NIM : 20140420271
Kelas :F
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
BAB SATU
duska
Pada Bulan Oktober tahun 2001, perekonomian dunia dikejutkan dengan berita
runtuhnya perusahaan besar Enron. Salah satu KAP The Big Five yaitu Arthur Andersen
merupakan Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Perusahaan Enron. Pada tanggal 15 Juni
2002, Pengadilan Negeri Amerika Serikat memutuskan bahwa KAP Arthur Andersen
merupakan terpidana yang telah mengakibatkan Perusahaan Enron mengalami kebangkrutan.
United States Securities and Exchange Commission (SEC) tidak mengijinkan KAP Andersen
untuk mengaudit perusahaan publik karena KAP Arthur Andersen telah dinyatakan bersalah
oleh pengadilan. Perusahaan Akuntansi menyetujui agar izin praktek dan gelar akuntan
publik KAP Andersen dicabut. Skandal perusahaan Enron tersebut merupakan salah satu
bukti betapa besar peranan perilaku etika dalam seluruh aspek kehidupan.
Meskipun kebangkrutan Enron dan Andersen pada tahun 2001-2002 merupakan titik
penentu dalam sejarah akuntansi, namun permasalahan, praktek, konflik dan isu-isu yang
menyatakan kebangkrutan bukanlah hal baru dan masih belum teratasi. Bahkan sebelum
kasus Enron mencuat, terdapat beberapa permasalahan dan kasus-kasus serupa terjadi.
Berdasarkan artikel yang dimuat di harian The Washington Post pada tahun 1998, Ketua SEC
(United States Securities and Exchange Commission) Arthur Levitt, menyebutkan istilah
“numbers game” bagi perusahaan yang memanipulasi data akuntansi agar dapat memperoleh
hasil sesuai dengan yang diinginkan. Pemanipulasian data tersebut membuat laporan
keuangan seolah-olah terlihat “indah” dengan cara “mempermak angka” untuk
memperlancar laporan triwulan/kuartalan sehingga terus menerus memperlihatkan
peningkatan yang berdampak baik bagi perusahaan. Menurut Levitt, proses tersebut bertahun-
tahun telah berkembang menjadi suatu hal terbaik yang dapat dikategorikan sebagai
permainan yang dilakukan oleh para market participant.
Bagaimana sesungguhnya hal tersebut dapat terjadi? Kita mungkin mengira bahwa
kebanyakan para akuntan mungkin tidak memahami peranan dan tujuan mereka di dalam
suatu lingkungan masyarakat. Tujuan dasar dari akuntansi pada dasarnya adalah sangat
sederhana yakni memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh akuntan tepat dan
dapat diukur. Untuk memahami lebih lanjut perihal tugas utama dari seorang akuntan kita
harus memahami terlebih dahulu sifat dasar akuntansi itu sendiri.
Akuntansi merupakan suatu teknik, dan prakteknya adalah seni atau keahlian yang
dibentuk untuk membantu orang-orang memonitor transaksi ekonomi mereka. Akuntansi
memberikan gambaran bagi orang-orang tentang bagaimana transaksi keuangan mereka.
Tujuan utama akuntansi adalah menyediakan informasi tentang kegiatan ekonomi dari
suatu organisasi maupun individu. Pada awalnya hanya individu atau organisasi yang
membutuhan informasi. Kemudian pemerintah membutuhkan informasi. Hingga dapat
dikatakan, kegiatan ekonomi menjadi sedemikian komplek dan teratur, jumlah orang-orang
yang membutuhkan informasi jumlah users atau pengguna informasi ekonomi menjadi
semakin meningkat. Tingkat kepentingan bagi pengguna (users) meningkatkan faktor etika
yang mengatur perkembangan dan pengeluaran dari informasi tersebut. Beberapa orang
memiliki hak dan kewenangan terhadap akses informasi tersebut sedangkan beberapa orang
lainnya tidak.
Akuntansi menyediakan informasi yang berguna bagi users, jika pelaporan informasi
akuntansi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan dilaporkan dengan benar maka tidak
akan muncul permasalahan etika. Namun jika informasi akuntansi mempengaruhi para
pengguna (users) untuk mengmbil tindakan, dan tindakan mereka apakah menguntungkan
atau merugikan orang yang menerima atau yang mendapatkan informasi, maka informasi
tersebut akan memberikan dampak terhadap pentingnya etika. Tergantung pada
penggunaannya, penyampaian informasi sama seperti berjualan.
Penting untuk dicamkan bahwa berbohong tidak sama dengan mengatakan sesuatu yang
salah. Kadangkala orang secara tidak sengaja bebuat kesalahan atau salah dalam berucap.
Dalam situasi tersebut, mereka mengatakan sesuatu yang salah namun tindakan mereka
menggambarkan suatu kebohongan. Mengatakan suatu kebohongan lebih mudah
dibandingkan berkata jujur. Hakikat dari kebohongan tersebut dapat terlihat dari tujuannya,
yakni untuk mengubah perilaku orang lain.
Sebuah pepatah lama menyebutkan “jangan lakukan hal yang anda tidak suka kepada
orang lain.” Kita ingin mengetahui apa yang kita dapat saat membeli sesuatu, begitu juga
dengan orang lain. Oleh karena itu, saat kita akan mengatakan suatu kebohongan maka kita
harus sadar dan mengingat bagaimana posisi kita jika dibohongi.
3. Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dan dibuat oleh akuntan yang bekerja pada perusahaan.
Akuntan publik yang akan mengaudit laporan keuangan yang telah dibuat oleh akuntan
perusahaan. Akuntan yang mengaudit laporan keuangan tersebut menyatakan dengan
sebenarnya bahwa laopran keuangan yang disusun bebas dari salah saji material dan dapat
diterima sesuai standar dan prinsip akuntansi. Standar atau prinsip yang dapat diterima umum
adalah GAAP (Generally Accepted Accounting Principle). Prinsip berterima umum tersebut
disusun dan disupervisi oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, bukan SEC.
Meskipun adanya aturan yang mengacu pada GAAP, permasalahan pengungkapan masih
seringkali terjadi. Sebagai contoh, masalah dalam menentukan nilai asset. Pengukuran asset
menyebabkan permasalahan karena pengukuran tersebut dapat didasarkan pada biaya asset
atau apakah asset tersebut dapat dijual dari sekarang. Kasus tersebut juga dapat dimanipulasi.
Jika demikian, apakah yang dimaksud dengan nilai asset? Nilai asset (Aset Value) adalah
nilai yang dimiliki oleh pemilik atau jumlah yang dibayarkan oleh pembeli pada pemilik,
yang dapat ditentukan dari ekspektasi perusahaan terhadap pengelolaan asset. Nilai asset
tergantung pada tiga hal: jumlah cash flow, waktu, dan tingkat suku bunga.