Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PUASA SUNNAH

DOSEN PENGAMPU :

M. IRFAN SYAIFUDDIN, M. H. I.

DISUSUN OLEH

1. NOVITSA DWINA (183111187)

2.HANIF GHANY N (183111188)

3.MUSTIKA RATNA (183111189)

4. BAYU ASRI N (183111190)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IAIN SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan mendapat pahala
dan apabila ditinggalkan tidak berdosa. Puasa sunnah bisa dijadikan amalan
tambahan yang mudah dilakukan, selain salat sunnah.
Dibalik perintah untuk melaksanakan puasa, pasti ada hikmah dan
mafaatnya yang didapat setelah berpuasa. Banyak pakar yang meneliti yang
telah berupaya untuk menafsirkan hikmah tersebut. Diantara hikmah berpuasa
yaitu, menumbuhkan kesamaan status sosial antara orang fakir dan orang
kaya; mengajarkan keteraturan dan kedisiplinan, sabar, dan penuh rasa
sayang; menyehatkan badan; menekan dan mengendalikan nafsu seks; serta
wujud penghambaan sejati kepada Allah.
Macam-macam puasa sunnah antara lain: puasa 6 hari di bulan
Syawal, puasa Arafah, puasa di bulan Muharam, puasa di bulan Sya’ban,
puasa di bulan-bulan haram, puasa senin-kamis, dan lain-lain. Dalam
melaksanakan puasa sunnah harus sesuai tata cara dan waktu tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa sunnah ?
2. Apa saja macam-macam puasa sunnah dan pelaksanaannya ?
3. Mengapa melakukan puasa sunnah?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian puasa sunnah.
2. Memahami macam-macam puasa sunnah dan tata caranya.
3. Memahami hikmah dari puasa sunnah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa Sunnah


Pada umumnya shiyam atau berpuasa itu berarti menahan.1. Puasa
menurut istilah adalah menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa,
semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan disertai niat.2
Orang yang berpuasa disebut shaim, artinya ia sedang menahan dir
dari perkataan. Dalam istilah syariat Islam, puasa atay shaum berarti suatu
bentuk ibadah berupa menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, dan
hal-hal yang membatalkan puasa ialah aktivitas menahan dan menjauhi dari
dorongan perut dan kemaluan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Sedangkan sunnah adalah sesuatu yang apabila dikerkajan mendapat
pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Jadi, puasa sunnah
adalah puasa yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa.
Puasa merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa dan penyembuhan
bagi berbagaipenyakit jiwa dalam tubuh. Hal ini dikarenakan pencegahan dari
makan dan minum, sejak sebelum fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa
merupakan latihan bagi manusia dalam melawan dan menundukkan hawa
nafsunya. Dengan ini, dapat tertanam semangat ketakwaan pada dirinya.
Dengan kata lain, puasa dapat menghindarkan diri dari berbagai
maksiat. Sebab puasa bisa menundukkan hawa nafsu yang mendorong
tibdakan maksiat. Puasa juga merupakan latihan bagi manusia untuk bersabar
dalam menahan lapar, haus, dan mencegah hawa nafsu. Selanjutnya,
kesabaran yang dipelajari dari puasa akan diterapkan diseluruh aspek

1
Sayyid Sabiq , Fikih Sunnah 3, terj. Mahyuddin Syaf (Bandung: PT Alma’arif,1978), hlm. 194
2
Ibid, hlm. 194

3
kehidupaannya. Kesabaran merupakan tindakan terpuji yang diperintahkan
Allah kepada manusia untuk menjadikannya sebagai perhiasan.3
B. Syarat wajib dan sah, rukun, hal yang membatalkan puasa, dan orang
yang diperbolehkan berpuasa
1. Syarat wajib berpuasa
a) Beragama Islam
b) Baligh atau dewasa
c) Memiliki akal sehat
d) Suci dari haid dan nifas
e) Mumayyis
f) Tidak dalam keadaan musafir
2. Syarat sah berpuasa
a) Islam sepanjang hari
b) Suci dari haid dn nifas
c) Berpuasa pada waktu yang telah ditentukan
3. Rukun berpuasa
a) Niat
b) Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa
4. Hal-hal yang membatalkan puasa
a) Niat untuk berbuka puasa sebelum waktunya
b) Makan, minum, dan melakukan hubungan badan dengan sengaja
c) Onani (mengeluarkan mani dengan sengaja)
d) Muntah (dengan sengaja)
5. Orang-orang yang diperbolehkan untuk tidak puasa
a) Orang yang melakukan perjalanan jauh kurang lebih 84 km.
b) Orang yang sakit
c) Orang tua renta

3
Mohammad Usman Najati, Al-qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Pustaka, 2004), hal. 316.

4
d) Ibu hamil/ menyusui.
C. Macam- macam Puasa Sunnah
1. Puasa 6 hari Syawal
Menurut Ahmad dapat dilakukan berturut-turut atau tidak berturut-
turut, dan tak ada kelebuhan yang satu dari lainnya. Sedang menurut
golongan Hanafi dan Syaf’i lebih utama melakukannya secara berturut-
turut yaitu sesudah hari raya4.
Dalil puasa 6 hari Syawal

Artinya: Barang siapa berpuasa Ramadhan dan diikuti dengan enam hari
di bulan Syawal, itulah puasa sepanjang masa. (HR. Muslim)5

2. Puasa Arafah
Bagi kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan ibadah haji,
puasa arafah hukumnya sunnah muakkadah. Sedangkan bagi kaum
muslimin yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk puasa pada hari
Arafah.
Dari Ikrimah, ia mengatakan: “Aku masuk ke rumah Abu Hurairah
lalu bertanya tentag puasa Arafah bagi (jamaah haji yang sedang) di
Arafah.” Lalu Abu Hurairah menjawab, “Rasulullah SAW melarang puasa
hari Arafah di Arafah” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqh Islam wa Adilatuhu
menjelaskan, “Bagi orang yang sedang menunaikan haji, tidak
disunnahkan berpuasa hari Arafah. Bahkan disunnahkan untuk tidak

4
Abdul Qadir Syaibah al Hamid, Fiqhul Islam: syarah bulughul maram, terj. Muhammad Iqbal
(Jakarta: Darul Haq, 2005), hlm. 293.
5
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 238.

5
berpuasa meskipun ia kuat agar tersedia kekuatan untuk berdoa dan juga
mengikuti sunnah.”
Puasa arafah adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah. Menurut jumhur
ulama puasa Arafah disunnahkan kepada orang yang tidak melakukan
ibadah haji. Sedangkan orang yang beribadah haji justru dimakhrukkan,
karena dikhawatirkan dengan berpuasa akan mengurangi semangat ibadah
mereka saat wukuf. Hal tersebut berdasarkan pada riwayat Abu Hurairah:
Annahu Shalla Allah alaih wa Sallam naha shauma ‘Arafata bi ‘Arafat.6
Dalil puasa arafah

Artinya: Puasa di hari Arofah menutup dosa dua tahun, tahun yang telah
lalu dan tahun yang akan datang.(HR. Muslim).

3. Puasa di bulan Muharam


Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan
istilah Yaumul ‘Asyuro, yaitu pada tanggal 10 bulan ini.
Pada bulan Muharram atau Sura , orang diperbolehkan berpuasa
berdasarkan hadis berikut ini. “Dahulu Rasulullah memerintahkan untuk
berpuasa Asyura, tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, maka bagi siapa
yang ingin berpuasa puasalah, dan siapa yang tidak ingin, tidak usah
berpuasa” (HR. al-Bukhrari No. 2001).
Tatkala Nabi hijrah ke Madinah, beliau mendapati orang-orang
Yahudi berpuasa pada hari itu, lalu beliau bertanya kepada mereka,
“Kenapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya pada hari
ini Allah Ta’ala telah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan
membinasakan Fir’aun beserta kaumnya. Dan Musa berpuasa pada
harinya, maka kami pun berpuasa.” Kemudian beliau berkata, ”Kami lebih

6
Ibid, hlm. 238

6
berhak atas Musa daripada kalian” (Bukhari no. 2004, Muslim no. 1130).
Maka Nabi berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk
melakukan puasanya.
Dalil tentang puasa asyura
Ibnu Abbas ra berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw,
berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya
kecuali pada hari ini, yaitu hari as syura dan bulan Ramadan.” (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma’aad:
a. Urutan pertama yaitu puasa tiga hari yaitu tanggal 9, 10, dan 11 .
b. Urutan kedua yaitu tanggal 9 dan 10.
c. Urutan ketiga tanggal 10 saja.7
4. Puasa di bulan Sya’ban
Puasa di bulan Sya’ban sebagai persiapan dalam rangka menghadapi
bulan suci Ramadan, dan dalam rangka mengikuti sunah nabi. Aisyah
pernah berkata:
“Nabi SAW tidak pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyakdari
puasa di bulan Sya’ban” ( H.R Bukhari dan Muslim).8
Rahasia dibalik puasa ini, sebagaimana dijelaskan oleh riwayat yang
bersumber dari Usamah bin Zaid yang mengatakan: “Wahai Rasulullah,
aku belun pernah melihat engkau berpuasa satu bulan sebagaimana
engkau berpuasa di bulan Sya’ban”. Nabi menjawab: “Bulan ini adalah
bulan yang diapit oleh bulan Rajab dan Ramadan yang dilalaikan banyak
orang. Ia adalah bulan yang padanya diangkat segala amalku, karenanya
aku berpuasa”.9

7
Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, “Keutamaan Bulan Muharram”, Maktab Dakwah dan
Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007,Islam House Team Indonesia, hlm. 6
8
Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi Al-Atsary, “Hadits- hadits Seputar Bulan Sya’ban”, Majalah An-
Nashihah Vol. 11 Th. 1/ 1427H/2006M, hlm. 46.
9
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 239.

7
5. Puasa di Bulan-bulan Haram ( Mulia)
Bulan-bulan haram adalah Dzu al Qa’dah, Dzu al Hijjah, Muharram,
dan Rajab.
a. Puasa di awal Dzulhijjah
Dari Ibnu ‘Abbas , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, "Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh
Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini
(yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat
bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah,
kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya
namun tidak ada yang kembali satupun.10
b. Puasa di bulan Dzu al Qa’dah
Dzulkaidah adalah bulan kesebelas dalam penanggalan
Islam. Bulan ini adalah bulan yang sacral dimana pada bulan
ini terdapat larangan untuk berperang.
Dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya zaman
berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit &
bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat
bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah,
Dzulhijjah, & Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar,
antara Jumadi Tsani & Sya’ban”. (H.R Bukhari dan Muslim)
c. Puasa di bulan Rajab
Mengenai puasa pada bulan Rajab, tidak ada kelebihan
yang menonjol baginya dari bulan-bulan lain, kecuali bahwa ia
termasuk bulan suci. Dan tidak diterima dari sunnah
keterangan yang sah bahwa berpuasa pada bulan itu

10
HR Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, san Ahmad no 1968 Shahih

8
mempunyai keistimewaan khusus. Ada juga diterima, tetapi
tidak dapat dipertanggung-jawabkan sebagai alasan.
6. Puasa Senin-Kamis
Nabi Muhammad SAW sangat bersungguh-sungguh berpuasa di hari
Senin dan Kamis. Dikarenakan kedua hari ini merupakan hari yang utama.
Pada kedua hari ini amal manusia disetorkan dihadapan Tuhan seru
sekalian alam. Alangkah bagusnya jika saat amal itu disetorkan kita dalam
keadaan berpuasa.11

Menurut riwayat lain pada hari Senin Kamis pintu-pintu surga dibuka.
Allah mengampuni setiap dosa hamba-Nya yang tidak mengandung unsure
syirik dan ada permusuhan antara dua orang muslim.

Dalil tentang puasa senin


Abu Qatadah r.a berkata, pernah Rasululloh SAW ditanya puasa
pada hari senin. Jawabnya: “Hari itu saya dilahirkan dan dihari itu
saya diutus serta Qur’an diturunkan kepadaku”.(H.R Muslim).12

Hadist yang diriwayatkan oleh muslim tersebut menegaskan bahwa


hari senin adalah hari kelhiran Nabi SAW, dipilihnya ia sebagai Nabi
Alloh, dan hari diturunkannya Al-Qur’an. Oleh karenannnya Nabi gemar
berpuasa di hari senin.13

Dalil tentang puasa kamis

“Pintu-pintu surga di buka pada hari Senin dan Kamis. Maka pada hari
itu, akan diampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Alloh
dengan sesuatu apapun, kecuali orang yang diantara dirinya dan

11
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 240.
12
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahih Muslim Jilid 2 (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2010), hal. 407.
13
Suyadi, Keajaiban Puasa Senin Kamis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), hal.19.

9
saudaranya ada permusuhan. Lalu dikatakan:"Lihatlah kedua orang ini
hinggamereka berdamai”.(HR. Muslim).14

Ditegaskan bahwa hadist tersebut bahwa amal perbuatan manusia akan


diperiksa pada dua hari senin dan kamis. Alloh mengampuni setiap
muslim pada hari senin dan kamis.

Puasa senin kamis merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan


oleh Rasulullah SAW selama hidupnya, Rasulullah tidak pernah
meninggalkannya. Hal itu disebabkan banyaknya keutamaan yang terdapat
dalam puasa tersebut.

7. Puasa tiga hari di setiap bulan

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Abu


Hurairah dikatakan: “Kekasihku SAW pernah berwasiat kepadaku dengan
tiga hal, dan aku tidak akan meninggalkannya hingga wafat; (pertama)
puasa tiga hari tiap-tiap bulan, (kedua) shalat dhuha, dan (ketiga) tidur
untuk persiapan mengerjakan salat malam.15 Juga hadits dari Abu Dzar: “
Bahwasanya ia (Nabi SAW) pernah menyuruh seorang laki-laki berpuasa
pada tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas”.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah SAW bersabda: “


puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang
tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)

Anjuran waktu puasa tiga hari tiap0tiap bulan ini berbeda-beda dalam
riwayat. Hal ini menegaskan bahwa adanya puasa ini tidak kaku, sehingga
setiap muslim boleh melakukan boleh tidak.

14
Imam Abi Husain Muslim Ibn Al-Hajaj Al-Qusairy An-Nisabury, Shahih Muslim,(Beirut Lebanon: Dar
Al-Kutub, t.t) hal. 1987
15
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 241.

10
8. Satu Hari Puasa- Satu Hari Berbuka

Puasa ini disebut pula dengan puasa Nabi Daud As.menurut


keterangan, puasa ini adalah puasa yang paling utama dan paling dicintai
Allah bagi orang yang mampu dan tidak berat mengerjakannya. Seperti
pada dalil di bawah ini:

“Tidak ada puasa yang melebihi puasa Daud (1/2 tahun), yaitu satu hari
puasa satu hari berbuka”. (H.R Muslim).

D. Hikmah Puasa
Keutamaan atau hukmah puasa diantaranya:
1. Pembersih jiwa (tazkiyat al- nafs).
Hal ini tercipta dengan menaati apa yang diperintahkan Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya serta berupaya menyempurnakan penghambaan
kepada Allah sekalipun harus menahan diri dari dorongan hawa nafsu dan
dari hal-hal yang menyenangkan.
2. Puasa adalah proses mendidik kehendak diri dan jihad jiwa, membiasakan
sabar, dan revolusi atas kebiasaan diri.
3. Menahan hawa nafsu dan meninggikan naluri manusia, khususnya jika
melaksanakan puasa semata mengharap ridha Allah.
4. Mengajarkan orang yang berpuasa untuk mensyukuri nikmat Allah.
Nikmat yang melimpah biasanya menghilangkan kepekaan manusia akan
arti nikmat tersebut dan menyadari besarnya nikmat itu, kecuali ketika
nikmat itu hilang.
5. Hikmah sosial ( hikmah ijyima’iyyah)
Puasa dengan memaksa menahan lapar kepada seluruh manusia, termasuk
orang kaya sekalipun sebagai bagian nilai kesetaraan dalam penderitaan,
dan menumbuhkan dalam jiwa-jiwa orang kaya rasa prihatin akan nasib
kaum fakir dan miskin.

11
6. Hikmah keseluruhan dari berpuasa adalah agar manusia mencapai derajat
taqwa dan naik peringkat menjadi muttaqin (orang yang bertakwa)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Puasa sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan tidak berdosa.
2. Macam-macam puasa sunnah:
a) Puasa 6 hari bulan Syawal
b) Puasa Arafah
c) Puasa di bulan Muharram
d) Puasa di bulan Sya’ban
e) Puasa di bulan- bulan haram (mulia)
f) Puasa senin- kamis
g) Puasa tiga hari setiap bulan
h) Satu hari puasa- satu hari berbuka
3. Hikmah puasa:
a) Latihan kedisiplinan, kejujuran, dan kepercayaan diri.
b) Melatih diri agar mampu mengendalikan hawa nafsu.
c) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
d) Didikan rasa kasih sayang terhadap kepada fakir miskin.
e) Melatih kesabaran.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sayyid Sabiq. 1978. Fikih Sunnah 3, terj. Mahyuddin Syaf. Bandung: PT


Alma’arif.
2. Mohammad Usman Najati. 2004. Al-qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung:
Pustaka.
3. Abdul Qadir Syaibah al Hamid. 2005. Fiqhul Islam: Syarah Bulughul
Maram, terj. Muhammad Iqbal. Jakarta: Darul Haq.
4. Hasbiyallah. 2013. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
5. Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, 2007, “Keutamaan Bulan
Muharram”, Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah,Islam House
Team Indonesia.
6. Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi Al-Atsary. 2006. “Hadits-
hadits Seputar Bulan Sya’ban”, Majalah An-Nashihah Vol. 11.
7. HR Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, san
Ahmad no 1968 Shahih.
8. Muhammad Fuad Abdul Baqi. 2010. Shahih Muslim Jilid 2. Jakarta: Pustaka
As-Sunnah, 2010.
9. Suyadi. 2007. Keajaiban Puasa Senin Kamis. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
10. Imam Abi Husain Muslim Ibn Al-Hajaj Al-Qusairy An-Nisabury. 1987.
Shahih Muslim. Beirut Lebanon: Dar Al-Kutub.

14

Anda mungkin juga menyukai