NIM :C1A019140
RUANG :R001
BAB I
PENDAHULUAN
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
II.TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan dari pembelajaran ini adalah
1.mahasiswa dapat memahami kedudukan fungsi bahasa
2.memahamifungsi-fungsi bahasa indonesia dalam berbagai kedudukannya
3.menganalisis serta memaparkan secara argumentatif perlunya dirumuskan kedudukan serta fungsi bahasa
indonesia.
II.MATERI PEMBELAJARAN
Kita ketahui bahawasanya Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kawasan
geografis yang luas dengan beraneka ragam suku.Dikatakan bahasa Indonesia dapat mendekatkan
berbagai suku dan berbagai golongan penduduk di indonesia karena awal mulanya bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Melayu.bahaasa Melayu ini merupakan bahasa ibu golongan kecil(5%).Akan tetapi,bahasa
Melayu dalam berbagai ragamnya,sejak awal abad ini,berfungsi sebagai bahasa komunikasi luas(lingua
franca)antar kelompok etnis.walaupun jumlah penuturnya tidak sebanyak penutue bahasa terkemuka,seperti
bahasa jawa atau sunda,bahasa melayu sebagai bahas kedua,memiliki daerah persebaran yang paling luas
diantara bahasa Nusantara.Disamping itu,bahasa melayu masih berkerabat dengan bahasa nusantara yang lain
sehingga tidak dianggap bahasa asing.
Kontak dengan dunia luar itu telah menambah keperluan untuk mempelajari bahasa asing yang dirasakan
berguna bagi bermacam kehidupan,sepertagama,ilmu pengetahuan,perdagangan,dan geopolitik.Diakui
memang ikhwal ini tidak menghambat perkembangan bahasa indonesia.namun kenyataan menunjukkan,ada 4
kelompok pemakai bahasa indonesia,yaitu:
1.Anggota masyarakat yang memakai bahasa Indonesia,tetapi tidak memakainya sebagai alat komunikasi
sehari hari.
2.Orang yang mengaku dapat bebahasa Indonesia,tetapi tidak memakainya sebagai alat komunikasi sehari-
hari.
3.Orang yang menggunakan bahasa Indonesia,tetapi mengalami intervensi dan inferensi bahasa lain(atau
bahasa daerah dan/bahasa asing)
4.Orang yang belum paham bahasa indonesia.
Fenomena tersebut menimbulkan masalah kebahasaan yang penggarapnya perlu disusun kebijaksanaan
nasional,khususnya tentang kedudukan dan fungsi bahsa indonesia.kedudukan bahasa adalah setatus
relatifbahsa sebagai sistem lambang nilai budaya,yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan
dengan nilai bhasa yang bersangkutan.yang dimaksud dengan fungsi bahasa di dalam hubungan ini adalah
nilai pemakaian bahasa itu didalam kedudukan yang di berikan kepadanya.
Rumusan tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia memungkinkan kita menempatkan posisi atau
keberadaan bahasa indonesia diantara bahasa bahasa lain,baik bahasa-bahasa daerah yang hidup sebagai unsur
kebudayaan,maupun bahasa-bahasa asing yang dipakai di Indonesia.
Kekaburan yang terdapat di dalam pembedaan kedudukan dan fungsi antara bahasa indonesia dan bahasa-
bahasa lain itu bukan saja merugikan bagi perkembangan dan pembakuan bahasa Indonesia,tetapi juga dapat
menyebabkan terjadinya kekacauan didalam cara berfikir pada generasi berikutnya.salah satu akibat yang
dapat ditimbulkan oleh kekaburan pembedaan kedudukan dan fungsi itu adalah mengalirnya unsur-unsur
bahasa yang pada dasarnya tidak diperlukan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain.pembedaan kedudukan
dan fungsi bahasa memungkinkan kita mengatur masuknya unsur-unsur baru dari bahsa-bahasa lain itu
sedemikian rupa sehingga hanya unsur-unsur yang bena-benar dibutuhkan sajalah yang diterima.
Dalam kerangka dasar kebijaksanaan bahasa nasional,bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan,yakni
sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.Masing masing kedudukan bahasa Indonesia itu memiliki berbagai
fungsi,seperti berikut:
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan konteks lisan dan tulisan.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang di gunakan sesuai dengan aturan atau kaidah
bahasa yang berlaku.Kaidah bahasa Indonesia meliputi kaidah ejaan, pembentukan kata, penyusunan kalimat,
penyusunan paragraf, dan kaidah penalaran. Kata yang di pakai dalam bahasa Indonesia adalah kata yang
tepat dan serasi serta baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan gagasan atau
maksud penutur atau sesuai dengan arti sesungguhnya dan sesuai dengan situasi lawan bicara, sedangkan
kalimat yang di pakai dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif.
BAKU BAHASA INDONESIA DAN TIDAK BAKU
I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat memahami dan dapat menggunakan bahasa Indonesia baku dan tidak baku sesuai
dengan konteks lisan dan tulisan
aktif aktip
objek obyek
praktik praktek
daftar daptar
abjad abjat
antre antri
alarm alaram
cedera cidera
durian duren
Kata baku biasanya di gunakan untuk kalimat resmi, baik dalam suatu tulisan atau dalam
pengungkapan kata. Jika kata baku di gunakan menurut kaidah bahasa Indonesia yang sudah di
tetapkan sebelumnya dan kata bisa di sebut dengan kata tidak baku jika kata yang di gunakan tidak
sesuai dengan kaidah bahsa Indonesia. Kata tidak baku bukan hanya timbulkarna salah dalam
penulisan tetapi bisa juga di karenakan pengucapan karena salah pengucapan dan penyusunan
kalimat yang tidak benar. ada faktor yang menyebabkan munculnya kata tidak baku yaitu:
1. Yang menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan yang di maksud
2. Yang menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan pengguna suatu kata itu sebab dari
munculnya bahasa baku ada.
3. Yang menggumakan bahasa terkena orang yang biasa menggunakan kata tidak baku.
4. Yang menggunakan bahasa sudah terbiasa menggunakan bahasa tidak baku.
BAB II
I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami dan menggunakan ejaan bahasa Indonesia dalam teks dengan tepat.
Kemampuan mengaplikasikan ejaan bahasa Indonesia (EBI) Merupakan syarat utama dalam berbahasa
tulis. Penulisan berbasis ketelitian aplikasi EBI contohnya: proposal, artikel, makalah, skripsi, tesis, disertasi,
laporan, dan karangan yang di dokumentasikan.Kesalahan penggunaan ejaan dapat berakibat pada penilaian
yang buruk, kurang profesional, bahkan berakibat penolakan.
Materi kajian ejaan Bahasa Indonesia menyajikan :
1. Pemakain huruf
2. Penulisan kata
3. Pemakaian kata
4. Penulisan unsur serapan
11. Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama setiap kata,di dalam judul buku, karangan,
artikel dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas .
12. Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat atau
sapaan.
13. Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibuk,kakak, adik,dsan paman serta kata atau ungkapan lain yang di pakai
dalam penyapaan atau pengacuan.
g.Huruf miring
1. Huruf miring di pakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang di kutip
dlam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
2. Huruf miring di pakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata dalam kalimat.
3. Huruf miring di pakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
h.Huruf tebal
1. Huruf tebal di pakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah di tulis miring.
2. Huruf tebal dapat di pakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau
subbab.
A.KATA DASAR
Kata dasar di tulis sebagai satu kesatuan.
B.KATA BERIMBUHAN
1.Imbuhan (awalan,sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) di tulis serangkai
dengan bentuk dasarnya
2. Bentuk terikat di tulis serangkai dengan kata yang mengikutinya
C.BENTUK ULANG
Bentuk ulang di tulis dengan menggunakan tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya.
D.GABUNGAN KATA
Unsur gabungan kata yang lazim di sebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, di tulis terpisah
E.PEMENGGALAN KATA
Pemenggalan kata dilakukan jika ditengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,jika ditengah kata
dasar terdapat huruf konsonan(termasuk gabungan huruf konsonan)di antara dua huruf vokal pemenggalannya
dilakukan sebelum huruf konsonan itu,dan jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang
berurutan,penggalannya dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu,dsn kmudian jika pemenggalan kata
turunan sedapat-dapatnya dilakukan diantara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
F.KATA DEPAN
Kata depan seperti di, ke, dan dari , ditulis terpisah dari kata mengikutinya
G. PARTIKEL
1. Parikel –lah, -kah , dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
2. Partikel pun ditulis dari kata yang mendahuluinya.
3. partikel per yang berarti ‘demi’,’tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikuti
K. SINGKATAN DAN AKRONIM
a. Singkatan nama orang,gelar,sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan itu.
. b. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan,lembaga pen- didikan badan atau organisasi,serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama dari ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik
c. Singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
d. Singkatan yang terdiri dari dua huruf yang lazim dipakai dalam surat menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran ,timbangan, dan mata uang tidak di
diikuti tanda titik.
f.Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
g.Akeonim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
h.Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
L. ANGKA DAN BILANGAN
Angka arab atau angka romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan sat atau dua kata ditulis dengan huruf,kecuali
jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian..
2. Bilangan pada awal kalimat diulis dengan huruf.
3. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu kata atau dua kata,susunan
kalimatnya diubah .
a. Anga yang menunjukkan bilangan besar dapat ditlis sebagian dengan huruf lebih mudah dibaca
b. Angka dipakai untuk menyatakan (a)ukuran panjang , berat, luas, isi, dan watu serta (b)nilai
uang.
c. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen atau kamar.
d. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
e. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut
a. Bilangan utuh.misalnya:
-tiga puluh (30)
-lima ribu (5.000)
b. Bilangan pecahan.misalnya
c. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
misalnya:Abad ke-20,abad kedua puluh
d. penulisan angka yang mendapat akhiran –an dilakukan dengan cara berikut.misal:
BAB III
TEKS AKADEMIK
I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan mengimplementasikan teks akademik dan ciri-ciri teks akademik, diksi,
kalimat efektif, paragraf dan teknik mengutip.
II.MATERI PEMBELAJARAN
2.1 Pengertian Teks
Teks adalah satuan bahasa yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk
mrngungkapkanmakna dalam konteks tertentu pula.
adalah kalimat yang mengandung lebih dari satu aksi atau pristiwa dan dapat dinyatakan dengan
hubungan parataktik atau hipotaktik.
(2) Teks Akademik Padat Informasi
Teks akademik padat informasi adalah padat informasi dan padat kata-kata leksikal, sedangkan
kepadatan leksikal adalah kepadatan informasi pada teks akademik dapat dijelaskan dari dua sisi
pertama informasi di padatkan melalui kalimat simpleks.kedua informasi dipadatkan melalui
nominalisasi.
(3) Deks Akademik Padat Leksikal
Teks akademik lebih banyak mengandung kata leksikal atau kata isi(nomina, verba-predikator,
adjektiva, dan adverbia tertentu) daripada kata struktural(konjungsi, kata sandang, preposisi, dan
sebagainya.Halliday(1998) menyatakan bahwa semakin ilmiah suatu teks,semakin besar pula
kandungan kata-kata leksikalnya.
(4) Teks Akademik Baanyak Memanfaatkan Nominalisasi
Ditemukan bahwa dalam realisasi leksis pada teks-teks akademik yang dicontohkan nominalisasi
digunakan untuk memadatkan informasi.Sebagai upaya pembedaa, nominalisasi ditempuh dengan
mengubah leksis nonbeda(antara lain verba, adjektiva, adverbia, konjungsi)menjadi leksis
benda(nomina). Nominalisasi pada teks akademik ditujukan untuk mengungkapkan pengetahuan
dengan lebih ringkas dan padat(Martin 1991).Oleh karna itu,nominalisasi menjadi ciri penting pada
teks akademik(Martin, 1992; Halliday, 1998; Rose, 1998; Wiratno, 2009).
(5) Teks Akademik Banyak Memaanfaatkan Metafora Gramatika melalui Ungkapan
Inkongruen
Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke jenis leksis lain atau dari tataran
gramatika yang lebih tinggi ke tataran gramatika yang lebih rendah.Metafora gramatika terjadi pada
ungkapan yang kongruen(Halliday,1985;Martin 1992).Realisasi secara kongruen adalah realisasi sewajar-
wajarnya sesuai dengan realitas, misalnya benda direaliisasikan sebagai adjektiva, dan sirkumtansi
direalisasikan sebagai adverbia.Sebaliknya pada realisasi secara inkkongruen,proses tidak diungkapkan
degan verba tetapi dengan nomina,kondisi tidak diungkapkan dengan adjektiva tetapi dengan nomina
dan sebagainya.
(6) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Istilah Teknis
Pada prinsipnya (12) Teks Akademik istilah teknnis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan
menggunakan nomina
yang antara lain dibangun melalui proses nominalisasi.Istilah teknis merupakan bagian yang esensial
pada teks akademik (Halliday, & Martin,1993), karena iatilah teknis digunakan sesuai dengan tuntutan
bidang ilmu(Veel,1998;White 1998;wignell, 1998).Perlu digaris bawahi bahwa istilah yang sama
mungkin mengandung makna yang berbeda apabila istilah itu digunakan pada bidang ilmu yang
berbeda.
(7) Teks Akademik Bersifat Taksonomik dan Abstrak
Pada dasarnya taksonomik adalah pemetaan pokok persoalan melalui klasifikasi terhadap sesuatu.
teks akademik di katakan abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan di dalamnya seringkali
merupakan hasil dari pemformulasian pengalaman nyata menjadi reori(Halliday,1993;Martin,1993)
pemformulasian itu sebenarnya merupakan proses abstraksi yang antara lain dicapai dengan nominal-
lisasi dalam kerangka metafora gramatika.
(8) Teks Akademik Banyak memanfaatkan Sistem Pengacuan Esfora
pengacuan esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk menunjukkan prinsip generalitas bahwa
benda yang disebut di dalam kelompok nomina tersebut bukan benda yang mengacu kepada penyeb-
utan sebelumnya.Sebagian besar partisipan yang ditemukan pada teks-teks tersebut adalah partisipan
benda umum,bukan partisipan benda manusia.
(9) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Proses Relasional Identifikatif dan Proses Relasional
Atributif
Terdapat dua jenis proses relasional,yaitu proses relasional identifikatif dan proses relasional
atributif.Proses relasional identifikatif adalah alat yang baik untuk membuat definisi atau identifikasi
terhadap sesuatu,sedangkan proses relasional atributif merupakan alat yang baik untuk membuat
deskripsi dengan menampilkan sifat, ciri, atau keadaan benda yang di deskripsikan tersebut.
(10)TeksAkademik Bersifat Monologis dengnan Banyaj Mendayagunakan Kalimat
Indikatif-Deklaratif
Sifat monologis pada teks akademik mengandung arti bahwa teks tersebut memberikan
informasi kepada pembaca dalam satu arah.Untuk memenuhi sifat monologis tersebut teks akadeik
mendayagunakan kalimat indukatif-Delaratif yang berfungsi sebagai Proposisi-Memberi,berbeda
dengan kalimat indukatif-interogatif yang berfungsi sebagai proposisi-meminta atau kalimat imperatif
yang berfungsi sebagai proposal-meminta.
(11)Teks Akademik Memanfaatkan Bentuk Pasif Untuk Menekankan Pokok Persoalan,Bukan Pelaku
dan Akibatnya,Teks Akademik Menjadi Objektif,Bukan Sbjektif
Pengguaan bentuk paasif pada teks akademik dimaksudkan untuk khilangkan pelaku manusia
unsur kalimat yang berperan sebagai subjek dijadikan pokok persoalan yang dibicarakan dtersebut.
(12) Teks Akademik Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Takgramatikal
adalah kalimat secara gramatikal mengandung kekurangan atau kelebihan unsur-unsur tertentu.
(13)Teks Akademik Seharusnya Tidak Mengandung Kalimat Minor
kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap,kalimat minor berkekurangan salah satu dari
unsur pengisi subjek finit/predikator
(14) Teks Akademik Tergolonh Ke Dalam Genre Faktual Bukan Genre Fiksional
reks tersebut dikatakan faktual karena teks-teks tersebut ditulis berdasarkan pada kenyataan empiris
bukan pada rekaan atau khayalan.