Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

“FISIOLOGI PERSALINAN”

DosenPengampu :Ina IndraYanti, M.PH

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Alda Resya (11.14076.18.002)


2. Alvia Ningrum (11.14076.18.001)
3. Annisa Putri Agustina (11.14076.18.004)
4. Cici Aprianty (11.14076.18.005)
5. Dea Sinta Afriyani (11.14076.18.006)
6. Deryanti (11.14076.18.007)

AKADEMI KEBIDANAN BETANG ASI RAYA

PALANGKA RAYA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga kami dapat
membuat makalah Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir yang berjudul
“Fisiologi Persalinan” dan kami juga sadar masih banyak kekurangan dalam makalah
ini.

Walaupun demikian, kami berusaha dengan semaksimal mungkin demi


kesempurnaan penyusunan makalah ini. Saran dan kritik yang sifatnya membangun
begitu diharapkan oleh kami demi kesempurnaan dalam penulisanmakalahberikutnya.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
dapat membantu bagi kemajuan serta perkembangan Akademi Kebidanan Betang Asi
Raya Palangka Raya. Sekali lagi kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua
kebaikan kalian. Amin.

Palangka Raya, 21 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4

A. Latar Belakang................................................................................................ 4

B. Tujuan ............................................................................................................. 4

C. Manfaat .......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 5

A. Proses Persalinan ................................................................................................ 5

B. Persalinan Normal .............................................................................................. 6

C. Passager (lintasan) .............................................................................................. 8

D. Hal yang penting dalam persalinan .................................................................. 10

E. Mekanisme Persalinan ..................................................................................... 11

F. Kala Dalam Persalinan ..................................................................................... 13

G. Macam-Macam Persalinan Lainnya ............................................................. 18

H. Teknik Persalinan Normal di Amerika ......................................................... 18

I. Teknik Persalinan Australia ............................................................................. 22

K. Patologi ......................................................................................................... 23

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 24

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 24

B. Saran ................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post
matur) mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4 jam dan
sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama)
mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput
pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forseps) tidak
mencakup komplikasi (seperti pendarahan hebat) mencakup pelahiran plasenta yang
normal.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin ( Prawirohardjo, 2001 ).

B. Tujuan
1. Menjelaskan persalinan normal
2. Menjelaskan proses melahirkan/persalinan
3. Mengetahui perbandingan persalinan normal dalam 3 negara

C. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui tentang persalinan normal
2. Mengetahui proses melahirkan/persalinan
3. Mengetahui perbandingan persalinan normal dalam 3 negara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Persalinan
Proses melahirkan/persalinan dalam proses melahirkan bayi biasanya membuat
gelisah sampai panik bagi orang tua yang baru akan menjalani proses tersebut.
Berkonsultasi terus dengan dokter atau bidan adalah langkah tepat untuk mengetahui
proses persalinan yang akan dijalani nantinya.
Dokter atau bidan umumnya akan menjelaskan secara dasar bahwa proses
persalinan bayi secara normal ataupun proses melahirkan normal itu terdiri dari 4
tahap proses :
1. Tahap pertama, proses persiapan persalinan dengan fase awal, aktif, transisi.
Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim sampai penuh.
2. Tahap kedua, tahap kelahiran sampai bayi keluar dengan selamat.
3. Tahap ketiga, pengeluaran plasenta.
4. Tahap keempat, pasca lahir, yakni observasi terhadap ibu selama 1 jam usai
plasenta
Beberapa kejadian yang akan dialami oleh ibu hamil saat akan melahirkan secara
normal :
a. Kontraksi
b. Leher rahim makin terbuka lebar
c. Mendorong calon bayi sesuai petunjuk dokter/bidan
d. Pengeluaran plasenta
Agak berbeda jika proses melahirkan dengan cara bedah Caesar kadang juga
disebut dengan c-section (cs). Bedah caesar merupakan proses persalinan (melahirkan
bayi) dengan melalui pembedahan dengan melakukan irisan di perut ibu (laparatomi)
dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan
ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko
kepada komplikasi medis lainnya.
Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim
dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anastesi
serta bidan.
Ada juga proses melahirkan dengan sedikit memaksa yaitu dengan istilah vakum
dan forseps. Persalinan dengan menggunakan vakum atau alat penghisap. Alat ini
menjadi semacam alat/energi tambahan, bagi ibu yang akan melahirkan ketika
kekuatan dorong si ibu sudah mulai melemah. Persalinan dengan menggunakan
forseps adalah proses persalinan dengan menggunakan alat bantu dari logam
berbentuk sendok. Hal ini sangat jarang dilakukan karena lebih beresiko.
Metode baru adalah melahirkan dengan cara persalinan hipnotis/hipnosis dan
proses persalinan di air. Persalinan dengan hipnosis tidak berubah metode dasar
melahirkan hanya persalinan ini dibantu dengan cara/tehnik relaksasi agar si ibu tidak
begitu merasakan sakit. Hampir mirip dengan persalinan di air yang akan membuat si
ibu lebih relaks dan si bayi keluar tanpa mengalami traumatis dan menghadapi
transisi dengan lembut, selembut air.

B. Persalinan Normal
Definisi persalinan normal adalah persalinan yang :
1. Terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau post matur)
2. Mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi)
3. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partu
presipitatus atau partus lama)
4. Mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan
oksiput pada bagian anterior pelvis
5. Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forseps)
6. Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat)
7. Mencakup pelahiran plasenta yang normal
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power
Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu
kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengedan atau meneran.
b. Passage
Merupakan bagian tulang panggul, serviks vagina dan dasar panggul
(displascement)
c. Passenger
Terutama janin (secara khusus bagian kepala janin) plus plasenta, selaput dan
cairan ketuban atau amnio.
d. Kontraksi
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi
untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi diluar kesadaran di bawah pengendalian
sistem saraf simpatik dan secara tidak langsung mungkin dipengaruhi oleh sistem
endokrin. Kontraksi uterus yang kuat seperti pada bagian akhir kala I persalinan
memberikan tekanan intra uteri sebesar 45 mmHg.
e. Retraksi
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadinya
kontraksi, serabut otot tidak mengadakan relaksasi penuh pada akhir kontraksi tetapi
akan mempertahankan sebagian gerakan memendek dan menebal tersebut. Retraksi
merupakan sifat istimewa yang dimiliki oleh otot rahim.
Sebagai akibat dari retraksi segmen atas dinding uterus secara berangsur-angsur
menjadi lebih pendek tebal dan kavum uteri menjadi lebih kecil. Sementara itu otot-
otot segmen atas yang mengadakan kontraksi dan retraksi menyebabkan serabut-
serabut segmen bawah yang memiliki fungsi khusus serta serviks tertarik keluar
sehingga terjadi penipisan.
f. Tenaga sekunder – Mengejan
Tenaga kedua yang meliputi otot perut dan diafragma digunakan dalam kala II
persalinan. Tenaga ini dapat dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan
kekuatan ekspulsi yang dihasilkan otot-otot volunter.
Diafragma dibuat kaku oleh dada yang diisi udara glotis yang ditutup untuk
menahan tekanan rongga dada. Kedua keadaan ini akan melipat gandakan tekanan
pada janin dan mengurangi ruangan di dalam rongga abdomen sehingga janin
terdorong ke bawah bagian paling rendah ke lintasan keluar di vagina.
Mengejan memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi
resistensi otot-otot dasar panggul. Meskipun mengejan melibatkan otot volunter
gerakan ini menjadi involunter kalau tekanan kepala janin pada dasar panggul mejadi
sangat kuat. Kadang-kadang pada saat mengejan dikendalikan dan digantikan
bernapas terengah-engah (mulut dan glootis terbuka sementara otot abdomen
dibiarkan lemas).

C. Passager (lintasan)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul serviks dan vagina sebelum dilahirkan.
Untuk dapat dilahirkan janin harus mengatasi pula tekanan tahanan yang ditumbulkan
oleh struktur dasar panggul.
1. Rongga Pelvis
Pelvis minor merupakan bagian panggul yang berada di bawah pintu atas panggul
merupakan rongga sempit yang harus dilewati janin.
a. Pintu atas panggul (Pelviks Inlet)
Janin pertama-tama harus masuk kedalam pintu atas panggul pada ginekoid yang
normal pintu atas panggul membentang dari bagian posterior puncak simfisis pubis
ke promontorium sakrum dengan ukuran:
1) Anteroposterior 11 cm
2) Lateral 13,5 cm
b. Inklinasio panggul
Panggul tidak teletak dalam posisi tegang lurus terhadap tulang belakang tetapi
miring melandai ke depan dengan pintu atas panggul berada dalam sudut 60 terhadap
bidang horizontal jika wanita tersebut berdiri tegak.
c. Rongga Panggul
Rongga panggul atau kavum pelvic memiliki bentuk serkuler melengkung ke
depan dengan diameter rata-rata 12 cm
d. Pintu bawah panggung (Pelvic outlet)
Pintu bawah panggul dibatasi oleh 2 tuber iskiadikum, permukaan posterior
bagian terendah simfisis fubis dan artikulasio sakrokoksigeal ukurannya :
1) anterioposterio 13,5 cm
2) lateral 11 cm
Untuk menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala janin harus mengalami
beberapa rangkaian gerakan positif.
2. Lintasan Lunak (Soft Passages)
Bagian jalan lahir yang lunak adalah segmen bawah uterus osserviks ekterna
vagina dan vulva setelah terjadi dilatasi serviks yang berbentuk jalan lahir yang
bersambung dengan kepala janin yang menimbulkan dilatasi vagina dan vulva.
3. Efacement dan Dilatasi
Segmen bahwah uterus tertarik ke atas serta keluar dan os services harus teregang
serta terbuka yang cukup luas untuk memungkinkan kepala janin terdorong melalui
bagian tersebut. Kepala kita mula-mula meregangkan bagian leher kaus yang mirip
tabung sampai bagian ini bersambung dengan bagian yang lain sedemikian rupa,
lubang leher itu sendiri akan dipaksa membuka sehingga memungkinkan kepala kita
untuk melewatinya.
Ketika menarik kaus berleher bundar tersebut kebanyakan secara naluri akan
menekuk kepalanya merapatkan dagunya ke dada sehingga diameter kepala terkecil
dapat lewat leher kaus dan kemudian meluruskan kepala sehingga dahi serta muka
dapat keluar dari lubang kaus tersebut. Mula-mula kepala difleksikan sehingga pada
saat inilah terjadi ekstensi pada vulva.
Otot-otot pada dasar panggung teregang sehingga terbentuk saluran
badan perineum mendatar karena tekanan dari kepala janin yang bergerak maju.
Kandung kemih bersama uretra yang berada di depan akan tertekan serta tertarik
ke atas, rektum serta anus yang berada di belakang terdorong ke bawah.

D. Hal yang penting dalam persalinan


1. Passenger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin yang paling penting karena
ukurannya paling besar adalah kepala janin. Ukuran kepala lebih lebar dari pada bahu
dan kurang lebih ¼ dari panjang bayi. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala
lahir pertama : tengkorak janin
Kubah tengkorak terbentuk dari 5 buah tulang utama :
1) dua buah os parietal
2) dua buah os parietalis 1 buah os oksipitalis
2. Sutura
Merupakan garis sambungan antara tulang-tulang tersebut sutura yang utama
adalah :
1) Frontalis antara kedua os frontalis
2) Koronaria antara os frontalis dan parientalis
3) Sagitalis antara kedua os parietalis
4) Lamdoidea antara os parietalis dan oksiput
3. Ubun-Ubun
Merupakan bagian kepala yang berdenyut tempat pertemuan 2 sutura atau lebih.
4. Moulage
Tulang tengkorak janin berbentuk dari membran kemudian mengalami kalsifikasi.
Karena tulang tersebut tidak bersambung secara kaku bagian tepi dapat saling
bergeser di atas satu sama lain selama perjalanan kepala bayi.
E. Mekanisme Persalinan
1. Penurunan (decent)
Sekitar 96% dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi fleksi,
kepala ke bawah dan tubuhnya agak berputar ke sisi kanan dan kiri. Sebagaimana
kontraksi mulai terjadi kepala bergerak lebih ke dalam ke pelvik dan dalam posisi
menyamping, dengan wajah ke kanan dan oksiput ke kiri, atau sebaliknya.
2. Fleksi
Sebagimana kepala menurun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi ke dada,
yang menyebabkan os occipitable di belakang kepala untuk petunjuk jalan.
3. Rotasi interna
Karena kepala mencapai tingkat spina isciadica, yang disebut station O, struktur
pelvik menyebabkan kepala untuk berbalik, atau berputar, sehingga kepala akan dapat
melewati tempat yang sangat sempit dalam pelvik. Kemudian terus ke bawah,
bergerak di bawah tulang pubis
4. Ekstensi

Pada saat ini jalan lahir ini sudut suduh berubah. Kepala, yang mengalami
dorongan ke bawah pada dada fleksi, meluncur ke luar di bawah tulang pubis dan
melewati introitus, atau orivisium vagina, ke luar. Dagu terangkat ke atas atau
kestensi dan kepala lahir.

5. Restitusi

Kini kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dalam hubungan dengan bahu.
6. Rotasi eksternal
Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur dengan kesulitan yang relatif sedikit
karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil.
Sebagaimana hal ini terjadi, kepala berbalik atau berputar, dalam hubungan yang
normal dengan bahu.
Bila oksiput pada posterior, kepala bayi dan tubuhnya tidak searah dengan
kurvatura pelvik ibu. Bayi akan lahir dengan wajah menghadap ke bahwah daripada
ke atas, dan ibu mungkin mengalami sakit pada pinggang serta persalinan yang lebih
lama.
7. Ekspulasi Plasenta
Segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan internalnya
sampai 400% sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama. Hal ini akan
menyebabkan akar plasenta atau vili, untuk runtuh dari endometrium, memisahkan
plasenta dari uterus. Bila ujungnya tetap menleka, terkumpul darah di belakang
plasenta. Kemudian ketika plasenta runtuh, terjadi semprotan darah, dan permukaan
amnion keluar seperti payung yang terbuka. Hal ini diesebut mekanisme Schultze’s
nama orang yang pertama kali menjelaskan hal tersebut. Terjadi dalam 80%
persalinan. Bila keseluruhan plasentas terpisah dalam waktu yang bersamaan, tidak
terdapat pengumpalan darah, dan plasenta dengan mudah meluncur keluar dengan sisi
kedua terlebih dahulu. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Ducan, sehingga disebut
mekanisme Ducan. Inn terjadi dalam 20 % persalinan.
Setelah plasenta terpisah dan seblum uterus kembali berkontraksi, toto utersu
cendrung untuk relaksasi. Hal ini memungkinkan darah untuk mengalir dari sinus-
sinus besar dalam uterus. Darah menekan uterus dan menstimulus uterus untuk
berkontraksi, mengubah uterus dari massa spogiosa lembut menjasi bentuk bola bulat
yang halus yang naik ke atas pada dinding abdomen yang kita telah relaksasi. Uterus
harus tetap berkontraksi dan mengecil. Bila terjadi relaksasi, kehilangan darah yang
serius akan terjadi dalam beberapa menit. Masase eksternal uterus melalui abdomen
menstimulus uterus untuk berkontraksi, menyebabkan sinus-sinus tertutup, dan
mencegah perdarahan.
8. Regresi Uterus
Uterus yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke dalam
rongga abdomen. Untuk alasan ini beberapa lembaga yang menyarankan ibu untuk
berbaring telungkup ketika istirahat sampai regresi uterus ke keadaan seblum
kehamilan, sekitar 4 sampai 6 minggu. Setelah 10 hari uterus biasanya turun ke dalam
panggul sejati dan tidak lagi teraba dalam abdomen. Refleks saraf yang diberikan
oleh puting karena isapan bayi menstimulus kelenjar pituitari untuk mensekresi
oksitosin, yang menyebabkan kontraksi uterus. Untuk alasan ini, regresi uterus
dipercepat dengan menyusui.

F. Kala Dalam Persalinan


1. Kala I atau Kala Pembukaan
a. Pengertian
Kala pertama dalam persalinan dimulai bila didapat kontraksi uterus dengan
frekuensi, intensitas, dan lama yang memadai sehingga terjadi perlunakan dan
pembukaan dari serviks. Kala pertama dalam persalinan berakhir bila serviks sudah
membuka dengan lengkap yaitu bila serviks sudah membuka sedemikian rupa
sehingga dapat dilalui oleh kepala janin. Jadi kala pertama dari persalinan merupakan
tahapan dimana terjadi perlunakan dan pembukaan dari serviks (William, 1991)
b. Proses membukanya serviks sebagai akibat his yang dibagi dalam dua fase :
1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif dibagi 3 fase :
a. Fase eksselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam berlangsung sangat cepat dari 4 cm
menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi : pembukaan lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari
9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme Pembukaan Serviks :
1) Primigravida Multigravida
2) Lamanya 10-12 jam 4-8 jam
3) Proses pembukaan servik.
4) Serviks mendatar dan menipis.
5) Serviks mendatar, menipis dan membuka secara bersamaan.
6) Pembukaan servik perjam ±1 cm ±2
c. Hal-hal yang terjadi pada kala I :
1) His
a. His atau kontraksi uterus yang terjadi secara teratur dan semakin meningkat
frekuensinya.
b. Interval his makin lama makinpendek
c. Nyeri mulai dari bagian punggung kemudina menyebar ke abdomen bawah
d. Mempengaruhi dilatasi dan pendataran serviks
e. Berjalan biasanya menyebabkan meningkatnya intensitas kontraksi
2) Bloody show
Diartikan sebagai keadaan terlibatnya mucus atau lendir yang disertai dengan
sedikit darah yang berasal daru ruptura pembuluh-pembuluh kapiler yang halus di
dalam servik. Lendir yang memenuhi canalis servicalis selama kehamilan disebut
sebagai overculum.
3) Pembukaan tonjolan ketuban
4) Terbentuk di depan kepla janin
a. Tonjolan ketuban terasa tegang saat his dan dapat mengalami ruptus.
b. Ruptura selaput amnion dapat terjadi seitap saat tetapi biasanya terjadi pada
akhir kala I
5) Dilatasi serviks
Dilatasi os serviks eksterna terjadi secara bertahap
6) Engagement atau Presenting Pant
a. Pada primigravida peristiwa ini terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalinan.
b. Pada multi engagement terjadi setelah proses persalinan dimulai
2. Kala II atau Kala Pengeluaran
a. Pengertian
Merupakan stadium yang diawali dengan dilatasi sempurna serviks danvdiakhiri
dengan kelahiran bayi.
b. Lama kala kedua
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung
50 menit untuk nullipara, dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat
bervariasi. (Pritchard, MacDonald, Grant, 1991). Kemampuan ibu untuk
menggunakan otot-otot abdomennya dan posisi bagian presentasi berpengaruh pada
durasi kala II . pada literatur lain, lamanya kala II bisa berkahir sekitar 20 menit pada
multipara dan 2 jam pada primipara. (Hamilton, 1995) atau bisa berlangsung rata-rata
1,5 jam pada primigravida dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Prawirohardjo, 2002)
c. Hal-hal yang terjadi pada kala II :
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. Karena biasanyanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak
dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah dapat lebih berelaksasi, kepala
tidak masuk lagi diluar his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan
dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum.
Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota
bayi.
3. Kala III atau kelahiran bayi sampai plasenta
Kala II diawali dengan keluarnya bayi dari uterus dan diakhiri dengan keluarnya
plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali
sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.
Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri.
Kadang-kadang ada sebagian uri yang melekat pada dinding rahim. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (dapat ditunggu sampai 1 jam,
tetapi tidak boleh ditunggu bila langsung dikeluarkan secara manual dan diberikan
uterus tonika. Hal ini juga dilakukan bila perdarahan sudah > 500 cc). Kala uri ini
merupakan waktu yang paling kritis untuk mendegah perdarahan post partum.
Kala III terdiri dari 2 fase :
a. Fase Pelepasan Uri
Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah di
belakang uri adalah membantu uri ini. Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit
setelah anak lahir, malahan mungkin pelepasan sudah mulai sewaktu anak lahir. Di
tempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan yaitu antara plasenta dan desidua basalis,
dan karena hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari
dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.Perdarahan ini
disebut “retroplasenta hematoma”.
Cara lepasnya plasenta ada 2 macam :
a) Secara Schultze
Cara ini yang paling sering terjadi (80%) dimana lepasnya seperti kita menutup
paying. Yang lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasenta
hematoma yang menolak uri mula-mula bagian tengah kemudian seluruhnya menurut
cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum palsenta lahir dan banyak setelah
plasenta lahir.
b) Secara Duncan
Pelepasan mulai darai pinggir plasenta sehingga bagian pinggir plasenta lahir
terlebih dahulu. Darah ini akan mengalir keluar antara selaput ketuban dengan diding
rahim. Jadi perdarahan sudah ada sejak bagian plasenta terlepas terus berlangsung
sampai seluruh plasensta lepas.Pelepasan secara Ducan terutama terjadi pada plasenta
letak rendah.
b. Fase Pengeluaran Uri
Uri yang sudah terlepas akan terdorong oleh kontraksi rahim ke SBR (Segmen
Bawah Rahim) hal ini dibantu oleh tekanan abdominal sehingga uri dapat dilahirkan
20% secara spontan selebihnya memerlukan pertolongan.
Managemen Aktif Kala III
Langkah-langkah inti deskripsi dan keterangan :
1) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin dengan penjepitan tali pusat dini akan
memulai pelepasan plasenta.
2) Memberikan oksitosin
Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta.
3) Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas
lebih dari 1 pasti hanya ada bayi tunggal
4) Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika hanya ada
seorang petugas dan hanya ada bayi tunggal
5) Oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir.
6) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau berikan ASI pada
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CCT/Controled Cord
Traction) PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas.
7) Satu tangan diletakkan corpus uteri tepat diatas simfisis pubis selama kontraksi
tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso cranial ke arah belakang
kepala ibu.
8) Tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan
tarikan tali pusat yang terus menerur dalam tegangan yang sama tangan ke uterus
selama kontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi ibu dapat juga
memberi tahu petugas ketika merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak
berkontraksi tangan petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan
melakukan PTT.
Ulang langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Masa fundus segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus
agar menimbulkan kotraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan post partum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selam 10-15
detik jika perdarahan hebat terjadi mulailahi segera melakukan kompresi bimanual.
Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit ikut protokol untuk perdarahan
post partum.

G. Macam-Macam Persalinan Lainnya


1. Persalinan spontan :Persalinan yng berlangsung dengan kekuatan sendiri
dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan :Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar
(misalnya forcep)
3. Persalinan anjuran : Persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocyn / prostaglandin.

H. Teknik Persalinan Normal di Amerika


1. Metode Melahirkan Dalam Air (waterbirth)
Metode Melahirkan Dalam Air - Melahirkan di dalam air membantu ibu hamil
merasa lebih rileks sehingga dapat mengurangi Melahirkan tanpa rasa sakit. Dalam
rendaman air, kulit akan memiliki elastisitas lebih besar, sehingga memperkecil risiko
robek pada jalan lahir bayi. Melahirkan dalam air juga bermanfaat untuk Melahirkan
Bayi. Medium air memudahkan transisi bayi dari rahim, berisi cairan ketuban, ke
dunia luar. Pendukung teknik ini mengatakan bahwa persalinan dalam air tak
berbahaya. Bayi akan bernapas dalam air, karena dia tidak akan mulai menggunakan
paru-parunya sampai dia dibawa ke udara dalam 10 detik pertama setelah lahir.
2. Manfaat Melahirkan dalam Air Bagi ibu
a. Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses
persalinan menjadi elastis.
b. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri
selama persalinan tidak terlalu dirasakan.
c. Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat
3. Manfaat melahirkan dalam air Bagi bayi
a. Menurunkan risiko cedera kepala bayi.
b. Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam, namun pakar kesehatan
meyakini bahwa lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi
lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain.
c. Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat
memerah setelah dilahirkan.
4. Resiko dan prasyarat Melahirkan dalam Air
a. Kemungkinan air kolam tertelan oleh bayi sangat besar. Kondisi ini
menyebabkan proses membutuhkan bantuan dokter kebidanan dan
kandungan, juga spesialis anak yang akan melakukan pengecekan langsung
saat bayi lahir. Sehingga jika ada gangguan bisa langsung terdeteksi dan
diatasi.
b. Hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah akan dialami ibu jika proses
melahirkan berlangsung lebih lama dari perperkiraan.
c. Bayi berisiko mengalami temperature shock jika suhu air tidak sama dengan
suhu si ibu saat melahirkan yaitu 37 derajat celcius.
d. Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil , sehingga harus
melahirkan dengan bedah caesar.
e. Bila bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan persalinan di air.
f. Bila si ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit
tersebut melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman
herpes dapat bertahan diair.
g. Kolam plastik yang digunakan harus benar benar steril agar tidak rentan
terinfeksi kuman dan virus lainnya.
5. Tahapan persalinan dalam Air
Proses persalinan di air memiliki tahapan yang sama seperti melahirkan normal.
Hanya saja dengan ibu berendam dalam air hangat, membuat sirkulasi pembuluh
darah jadi lebih baik. Akibatnya akan berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang
jadi lebih efektif dan lebih baik. Sehingga waktu tempuh dalam proses persalinan ini
lebih singkat daripada proses melahirkan normal biasa.
Berikut tahapannya:
a. Ibu masuk ke dalam air ketika akan melahirkan, ibu mengalami fase
pembukaan laten dan aktif. Saat fase aktif pembukaan sudah mencapai 5cm,
ibu baru bisa masuk ke kolam air. Pada fase ini biasanya dibutuhkan waktu
sebentar saja, sekitar 1-2 jam untuk menunggu kelahiran sang bayi.
b. Sikap rileks, biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa
nyaman dan hilang rasa sakitnya. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa
lebih fokus melahirkan. Dapat juga posisi lain seperti menungging.
c. Mengedan seiring kontraksi. Di dalam air, mengedan akan lebih ringan, tidak
menggunakan tenaga kuat yang biasanya membuat terasa lebih sakit. Air akan
memblok rangsang-rangsang rasa sakit. Jadi, rasa sakit yang ada tidak
diteruskan, melainkan akan hilang dengan sendirinya. Ditambah lagi
kemampuan daya apung dari air yang akan meringankan saat mengedan.
Mengedan mengikuti irama datangnya kontraksi. Bayi yang keluar juga tak
perlu bantuan manipulasi tangan atau lainnya, kecuali terlihat agak seret
keluarnya. Kontraksi yang baik akan mempercepat pembukaan rahim dan
mempercepat proses persalinan. Apalagi dengan ibu berendam dalam air,
dinding vagina akan lebih rileks, lebih elastis, sehingga lebih mudah dan cepat
membukanya. Hal ini pula yang menyebabkan tak perlunya jahitan setelah
melahirkan, kecuali bila memang ada robekan.
d. Pengangkatan bayi. Setelah keluar kaki bayi dan tubuh seluruhnya, barulah
bayi diangkat. Darah yang keluar tidak berceceran ke mana-mana, melainkan
mengendap di dasar kolam, demikian pula dengan ari-ari bayi.Kontraksi
rahim yang baik menyebabkan perdarahan yang terjadi pun sedikit.
e. Ketika bayi keluar dalam air, mungkin orang khawatir bayi akan tersedak,
namun, sebetulnya bila diingat prinsipnya, bayi hidup sembilan bulan dalam
air ketuban ibu. Jadi, begitu dia lahir keluar ke dalam kolam, sebetulnya dia
lahir ke lingkungan dengan kondisi yang hampir mirip dalam kandungan,
yaitu ke dalam air dengan suhu yang sama seperti halnya ketika dalam rahim.
Ketika bayi keluar dalam air, saat itu bayi belum ada rangsang untuk
bernapas. Setelah diangkat ke permukaan barulah terjadi perubahan, timbul
rangsangan untuk bernapas dan biarkan ia menangis. Setelah stabil kondisi
pernapasannya, barulah digunting tali pusarnya. Mengingat melahirkan di air
membuat sirkulasi oksigen ke bayi lebih baik, maka ketika bayi lahir tampak
kulit yang lebih kemerahan.
f. Artinya, oksigenisasi ke bayi lebih baik dan membuat paru-parunya pun jadi
lebih baik. Bayi juga tampak bersih tak banyak lemak di tubuhnya. Kemudian
bayi dibersihkan dengan disedot sedikit dan dibersihkan tali pusarnya.
6. Metode Melahirkan Dalam Air
Ada dua metode persalinan di air
a. Persalinan di air murni. Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami
pembukaan 6 (enam) sampai proses melahirkan terjadi.
b. Persalinan di air emulsion. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa
kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur
7. Kelemahan
Sebuah penelitian mengungkap kekhawatiran bahwa medium air akan membuat
tali pusat menjadi kusut atau terkompresi, sehingga bayi kemungkinan akanterengah-
engah dan menghisap air ke dalam paru-paru mereka. Studi tahun 2002 yang
dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Pediatrics juga menyimpulkan bahwa
persalinan dalam air meningkatkan risiko bayi tenggelam.Situs Live Science
menambahkan bahwa kelahiran dalam air tidak direkomendasikan oleh American
College of Obstetricians and Gynecologists sebagai pilihan proses melahirkan yang
layak. Persalinan dalam air dikhawatirkan memicu risiko pneumonia atau infeksi
pada otak, dan serangan kekuarangan oksigen.
8. Resiko
Wanita dengan kondisi medis tertentu atau kehamilan rumit harus menghindari
melakukan proses melahirkan di dalam air. Termasuk wanita dengan herpes, tekanan
darah tinggi, wanita yang telah mengalami pendarahan tak terduga selama perjalanan
kehamilan, wanita yang mengandung bayi kembar, dan ketika bayi dalam posisi
sungsang. Melahirkan di dalam air juga tidak direkomendasikan untuk wanita yang
masuk ke persalinan prematur.

I. Teknik Persalinan Australia


Posisi Setengah Duduk
Posisi yang di Australia dikenal dengan nama Semi-Sitting ini, biasa
dilakukan oleh para ibu yang menghendaki dokter kandungan atau bidannya melihat
dengan jelas pergerakan perineum saat proses kelahiran sedang terjadi. Hal ini
dimaksudkan agar perobekan vagina atau perineum dapat diminimalisir atau bahkan
dihilangkan sama sekali.

J. Teknik Persalinan Afrika Tengah


Jongkok Dengan Memegang Dahan Pohon
Di tengah masyarakat Afrika Tengah, tak hanya pemeriksaan kandungan yang
layak, bahkan akses ke dunia medis seperti laboratorium dan dokter kandungan,
sangat minim. Itu sebabnya banyak relawan yang menganjurkan mereka untuk
melahirkan dengan normal dan tradisional.
Uniknya, sebuah pohon kecil akan ditanam di antar dua atau tiga pohon lainnya.
Cara lainnya dengan menancapkan tiang ke dalam tanah. Wanita yang akan
melahirkan akan memegang dahan pohon atau tiang tersebut dalam posisi berlutut
atau berjongkok, lalu kemudian mengedan.
K. Patologi
“Di tiap tiap Negara jika tidak bisa melahirkan secara normal yang di bantu oleh
tenaga medis atau cara tradisional maka akan dilakukan operasi Caesar”
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. persalinan adalah terjadi pada kehamilan (bukan prematur atau post matur)
2. persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses pengeluara janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)
3. proses persalinan normal melalui tahap-tahap yaitu:
a. hodge I-IV
b. kala I-IV
4. setiap Negara memiliki metode melahirkan normal yang berbeda-beda seperti
yang di jelaskan dalam makalah ini perbandingan antara 3 negara yaitu Amerika
(metode water birth),ekhnik persalinan Australia (posisi setengah duduk ),
sedangkan tekhnik persalinan Afrika tengah (jongkok dengan memegang sahan
pohon).

B. Saran
Bagi ibu hamil sebaiknya ibu hamil dalam proses kelahirannya dibantu dengan
tenagamedis agar dalam persalinannya dapat berjalan normal bagi penyusun.
Diharapkan penyusun lebih mendalami proses kelahiran dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JNPKKR


Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
http://bidanku.com/index.php?/melahirkan-normal-tips-menghilangkan-rasa-sakit
http://www.anneahira.com/persalinan-normal.htm
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/asuhan-persalinan-normal/

Anda mungkin juga menyukai