OLEH:
TAHUN 2019
PENGAUDITAN SIKLUS PENDAPATAN
1
keuangan yang secara eksplisit dinyatakan dalam laporan keuangan. Untuk mencapai setiap tujuan
audit spesifik seperti yang diuraikan di Tabel 1.2 auditor dapat menggunakan bebagai bagian dari
perencanaan audit dan metodologi pengujian audit.
2
keuangan. Rekening piutang dagang, aliran kas, dan penyesuaian penjualan yang material tersebut
menuntut auditor untuk lebih cermat dalam melaksanakan prosedur audit. Auditor perlu
memperluas lingkup audit yang lebih efektif dan memerlukan relatif lebih banyak sampel bukti
yang harus diperiksa.
Risiko Bawaan
Risiko bawaan siklus pendapatan pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan ini, antara lain :
1. Volume transaksi yang tinggi.
2. Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi yang ambigu,
dilakukan estimasi, dan kompleksitas perhitungan.
3. Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancer dan piutang tidak lancer
karena ada kesulitan dalam memperkirakan waktu pelunasan.
4. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati).
5. Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk menutupi
korupsi
Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi tersebut.
Ketidaktepatan penentuan saat pengakuan pendapatan dapat menyebabkan laba yang overstated
maupun understated.
Strategi Audit
Dalam straregi pendekatan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah,
auditor lebih banyak mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang mendasari
penggunaan strategi ini adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien
sangat baik dan dapat mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji kelayakan
keyakinannya tersebut. Auditor akan menguji apakah struktur pengendalian intern tersebut
memang layak diyakini efektivitasnya. Dengan demikian, auditor akan melaksanakan pengujian
pengendalian.
2.4 PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut Mulyadi adalah “Pengendalian Intern
meliputi struktur organisasi metode dan prosedur yang dikoordinasikan dan diterapkan dalam
perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan, mengecek ketelitian dan
3
keandalan data akuntansinya, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern merupakan
kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu
dengan yang lainnya.
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut
dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :
1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan, dengan,
meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas,
dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
2. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi
laporan segmen maupun interim.
3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi
dengan semestinya.
4
Untuk merencanakan audit maka auditor harus memperoleh pemahaman terhadap siklus
pendapatan agar dapat 1) mengidentifikasi jenis salah saji yang potensial 2) mempetimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi salah saji yang material dan 3) merancang pengujian subtansif.
Pisah Batas Penjualan
Sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur mencatat penjualan
berdasarkan criteria pengiriman barang. Akan tetapi, ada beberapa perusahaan mencatat faktur
pada saat hak atas barang beralih, yang dapat terjadi sebelum pengiriman, pada saat pengiriman,
atau setelah pengiriman.
Bagian yang paling penting ketika mengevaluasi metode klien untuk memperoleh pisaj batas
yang dapat diandalkan adalah menentukan prosedur yang akan digunakan. Jika klien
mengeluarkan dokumen pengiriman yang telah dipranomori secara berurutan, biasanya mudah
untuk mengevaluasi dan menguji pisah batas.
Jika pengendalian internal klien sudah memadai, biasanya auditor dapat memverifikasi pisah
batas dengan memperoleh nomor dokumen pengiriman untuk pengiriman terakhir yang dilakukan
pada akhir periode dan membandingkan nomor tersebut dengan penjualan yang dicatat pada
periode berjalan atau periode selanjutnya.
Pengujian Rincian Saldo Piutang Usaha
Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus memenuhi
masing-masing dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kedelapan tujuan umum
tersebut sama bagi semua akun. Jika diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal tersebut
sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha (accounts receivable-related audit
objectives) adalah sebagai berikut :
1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya telah
ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum.
2. Piutang usaha yang dicatat ada (Keberadaan).
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (Kelengkapan).
4. Piutang usaha sudah akurat (Keakuratan).
5. Piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi).
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (Pisah batas).
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (Nilai realisasi).
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (Hak)
5
Pengujian Substansif Atas Piutang Usaha:
1. Prosedur awal, yaitu memperoleh pemahaman tentang bisnis dan usaha klien dan
melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan piutang usaha yang menjadi sasaran lebih
lanjut.
2. Prosedur analisis, yaitu melaksanakan prosedur analisis dengan mengembangkan harapan
tentang piutang usaha, menghitung rasio piutang dan penjualan serta menganalisinya.
3. Pengujian rincian transaksi, yaitu memvoaching sampel catatan transaksi penjualan dan
piutang, dan melaksanakan pengujian pisah batas.
4. Pengujian rincian saldo, yaitu mengkonfirmasikan piutang usaha.
5. Pengujian rincian saldo, estimasi akuntansi (penyisihan piutang).
6. Prosedur yang dibutuhkan penyajian dan pengungkapan yaitu mengkonfirmasikan piutang
dan membandingkan penyajian laporan dgn SAK.
Tujuan Pengujian Substantive terhadap Piutang Usaha:
1. Memperoleh tentang keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi.
2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang terkait.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat.
4. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha dan kewajaran penyajian serta
pengungkapan piutang usaha di neraca.
Konfirmasi Piutang Usaha
Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan
serta pisah batas. Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi normal.
SAS 67 (AU 330) menyediakan tiga pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:
1. Piutang usaha tidak material
2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat responnya
kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan.
3. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah dan bukti substantif lainnya
dapat diakumulasikan untuk menyediakan bukti yang mencukupi.
6
Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi
yang akan digunakan :
1. Konfirmasi Positif
Adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara
langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah.
Formulir konfirmasi kosong
Adalah jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta
penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya.
Konfirmasi faktur
Adalah jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan dikonfirmasi, dan bukan saldo
piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.
2. Konfirmasi Negatif
Konfirmasi negatif juga diajukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respon jika debitor
tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Penentuan jenis konfirmasi mana yang akan
digunakan berada di tangan auditor dan harus berdasarkan fakta dalam audit. SAS 67 menyatakan
bahwa penggunaan konfirmasi negatif hanya dapat diterima jika seluruh situasi berikut tersedia :
Piutang usaha tercipta dari sejumlah besar akun-akun yang kecil.
Penilaian risiko pengendalian dan risiko inheren gabungan adalah rendah.
Tidak ada alasan untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak mungkin memberikan
pertimbangannya.
2.6 PENGHIMPUNAN DAN PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara Review Pendahuluan
(Preliminary review), menelaah dokumentasi sistem, mengevaluasi bagan alir
transaksi,mengajukan pertanyaan atau wawancara, observasi atau menelaah kembali pengalaman
auditor pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut. Dokumentasi pemahaman dapat
dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau memo naratif (uraian tertulis).
Auditor berusaha memahami sistem pengendalian intern dengan mengembangkan pemahaman
atas lingkungan pengendalian klien dan aliran transaksi baik kredit maupun kas. Contoh, auditor
dapat memperoleh pemahaman dengan menelaah prosedur manual perusahaan dan
mewawancarai karyawan yang ada dalam departemen order pelanggan, departemen kredit,
departemen pengendalian persediaan, departemen pengiriman, departemen penagihan dan
7
departemen penerimaan kas. Tujuan dari review pendahuluan adalah menentukan apakah
keyakinan atas pengendalian intern layak dan membatasi pengujian substantif atas penjualan,
piutang dagang dan penerimaan kas.
Dokumentasi Sistem
Deskripsi Naratif
Menjelaskan kondisi sistem pengendalian intern dalam bentuk tulisan. Naratif sangat sulit untuk
disusun dan dipahami secara komprehensif. Oleh karena itu, deskripsi naratif biasa digunakan
untuk tahap yang tidak kompleks dan transaksi yang terkait tidak material, misalnya kas kecil.
Auditor menguji pemahamannya mengenai sistem dengan melakukan evaluasi bagan alir
transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat memilih transaksi penjualan dan melakukan tracing dari
order pelanggan sampai penerimaan kas.
8
2.7 PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN
Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu :
1. Mengindentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi.
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi salah
saji
3. Mengjimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan dan operasi
pengendalian adalah efektif.
4. Mengevaluasi bukti yang dihimpun.
5. Menglakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian
2.8 PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian terhadap aktivitas penjualan memfokuskan pada otorisasi penjualan,
pelaksanaan prosedur dan kelengkapan pencatatan. Prosedur pengujian pengendalian yang dapat
diterapkan untuk siklus pendapatan dibedakan atas prosedur:
1. Pengujian pengendalian pengiriman barang dagang.
2. Pengujian pengendalian penagihan
3. Pengujian pengendalian pencatatan
4. Pengujian pengendalian retur penjualan
2.9 PENGUJIAN PENGENDALIAN DENGAN BANTUAN KOMPUTER
Test audit dengan bantuan komputer dapat meliputi :
1. Penggunaan software audit atau program utility untuk melakukan serangkaian cek untuk
mendeteksi order penjualan dokumen pengiriman, faktur penjualan yang hilang atau terulang
pada file computer.
2. Mendesain, menyeleksi, dan mengevaluasi sampel dokumen pengiriman.
3. Menyeleksi dan mencetak sampel harga jual dari file induk harga jual untuk dibandingankan
dengan harga yang ditetapkan oleh manajemen.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Boyton, William C. dan Raymond N. Johnson. 2006. Modern Auditing : Assurance Services,
and the Integrity of Financial Reporting Eighth Edition. United States of America : John Wiley
& Sons, Inc.
2. http://uangakuntansi.blogspot.com/2015/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
3. Ratna Novita. 2011. Audit Atas Siklus
Pendapatan http://ratnanovita114.blogspot.com/2011/09/audit-atas-siklus-
pendapatan.html (diakses 19 September 2019)
10