Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi


(DIBI)-BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode
tahun 2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan
bencana hidro meteorologi dan hanya sekitar 22% (3.810) merupakan bencana
geologi (gambar 1). Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang
sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, dan tanah longsor.
Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok
yang relatif terus meningkat.
Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak
terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh
faktor hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya
gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang
cukup besar baik dari sisi korban dan kerugian ekonomi.
Pengaruh perubahan iklim juga ikut memberikan kontribusi dalam
peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi. Dengan frekuensi kejadian yang
banyak, kelompok bencana ini juga memberikan dampak yang sangat besar
terutama pada sektor ekonomi dan lingkungan, baik dampak langsung kejadian
bencana maupun dampak tidak langsung. Aktivitas manusia juga ikut
memperburuk kondisi lingkungan, seperti perambahan hutan untuk perkebunan
dan permukiman atau aktivitas pembangunan yang mempengaruhi ekosistem dan
ekologi di daerah penyangga.

1. Gambaran Singkat Tsunami


Tsunami merupakan salah satu ancaman bencana untuk banyak
wilayah pesisir di Indonesia. Bencana ini umumnya dipicu oleh terjadinya
gempa bumi di laut yang menyebabkan pergeseran secara vertikal di dasar
laut. Analisis ancaman tsunami dimaksudkan untuk mengetahui karakter

1
tsunami yang mungkin telah terjadi atau akan terjadi dengan
mempertimbangkan mekanisme sumber, lokasi, penjalaran gelombang,
perambatan gelombang tsunami, serta ketinggian genangan tsunami.
Tsunami merupakan bencana dengan karakter fast-onset disaster atau
jenis bencana dengan proses yang cepat. Tsunami dapat terjadi dengan
bersumber dari lokasi yang dekat (near field) yang waktu penjalarannya
kurang dari 30 menit dari sumber ke garis pantai pantauan dan lokasi yang
jauh (far-field) yang waktu penjalaran ke wilayah pantai pantauan lebih lama
dari 30 menit atau sumber tsunami memiliki jarak lebih jauh dari 1000 km
(Okal dan Synolakis, 2008a; Okal dan Synolakis, 2008b). Karakter-karakter
ancaman tsunami cenderung site-specific yang menyebabkan kita harus secara
khusus pula melakukan analisis terhadap ancaman tersebut dan menghindari
proses generalisasi. Karakter kejadian tsunami di Indonesia umumnya bersifat
lokal, dimana jarak sumber terjadinya tsunami relatif dekat sehingga hanya
memiliki waktu yang singkat untuk melakukan upaya antisipasi atau evakuasi.
Selain gempa bumi, letusan gunung api aktif juga dapat memicu
terjadinya tsunami. Salah satu tsunami yang disertai dengan gempa bumi
adalah peristiwa tsunami yang terjadi pada tanggal 15 Oktober 2018 di Kota
Palu Provinsi Sulawesi Tengah, dimana mengakibatkan 2.091 jiwa meninggal
(Sulawesi Tengah, 2018).
Berdasarkan catatan sejarah, tsunami bukanlah bencana baru dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak tahun 1600 sampai dengan tahun
2018, Indonesia telah mengalami beberapa kali tsunami besar dan hampir 90%
kejadiannya disebabkan oleh gempa bumi di laut, 9% diakibatkan oleh letusan
gunung api, dan 1% karena tanah longsor bawah laut.

2
2. Ulasan Kejadian Tsunami Di Kota Palu

Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan


Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan
peringatan dini tsunami untuk wilayah pesisir pantai Kabupaten Donggala,
Kota Palu dan sebagian pesisir utara Kabupaten Mamuju. Tsunami diprediksi
memiliki ketinggian 0,5 – 3 meter dengan waktu tiba di Kota Palu pukul 18.22
WITA. Pukul 18.27 WITA terjadi kenaikan air muka laut 6 cm di pesisir
Kabupaten Mamuju. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
mengeluarkan sebab daripada terjadinya tsunami ini. Menurut BNPB, tsunami
ini disebabkan oleh adanya kelongsoran sedimen dalam laut yang mencapai
200 - 300 meter. Sutopo Purwo Nugroho, pihak Humas BNPB lebih lanjut
menyatakan bahwa sedimen tersebut belum terkonsolidasi dengan kuat
sehingga ketika diguncang gempa terjadi longsor. Di Teluk Palu yang
jaraknya lebih dekat dengan pusat gempa diperkirakan terlebih dahulu
mengalami tsunami setinggi 1,5 meter. Pukul 18.37 WITA, BMKG
mengakhiri peringatan dini tsunami akibat gempa ini. Fakta terbaru menyebut
bahwa titik tertinggi tsunami tercatat 11,3 meter, terjadi di Desa Tondo, Palu
Timur, Kota Palu. Sedangkan titik terendah tsunami tercatat 2,2 meter, terjadi
di Desa Mapaga, Kabupaten Donggala. Baik di titik tertinggi maupun di titik

3
terendah, tsunami menerjang pantai, menghantam permukiman, gedung-
gedung, dan fasilitas umum.

3. Identifikasi Dampak Bencana


BNPB menyebutkan 66.926 rumah rusak akibat gempa dan
tsunami Palu, Sulawesi Tengah. Kepala Data, Informasi, dan Humas BNPB
Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jumlah rumah rusak ini berdasarkan
semua kategori kerusakan.
"Belum diklarifikasi mana rusak berat, rusak sedang, dan rusak
ringan." Sutopo menyampaikannya dalam data tertulis, Ahad, 7 Oktober
2018. Rumah rusak di Sulawesi tengah berjumlah 66.238 unit. Sedangkan di
daerah Sulawesi Barat yang juga terdampak jumlah rumah rusak 688 unit.
"Di Sulawesi Barat rumah rusak berat 250 unit, rusak sedang 223 unit, dan
rusak ringan 215 unit."
Menurut Sutopo, gempa dan tsunami Palu menyebabkan 2.736
sekolah rusak dan 45 fasilitas kesehatan rusak. fasilitas yang rusak itu
Rumah Sakit Anutapura, 35 unit puskesmas, 4 unit pustu, dan 5 unit
poskesdes.
Sutopo menjelaskan rumah dan bangunan rusak kebanyakan berada
di daerah terdampak parah saat gempa dan tsunami. Salah satunya di daerah
Balaroa, Palu. "Jumlah perkiraan bangunan rusak 1.045 unit, luas area
terdampak 47,8 hektare."
Daerah lain yang terdapat banyak bangunan rusak adalah di Petobo,
Palu. Petobo merupakan daerah yang terkena likuefaksi saat gempa Palu
yang menyebabkan wilayah ini tertutup lumpur seluas 180 hektare. Perkiraan
bangunan terdampak di Petobo sebanyak 2.050 unit.
Sebelumnya, gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter (SR)
mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada pukul 18.02.
BMKG menyebutkan bahwa gempa berada di 0.18 Lintang Selatan dan
119.85 Bujur Timur atau 27 kilometer timur laut Donggala.

4
BNPB hingga 13 Oktober 2018 mencatat terdapat 2.091 korban
meninggal, 671 korban hilang, 4.612 korban mengalami luka berat/ rawat
inap, 9.642 korban mengalami luka ringan/ rawat jalan, dan 78.994 korban
mengungsi.

4. Kondisi Sanitasi Lingkungan Pengungsian


Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko
Polhukam) Wiranto, menyampaikan informasi terbaru soal penanganan
korban gempa-tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Dia mengatakan saat
ini tercatat ada 78 ribu lebih pengungsi yang merupakan korban gempa-tsunami.
"Pengungsi tercatat sekarang ini 78.994 yang terkumpul di 109 lokasi," ujar Wiranto
di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Barat, Senin (13/10/2018).
Wiranto yang sudah datang ke Palu, mengatakan pengungsi yang ada
di sana termasuk golongan mampu. Para korban memutuskan mengungsi
karena trauma tinggal di dalam rumah. "Saya kemarin melihat di kota itu ada
banyak tempat pengumpulan pengungsi dan pengungsi ini rata-rata mereka
yang punya uang, mereka ada mobil. Mobil mereka ada di sampingnya, gelar
tenda di situ, kemudian tidur di situ. Mereka trauma tinggal di rumah, nggak
mau tidur di bawah atap." tutur dia.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) awal
pekan ini mengirim 50 toilet portable, 15 diantaranya telah tiba di Palu.
Sekitar 60.000 pengungsi di daerah itu diklaim setidaknya membutuhkan 150
toilet berpindah.
Endra berkata, “PUPR berharap lembaga kemanusiaan dan korporasi
dapat menyediakan 100 toilet portable ke Palu. Meski menurut hitungan
Katharina, seharusnya tersedia 1.200 toilet darurat. Artinya, satu toilet itu
digunakan maksimal untuk lima kepala keluarga, yang setidaknya terdiri dari
lima orang. Tak hanya toilet, dari Makassar, Surabaya, dan Jakarta,
Kementerian PUPR juga mengirim 125 hidran berkapasitas 2.000 liter dan 15
tangki air. Peralatan itu akan ditempatkan di pengungsian besar, antara lain di
halaman balai kota, bandara, markas korem, masjid besar, dan kantor Brimob.

5
Ini hanya soal waktu. Kami harapkan sebelum seminggu pasca kejadian,
semuanya sudah tersedia, karena kalau lebih dari itu, warga akan berhadapan
dengan penyakit". Untuk air bersih, PUPR berencana mengirim mobil instalasi
pengolahan air. Endra menyebut mobil itu dapat memaksimalkan sumber air
bersih di beberapa sungai di Palu. "Kalau sumbernya besar, kami bisa ambil
terus menerus, lalu didistribusikan. Satu liter air per detik bisa untuk 1.000
jiwa," kata dia.
Menurut Katharina, pemerintah sebenarnya juga dapat menggunakan
teknologi reverse osmosis untuk mengubah air laut menjadi air bersih.
Teknologi yang disebutnya cukup mahal itu bisa didapat dari bantuan negara
asing. "Kalau memungkinkan, olah juga air laut, selain air tanah. Tapi karena
mungkin tercemar, ambil air agak ke tengah laut," ujarnya.

5. Upaya Penanggulangan Yang Telah Dilakukan


Dalam upaya penanggulangan bencana di palu dan dongala, pemerintah telah
memberikan beberapa bantuan seperti yang diunggah oleh kompas pada
website https://regional.kompas.com/read/2018/09/29/09445151/fakta-gempa
donggala-dan-tsunami-palu-dari-jenazah-di-pantai-hingga-bantuan, yaitu:
a. Menteri Sosial minta Pemerintah Daerah segera terbitkan Surat Keputusan
(SK) Tanggap Darurat
Mensos RI Agus Gumiwang, menyerahkan secara simbolis bantuan
sosial yang diberikan untuk masyarakat Batam berupa bantuan sosial
Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT). Kemudian bantuan sosial Disabilitas dan bantuan sosial Lanjut
Usia sebesar Rp 212 juta bagi 106 keluarga.
Mensos Agus Gumiwang juga meminta pemerintah daerah
Sulawesi Tenggara dalam hal ini Bupati Donggala dan Wali Kota Palu
untuk segera menerbitkan SK Tanggap Darurat. “Segera keluarkan SK
Tanggap Darurat sehingga kementerian atau lembaga bisa membantu
penanganan bencana di sana." kata Agus dalam jumpa pers di Kantor
Kementrian Sosial (Kemensos), Jakarta Selatan, yang dikutip dari Kompas

6
TV, Sabtu (29/9/2018) dini hari. "Dengan terbitnya SK Tanggap Darurat,
bupati dan wali kota bisa mengambil 100 ton stok beras di gudang Bulog
yang dimiliki Kemensos," kata Agus.
b. Kementrian Sosial kirimkan bantuan
Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita telah berkoordinasi dangan
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menyalurkan bantuan
dan peralatan evakuasi ke Palu dan Donggala. "Kami sudah lakukan
identifikasi sumber daya yang dimiliki Kemensos dan mengaktivasi sistem
penanggulangan bencana bidang sosial. Baik buffer stock bantuan darurat,
peralatan evakuasi, personal relawan tagana, maupun kendaraan siaga
bencana," kata Agus. Bantuan yang dikirimkan berupa 1.000 kardus
makanan cepat saji, 2.000 velbed, 25 tenda serba guna, 3.000 tenda
gulung, 2 paket perlengkapan dapur umum lapangan, 1.000 matras, dan
1.500 kasur.
c. Pasukan Evakuasi Bergerak ke Donggala
Menkopolhukam Wiranto sudah memerintahkan tim evakuasi
untuk membantu korban bencana gempa dan tsunami di Donggala dan
Palu. Tim evakuasi tersebut merupakan tim gabungan dari TNI,
Kepolisian, dan sukarelawan. Tim akan bergerak melalui jalur darat karena
hingga saat ini Bandara Mutiara Sis Al Jufri di Palu masih belum bisa
beroperasi. "Kami kerahkan dahulu pasukan yang dekat dengan daerah
bencana seperti dari Gorontalo, Mamuju, Parigi, Makassar," kata Wiranto
di Jakarta, Sabtu (29/9/2018). Dilansir dari Antara, pemerintah juga akan
mengirimkan bantuan berupa makanan dan alat rumah tangga bagi para
korban. Selain itu, telepon satelit juga akan disiapkan untuk mengatasi
masalah jaringan komunikasi. "Komunikasi masih terputus dari daerah.
Seluler sedang berusaha kita pulihkan, tapi kita siapkan satelit juga.",
katanya.
d. Perbaikan Alat Navigasi di Bandara Palu
Gempa beruntun yang mengguncang Donggala dan Palu telah
mengakibatkan sebagian landasan di Bandara Mutiara Sis Al Jufri di Palu

7
rusak. Sisa landasan yang masih bisa dipergunakan hanya sepanjang 2.000
meter. "Dari 2.500 meter panjang landasan pacu, 500 meter rusak karena
gempa," kata Menkopolhukam Wiranto saat jumpa pers di Jakarta. Selain
itu, peralatan navigasi di bandara tersebut juga rusak karena gempa. Hal
itu membuat pesawat tidak bisa mendarat di Palu. Dikutip dari Antara,
pasukan TNI dan Search and Rescue (SAR) sedang bergerak dari
Makassar menuju Palu untuk memperbaiki alat navigasi di bandara. "Alat
navigasi akan dibawa pagi ini. Jadi, pukul 10.00 WITA sudah bisa didarati
oleh pesawat Hercules," katanya.

6. Data Penyakit Yang Timbul


Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dan
Surveilans Kementerian Kesehatan telah mendata potensi penyakit pada
pasca bencana. Hasil yang didapatkan potensi penyakit pasca bencana
adalah ISPA sebanyak 117 orang, diare akut sebanyak 34 orang, penyakit
serupa influenza (ILI) sebanyak 11 orang, hipertensi sebanyak 5 orang,
penyakit kulit sebanyak 5 orang, demam sebanyak 1 orang, dan tifus
sebanyak 1 orang.

7. Kesiapan Logistik
Dalam upaya penanganan bencana ini Kementerian Kesehatan telah
memobilisasi tim medis dari beberapa rumah sakit vertikal. Kementerian
Kesehatan telah mengirimkan bantukan kesehatan berupa obat-obatan,
makanan pendamping, dan logistik kesehatan lainnya. Selain itu Pusat
Krisis Kesehatan telah melakukan pendampingan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah dalam penguatan klaster kesehatan dan juga tim
bertugas melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor tingkat
pusat. Kementerian Kesehatan akan terus melakukan upaya terbaik dalam
menanggulangi kejadian gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Sulawesi
Tengah.

8
8. Analisis Surveilans Bencana Di Kota Palu
Surveilans adalah kegiatan analisis yang sistematis dan
berkesinambungan melalui kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
serta penyebarluasan informasi untuk pengambilan keputusan dan tindakan
segera.
Surveilans bencana adalah kegiatan untuk mengumpulkan data pada
situasi bencana. Surveilans bencana sangat penting untuk monitoring dan
evaluasi dari sebuah proses, sehingga dapat digunakan untuk menyusun
kebijakan dan rencana program. Tujuan Surveilans bencana adalah untuk
mendukung fungsi pelayanan bagi korban bencana secara keseluruhan untuk
menekan dampak negatif yang lebih besar.
Sasaran surveilans bencana tsunami Palu Donggala adalah seluruh
masyarakat yang terkena dampak tsunami di Palu Donggala. Tahapan dalam
surveilans bencana tsunami di palu donggala adalah:
a. Pengumpulan data
1) Jenis data
Data bencana, meliputi:
Provinsi : Sulawesi Tengah
Kabupaten/ Kota : Palu
Kecamatan : Palu Barat, Palu Selatan, Palu Timur,
Palu Utara, Tatanga, Ulujadi,
Mantikulore, Tawaeli
Tanggal : 28 September 2018
Waktu Kejadian : 18.02 WITA
Jenis Kejadian Bencana : Gempa bumi dan tsunami

9
Data perkembangan korban, meliputi:
Jumlah Korban
Luka Luka
Tanggal Berat/ Ringan
Meninggal Hilang Pengungsi
Rawat / Rawat
Inap Jalan
28-09-2018 1 5 2 9 0
29-09-2018 384 29 540 0 0
01-10-2018 707 46 632 0 47.525
02-10-2018 844 90 632 0 48.025
03-10-2018 1.234 99 799 0 61.867
04-10-2018 1.407 311 2.549 0 70.821
05-10-2018 1.424 113 2.549 68 70.821
06-10-2018 1.424 113 2.549 8.310 70.821
07-10-2018 1.763 265 2.632 8.310 62.359
08-10-2018 1.944 265 2.632 8.310 62.539
09-10-2018 2.002 671 2.632 8.130 74.044
10-10-2018 2.010 671 2.549 8.130 82.775
11-10-2018 2.073 671 4.459 9.642 87.725
13-10-2018 2.091 671 4.612 9.642 78.994
Sumber: Pusat Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan,
(http://www.pusatkrisis.kemkes.go.id/pantauan_bencana/map_detail/lkbn/ba
njir-dan-tanah-longsor)

Data fasilitas layanan kesehatan terdampak, meliputi:


Rumah sakit : 1 unit
Puskesmas : 35 unit
Pustu : 4 unit
Poskesdes : 5 unit

10
Data Sumber Daya Manusia kesehatan yang diturunkan ke lokasi
Total SDM kesehatan sebanyak 1.793 orang, yang terdiri dari:
Dokter umum : 387 orang
Dokter spesialis : 78 orang
Perawat : 446 orang
Bidan : 79 orang
Farmasi : 34 orang
Penata anastesi : 16 orang
Tenaga medis lainnya : 84 orang
Non medis : 669 orang

Data penyakit yang timbul, meliputi:


ISPA : 117 orang
Diare akut : 34 orang
Penyakit serupa influenza (ILI) : 11 orang
Hipertensi : 5 orang
Penyakit kulit : 5 orang
Deman (observasi febris) : 1 orang
Dugaan demam thypoid : 1 orang
2) Sumber data
Data hasil Rapid Health Asessment (RHA) yang dilakukan
pada awal terjadinya bencana, Pencatatan/ Pelaporan di Puskesmas/
Posyandu (SP2TP), Register pencatatan Pos kesehatan/ Posko, Hasil
pengukuran/ pendataan di lokasi, Sumber data lain terkait data di
lokasi bencana, serta laporan masyarakat.
3) Instrumen Form
a) Surveilans Epidemiologi Bencana
b) Laporan Keadaan Logistik
c) Register Harian Penyakit
d) Rekapitulasi Harian Penyakit
e) Laporan Mingguan Penyakit

11
f) Register Harian Kematian
g) Laporan Mingguan Kematian

b. Pengolahan, Validasi, Penyajian dan Analisis Data


Data penyakit dan data pendukung lain 4diolah dan dianalisis di
setiap jenjang baik di Pos Kesehatan Lapangan, Puskesmas, Kabupaten/
Kota, dan Provinsi.
1) Pos Kesehatan/ Puskesmas
Pengolahan atau analisis data di tingkat Pos kesehatan/
Puskesmas mempunyai peranan sangat penting karena dapat
dilakukan intervensi langsung terhadap permasalahan yang timbul
akibat bencana gempa bumi dan tsunami dengan menggunakan data
harian penyakit. Setiap adanya peningkatan kejadian atau kasus perlu
dianalisis berdasarkan waktu, tempat, dan orang untuk mewaspadai
KLB dan dilakukan tindakan penanggulangan segera. Laporan Pos
Kesehatan/ Puskesmas setempat disampaikan setiap hari ke Dinas
Kesehatan Palu selama masa darurat bencana.
2) Tingkat Kabupaten/ Kota
Kegiatan surveilans yang dilakukan di tingkat Kabupaten/
Kota, antara lain:
a) Pengumpulan data berupa jenis bencana, keadaan bencana,
kerusakan sarana kesehatan, angka kesakitan penyakit yang
diamati dan angka kematian korban bencana yang berasal dari
puskesmas, rumah sakit, atau pos kesehatan khusus.
b) Surveilans aktif untuk penyakit tertentu.
c) Validasi data agar data menjadi shahih dan akurat.
d) Pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan
umur, dan tempat tinggal per minggu.
e) Pertemuan tim epidemiologi Kabupaten/ Kota untuk melakukan
analisis data dan merumuskan rekomendasi rencana tindak lanjut
penyebarluasan informasi.

12
3) Tingkat Provinsi, Regional, dan Pusat
Analisis surveilans yang dilaporkan Kabupaten/Kota menjadi
bahan analisis permasalahan dan intevensi provinsi dan regional untuk
melakukan yang diperlukan. Di tingkat Pusat, pengolahan dan analisis
data surveilans terkait bencana dikoordinasikan oleh Pokja
Penanggulangan Bencana Bidang PP & PL yang diketuai oleh
Sekretaris Ditjen PP & PL Kemenkes RI dan Sekretariat di Subdit
Kesehatan Matra.

c. Penyebarluasan Data
Penyebarluasan data mengenai kejadian bencana gempa bumi dan
tsunami sejauh ini telah dilakukan melalui media massa dan media cetak.
d. Upaya Penanggulangan yang Telah Dilakukan
1) Menteri Sosial minta Pemerintah Daerah segera terbitkan Surat
Keputusan (SK) Tanggap Darurat
2) Kementrian Sosial kirimkan bantuan
3) Pasukan Evakuasi Bergerak ke Donggala
4) Perbaikan Alat Navigasi di Bandara Palu
Sedangkan upaya kesehatan yang dilakukan dibagi menurut klaster
kesehatan tanggap darurat, antara lain:
1) Klaster Pelayanan Kesehatan
a) Mengirimkan tim pendampingan dan memobilisasi sumberdaya
kesehatan dari pusat hingga daerah untuk percepatan penanganan
korban
b) Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dan tindakan operasi
bedah
c) Melakukan penilaian cepat kerusakan faskes dan perbaikan alkes
d) Membantu dan melakukan evakuasi korban
e) Mendirikan Posko Kesehatan di berbagai wilayah pengungsian
f) Menyiapkan 12 ruang operasi untuk penanganan korban yang
membutuhkan tindakan operasi

13
g) Pendistribusian tim relawan ke pos pelayanan kesehatan, KRI
soeharso dan RSUD
h) Korban di layani di 12 Rumah Sakit di Palu, 2 Rumah Sakit di
Donggala (termasuk Kapal RS Terapung Airlangga) dan 1 Rumah
Sakit di Sigi
i) 13 Puskesmas di Palu, 19 Puskesmas di Donggala, 18 Puskesmas
di Sigi, telah berfungsi dalam pelayanan kesehatan
j) Korban di evakuasi ke Makassar 168 di 11 rumah sakit di Makassar
k) Pembentukan posko pengobatan ARV (Antiretroviral) di Dinkes
Provinsi
l) Melakukan imunisasi difteri dantetanus kepada 2.049 relawan
m) Penguatan pelayanan kesehatan dan persalinan di puskesmas dan
RS
n) Tim ARV mobile sudah terbentuk dan sudah bergerak melakukan
outreach serta distribusi langsung
o) 32 dari 50 puskesmas di Sulteng telah melakukan pelayanan
kesehatan walaupun masih di dalam tenda Rumah sakit sudah
melakukan operasi sebanyak 190 pasien (158 operasi akibat gempa,
32 operasi sc persalinan)
p) Logistik yang sudah dikirimkan: Ortopedic set: 1 set dan Hecting
set: 5 set
2) Klaster Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan
a) Memantau perkembangan penyakit pasca gempa (surveilans)
b) Mendistribusikan logistik kesling seperti Polybag Sampah, Kaporit,
PAC (Penjernih Air Cepat)
c) Melakukan penyehatan air dan pengendalian vektor penyakit
dengan melakukan disinfektasi
d) Pembagian logistik ke pos kesehatan, pos pengungsian dan faskes
e) Melakukan disinfeksi di 6 RS (5 RS di Palu dan 1 RS di Sigi)
f) Pemantauan sanitasi dan keamanan pangan di 6 dapur PMBA
(Pemberian Makanan Bayi dan Anak)

14
g) Logistik yang sudah dikirimkan:
Sarung tangan: 216 buah
Safety box: 200 buah
Tenda: 18 buah
Kantung jenazah: 1.500 buah
Masker: 6.725 buah
Polybag: 583 buah
Peralatan kesling: 15 kg
Food handler: 50 kit
Disinfektan lalat: 23 tabung 400 gr
Disinfektan padat: 5.000 tablet
Disinfektan cair: 150 kg
Spray can: 10 unit
Derigen lipat: 50 buah
Repellent lalat: 1.728 stick
Sepatu boots: 50 pasang
Topi dan rompi: 50 buah
3) Klaster Gizi
a) Melakukan pengamanan makanan dapur umum
b) Membantu penyediaan makanan di dapur umum untuk pengungsi,
terutama bayi dan anak
c) Mobilisasi dan distribusi Makanan Tambahan balita dan bumil
d) Pengawasan peredaran susu formula di pos pengungsian
e) Kolaborasi dengan Kemensos untuk pendirian dapur umum PMBA
(Pemberian Makanan Bayi dan Anak) pada 6 titik
f) Logistik yang sudah dikirimkan: PMT Balita: 3 ton dan PMT Ibu
Hamil: 2,81 ton

15
4) Klaster Kesehatan Reproduksi
a) Pelayanan terhadap kelompok rentan (ibu hamil, anak bayi, balita
dan lansia)
b) Pelayanan bergerak Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
Berencana
c) Memobilisasi bidan serta peralatan pendukung untuk kesehatan ibu
d) Penguatan koordinasi perlindungan perempuan dan anak termasuk
disabilitas
e) Membantu pertolongan persalinan
f) Melakukan pendirian tenda kesehatan reproduksi di 3 lokasi (PKM
Biromaru, RS Tolabelo, dan lapangan Wombo)
g) Penguatan pelayanan kesehatan dan persalinan di puskesmas dan
RS
h) Logistik yang sudah dikirimkan:
Kit higiene: 5.000 kit
Kit ibu hamil: 50 kit
Kit ibu pasca melahirkan: 1.000 kit
Kit bayi baru lahir: 170 kit
Kit persalinan: 240 kit
Tenda kespro: 3 buah
Partus set: 5 set
Dopler: 4 buah
Kit lansia: 200 kit
5) Klaster Kesehatan Jiwa
Psikososial support bagi masyarakat yang terdampak.
6) Tim Informasi Kesehatan
Mendirikan dan melakukan pendampingan dalam
pembentukan Pusat Koordinasi Klaster Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah (oleh tim RHA).

16
7) Tim Logistik Kesehatan
a) Memobilisasi obat-obatan dari Kemenkes maupun buffer stock di
Dinas Kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan
b) Logistik obat-obatan yang sudah dikirimkan:
Anti tetanus serum (ATS) sebanyak 1.000 vial
Obat dan BMHP sejumlah 5,5 ton yang dikirim secara bertahap
Jenis obat: antibiotik, cairan infus dan infusan set, analgesik,
pembalut gips, dan sebagainya.

9. Rekomendasi
Peran pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan pihak-pihak terkait
sangat diperlukan untuk melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa
bumi dan tsunami dengan mengacu pada peta Kawasan Rawan Bencana
(KRB) gempa bumi, peta KRB tsunami dan peta potensi likuifaksi yang telah
diterbitkan oleh Badan Geologi. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
risiko kerugian harta benda dan jiwa. Berdasarkan peta KRB gempa bumi
yang diterbitkan Badan Geologi menunjukkan wilayah terdampak di Provinsi
Sulawesi Tengah termasuk KRB tinggi dan menengah.
Selanjutnya untuk mereduksi gelombang tsunami secara alami, di
sekitar pantai diharapkan dibuat Green Belt seperti tanaman cemara, pinus,
dan bakau. Sedangkan, untuk daerah yang diperkirakan dilewati sesar aktif
Palu-Koro diharapkan tidak dibangun bangunan maupun fasilitas umum,
sehingga dapat dijadikan sebagai daerah terbuka saja.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hadi. 2018. Rekonstruksi Pasca Gempa dan Tsunami di Palu. Jakarta:
Tribunnews.com.
BNPB. 2018. Jumlah Korban Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Palu
Donggala. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Departemen Kesehatan RI. 9 Oktober 2018. Surveilans Kemenkes Mendata
Penyakit Potensi KLB di Sulawesi Tengah. Retrieved Februari 28, 2019,
from http://www.depkes.go.id/article/view/18101000002/surveilans-
kemenkes-mendata-penyakit-potensi-klb-di-sulteng.html
Departemen Kesehatan RI. 15 Oktober 2018. Upate Data Bencana Sulawesi
Tengah. Retrieved Februari 28, 2019, from
http://depkes.go.id/resources/download/infoterkini/Gempa%20Tsunami%2
0Sulteng/Update%20Data%20Bencana%20Sulawesi%20Tengah-
15%20okt%202018.pdf
Moh. Robi Amri, Gita Yulianti, dkk. 2016. Risiko Bencana Indonesia. Jakarta:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa-bumi-dan-tsunami-Sulawesi-2018. [Diakses
28 Februari 2019]
http://pusatkrisis.kemkes.go.id/perkembangan-situasi-bencana-gempa-bumi-dan-
tsunami-di-sulawesi-tengah. [Diakses 28 Februari 2019]
http://style.tribunnews.com/2018/09/30/bnpb-beberkan-kronologi-lengkap-dari-
gempa-donggala-dan-tsunami-palu-yang-menelan-420-jiwa?page=2.
[Diakses 28 Februari 2019]
https://nasional.tempo.co/read/1134045/bnpb-gempa-dan-tsunami-palu-merusak-
66-926-rumah/full&view=ok. [Diakses 28 Februari 2019]
http://theconversation.com/ancaman-penyakit-menular-setelah-gempa-dan-
tsunami-palu-bagaimana-mencegahnya-104320. [Diakses 28 Februari 2019]
https://regional.kompas.com/read/2018/09/29/09445151/fakta-gempa donggala-
dan-tsunami-palu-dari-jenazah-di-pantai-hingga-bantuan. [Diakses 28
Februari 2019]
https://www.kemlu.go.id/copenhagen/id/beritaagenda/infopenting/Documents/PR
ESS%20RELEASE_Palu%20M7.7_28092018_rev1.pdf. Press Release
BMKG. [Diakses 28 Februari 2019]

18

Anda mungkin juga menyukai