Anda di halaman 1dari 1

Menghindari Berita Bohong Dengan Memanfaatkan Literasi Digital Untuk Membangun

Generasi Cerdas

Di zaman modern ini masyarakat sudah tak asing lagi dengan teknologi digital yang dapat
memberikan manfaat jika digunakan dengan baik, tak jarang teknologi ini juga dapat menghancurkan
harga diri seseorang dengan beragam cara, masih banyak orang yang tak paham dengan penggunaan
teknologi digital, terutama pada media sosial. Dilansir dari situs databoks.datakata.co.id melalui riset
Wearesosial Hootsuite yang diliris pada bulan Januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia
mencapai 150 juta atau sebesar 56% data populasi, jumlah tersebut naik 20% dari survei sebelumnya .

Dampak negatif dari media sosial akhir-akhir ini meresahkan masyarakat. Ada saja orang yang tidak
bertanggungjawab menyebarkan luaskan berita bohong yang menimbulkan perpecahan antar
kelompok, contohnya pada fenomena pemilu 2019, berita bohong banyak tersebar, sehingga
berdampak buruk untuk emosi Warga Net, sehingga kata-kata yang tak pantas memenuhi lini masa di
mesia sosial, seperti ejekan, cemoohan, dan saling melapor atas tuduhan yang tidak berdasar kepada
pihak yang berwajib. Tidak sedikit orang dipanggil ke meja hijau karena dianggap mencemarkan
nama baik.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Ada dua faktor penyebab utamanya, yang pertama faktor internal, faktor
kognitif yang terdapat pada masing-masing pribadi, misal lemahnya prinsip, kurangnya wawasan dan
literasi. Kedua faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan, seperti
menyalahgunakan kekuasaan, menyalahgunakan teknologi, dan kesenjangan sosial.

Berita bohong memang tidak bisa dihapus ataupun diberantas, tetapi Masyarakat harus sadar betapa
pentingnya sebuah wawasan, terutama para remaja penerus bangsa, sebagai ujung tombak kemajuan
negara ini. Kecepatan informasi bukanlah sebuah penyelesaian, tetapi dengan meneliti dan menyusuri
kebenaran adalah sesuatu yang harus tercipta dalam diri seorang generasi muda bangsa ini.

Menurut Paul Glister tahun 1997 pada bukunya yang berjudul Digital Literacy, literasi digital adalah
kemampuan menggunakan informasi dan teknologi secara efektif dan efisien dalam bidang akademik,
karir, maupun kehidupan sehari-hari. Hal tersebut cocok untuk membangun generasi cerdas di zaman
milenium ini. Banyak sekali berita tersebar luas tanpa dipertimbangkan atau hanya untuk membodohi
semata. Adanya literasi digital dapat mengurangi menyalahgunakan sosial media dan mendorong para
generasi muda untuk terus membaca. Membaca bukanlah sekedar paham atas sebuah jalan cerita saja,
tetapi membaca juga untuk mengasah kepekaan, mengolah rasa, dan cara berpikir.

Banyak keuntungan yang bisa didapat dalam memanfaatkan literasi digital, terutama dalam
menyampaikan informasi, contohnya dalam situs sosial media sekarang ini banyak akun instagram
membagi informasi dari berbagai penjuru Indonesia maupun Dunia, seperti pada akun instagram
Indozone dengan hastag kamu harus tahu, banyak informasi yang dipaparkan, tak hanya di instagram
saja, sebagian keuntungan dapat ditemui pada aplikasi wattpad, yaitu aplikasi remaja untuk
mengekspresikan diri melalui tulisan. Generasi muda dapat menerbitkan karya tulisannya di aplikasi
tersebut tanpa mengeluarkan biaya, jika tulisannya bagus akan ada penerbit yang akan
menerbitkannya.

Anda mungkin juga menyukai