DIBIMBING OLEH :
M. HASBI NASUTION, S.Ag,MM.
DISUSUN OLEH :
1. AFRYANSAH (2018.01.00.02.023)
2. DOSI SAPUTRA (2018.01.00.02.003)
3. FAKHRUR RAFIQ YUSUF (2018.01.00.02.031)
4. HAFIZZUDIN AL KAFFI (2018.01.00.06.011)
5. SEPRYADI KURNIAWAN (2018.01.00.06.013)
6. TEJA HASBIYALLAH (2018.01.00.02.011)
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT (Tuhan Yang
Maha Esa) atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya kita semua diberikan
kesempatan untuk bisa menyusun makalah tentang “KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM”.
Makalah ini kami susun dengan ringkasan yang menarik, yang memadai dan memungkinkan
para pembaca untuk terpacu guna lebih meningkatkan pengetahuan mengenai Konsep
Ketuhanan Dalam Islam.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................
3.2 SARAN.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid) Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu bukti adanya
Allah SWT yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
kuasa-Nya. Menurut ajaran islam, Tuhan muncul dimanapun tanpa harus menjelma
dalam bentuk apapun. Menurut Al-Qur-an sebagai berikut.
ار تُد ِْر ُك اهُ َلا َ ار يُد ِْركُا َو ُه َاو ْاْل َ ْب
ص ُا َ ف َو ُه َاو ۖ ْاْل َ ْب
ص َا ا ْل َخبِ ُا
ير اللَّ ِطي ُا
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-An'am
[6]:130)
Tuhan dalam islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal : Menurut Al-Qur-an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Diatas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, “ jalan yang diridhai-Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalm konsep Islam merupaka Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi.
Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.
2.2 KONSEP AGAMA SAAT INI
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi menjadi dua macam, yaitu :
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung., baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat mempengaruhi iman seseorang. Tingkah
laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi
anak-anak. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap anak, lahir
membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi
Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudia meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah
SWT adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah SWT. Jika seseorang
tidak mengenal ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin beriman
kepada Allah SWT.
Kata Iman berasal dari bahasa Arab : اإليمانsecara etimologis berarti 'percaya'`.
Dalam surah Al-Baqarah 165, yang berbunyi :
Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-Qur-an dan
Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman,
sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja untuk
mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya.
Dalam hadist dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan, lisan mengucapkan,
dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari. (tashdiiqun bil qolbi waiqroru bil lisan
wa'amalu bil arkan) dan iman dalam islam termaktub dalam rukun iman sedang
aplikasinya didalam rukun islam.
Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum yang ada
dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh karenanya, orang
ilsam itu harus iman, sehingga ia meyakini ajaran islam dan secara totalitas
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama
karena dengan keyakinan dapat membuat orang melakukan apa yang diperintahkan
dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat
membentuk orang jadi bertaqwa.
Dalam surah Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah orang yang
amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat
sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Qur-an. Jika kita ibaratkan
dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu
yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada
kuat tidaknya pondasi tersebut.
Meskipun demikian keimanan saja tidak cukup ia harus mewujudkan dengan amal
perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan
tidaklah sempurna jika hanya diyakini dalam hati tetapi juga harus diwujudkan
dengan diikrarkan oleh lisan dan dibuktikan dengan tindakan sehari-hari.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong
seorang muslim berbuat amal shaleh. Seorang dikatakan beriman bukan hanya
percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk melakukan sesuatu
sesuai keyakinannya.
Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari
tanda-tanda seperti berikut :
a. Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan berusaha
agar Allah SWT tidak lepas dari ingatannya.
b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan.
c. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya.
d. Menafkahkan rezeki yang diperolehnya dijalan Allah.
e. Menghindari dari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
f. Memelihara amanah dan menepati janji.
Kata taqwa berasal dari bahasa Arab : تقوىtaqwā/taqwá yang berarti merujuk
kepada kepercayaan akan adanya Allah, membenarkannya dan takut kepada Allah.
Taqwa juga dapat diartikan memelihara keimanan yang mewujudkan dalam
pengalaman ajaran agama islam secara utuh dan konsisten.
Hakikat taqwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib, “Taqwa adalah
engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah SWT
karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada
Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya.”
Kata taqwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi hal-hal
yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah RA ketika ditanya
tentang taqwa, beliau mengatakan : “Apakah kamu pernah melewati jalanan yang
berduri?” si penanya menjawab, “Ya”. Beliau balik bertanya “Lalu apa yang kamu
lakukan?” orang itu menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya,
atau aku melompatinya atau aku tahan langkah”. Maka berkata Abu Hurairah,
“Seperti itulah taqwa.”
a. Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para Nabi, iman
kepada hari akhir (kiamat), serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen
kwtaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
b. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang
miskin, orang-orang yang putus diperjalanan, atau dengan kata lain mencintai
umat manusia.
c. Mendirikan shalat, puasa dan zakat.
d. Menepati janji.
e. Sabar disaat kesusahan, dan memiliki semangat perjuangan.
f. Menahan amarah dan memaafkan orang lain.
Hubungan Taqwa dengan Allah SWT
Seseorang yang bertaqwa adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah
dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan
dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat
menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap
aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangannya.
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang bertaqwa akan
dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap taqwa tercermin
dalam bentuk ketersediaan untuk mendorong orang lain, melindungi yang lemah
dan berpihak pada kebenaran dan keadilan.
1. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik
perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap
perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam
melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah
itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada
Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi
hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah SWT yang menentukan.
3. Syukur, yaitu sikap berterimakasih atas apa saja yang diberikan Allah atau
sesama Manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterimakasih terhadap
apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Bersyukur dengan perkataan adalah mengucapkan hamdallah sedangkan
bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah
sesuai dengan keharusannya.
4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya
dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan
nilai-nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya
terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat-sifat buruk yang datang dari
dorongan hawa nafsunya.
C. Keterkaitan Antara Keimanan Dan Ketaqwaan
Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya keduanya
saling memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar meraih
ketaqwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima oleh
Allah tanpa didasari oleh iman.
Semua bentuk ketaqwaan seperti shalat, puasa, zakat, dan haji merupakan
bagian dan kesempurnaan iman seseorang. Amal shaleh tersebut merupakan
konsekuensi dari keimanan seseorang harus menerjemahkan keyakinannya
menjadi kongkret dan menjadi satu sika budaya untuk mengembangkan amal
shaleh.
Dalam Al-Qur-an ada banyak ayat yang menggandengkan antara “orang yang
beriman” dengan “orang yang beramal shaleh”. Iman dan amal shaleh atau iman
dan taqwa sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang tanpa amal
shaleh yang menyertainya. Yang secara kongkrit membuktikan bahwa iman ada
iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang
menghendaki bangunan kesempurnaan taqwa dirinya.
Keterkaitan iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah dalam
sabdanya :
عاريإليمان ومالبسها ىتقو
Orang Islam percaya bahwa penciptaan alam semesta dan penguasaannya oleh
Allah adalah bukti utama kemurahhatian Allah. Karena Tuhan muncul dimana
pun ia tidak harus menjelma dalam bentuk apapun. Dalam Al-Quran tertulis
sebagai berikut :
ار تُد ِْر ُك اهُ َلا َ ار يُد ِْركُا َو ُه َاو ْاْل َ ْب
ص ُا َ يفِۖاللَّط َو ُه َاو ۖ ْاْل َ ْب
ص َا ا ْل َخبِ ُا
ير ُا
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS al-
An’am [6]:103).
B. Tuhan dalam agama Kristen
Alkitab mengajar bahwa walaupun Allah menentukan takdir manusia ia masih
memberi kebebasan terbatas kepada manusia untuk bertindak menurut
kehendaknya sendiri.
Menurut Alkitab ada jauh lebih banyak dari 99 nama untuk Allah. Malahan ada
ratusan nama yang diberikan untuk menolong kita mengerti siapakah Allah.
Alkitab mengemukakan Allah sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan
oleh karena itu orang yang sungguh masuk kerajaan-Nya diberi hak memanggil-
Nya “Bapa.”
Salah satu cara Allah menyatakan kemurahhatian-Nya ialah dalam penciptaan-
Nya. Namun Allah melihat manusia juga terbelenggu oleh dosa dan menyatakan
kemurahhatian-Nya dalam menyediakan jalan keselamatan dari perbudakan
dosa. Dengan penjelmaan Kalimat-Nya, Isa Al-Masih, untuk menjadi Juruselamat
orang yang percaya kepada-Nya dapat dilepaskan dari belenggu dosa.
PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep
ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal baik abstrak maupun
konkret.
3.2 SARAN
Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami
untuk lebih memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://tafsirq.com/6-al-anam/ayat-103
2. https://en.wikipedia.org/wiki/Taqwa
3. http://rantypebriantika.blogspot.com/2012/11/makalah-agama-konsep-
ketuhanan_2378.html
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Monoteisme#Jenis
5. https://www.isadanislam.org/perbandingan-kristen-dan-islam/konsep-tuhan-menurut-
islam-dan-kristen/
6. https://www.academia.edu/7045347/Konsep_Tuhan_Menurut_Agama_Agama_Besar_di_D
unia
7. https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_agama_dan_Kepercayaan_Tionghoa
8. http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-
dalam.html?m-1