PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menarche atau haid pertama kali merupakan tanda seorrang remaja putri telah
mencapai pubertas. Pada remaja putri yang mengalami menstruasi sering kali
mengalami gangguan seperti nyeri menjelang menstruasi atau saat menstruasi
yang disebut dengan dismenore. Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian
bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang,
panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah.
Kram tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang sangat intens saat
mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat
intens ini kemudian menyebabkan otot-otot menegang dan menimbulkan kram
atau rasa sakit atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian
perut, tetapi juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung
bawah, pinggang, panggul, paha hingga betis (Sinaga et al. 2017)
Prevalesi dismenore secara global beragam dari 45% Smpai dengan 95%
(Iacovides, Avidon, and Baker 2015). Menurut penelitan di ghana dari 680
perempuan terdapat 463 orang (68.1%) yang mengalami dismenorea setiap
bulannya (Acheampong et al. 2019). Di indonesia data prevalensi dismenore
terbaru sendiri belum diketahui secara pasti, namun data penelitian yang
1
dilakukan pada remaja di SMA N 1 Manado didapati bahwa dari 92 responden
yang termasuk dalam kriteria inklusi sebagian besar mengalami dismenore yaitu
74 orang (80.5%) (Juliana 2019). Penelitian juga dilakukan dengan populasi
seluruh siswi kelas 7 dan 8 SMPN 13 Bandung, dari 188 orang siswi terdapat 61
orang (32.4%) dengan keluhan keram atau nyeri perut saat menstruasi.
Umumnya untuk mengatasi nyeri terdapat dua cara yaitu dengan menejemen
farmakologi dan non farmakologi, salah satu manajemen nyeri non farmakologi
adalah teknik distraksi. Teknik distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri yang
memfokuskan perhatian klien ke stimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri
dan emosi negatif. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa
aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang menerima input
sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak
(nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Peredaan nyeri secara umum
berhubungan langsung dengan pertisipasi aktif klien, banyaknya modalitas
stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indra saja (Kozier & Erb,
2009).
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Pengaruh teknik distraksi debgan media virtual reality
terhadap intensitas dismenore pada siswi SMP”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
teknik distraksi debgan media virtual reality terhadap intensitas dismenore
pada siswi SMP.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik siswi SMP yang mengalami
dismenore.
b. Untuk mengetahui intensitas dismenore pada siswi SMP sebelum
diberikan terapi teknik distraksi menggunakan media virtual reality.
c. Untuk mengetahui intensitas dismenore pada siswi SMP setelah
diberikan terapi teknik distraksi menggunakan media virtual reality.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai acuan pemberian intervensi ini kepada remaja terutama yang aktif
mempergunakan teknologi dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
media penaganan dismenore yang dialami.
2. Bagi pihak sekolah dapat memanfaatkan intervensi distraksi dengam
media virtual reality untuk membantu mengatasi permasalahan yang
dialami remaja perempuan dan peningkatan daya guna UKS dengan
pemantauan kesehatan reproduksi dan kenyamanan remaja dari dismenore
setiap bulannya.
3. Bagi perawat, adanya teknologi ini dapat mempermudah memberikan
asuhan keperawatan khususnya dalam hal masalah dismenore.
3
DAFTAR PUSTAKA