap
Gega (1997) dalam Markawi (2008)
alat peraga pada materi usaha dan energi.
menyatakan bahwa keterampilan proses
Model pengembangan yang digunakan
sains merupakan keterampilan berpikir
oleh peneliti adalah model
yang digunakan oleh para ilmuan
pengembangan ADDIE dengan tahapan
meliputi: pengamatan, komunikasi,
analisis, desain, pengembangan,
klasifikasi, inferensi, pengukuran, dan
implementasi, dan evaluasi. Tahapan
eksperimen. Keterampilan proses sains
analisis dilakukan dengan menganalisis
yang akan dilatihkan dengan
untuk mengetahui masalah yang
menggunakan alat peraga yang
berkaitan dengan kurangnya keaktifan
dikembangkan adalah adalah observasi,
dan motivasi siswa dalam pembelajaran
pembuatan hipotesis, merencanakan
yang dapat diselesaikan dengan
penelitian/eksperimen, menginterpretasi
melatihkan keterampilan proses sains
atau menafsirkan data, menyusun
dengan menggunakan alat peraga.
kesimpulan, dan mengkomunikasikan.
Tahapan selanjutnya adalah desain yaitu
Model yang cocok digunakan
mendesain alat peraga yang akan
untuk dapat melatihkan keterampilan
digunakan dengan memilih materi
proses sains siswa adalah model Inquiry
kemudian merancang desain alat yang
Discovery Learning (IDL). Model IDL
disesuaikan dengan tujuan atau
adalah model yang memberi kesempatan
kompetensi pembelajaran. Setelah
kepada siswa untuk dapat belajar
menyelesaikan tahapan desain
memanfaatkan berbagai sumber belajar

355
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

selanjutnya adalah memproduksi alat () pada instrumen yang digunakan.


peraga sesuai rancangan yang telah Instrumen validasi menggunakan rating
dibuat. Tahapan berikutnya adalah scale dimana nilai tertingginya adalah 5
mengimplementasi atau menerapkan alat dan nilai terendahnya adalah 1.
peraga dalam proses belajar mengajar. Valid tidaknya alat peraga
Tahapan terakhir adalah evaluasi melalui ditentukan oleh kecocokan hasil validasi
pretes, proses, dan potes. dengan kriteria validitas yang ditentukan
Produk hasil penelitian tabel 1. Kriterianya adalah sebagai
pengembangan terhadap alat peraga berikut.
usaha dan energi dapat dilihat pada Tabel 1. Kriteria validitas alat peraga
Nilai rata-rata
gambar dibawah ini: Kategori Keterangan
validator
Dapat
Sangat
>4,2 digunakan
valid
tanpa revisi
Digunakan
>3,4 – 4,2 Valid namun perlu
revisi kecil
Disarankan
tidak
Cukup
>2,6 - 3,4 dipergunakan
valid
karena perlu
revisi besar
Tidak boleh
Kurang digunakan,
>1,8 – 2,6
valid perlu revisi
besar-besaran
Tidak Tidak boleh
Gambar 1. Produk pengembangan berupa  1,8
valid dipergunakan
alat peraga usaha dan
(Adaptasi Widoyoko, 2016)
energi
Adapun reliabilitasnya dapat dihitung
Subjek penelitian pada penelitian ini
dengan menggunakan persamaan (1)
adalah alat peraga usaha dan energi yang
yang dikenal dengan persamaan alpha
di dalamnya memuat 4 percobaan yaitu
cronbach sebagai berikut:
percobaan usaha, bentuk energi dan 𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟 = (𝑘−1) (1 − ) (1)
perubahannya, energi kinetik dan energi 𝜎𝑡2

potensial, serta hukum kekekalan energi. Keterangan:


Validasi alat peraga energi r = koefisiean reliabilitas
∑ 𝜎𝑏2 = jumlah varians butir
(dilengkapi dengan LKS) dilakukan oleh
k = banyaknya butir pertanyaan
tiga orang validator dengan meminta 𝜎𝑡2 = jumlah varians total
(Arikunto, 2013)
setiap validator memberikan tanda ceklist

356
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

Besarnya nilai reabilitas yang Tabel 3. kategori respon siswa


Persentase Kategori Keterangan
diperoleh dengan menggunakan (%)
persamaan (1) kemudian dicocokkan 81 – 100 Sangat Sangat
baik Praktis
dengan tabel kriteria reliabilitas 2. 61 – 80 Baik Praktis
41 – 60 Cukup Cukup
21 – 40 Kurang Kurang
Tabel 2. Kriteria reliabilitas Baik Praktis
Koefisien Penafsiran 0 – 20 Tidak Tidak Praktis
reliabilitas Baik
0,80 ≤ r≤ 𝑟 Derajat reliabilitas (Adaptasi Riduwan, 2010 dalam
tinggi
0,40 ≤ r ˂ 0,80 Derajat reliabilitas
Giyantono & Iskandar, 2013)
sedang
r ˂ 0,40 Derajat reliabilitas Efektivitas alat peraga yang
rendah dikembangkan oleh peneliti dilihat dari
(Ratumanan & Laurens, 2006)
hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa
Aspek kepraktisan dilihat dari respon meliputi dua aspek yaitu aspek
siswa yang diberikan pada akhir pengetahuan dan keterampilan. Hasil
pembelajaran. Angket respon siswa diisi belajar siswa yang berkaitan dengan
oleh siswa dengan memberikan tanda pengetahuan diamati dengan instrumen
ceklist () pada angket respon siswa yang tes berupa 10 butir pertanyaan dalam
juga menggunakan rating scale. Adapun bentuk essai. Pengamatan hasil belajar
teknik analisis datanya secara deskriptif pada aspek keterampilan dilakukan oleh
kuantitatif dengan teknik persentase dua orang pengamat menggunakan
sebagai berikut: lembar instrumen pengamatan
𝑓
𝐾 = 𝑁 𝑥100 % (2) keterampilan yang menggunakan rating

Keterangan: scale, dimana skor tertinggi 5 dan

K = persentase respon siswa terendah 1.

f = nilai skor total respon siswa Peningkatan hasil belajar siswa pada

N = nilai skor maksimum respon siswa aspek pengetahuan dihitung dengan

(Adaptasi Riduwan, 2010 dalam persamaan uji gain sebagai berikut:

Giyantono & Iskandar, 2013)


< 𝑔 >=
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
100−𝑠𝑘𝑜𝑟𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
(3)

Persentase nilai yang diperoleh pada Kemudian hasilnya dikategorikan dalam


persamaan (2) kemudian dicocokkan tabel kategori gain berikut:
dengan kriteria kepraktisan dalam tabel
3.

357
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

proses sains siswa. Alat peraga dan LKS


Tabel 4.kategori gain
yang diujicobakan kepada siswa telah
Skor gain Kategori
(< 𝑔 >) < 0,3 Rendah divalidasi dan dinyatakan valid oleh ahli
0,3 < (< 𝑔 >) Sedang pakar dan ahli praktisi sehingga dapat
< 0,7
(< 𝑔 >) > 0,7 Tinggi
digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.subjek ujicoba dalam
Analisis hasil belajar pada aspek
penelitian pengembangan ini adalah
keterampilan proses dilakukan dengan
siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Batu
persamaan:
𝑋̅
Ampar.
𝑁𝐴 = 𝑁 𝑥 100 % (4)
Hasil validasi alat peraga dan LKS
Dimana: NA = Nilai Akhir panduan
X= Rata-rata skor yang diperoleh Validasi alat peraga usaha dan
dari pengamat 1 dan
pengamat 2 energi beserta LKS panduannya
N = Skor maksimum dilakukan oleh 3 orang validator yaitu 2
Setelah dihitung dengan persamaan di orang dosen pendidikan fisika dan 1
atas, kemudian hasilnya dikategorikan orang guru IPA.Validasi alat peraga dan
sesuai dengan kriteria pada tabel 5. LKS dilakukan sebelum produk
penelitian diujicobakan kepada
Tabel 5.kriteria penilaian keterampilan siswa.Validasi dilakukan berdasarkan
proses sains
No Nilai Kriteria instrumen validasi yang telah dibuat oleh
Siswa (%) peneliti. Dalam setiap instrumen terdapat
1 81-100 Sangat baik
2 61-80 Baik indikator-indikator penilaian validasi
3 41-60 Cukup Baik yang merupakan kondisi dari produk
4 21-40 Kurang Baik
5 0-20 Sangat kurang yang akan divalidasi dengan nilai
(Widoyoko, 2016) minimum 1 dan nilai maksimum 5.
Nilai validitas rata-rata
HASIL DAN PEMBAHASAN
keseluruhan alat peraga yang diperoleh
Produk yang dihasilkan dari
dari 3 validator sebesar 3,89 dengan
penelitian pengembangan ini berupa alat
reliabilitas 0,734. Alat peraga usaha dan
peraga usaha dan energi disertai LKS
energi yang dikembangkan dikemas
panduan penggunaan alat peraga untuk
dalam satu kotak belum ada di pasaran,
siswa SMP kelas VIII semester genap.
kemudahan dalam membawa alat dan
Alat peraga yang dikembangkan
kemampuan alat tersebut dalam menarik
bertujuan untuk melatih keterampilan
perhatian siswa sehingga siswa juga akan

358
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

tertarik dalam kegiatan belajar mengajar. Prosedur kerja yang dijabarkan


Bahan yang digunakan merupakan kayu pada LKS sesuai dengan SKL dan aspek
bekas, sehingga dapat membuat harganya penggunaan bahasa yang meliputi
menjadi murah.Alat peraga yang penggunaan bahasa sesuai dengan EYD,
dikembangkan masih perlu perbaikan bahasa yang digunakan komunikatif dan
agar efisien dalam penggunaannya. interaktif, dan kalimat yang digunakan
Alat peraga didesain sesuai dengan jelas dan mudah dimengerti yang
tujuan pembelajaran dan dapat menjadi termasukdalam kategori valid.
sumber belajar yang baik bagi siswa. Pertanyaan pada LKS yang
Sehingga diharapkan dapat memotivasi dikembangkan sudah sesuai dengan
dan memudahkan siswa dalam tujuan pembelajaran di RPP, dapat
memahami konsep usaha dan energi. Alat melatihkan keterampilan siswa serta
peraga dinilai mampu dengan baik untuk dapat memberikan petunjuk untuk
melakukan umpan balik sehingga menemukan konsep secara mandiri. LKS
memudahkan dalam proses belajar yang dikembangkan mampu menarik
mengajar. perhatian dan minat siswa dalam
Siswa dapat merasa aman mempelajari LKS tersebut.
menggunakan alat peraga yang Akker, Bannan, Kelly, Nieveen, &
dikembangkan, karena tidak terdapat Plomp (2010) menyatakan bahwa
benda-benda yang dapat membahayakan terdapat dua jenis validitas yaitu validitas
siswa ketika menggunakan alat peraga isi dan validitas konstruk. Validitas isi
tersebut. merupakan kelayakan media ditinjau
Alat peraga yang dikembangkan berdasarkan kesesuaian media dengan
disertai dengan LKS sebagai panduan pengetahuan. Validitas konstuk yaitu
dalam menggunakan alat peraga. Isi LKS kelayakan media yang ditinjau dari
sesuai dengan SKL, materi di dalam LKS rancangan media yang dirancang secara
sudah jelas dan sesuai dengan kurikulum logis.
dan tingkat kognisi siswa, kegiatan yang Pada alat peraga, validitas isi pada
dilakukan dapat menumbuhkan rasa penelitian ini ditunjukkan pada aspek
ingin tahu, penyajian LKS dilengkapi materi yang terdapat pada pernyataan
dengan gambar dan ilustrasi, dan LKS tentang kesesuaian alat peraga dengan
disajikan secara sistematis yang termasuk tujuan dan sumber belajar siswa.
dalam kategori valid dan dapat Validitas isi ini mendapatkan nilai
diujicobakan pada siswa. validasi rata-rata dari tiga validator

359
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

sebesar 3,85. Nilai tersebut kemudian yang terdapat dalam lembar validasi yang
dikategorikan ke dalam kriteria validitas digunakan untuk memvalidasi alat peraga
alat peraga. Menurut Widoyoko, nilai usaha dan energi. Dengan diperolehnya
validitas sebesar 3,85 termasuk kedalam nilai validasi alat peraga sebesar 3,89
kategori valid dengan sedikit revisi. maka kriteria kelayakan alat peraga
Validitas konstruk ditinjau dari sudah terpenuhi. Hal ini berarti alat
kemudahan alat peraga dalam peraga yang dikembangkan telah layak
pemeliharaan dan pengoperasian, digunakan.
keamanan bagi siswa, kreatifitas dan Berdasarkan penjelasan di atas,
keterbaruan media, dan kemampuan dapat disimpulkan bahwa alat peraga
untuk meningkatkan rasa ingin tahu serta usaha dan energi serta LKS panduan
motivasi siswa. Rata-rata keseluruhan yang dikembangkan telah divalidasi oleh
hasil validasi pada validitas ini sebesar 3 validator dan dinyatakan valid dan
3,89. Menurut Widoyoko (2016) nilai reliabel. Alat peraga dan LKS yang
validitas sebesar 3,89 termasuk kedalam dikembangkan dapat diujicobakan
kategori valid dengan sedikit revisi. Pada kepada siswa.
alat peraga juga diperoleh nilai Kepraktisan alat peraga
reliabilitas sebesar 0,734.Ratumanan & Respon siswa terhadap alat peraga
Laurens (2006) mengatakan bahwa nilai ditunjukkan oleh tabel 6 berikut:
reliabilitas sebesar 0,734 termasuk dalam Tabel 6. Hasil respon siswa terhadap alat
peraga
kategori derajat reliabilitas sedang.
Persentase
No Aspek Kategori
Menurut Wicaksoni, Kurniawan, (%)
1 Peranan alat
& Maftukhin (2014), alat peraga peraga dalam Sangat
80,8
dikatakan layak apabila telah memenuhi memperjelas Baik
materi
kriteria kelayakan yang meliputi: alat 2 Motivasi
83, 3
Sangat
belajar Baik
peraga harus sesuai dengan konsep fisika, 3 Efisiensi Sangat
82,2
alat peraga harus sesuai dengan waktu Baik
4 Efisiensi Sangat
83,0
kurikulum, bentuk dan performa dari alat tenaga Baik
5 Kemudahan
peraga harus menarik dan sesuai dengan dalam
Sangat
subjek (siswa) yang hendak diteliti, alat penggunaan 83,1
Baik
dan
peraga mudah dipahami oleh pemeliharaan
6 Sikap Sangat
siswa/keterbacaan alat mudah dan alat 82,0
Baik
peraga hendaknya mudah digunakan. Hal Rata-rata Sangat
82, 4
Baik
ini sesuai dengan kriteria alat peraga

360
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

Berdasarkan tabel 6 ditunjukkan pembelajaran akan lebih berkualitas


bahwa pada aspek pertama yaitu peranan karena tidak ada waktu yang terbuang
alat peraga dalam memperjelas materi dan pengalokasian waktu dilakukan
memiliki persentase 80,8 yang termasuk secara tepat guna.
dalam kategori sangat baik. Hal ini Aspek keempat yaitu efisiensi
berarti, alat peraga usaha dan energi yang tenaga dengan persentase 83,0 dalam
digunakan selama proses pembelajaran kategori sangat baik. Hal ini
dinilai oleh siswa dapat membantu siswa menunjukkan proses pembelajaran yang
dalam memperjelas materi ajar serta dilakukan dengan menggunakan alat
mempermudah siswa dalam memahami peraga usaha dan energi sangat efektif
materi ajar. dan praktis karena tidak menghabiskan
Aspek kedua yaitu motivasi banyak tenaga dalam persiapan maupun
belajar yang memiliki persentase 83,3 penggunaannya.
dalam kategori sangat baik. Ini Aspek kelima yaitu kemudahan
menunjukkan bahwa alat peraga usaha dalam penggunaan dan pemeliharaan
dan energi dapat menambah ketertarikan dengan persentase 83,1 yang termasuk
dan rasa ingin tahu siswa dalam dalam kategori sangat baik. Penggunaan
mempelajari materi IPA sehingga alat peraga usaha dan energi dinilai oleh
semangat dalam belajar juga semakin siswa memiliki kemudahan dalam
bertambah. Jika semangat bertambah, penggunaan serta pemeliharaannya.
proses belajar mengajar akan tlebih Dalam artian untuk menggunakan alat
menyenangkan dan kualitas peraga tidak perlu mengikuti tata cara
pembelajaran dikelas juga akan penggunaan yang rumit, tetapi dapat
meningkat. dilakukan dengan mudah sehingga tidak
Aspek ketiga yaitu efisiensi waktu membuat siswa kebingungan dalam
dengan persentase 82,2 yang termasuk penggunaannya. Begitu pula dengan
dalam kategori sangat baik. Hal ini pemeliharaannya, tidak perlu
menunjukkan proses pembelajaran menghabiskan banyak waktu serta tenaga
dengan menggunakan alat peraga usaha untuk membersihkan serta memelihara
dan energi akan lebih efisien karena alat peraga.Hal ini membuat siswa lebih
waktu yang digunakan tepat dan sesuai bersemangat dalam menggunakan alat
dengan langkah-langkah penggunaan alat peraga usaha dan energi.
peraga. Sehingga dengan menggunakan Aspek keenam yaitu sikap dengan
alat peraga usaha dan energi, proses persentase 82,05 yang termasuk dalam

361
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

kategori sangat baik. Sikap yang persentase rata-rata keseluruhan respon


dimaksud meliliki artian yaitu pemikiran siswa sebesar 82,4. Riduwan (2010)
atau perbuatan yang akan dilakukan oleh dalam Giyantono & Iskandar (2013)
siswa setelah mempelajari materi usaha mengatakan bahwa suatu media
dan energi dengan menggunakan alat dikatakan sangat praktis apabila
peraga usaha dan energi. Siswa ingin memperoleh persentase mulai dari 81
menerapkan ilmu yang diperoleh setelah sampai 100.Dengan demikian, alat
mempelajari materi usaha dan energi peraga dan LKS yang dikembangkan
misalnya dengan membuat alat sederhana termasuk dalam kategori sangat praktis
dengan prinsip usaha dan energi.Pada ditunjukkan oleh persentase respon siswa
intinya, setelah menggunakan alat peraga yang diperoleh.Siswa memberikan
usaha dan energi siswa lebih tertantang tanggapan positif terhadap alat peraga
untuk mempelajari materi IPA fisika usaha dan energi yang menunjukkan
lainnya. berhasilnya penelitian yang dilakukan,
Akker J. V., Bannan, Kelly, karena melalui respon siswa dapat
Nieveen, & Plomp (2013) mengatakan diketahui sejauh mana kualitas alat
bahwa suatu produk pengembangan peraga usaha dan energi yang digunakan
dinilai praktis apabila produk tersebut sebagai media pembelajaran. Hal ini
dapat digunakan serta mudah digunakan. berarti, produk yang dikembangkan
Menurut Arikunto (2013), kepraktisan dapat digunakan dalam proses belajar
dalam evaluasi pendidikan merupakan mengajar guna meningkatkan kualitas
kemudahan-kemudahan yang ada pada pendidikan.
instrumen evaluasi baik dalam Efektivitas alat peraga
mempersiapkan, menggunakan, Efektivitas merupakan tingkat
menginterpretasi/memperoleh hasil, keberhasilan yang dicapai dari penerapan
maupun kemudahan dalam suatu media pembelajaran yang dapat
menyimpannya. Kriteria-kriteria tersebut diukur dari hasil belajar siswa.Dalam
telah dimuat dalam angket respon siswa penelitian ini, hasil belajar yang dinilai
yang digunakan untuk terdiri dari hasil belajar kognitif
penelitian.Sehingga untuk mengetahui (pengetahuan) dan psikomotorik
kepraktisan alat peraga dapat digunakan (keterampilan). Hasil belajar kognitif
angket respon siswa. diperoleh dari nilai pretes dan postes
Berdasarkan hasil respon siswa siswa, sedangkan hasil belajar
melalui angket respon siswa diperoleh psikomotorik diperoleh dari nilai

362
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

keterampilan proses sains siswa selama oleh Batoq, Susila, & Rijanto (2015)
proses pembelajaran berlangsung. Nilai maka alat peraga dan LKS yang
gain hasil belajar kognitif siswa dikembangkan dapat dikatakan efektif
ditunjukkan pada tabel berikut: karena bisa meningkatkan hasil belajar
Tabel 7. Hasil perhitungan uji gain siswa.
Jumlah Rata-rata Berdasarkan pemaparan di atas,
Kriteria
Siswa gain skor
23 0,80 Tinggi dapat disimpulkan bahwa penggunaan
alat peraga usaha dan energi disertai
Tabel 7 menunjukkan nilai uji gain
dengan LKS dalam proses belajar
terhadap nilai pretes dan postes yang
mengajar dinilai efektif dalam proses
dilakukan oleh 23 siswa di SMPN 3 Batu
belajar mengajar. Hal ini dikarenakan
Ampar. Berdasarkan tabel tersebut
penggunaan dari alat peraga dan LKS
diketahui bahwa nilai n-gain rata-rata 23
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa di SMPN 3 Batu Ampar yaitu
siswa.
sebesar 0,80 dengan kategori tinggi. Ini
Pada penelitian kali ini, hasil
berarti terdapat peningkatan yang
belajar psikomotorik dapat dinilai dari
signifikan antara nilai pretes dan postes
keterampilan proses sains siswa. Untuk
siswa setelah mengikuti proses
dapat memiliki suatu keterampilan proses
pembelajaran dengan menggunakan alat
sains maka siswa harus berlatih secara
peraga usaha dan energi.
terus-menerus terkait dengan tahapan-
Batoq, Susila, & Rijanto (2015)
tahapan yang terdapat dalam
mengatakan bahwa suatu media
keterampilan proses sains. Keterampilan
dikatakan efektif apabila hasil belajar
proses sains merupakan keterampilan
siswa setelah menggunakan media sesuai
dasar yang harus dimiliki seseorang
dengan tujuan yang diharapkan yaitu
untuk dapat lebih jauh mempelajari
mengalami peningkatan. Dari
konsep serta fakta yang ada pada sains.
perhitungan uji gain terhadap nilai pretes
IPA merupakan salah satu
dan postes siswa diperoleh nilai gain rata-
pelajaran yang menggunakan berbagai
rata sebesar 0,80. Hake (1999)
macam indera untuk melakukan
mengkategorikan nilai gain 0,80 ke
pengamatan ataupun percobaan terkait
dalam kategori tinggi. Hal tersebut
dengan materi yang diajarkan. Dengan
menunjukkan nilai pretes dan postes
demikian, keterampilan proses sains
siswa mengalami peningkatan yang
sangat erat kaitannya dengan keterlibatan
tinggi.Sesuai dengan yang dikemukakan
siswa dalam menggunakan indera

363
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

sebanyak-banyaknya.Setiap indera pembelajaran IPA merupakan langkah


manusia memiliki kemampuan yang awal untuk melatih keterampuilan siswa.
berbeda-beda.Oleh karena itu, untuk Indera peserta didik tidak bisa
mendapatkan hasil pengamatan yang dilatihkan begitu saja tanpa adanya
maksimal diperlukan keterlibatan metode, model, dan media pembelajaran
berbagai macam indera.Keterlibatan yang sesuai. Oleh karena itu, pada
berbagai macam indera tidaklah cukup penelitian ini peneliti mengembangkan
dalam menyelesaikan serta menganalisis alat peraga serta LKS yang dapat
permasalahan sains, tetapi harus ada digunakan oleh siswa dalam melatih
latihan secara terus-menerus untuk indera yang akan berpengaruh pada
melatih berbagai indera dalam terlatihnya keterampilan proses sains
melakukan pengamatan atau percobaan siswa. Berikut merupakan tabel
IPA. Semakin banyak indera yang keterampilan proses sains siswa yang
terlibat dan terlatih dalam proses ditinjau tiap indikator:
Tabel 8. Keterampilan Proses Sains Siswa

Persentase Ketercapaian KPS


Indikator keterampilan proses sains
LKS 1 LKS 2 LKS 3 LKS 4
(%) (%) (%) (%)
Observasi/pengamatan 85,0 100,0 90,0 80,0
Membuat hipotesis 100,0 - 100,0 95,0
Merencanakan penelitian/eksperimen 82,5 90,0 78,8 85,0
Menginterpretasi/menafsirkan data 100,0 97,5 85,0 87,5
Menyusun kesimpulan 90,0 80,0 80,0 80,0
Mengkomunikasikan 82,5 77,5 77,5 82,5
Persentase rata-rata 90,0 89,0 85,2 85,0
Persentaserata-rata keseluruhan 87,3 %
Kategori Sangat Baik

tingkat pengetahuan awal siswa terhadap


Berdasarkan persentase
materi yang berbeda pada setiap LKS.
ketercapaian tiap indikator, diperoleh
Pengetahuan awal dan karakteristik siswa
persentase rata-rata tiap indikator pada
yang berbeda-beda akan berpengaruh
LKS 1 sebesar 90,0, LKS 2 sebesar 89,0,
pada kegiatan percobaan yang dilakukan.
LKS 3 sebesar 85,2, dan LKS 4 sebesar
Lebih lanjut, persentase rata-rata
85,0. Perubahan-perubahan persentase
ketercapaian keterampilan proses sains
pada tiap LKS bisa disebabkan oleh
tiap kelompok pada LKS 1 mencapai
persentase 90,0. Persentase rata-rata
keterampilan proses sians tiap kelompok

364
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

pada LKS 2 menurun menjadi 89,0. Pada persentase rata-rata keterampilan proses
LKS 3 persentase rata-rata keterampilan sains siswa tiap kelompok sebesar 87,55.
proses sains tiap kelompok sebesar 84,0 Menurut Widoyoko (2016), keterampilan
dan persentase rata-rata keterampilan proses sains dikatakan sangat baik
proses sains tiap kelompok pada LKS 4 apabila memperoleh persentase antara 81
meningkat kembali sebesar 86,3. Dari sampai 100. Mengacu pada hal tersebut,
data tersebut, terlihat perubahan maka rata-rata keterampilan proses sains
persentase rata-rata ketercapaian siswa baik ditinjau dari tiap indikator
keterampilan proses sains pada tiap LKS ataupun tiap kelompok termasuk dalam
nya. Persentase rata-rata ketercapaian kategori yang sangat baik. Hal ini
pada LKS 2 mengalami penurunan menunjukkan terdapat peningkatan yang
terhadap LKS 1, persentase rata-rata signifikan mengingat siswa jarang sekali
ketercapaian LKS 3 mengalami penuruan melakukan keterampilan proses sains.
terhadap LKS 2, sedangkan persentase Sesuai dengan pendapat Batoq, Susila, &
rata-rata ketercapaian LKS 4 mengalami Rijanto (2015) alat peraga dan LKS
peningkatan terhadap LKS 3. LKS 1 dikatakan efektif karena dapat
tentang usaha, LKS 2 tertang energi dan meningkatkan keterampilan proses sains
perubahannya, LKS 3 tentang energi siswa
kinetik dan energi potensial, dan LKS 4
tentang hukum kekekalan energi.
SIMPULAN
Penurunan dan peningkatan yang terjadi
pada tiap LKS diperkirakan disebabkan Berdasarkan perhitungan dan

oleh tingkat kesulitan materi serta tingkat pembahasan dari hasil penelitian yang

pemahaman siswa yang berbeda pada telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

tiap LKS-nya. Perubahan persentase rata- bahwa produk penelitian yang

rata wajar saja terjadi karena dalam dikembangkan telah memenuhi kriteria

penelitian ini adalah untuk melatihkan kelayakan sehingga dapat digunakan

keterampilan proses sains. Keterampilan dalam kegiatan pembelajaran. Kriteria

proses dapat dimiliki dengan baik oleh kelayakan yang dimaksud meliputi: (1)

siswa jika sering dilatihkan dan Validasi alat peraga dan LKS secara

diterapkan secara terus menerus. keseluruhan termasuk dalam kategori

Secara umum diperoleh persentase valid (2) Kepraktisan alat peraga usaha

rata-rata keterampilan proses sains siswa dan energi yang dikembangkan termasuk

tiap indikator sebesar 87,3 sedangkan dalam kategori sangat praktis (3)

365
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

efektivitas alat peraga menunjukkan Hasyim, A. (2016). Metode Penelitian


Dan Pengembangan Di Sekolah.
kategori sangat efektif dilihat dari hasil
Yogyakarta: media akademi.
belajar siswa pada aspek pengetahuan
Markawi, N. (2008). Pengaruh
dengan kategori gain tinggi dan pada
Keterampilan Proses Sains,
aspek keterampilan proses sains dengan Penalaran, Dan Pemecahan
Masalah Terhadap Hasil Belajar
kategori sangat baik.
Fisika. Jurnal Formatif, 3 (1).

Muzaky, A. F., & Handika, J. (2015).


DAFTAR PUSTAKA Penggunaan Alat Peraga
Akker, J. V., Bannan, B., Kelly, A. E., Sederhana Berbasis Teknologi
Nieveen, N., & Plomp, T. (2010). Daur Ulang Untuk Meningkatkan
An Introduction to Educational Pemahaman Konsep Materi
Design Research. Netherland: Vektor Dalam Kelas Remedial
Netherland Institute. SMKN 1 Wonosari Tahun
Pelajaran 2014/2015. Prosiding
Akker, J. V., Bannan, B., Kelly, A. E., Seminar Nasional Fisika dan
Nieveen, N., & Plomp, T. (2013). Pendidikan Fisika, 6.
Educational Design Research.
Netherland: Netherland Institute. Pramesty, R. I. (2013). Pengembangan
Alat Peraga Kit Fluida Statis
Batoq, I., Susila, I. W., & Rijanto, T. Sebagai Media Pembelajaran Pada
(2015). Pengembangan Perangkat Sub Materi Fluida Statis. Jurnal
Pembelajaran Model Kooperatif Inovasi Pendidikan Fisika, 02.
Tipe Jigsaw Berbasis kurikulum
2013 Pada Mata Pelajaran Sistem Ratumanan, T. G., & Laurens, T. (2006).
Pendinginan Bahan Bakar Dan Evaluasi Hasil Belajar Yang
Pelumas Di SMKN 3 Sendawar. Relevan Dengan Kurikulum
Jurnal Pendidikan Vokasi: Teori Berbasis Kompetensi. Surabaya:
dan Praktek, 3 (2). Unesa University.

Eggel, P., & Kauchak, D. (2012). Strategi Sanjaya, W. (2013). Penelitian


dan Model Pembelajaran. Jakarta Pendidikan: Jenis, Metode, dan
Barat: PT I ndeks. Prosedur. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Giyantono, R. A., & Iskandar. (2013). Wicaksoni, H. T., Kurniawan, E. S., &
Penerapan Model Pembelajaran Maftukhin, A. (2014).
Problem Base Learning Pada Mata Pengembangan Alat Peraga
Diklat Las Kelas X TPM SMK Resonator sebagai Alternatif
Taman Siswa Surabaya. JPTM, 02 Media Pembelajaran pada Materi
(1). Gelombang Bunyi Kelas XII
SMA. Radiasi, 3.
Hake, R. R. (1999). Analyzing
Change/Gain Scores. Woodland Widoyoko, E. P. (2016). Penilaian Hasil
Hills: Indiana University. Pembelajaran Di Sekolah.
Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR.

366
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.3, Oktober 2017

Yensy, N. A. (2012). Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe
Examples Non Examples Dengan
Menggunakan Alat Peraga Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Dikelas VIII SMPN 1
Agramakmur. Jurnal Exacta, X.

Zulhelmi. (2009). Penilaian Psikomotor


Dan Respon Siswa Dalam
Pembelajaran Sains Fisika Melalui
Penerapan Penemuan Terbimbing
Di SMP Negeri 20 Pekanbaru.
Jurnal Geliga Sains, 3 (2).

367

Anda mungkin juga menyukai