ABSTRACT
The antibiotic resistancy o f Bordetella pertussis to erythromicin, chloramphenicol
and tetracyclin has been examined using Disc diffusion method described by Kirby
balder (196 6 ) on Charcoal agar contains 10% sheep blood. The examination was done on
positive culture which had been collected from 233 nasopharyngeal swab specimens.
The results showed that no resistant to erythromicin (0%). Mean while there was
significant resistancy to chloramphenicol(5,6%)and tetracyclin (25%).
Antibiotic treatment should be given rationally to gain efficiency in antibiotic usage,
to avoid antibiotic resistancy and to minimize cost of treatment.
sih peka atau sudah terjadi resistensi 15 dari 233 penderita infeksi akut salur-
terhadap antibiotika tersebut?. Untuk an nafas, disebabkan kesulitan dalam
itu perlu dilakukan tes resistensi. mendiferensiasikan batuk rejan dengan
penyakit saluran pernafasan lainnya, ter-
BAHAN DAN CARA KERJA utama pada anak3 Sedangkan dalam
v4.
Penderita infeksi akut saluran nafas diagnosis .laboratoris, diduga karena pe-
selama 1-2 tninggu dan belum menerima kanya pertumbuhan B. pertussis di luar
pengobatan antibiotika, diambil swab saluran pernafasan. Adapun sebab yang
pada bagian nasofaringeal, kemudian di- pasti, sampai saat ini belum diketa-
tanam pada media selektif. Sampel hui3l10. Tabel 1 memperlihatkan gejala
penelitian dikumpulkan selama 8 bulan penyakit batuk rejan, yaitu panas, ba-
(1 985- 1986) dari klinik kesehatan anak tuk panjang dan muntah; whoop; perda-
RSPADGatot Subroto, RS Pers- hab bat an rahan subkonjungtiva; sianosis. Ternya-
Jakarta dan 3 Puskesmas di Kodya Ban- ta dari 15 penderita dengan isolat ku-
dung yaitu Pasundan, Caringin dan Ci- man positif semuanya menunjukkan ge-
umbeleuit. jala penyakit panas, batuk panjang
Isolasi kuman dilakukan pada media dan muntah sedangkan 10 di antaranya
agar charcoal dengan penambahan 10% disertai dengan whoop. Hal ini dapat di-
v/v darah domba. Dari koloni yang tum- mengerti karena usap tenggorokan yang
buh dilakukan identifikasi dengan cara diperiksa adalah pada minggu 1-2, sa-
yang sesuai, kemudian diuji resistensi- at gejala tersebut sudah mulai tampak.
nya dengan metode cakraml . Isolat 19 Tidak adanya gejala perdarahan subkon-
berumur 18-20 jam (semalam), diambil jungtiva maupun sianosis, karena gejala
dengan loop bergaris tengah 4 mm, di- ini biasanya terjadi pada batuk yang
suspensikan dalam 1 ml casamino acid berkepanjangan. Sianosis biasanya tim-
buffer. Setelah ditentukan kepekatan
bul pada bayi umur kurang dari 3 bu-
kuman yang cocok yaitu 5 x 1O8 angka
kuman, suspensi dituang pada lempeng lan, sedangkan pada penelitian ini sam-
agar charcoal darah. Kuman diratakan pel yang diperiksa berumur 1-5 tahun.
sedernikian rupa, sehingga pertumbuhan-
nya dapat menyebar secara rata. Dibiar- Tabel 2 menunjukkan hasil uji resisten-
si B. pertusis terhadap eritromisin, klo-
kan selama 1-2 menit, kemudian ditem-
ramfenikol dan tetrasiklin. Dari semua
pelkan antibiotic disc dan diinkubasi pa-
isolat kuman yang diperiksa ternyata
da temperatur 37"C, 3-5 hari kemudian
tidak ada yang resisten terhadap eritro-
dilakukan pembacaan hasil dengan meng-
misin (0%) dan 43% intermediate,
ukur zone yang terjadi di sekeliling tiap-
tiap antibiotic disc tersebut. yaitu antara resisten dengan peka. Ter-
hadap kloramfenikol, resistensi 5,6% dan
HASIL DAN PEMBAHASAN intermediate 1 1,1%. Mekanisme kerja
Terbatasnya isolat kuman posltif eritromisin seperti halnya kloramfenikol,
kuman B. pertussis yang didapat, yaitu adalah menghalangi pembentukan prote-
Tabel 1. Distribusi isolat positif kuman B. pertussis dengan gejala penyakit batuk
rejan, pada anak balita penderita infeksi akut saluran nafas di Bandung
dan Jakarta, 1985-1986.
Tabel 2. Hasil uji kepekaan kuman B. pertussis terhadap beberapa antibiotika secara
in vitro.
PROSENTASE TINGKAT KEPEKAAN
. ANTIBIOTIKA
Peka Intermediate Resisten
Eritromisin
Kloramfenikol
Tetrasiklin
in pada kuman. Yaitu dengan pengikat- rung lebih tinggi, yaitu 25% dan interne-
an rantai 50 sulfida dari ribosom" . diate 8.4%. Mekanisme kerjanya mirip
Terhadap tetrasiklin, resistensi cende- dengan 2 antibiotika tersebut di atas,
lik EPI-D Penyakit-Penyakit Pengem- 7. Top FH, (1968), Communicable and in-
bangan Program Imunisasi, 47, Tahun fectious diseases, (Diagnosis, preventi-
ke 4, Dep-Kes RI. on, treatment), The CV Mosby Co,
410-417.
3. Parker CD, Linnemann CC, (1980), Bor-
8. Wld Hlth Org, (1983), Acute Respiratory
detella, in Lennette EH, Manual of
Infections in Children (Report of
Clinical Microbiology, 3 th edit,
fist meeting).
American Society for Microbiology,
337-343. 9. Acar JF, (1980), The Disc Susceptibility
test (in Lorian V, Antibiotics in labo-
ratory medicine), The Williams &
4. Soewarso TI (1984). Penyakit-penyakit Wilkins Co, 24-53.
yang bisa dicegah dengan imunisasi,
hasil pengamatan 197 1- 1983. Ditjen 10. Goldman WE, (1984), Bordetella pertussis
PPM-PLP. Tracheal Cytotoxin damage, to the
Respiratory Epithelium in Medical
5. Kumpulan makalah surveilans epidemio- Microbiology and Immunology.
logi dan pedoman pelaksanaan sur- 11. Sherris JC, Minshew BH, (1980), Mutati-
veilans penyakit-penyakit yang dapat onal antibiotic resistance in Lorian
dicegah dengan imunisasi. SE 6, (1984), V, Antibiotics in laboratory medicines,
Dep-Kes RI 117-126. 418-432.
12. Sudarmono P, (1986), Kebijakan Pema-
6. James W, Bass MD, Eugene L, (1969), kaian antibiotika dalam kaitannya de-
Antimicrobial treatment of Pertussis, ngan resistensi kuman, Mikrobiologi
J Ped, 75,768-781. Klinik Indonesia, 1, 22 - 27.