Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM)

DIBIMBING OLEH :
M. HASBI NASUTION, S.Ag,MM.

DISUSUN OLEH :
1. AFRYANSAH (2018.01.00.02.023)
2. DOSI SAPUTRA (2018.01.00.02.003)
3. FAKHRUR RAFIQ YUSUF (2018.01.00.02.031)
4. HAFIZZUDIN AL KAFFI (2018.01.00.06.011)
5. SEPRYADI KURNIAWAN (2018.01.00.06.013)
6. TEJA HASBIYALLAH (2018.01.00.02.011)

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI


TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT (Tuhan Yang
Maha Esa) atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya kita semua diberikan
kesempatan untuk bisa menyusun makalah tentang “KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM”.

Makalah ini kami susun dengan ringkasan yang menarik, yang memadai dan memungkinkan
para pembaca untuk terpacu guna lebih meningkatkan pengetahuan mengenai Konsep
Ketuhanan Dalam Islam.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Bukittinggi, 16 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................

1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................................

1.4 MANFAAT PENULISAN.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

2.1 SEPERTI APA KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM......................................................

2.2 SEPERTI APA KONSEP AGAMA SAAT INI.......................................................................

2.3 BAGAIMANA PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN DALAM BERBAGAI ASPEK.......................

2.4 BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA IMAN...............................................................

2.5 APA YANG DIMAKSUD DENGAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN..................................

2.6 BAGAIMANA SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN................................

2.7 BAGAIMANA TUHAN MENURUT PENDAPAT AGAMA-AGAMA....................................

BAB III PENUTUP................................................................................................................

3.1 KESIMPULAN................................................................................................................

3.2 SARAN.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia selalu mencari kebenaran yang hakiki. Konsep ketuhanan bagi manusia
adalah kebenaran yang mutlak. Didalam pencarian akan Tuhan manusia melakukan
penyelidikan dan mencari dasar-dasar yang menjadi konsep Tuhan itu. Mungkin
konsep ketuhanan sudah ada pada agama karena agama didasari pada keyakinan.
Dalam suatu agama, konsep ketuhanan sangatlah penting untuk memberikan
argumen tentang konsep-konsep ketuhanannya agar dapat memberikan sebuah
penjelasan logis dan meyakinkan para pemeluk agama tentang kebenaran dan
keberadaan Tuhan itu sendiri.
Pembuktian wujud Tuhan seorang islam atau pembuktian wujud Allah sangatlah
susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah, tapi satu hal yang harus
kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia dan alam
ini tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta. Tidak mungkin semua hal itu bisa ada
tanpa adanya sang pencipta. Dan penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan, dan
alam ini adalah akibat sedangkat akibatnya adalah Allah SWT.
“Jika kamu masih banyak pertanyaan, maka kamu belum dikatakan beriman, iman
adalah percaya apa adanya tanpa reserve (cadangan).”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Kami menyusun makalah ini dengan rancangan pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dari benak kami, diantaranya :

1. Seperti apa konsep ketuhanan dalam islam?


2. Seperti apa konsep agama saat ini?
3. Bagaimana pembuktian wujud tuhan dalam berbagai aspek?
4. Bagaimana proses terbentuknya iman?
5. Apa yang dimaksud dengan keimanan dan ketaqwaan?
6. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan?
7. Bagaimana tuhan menurut pendapat agama-agama?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui konsep ketuhanan dalam islam.


2. Untuk mengetahui konsep tuhan pada saat ini.
3. Untuk mengetahui pembuktian wujud tuhan dalam islam.
4. Untuk mengetahui proses terbentuknya iman.
5. Untuk mengetahui apa itu keimanan dan ketakwaan.
6. Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang tuhan.
7. Untk mengetahui apa itu tuhan menurut pendapat agama-agama.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk memberikan informasi maupun
edukasi tentang konsep ketuhanan dalam islam agar kita dapat mengambilnya
sebagai pelajaran maupun pengajaran serta kita bisa menjadi penerus bangsa yang
beriman dan berketuhanan yang sempurna.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


Dalam konsep islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang
Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu
Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid) Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.

Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu bukti adanya
Allah SWT yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
kuasa-Nya. Menurut ajaran islam, Tuhan muncul dimanapun tanpa harus menjelma
dalam bentuk apapun. Menurut Al-Qur-an sebagai berikut.

‫ار تُد ِْر ُك اهُ َلا‬ َ ‫ار يُد ِْركُا َو ُه َاو ْاْل َ ْب‬
‫ص ُا‬ َ ‫ف َو ُه َاو ۖ ْاْل َ ْب‬
‫ص َا‬ ‫ا ْل َخبِ ُا‬
‫ير اللَّ ِطي ُا‬

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-An'am
[6]:130)

Tuhan dalam islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal : Menurut Al-Qur-an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Diatas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, “ jalan yang diridhai-Nya.”

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalm konsep Islam merupaka Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi.
Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.
2.2 KONSEP AGAMA SAAT INI
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Agama Samawi (Agama Wahyu)


Agama samawi (agama wahyu) adalah agama yang diterima oleh manusia
dari Allah Sang Pencipta melalui Malaikat Jibril dan disampaikan serta
disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia seperti Majusi, Yahudi,
Nasrani, dan Islam.
b. Agama Ardhi (Agama Bukan Wahyu)
Agama ardhi (agama bukan wahyu) adalah agama yang diciptkan oleh
manusia sendiri, seperti Hindu, Budha, Konghuchu dll.

Perbedaan kedua macam agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living


Religious of the World sebagai berikut :

a. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan. Sedangkan agama


bukan wahyu tidak demikian.
b. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu
tidak.
c. Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab
suci yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak
penting.
d. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan
wahyu lahir di luar itu.
e. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras
semitik.
f. Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari,
sedangkan agama bukan wahyu bukan agama misionari.
g. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu
kabur dan elastis.
h. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek
spiritual maupun material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik
beratkan kepada aspek spiritual saja, seperti pada Taoisme, atau pada
aspek material saja seperti pada Confusianisme.
Agama menurut macam-macam ini dapat dibagi menjadi dua jenis :

1. Agama Monoteisme merupakan agama yang menganggap Tuhan


hanya satu, yaitu mendukung konsep kewahidan Tuhan.
Contohnya, agama Islam.
2. Agama Politeisme merupakan agama yang menganggap bahwa
Tuhan berwujud secara berbilangan, yakni ada banyak Tuhan atau
Tuhan boleh berpecah kepada banyak bentuk. Contohnya, agama
Hindu, Agama Rakyat China.

Adapun ciri-ciri Agama Wahyu (Langit), yaitu :

a. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari


masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
b. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagau utusan-
Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan
menyampaikannya.
c. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
d. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah
sesuai dengan kecerdasan dan kepekaan manusia. Konsep
ketuhanannya adalah monoteisme mutlak (tauhid).
e. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap
manusia, masa, dan keadaan.

Adapun ciri-ciri Agama Budaya (Ardhi), yaitu :

a. Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.


b. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul).
c. Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada akan
mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan
sejarahnya.
d. Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal
pikiran masyarakatnya (penganutnya).
e. Konsep ketuhanannya adalah dinamisme, animisme,
politeisme, dan yanh paling tinggi ialah monoteisme nisbi.
f. Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi
setiap manusia, masa, dan keadaan.
2.3 PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN DALAM BERBAGAI ASPEK
Adapun beberapa pembuktian adanya wujud tuhan dalam islam, sebagai berikut :

a. Metode pembuktian ilmiah


Metode ini mengenai hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah
agama berhubungan dengan alam diluar indera yang tidak mungkin dilakukan
percobaan tetapi agama didasarkan pada analogi dan induksi. Agama tidak
memiliki landasan ilmiah, agama tidak berarti “iman kepada yang ghaib” dan
ilmu pengetahuan adalah percaya kepada “pengamatan ilmiah”. Sebab agama
dan ilmu pengetahuan keduanya berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib
hanya saja ruang lingkupnya yang berbeda. Sebenarnya apa yang disebut iman
kepada yang ghaib oleh orang mukmin adalah iman kepada hakikat yang tidak
bisa diamati.
b. Keberadaan alam membuktikan adanya Tuhan
Alam semesta dan organisasi yang ada didalamnya serta rahasia peliknya
tentunya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya dan tidak ada batasannya. Jika percaya tentang eksistensi alam,
maka secara logika harus percaya adanya pencipta alam. Belum pernah diketahui
adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan.
c. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan fisika
Hukum termodinamika membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat
azali (menciptakan dirinya sendiri). Hukum tersebut menjelaskan bahwa proses
kimia dan fisika di alam terus berlangsung. Jika alam ini azali, maka sejak dulu
alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan
ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam
yaitu Tuhan.
d. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan astronomi
Jika kita memperhatikan sistem tata surya yang luar biasa dan begitu teliti,
tentunya akan timbul kesimpulan bahwa tidak mungkin semuanya ini terjadi
dengan sendirinya, tetapi ada kekuatan maha besar yang mengendalikan sistem
yang sangat luar biasa tersebut yaitu Tuhan. Pembuktian dengan pemahaman
keserasian alam, oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “Dalil Ikhtira”. Ibnu Rusyd juga
menggunakan metode lain yaitu “Dalil Inayah” yaitu metode pembuktian adanya
Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan
manusia.
2.4 PROSES TERBENTUKNYA IMAN
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang
intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih
iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman atau
kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, lingkungan pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda
mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung., baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat mempengaruhi iman seseorang. Tingkah
laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi
anak-anak. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap anak, lahir
membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi
Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudia meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah
SWT adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah SWT. Jika seseorang
tidak mengenal ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin beriman
kepada Allah SWT.

Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena


tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang.
Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah
dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang
dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
2.5 KEIMANAN DAN KETAKWAAN
A. Keimanan

Kata Iman berasal dari bahasa Arab : ‫ اإليمان‬secara etimologis berarti 'percaya'`.
Dalam surah Al-Baqarah 165, yang berbunyi :

‫اس َو ِمنَا‬ ‫ن يَت َّ ِخ اذُ َم ْا‬


‫ن النَّ ِ ا‬ ‫ُون ِم ْا‬ ‫ب يُ ِحبُّونَ ُاه ْام أ َ ْندَادًا َِّا‬
‫ّللا د ِا‬ ‫ّللا َك ُح ِا‬ َ َ ‫لِل ُحبًّا أ‬
‫ش ُّاد آ َمنُوا َوالَّذِينَا ۖ َِّا‬ ‫َولَ ْاو ۖ ِ َِّا‬
‫اب َي َر ْونَا ِإ ْاذ َظلَ ُموا الَّذِينَا َي َرى‬
‫لِل ا ْلقُ َّو اةَ أَنَّا ا ْل َع َذ َا‬
‫ّللا َوأَنَّا َج ِميعًا ِ َِّا‬
‫شدِي ُاد ََّا‬ ‫اْال َع َذا ِا‬
َ ‫ب‬

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan


selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Q.S. Al-Baqarah [2]:165)

Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-Qur-an dan
Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman,
sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja untuk
mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya.
Dalam hadist dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan, lisan mengucapkan,
dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari. (tashdiiqun bil qolbi waiqroru bil lisan
wa'amalu bil arkan) dan iman dalam islam termaktub dalam rukun iman sedang
aplikasinya didalam rukun islam.

Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum yang ada
dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh karenanya, orang
ilsam itu harus iman, sehingga ia meyakini ajaran islam dan secara totalitas
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama
karena dengan keyakinan dapat membuat orang melakukan apa yang diperintahkan
dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat
membentuk orang jadi bertaqwa.

Dalam surah Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah orang yang
amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat
sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Qur-an. Jika kita ibaratkan
dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu
yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada
kuat tidaknya pondasi tersebut.
Meskipun demikian keimanan saja tidak cukup ia harus mewujudkan dengan amal
perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan
tidaklah sempurna jika hanya diyakini dalam hati tetapi juga harus diwujudkan
dengan diikrarkan oleh lisan dan dibuktikan dengan tindakan sehari-hari.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong
seorang muslim berbuat amal shaleh. Seorang dikatakan beriman bukan hanya
percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk melakukan sesuatu
sesuai keyakinannya.

Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari
tanda-tanda seperti berikut :
a. Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan berusaha
agar Allah SWT tidak lepas dari ingatannya.
b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan.
c. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya.
d. Menafkahkan rezeki yang diperolehnya dijalan Allah.
e. Menghindari dari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
f. Memelihara amanah dan menepati janji.

Manfaat dan pengaruh iman dalam kehidupan manusia sebagai berikut :


a. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda.
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.
c. Iman memberikan ketentraman jiwa.
d. Iman mewujudkan kehidupan yang baik.
e. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Demikian manfaat iman dalam kehidupan manusia, bukan hanya sekedar
kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi dapat menjadi kekuatan
yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup islami. Apabila suatu
masyarakat terdiri dan orang-orang yang beriman, akan terbentuk masyarakat
yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.
B. Ketaqwaan

Kata taqwa berasal dari bahasa Arab : ‫ تقوى‬taqwā/taqwá yang berarti merujuk
kepada kepercayaan akan adanya Allah, membenarkannya dan takut kepada Allah.
Taqwa juga dapat diartikan memelihara keimanan yang mewujudkan dalam
pengalaman ajaran agama islam secara utuh dan konsisten.

Hakikat taqwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib, “Taqwa adalah
engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah SWT
karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada
Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya.”

Kata taqwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi hal-hal
yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah RA ketika ditanya
tentang taqwa, beliau mengatakan : “Apakah kamu pernah melewati jalanan yang
berduri?” si penanya menjawab, “Ya”. Beliau balik bertanya “Lalu apa yang kamu
lakukan?” orang itu menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya,
atau aku melompatinya atau aku tahan langkah”. Maka berkata Abu Hurairah,
“Seperti itulah taqwa.”

Karakteristik orang yang bertaqwa secara umum dapat dikelompokkan kedalam


beberapa kategori ketaqwaan sebagai berikut :

a. Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para Nabi, iman
kepada hari akhir (kiamat), serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen
kwtaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
b. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang
miskin, orang-orang yang putus diperjalanan, atau dengan kata lain mencintai
umat manusia.
c. Mendirikan shalat, puasa dan zakat.
d. Menepati janji.
e. Sabar disaat kesusahan, dan memiliki semangat perjuangan.
f. Menahan amarah dan memaafkan orang lain.
Hubungan Taqwa dengan Allah SWT

Seseorang yang bertaqwa adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah
dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan
dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat
menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap
aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangannya.

Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas


(ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan memelihara hubungan dengan
Allah SWT dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah SWT.

Hubungan Taqwa dengan sesama Manusia

Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang bertaqwa akan
dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap taqwa tercermin
dalam bentuk ketersediaan untuk mendorong orang lain, melindungi yang lemah
dan berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Hubungan Taqwa dengan Diri Sendiri

1. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik
perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap
perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam
melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah
itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada
Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi
hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah SWT yang menentukan.
3. Syukur, yaitu sikap berterimakasih atas apa saja yang diberikan Allah atau
sesama Manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterimakasih terhadap
apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Bersyukur dengan perkataan adalah mengucapkan hamdallah sedangkan
bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah
sesuai dengan keharusannya.
4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya
dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan
nilai-nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya
terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat-sifat buruk yang datang dari
dorongan hawa nafsunya.
C. Keterkaitan Antara Keimanan Dan Ketaqwaan
Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya keduanya
saling memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar meraih
ketaqwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima oleh
Allah tanpa didasari oleh iman.
Semua bentuk ketaqwaan seperti shalat, puasa, zakat, dan haji merupakan
bagian dan kesempurnaan iman seseorang. Amal shaleh tersebut merupakan
konsekuensi dari keimanan seseorang harus menerjemahkan keyakinannya
menjadi kongkret dan menjadi satu sika budaya untuk mengembangkan amal
shaleh.
Dalam Al-Qur-an ada banyak ayat yang menggandengkan antara “orang yang
beriman” dengan “orang yang beramal shaleh”. Iman dan amal shaleh atau iman
dan taqwa sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang tanpa amal
shaleh yang menyertainya. Yang secara kongkrit membuktikan bahwa iman ada
iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang
menghendaki bangunan kesempurnaan taqwa dirinya.
Keterkaitan iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah dalam
sabdanya :
‫عاريإليمان ومالبسها ىتقو‬

“iman itu telanjang dan pakaiannya adalah taqwa”.


Maksud hadist ini adalah iman harus diikuti dengan melakukan amal shaleh
(taqwa). Iman tanpa desertai amal shaleh maka imannya masih telanjang tanpa
pakaian.
Oleh karenanya seseorang baru dinyatakan beriman dan taqwa apabila telah
punya keyakinan yang mantap dalam hati, kemudian mengucapkan kaliamat
tauhid dan kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.
2.6 BAGAIMANA SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN
A. Pemikiran Barat
Konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan
atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahir maupun batin dan bersifat
penelitian rasional maupun pengalaman batin. Terdapat pula teori evolusionisme,
yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat
sederhana meningkat menjadi sempurna. Teori ini dikemukakan oleh Max Muller
dan EB Taylor dan beberapa ahli lainnya. Perkembangannya menurut teori
evolusionisme sebagai berikut:
a. Dinamisme
Manusia sejak zaman primitif mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh
dalam kehidupan yang ditunjukkan kepada benda. Setiap benda ada yang
berpengaruh positif maupun negatif.
b. Animisme
Masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya.
Setiap benda dianggap baik dan memiliki roh. Roh dianggap sesuatu yang
aktif sekalipun bendanya mati. Agar manusia tidak terkena efek negatif dari
roh-roh tersebut, maka manusia harus menyediakan kebutuhan roh seperti
saji-sajian.
c. Politeisme
Roh yang lebih dari yang lain lama-kelamaan kemudian disebut dewa. Dewa
memiliki kekuasaan tertentu sesuai bidangnya.
d. Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun
manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan
untuk satu Bangsa disebut Tuhan Tingkat Nasional (Henoteisme).
e. Monoteisme
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat internasional. Monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi
dalam tiga paham yaitu :
1. Teisme, istilah yang mengacu kepada keyakinan akan tuhan yang 'pribadi',
artinya satu tuhan dengan kepribadian yang khas, dan bukan sekadar
suatu kekuatan ilahi saja.
2. Deisme, adalah bentuk monoteisme yang meyakini bahwa tuhan itu ada.
Namun, seorang deis menolak gagasan bahwa tuhan ini ikut campur di
dalam dunia. Jadi, deisme menolak wahyu yang khusus. Sifat tuhan ini
hanya dapat dikenal melalui nalar dan pengamatan terhadap alam.
Karena itu, seorang deis menolak hal-hal yang ajaib dan klaim bahwa
suatu agama atau kitab suci memiliki pengenalan akan tuhan.
3. Panteisme, yaitu suatu pendapat bahwa alam sendiri itulah Tuhan.
Pemikiran ini menyangkal kehadiran Yang Maha tinggi yang transenden
dan yang bukan merupakan bagian dari alam. Tergantung akan
pemahamannya, pandangan ini dapat dibandingkan sepadan dengan
ateisme, deisme atau teisme.

Teori evolusionisme ditentang oleh Andrew Lang (1898) dan lama-kelamaan


menjadi reda sebaliknya muncul sarjana-sarjana agama di Eropa Barat yang
memperkenalkan teori baru tentang sejarah agama. Mereka menyatakan
bahwa Tuhan tidak datang secara evolusi tetapi dengan relevansi atau wahyu.
Kepercayaan manusia primitif adalah monoteisme dan monoteisme berasal
dari wahyu ajaran Tuhan.

B. Pemikiran Umat Islam


Secara garis besar, pemikiran terhadap tuhan memiliki aliran yang bersifat liberal,
tradisional maupun keduanya. Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah
pemikiran ilmu ketuhanan dalam islam. Diantara aliran tersebut adalah :
a. Mu’tazilah, yaitu kaum rasionalis dikalangan muslim yang menekan
pemakaian akal pikiran dalam memahami ajaran dan keimanan dalam islam.
Orang islam yang berbuat dosa besar, berada diposisi antara mukmin dan
kafir.
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani,
satu sistem teknologi yang mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari
paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu
pengetahuan dalam islam. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok
Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b. Qadariah, yaitu kaum yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan
dalam berbuat termasuk ia ingin kafir atau mukmin dan ia yang harus
mempertanggung jawabkannya.
c. Jabariah, yaitu pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak memiliki
kemerdekaan dalam berbuat. Semua tingkah laku manusia dipaksakan oleh
Tuhan.
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang berpendapat diantara Qadariah dan
Jabariah.

2.7 TUHAN MENURUT PENDAPAT AGAMA-AGAMA


A. Tuhan dalam agama Islam
Menurut konsep Islam Tuhan adalah Zat yang Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa. Ia
adalah Pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Dia abadi yang menentukan
takdir dan hakim semesta Alam.
Tuhan dikonseptualisasikan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa. Menurut Al-
Quran ada 99 nama untuk Allah (Asmaul Husna). Nama-nama ini mengingatkan
kita akan sifat-sifat Allah. Nama yang paling terkenal dan sering dipakai ialah
“Maha Pengasih” (ar-rahman) dan “Maha Penyayang” (ar-rahim).

Orang Islam percaya bahwa penciptaan alam semesta dan penguasaannya oleh
Allah adalah bukti utama kemurahhatian Allah. Karena Tuhan muncul dimana
pun ia tidak harus menjelma dalam bentuk apapun. Dalam Al-Quran tertulis
sebagai berikut :
‫ار تُد ِْر ُك اهُ َلا‬ َ ‫ار يُد ِْركُا َو ُه َاو ْاْل َ ْب‬
‫ص ُا‬ َ ‫يفِۖاللَّط َو ُه َاو ۖ ْاْل َ ْب‬
‫ص َا‬ ‫ا ْل َخبِ ُا‬
‫ير ُا‬
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS al-
An’am [6]:103).
B. Tuhan dalam agama Kristen
Alkitab mengajar bahwa walaupun Allah menentukan takdir manusia ia masih
memberi kebebasan terbatas kepada manusia untuk bertindak menurut
kehendaknya sendiri.
Menurut Alkitab ada jauh lebih banyak dari 99 nama untuk Allah. Malahan ada
ratusan nama yang diberikan untuk menolong kita mengerti siapakah Allah.
Alkitab mengemukakan Allah sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan
oleh karena itu orang yang sungguh masuk kerajaan-Nya diberi hak memanggil-
Nya “Bapa.”
Salah satu cara Allah menyatakan kemurahhatian-Nya ialah dalam penciptaan-
Nya. Namun Allah melihat manusia juga terbelenggu oleh dosa dan menyatakan
kemurahhatian-Nya dalam menyediakan jalan keselamatan dari perbudakan
dosa. Dengan penjelmaan Kalimat-Nya, Isa Al-Masih, untuk menjadi Juruselamat
orang yang percaya kepada-Nya dapat dilepaskan dari belenggu dosa.

C. Tuhan dalam agama Hindu


Dalam agama hindu, pada umunya menganut konsep ketuhanan monoteisme.
Konsep ketuhanan tersebut dalam agama hindu dikenal sebagai filsafat Adwaita
Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Seperti pada konsep ketuhanan dalam
agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan
merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu,
Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman
merupakan sesuatu yang tidak berawal tetapi juga tidak berakhir. Brahman
merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta, berada di mana-mana dan
mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala
sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tunduk
kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep agama hindu, posisi para dewa
adalah setara dengan malaikat, yang enggan untuk di puja sebagai Tuhan secara
sendiri, melainkan di puja atas jasa jasanya sebagai perantara Tuhan kepada
makhluk-Nya. Dalam keyakinan agama hindu, Brahman memiliki 3 aspek, yaitu :
1. Sat : sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar
beliau Brahman adalah pencipta dari segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini. Dan segala sesuatu ciptaan Brahman tersebut adalah berawal
dan berakhir, yang pada masanya segala sesuatu tersebut akan kembali pada
Tuhan jika saatnya tiba. Atau dalam agama hindu di kenal dengan istilah
melebur, yang maksudnya segala sesuatu itu adalah berasal dati Tuhan dan
akan kembali kepada Tuhan, karena tidak ad azan lain di alam semesta ini
selain Tuhan.
2. Cit : Sebagai Maha Tahu Brahman adalah sumber ilmu pengetahuan, bukan
hanya pengetahuan tentang agama, tetapi segala pengetahuan adalah
bersumber dari Tuhan Brahman.
3. Ananda : adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka
duka.

D. Tuhan dalam Agama Budha


Dalam agama budha, ternyata salah jika kita menganggap Budha adalah Tuhan
untuk agama Budha. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan
konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan
tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang
kekal. Sang Buddha bukanlah Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis
(yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta, atau
bergantung kepada Tuhan sang pencipta demi dalam usaha mencapai
pencerahan; Sang Buddha adalah pembimbing atau guru yang menunjukkan
jalan menuju nirwana). Dalam kitab agama budha menyebutkan bahwa "Tuhan
adalah Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang
Mutlak"

E. Tuhan dalam agama Konghucu


Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai
Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, ada pula yang menyebutnya sebagai Siang
Te atau Shang Di. Sebenarnya pengertian ini rancu, sebab pengertian Thian Kong
dan Shang Di maknanya agak berbeda. Istilah Thian (Tian) sebenarnya secara
harafiah berarti ‘langit’, yang menunjukkan tempat kediaman dari Shang Di
(Siang Te), sedangkan Shang Di sendiri berarti ‘yang termulia yang berada paling
atas’.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep
ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal baik abstrak maupun
konkret.

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh


manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-
Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”,
kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini berarti
bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan
terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu
Allah.

Agama samawi bertujuan memurnikan aqidah dan penyembahan kepada


Allah SWT. Sedangkan agama ardhi cenderung membawa manusia kepada
kemusyrikan.

3.2 SARAN
Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami
untuk lebih memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://tafsirq.com/6-al-anam/ayat-103
2. https://en.wikipedia.org/wiki/Taqwa
3. http://rantypebriantika.blogspot.com/2012/11/makalah-agama-konsep-
ketuhanan_2378.html
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Monoteisme#Jenis
5. https://www.isadanislam.org/perbandingan-kristen-dan-islam/konsep-tuhan-menurut-
islam-dan-kristen/
6. https://www.academia.edu/7045347/Konsep_Tuhan_Menurut_Agama_Agama_Besar_di_D
unia
7. https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_agama_dan_Kepercayaan_Tionghoa
8. http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-
dalam.html?m-1

Anda mungkin juga menyukai