Aa
Aa
(KAK)
1. PENDAHULUAN
Pada tanggal 28 September 2018, gempa berkekuatan M7,4 melanda pulau Sulawesi,
Indonesia, dengan episentrum terletak sekitar 80 km sebelah utara dari Kota Palu.
Gempa ini diikuti tsunami dan likuefaksi di beberapa titik, mengakibatkan kerusakan
besar pada infrastruktur utama, menghancurkan jalan, jembatan, infrastruktur
pasokan air bersih, menara komunikasi, dan fasilitas umum termasuk rumah sakit dan
sekolah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan pada tanggal 4 Oktober
2018, jumlah kematian resmi sebanyak 1.581. Sekitar 71.000 orang dilaporkan
mengungsi. UNOCHA memperkirakan bahwa 191.000 orang sangat membutuhkan
penanganan pada pasca bencana ini. Jumlah orang yang terkena dampak kemungkinan
akan meningkat karena akses ke daerah-daerah terpencil di Donggala dan Mamuju
yang lebih dekat ke pusat gempa sangat terbatas, dan perkiraan korban yang terkubur
oleh tanah longsor, lumpur, dan pencairan belum dapat dihitung.
Tingkat kerusakan secara pasti belum dapat diketahui. Banyak rumah tenggelam
karena tanah longsor dan likuefaksi. Jumlah total rumah yang rusak dan tingkat
kerusakan dapat meningkat. Diperkirakan total kerusakan bangunan sekitar 68,451-
unit dengan jumlah rusak berat sekitar 21,150 unit, rusak sedang 35,051 unit dan
rusak ringan sekitar 12,250 unit bangunan. Belum ada informasi mengenai luasnya
infrastruktur sosial yang rusak, tetapi ribuan hotel, masjid, dan bangunan lainnya telah
rusak.
Berdasarkan Instruksi Presiden No. 10 tahun 2018 tentang Percepatan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah dan
Wilayah Terdampak Lainnya, maka tugas Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat adalah melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur
sesuai dengan kewenangannya.
Pemerintah menetapkan untuk memberikan dukungan kegiatan tanggap darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di Provinsi Sulawesi Tengah melalui
Komponen Tanggap Darurat Kontinjensi berdasarkan Pinjaman IBRD 8636-ID Program
Peningkatan Kota Tanpa Kumuh Nasional sesuai dokumen Emergency Response
Operation Manual (EROM).
Salah satu kegiatan pemanfaatan komponen dana tersebut adalah Penyediaan hunia
tetap beserta infrastruktur pendukungnya di Kab. Sigi dan Kota Palu (disebut dengan
kegiatan proyek).
Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam
proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan
oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut dianalisis sejak awal perencanaannya,
sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif
dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau instrumen yang dapat digunakan
untuk melakukan hal tersebut adalah Amdal dan UKL-UPL dan SPPL, yang merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan Izin Lingkungan.
Sesuai dengan Pasal 36 ayat (1) Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) menyebutkan bahwa
"Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib
memiliki izin lingkungan”, sehingga setiap kegiatan pembangunan harus mempunyai
izin lingkungan. Untuk mendapatkan izin lingkungan, kegiatan/usaha harus dilengkapi
dokumen lingkungan sesuai dengan peraturan dan perundang undangan yang dibagi
sebagai berikut:
Kegiatan/Usaha WAJIB AMDAL
Karena itu, untuk pelaksanaan kegiatan penyediaan hunian tetap di atas, diperlukan
penyusunan dokumen lingkungan terkait untuk memperoleh izin lingkungan dari
pejabat terkait dalam rangka memastikan adanya upaya pengelolaan dan pemantauan
dampak lingkungan akibat kegiatan proyek. Kerangka Acuan Kerja ini diperuntukkan
untuk penyediaan jasa penyusunan dokumen lingkungan yang diperlukan sehingga
kegiatan proyek mendapatkan izin lingkungan dari pejabat terkait.
Maksud
Tujuan
Tujuan dari penyusunan dokumen lingkungan kegiatan penyediaan hunian tetap
adalah:
a. Sebagai pedoman untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup, dimulai dari Tahap Pra-Konstruksi, Konstruksi, dan Tahap Operasional
3. SASARAN
4. LOKASI KEGIATAN
Kegiatan jasa konsultansi ini harus dilaksanakan diwilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Lokasi pekerjaan berada di wilayah administrasi Kota Palu, dan Kabupaten
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
5. SUMBER PENDANAAN
Biaya pekerjaan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah senilai
Rp…………………………..,- (…………………………………………….) termasuk PPN, yang dibiayai
oleh ........tahun anggaran 2019
6. NAMA ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Secara garis besar lingkup pekerjaan yang tercakup dalam Penyusunan Dokumen
lingkungan pekerjaan Penyediaan Hunia tetap adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penapisan kelengkapan dokumen lingkungan yang diperlukan sesuai
dengan jenis kegiatan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Uraian secara singkat rencana usaha atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
pemrakarsa, mencakup antara lain:
1. Jenis rencana usaha atau kegiatan;
3. Jarak lokasi usaha atau kegiatan tersebut dengan sumber daya dan kegiatan lain
di sekitarnya, seperti hutan, sungai, permukiman, industri dan sebagainya serta
hubungan keterkaitannya.
Sumber energi;
d. Menyusun dan mengelola survey, observasi lapangan yang meliputi survey: kimia-
fisik (air, udara, biologi dan kebisingan) dan sosial ekonomi (persepsi masyarakat,
potensi ekonomi dll) guna memperoleh data dan informasi yang valid untuk proses
analisis dampak akibat kegiatan proyek.
a. Sumber dampak;
2. Lokasi pemantauan;
3. Waktu pemantauan;
4. Cara pemantauan.
h. Melakukan koordinasi dan konsultasi (expose) dengan pihak terkait dalam rangka
penyusunan dokumen lingkungan yang sesuai dengan keputusan MenLHK No. 16
Tahun 2012.
j. Melakukan penyusunan dokumen lingkungan secara final dan dapat diterima oleh
Pejabat terkait sehingga dapat diterbitkan izin lingkungan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan proyek.
8. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam rangka Penyusunan Dokumen Lingkungan ini dapat
dijelaskan dalam tahapan sebagai berikut:
Secara umum pengumpulan data primer dan data sekunder menggunakan metode yang
terukur secara kualitatif dan kuantitatif baik secara langsung di lapangan (pengukuran
lapangan) maupun tidak langsung.
a. Data Primer
Pengumpulan data primer tentang kualitas lingkungan yang ada di lokasi studi dilakukan
di lapangan secara langsung. Parameter-parameter yang akan dianalisa adalah
parameter Fisika, Kimia, dan Biologi dan sebaiknya didapatkan dari pengamatan maupun
pengukuran secara langsung di lapangan sebagai data primer. Tempat pengamatan dan
lokasi pengambilan sampel menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dasar teori
yang sesuai.
Metode analisa laboratorium, parameter dan baku mutu yang digunakan harus sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku yang berasal dari lembaga laboratorium
terakreditasi. Selain kualitas lingkungan untuk komponen fisik, kimia dan biologi perlu
dilakukan juga pengumpulan data primer untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya
dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuisioner. Jumlah dan komposisi
responden ditentukan berdasarkan kaidah dan ketentuan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga diperoleh hasil yang mewakili /
representatif
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi yang terkait dan
berwewenang. Data yang dimaksud, dapat juga diperoleh dari studi-studi dan penelitian
terdahulu yang relevan dengan kegiatan. Data sekunder lain berupa peraturan
perundangan yang berupa Pedoman, Kriteria dan Standar yang berlaku di Indonesia
harus disebutkan sebagai refrensi dalam penyusunan dokumen lingkungan ini.
Penggunaan data sekunder harus menyebutkan sumber data dan informasi serta tidak
melanggar aturan terkait dengan hak intelektual yang berlaku.
Tahap 2 : Koordinasi dengan Instansi Terkait
Dalam hal penyusunan dokumen lingan, maka pemrakarsa usaha dan atau kegiatan
harus menyusun dokumen lingkungan yang sesuai dengan Peraturan Menteri LH RI no
16 tahun 2012. Pemrakarsa dan Pelaksana penyusunan dokumen lingkungan diwajibkan
untuk melakukan koordinasi dan konsultasi dengan instansi dengan bidang lingkungan
hidup dan bidang lainnya yang terkait.
10. PERSONIL
Tenaga ahli yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan di bawah ini :
6. Ahli Teknologi Informasi (IT) dan Dokumen Kontrol Pengalaman 6 tahun dalam
pendataan/database dan sistem informasi berbasis web, sarjana teknik/sosial.
Lebih disukai memiliki pengalaman penyusunan sistem informasi dalam sustu
institusi dan dibantu oleh seorang Asisten.
7. Sekretaris Proyek dan Humas: Pengalaman dalam berbagai proyek atau studi
khususnya dalam community base program, LSM dan program-program
lingkungan. Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Pengalaman lebih
dari 8 tahun dan lulusan dari Humas/Hukum/Sosial. Diharapkan memiliki
kemampuan berbicara dan menulis dalam bahsa Inggris. Dipersyaratkan memiliki
sertifikat TOEFL.
b. Tim Lapangan:
a. Koordinator Wilayah: Dia dipilih dari salah satu Tim Tenaga Ahli Lapangan.
Lulusan Teknik/Sosial/Sains yang memiliki minimal 5 tahun atau lebih di bidang
proyek infrastruktur atau lingkungan atau community base atau tanggap darurat
bencana. Lebih disukai bila memiliki sertifikat keahlian atau sertifikat
workshop/pelatihan di bidang lingkungan/Community Base/Infrastruktur.
11. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah Dokumen lingkungan yang diterima oleh Pejabat terkait
yang sesuai dengan hasil penapisan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku, yakni AMDAL atau UKL UPL atau SPPL.
12. LAPORAN
Laporan harus berisikan seluruh data, analisis dan upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang sistematikanya sesuai dengan Permen LH RI No.16
tahun 2012 tentang pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup. Dokumen ini
didiskusikan dengan Pemrakarsa/ Pengguna Jasa.
Kota Palu,………………….
Ditetapkan Oleh,
PPK………………………………….
(Nama)
NIP……………………………………..