Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

MODUL METABOLIK ENDOKRIN

Kolerasi Kadar Glukosa Darah Menggunakan Glukometer dan


Folin-Wu

Anggota:

Mahasiswa/Mahasiswi Modul Metabolik Endokrin tahun ajaran


2019/2020

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
Kolerasi Kadar Glukosa Darah Menggunakan Glukometer dan Folin-Wu

1. Tujuan

Mengetahui dan menganalisis kadar glukosa darah menggunakan glukometer


dan metode Folin - Wu

2. Dasar Teori

2.1. Penetapan kadar glukosa menggunakan glukometer

2.1.1. Pengertian

Pemeriksaan Glukometer / Point of care testing (POCT)


merupakan sebuah perangkat digital yang berfungsi sebagai
pengukur kadar gula darah, pemeriksaan ini merupakan uji
diagnostik sederhana yang dirancang untuk penggunaan sampel
darah kapiler, darah vena dan darah arteri.

2.1.2 Prinsip Kerja

Prinsip pemeriksaan pada glukometer adalah enzim glucose


dehydrogenase pada strip uji menkonversi glukosa di dalam sampel
darah ke gluconolactone reaksi ini menciptakan arus listrik yang
terdeteksi oleh glukometer. Intensitas elektron yang terbentuk
dalam strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah
(Anonim, n.d).

2.1.3 Prinsip Interpretasi hasil

Nilai rujukan glukosa pada gula darah terbagi dalam


beberapa keadaan, yaitu :

 Gula darah sewaktu : ≤ 200 mg/dL


 Gula darah puasa : ≤ 100 mg/dL
 Gula darah post prandial : ≤ 200 mg/dL

2
2.2. Metode Folin - Wu

2.2.1. Pengertian

Darah adalah cairan yang terdapat dalam tubuh yang


berfungsi mengangkut zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah
terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan
yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpskula terdiri dari sel darah merah atau eritrosit sekitar 99%,
keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), sel darah putih atau
leukosit 0,2%. Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang
mengandung albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin
(antibodi), hormone, berbagai jenis protein, berbagai jenis garam.

Metode Folin-Wu dikenalkan pertama kali oleh Folin dan


Wu pada tahun 1919 (Berkman 2002). Metode ini merupakan metode
yang digunakan untuk membuat filtrat darah bebas protein dengan
pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan
terjadi akibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk kationik
dari protein. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain
yaitu hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat terbentuk lebih netral , dan
proses filtrasi yang lebih cepat.

2.2.2. Prinsip Kerja

Prinsip penentuan kadar glukosa darah dengan metode folin-wu


adalah reaksi reduksi ion kupri di dalam larutan kupri tartrat oleh gula
pereduksi menjadi ion kupro. Senyawa Cu2O yang terbentuk bereaksi
dengan asam fosfomolibdat membentuk senyawa fosfomolibdenum
oksida yang berwarna biru tua. Intensitas warna biru yang terbentuk
sebanding dengan kadar glukosa didalam darah sampel sehingga
dapat diukur serapannya secara spektrofotometri.

3
Prinsip kerja dari natrium tungstate adalah sebagai katalis
untuk epoksidasi alkena dan oksidasi alkohol menjadi aldehida atau
keton. Dalam percobaan folin wu, Na-tungstat berfungsi dalam
mengendapkan protein dalam darah terutama protein yang terlarut
dalam air (H2O).
Prinsip kerja H2SO4 pada percobaan folin wu adalah untuk
mempercepat reaksi pengendapan protein oleh Na-tungstat sekaligus
menciptakan suasana asam.

2.2.3. Prinsip Interpretasi Hasil

Larutan (ml) 1 2 3 4 5
Blanko Standar Standar 2 Uji 1 Uji 2
1
Filtrat bebas - - - 2,0 2,0
protein
P
e Standar - 2,0 2,0 - -

n glukosa
g Akuades 2,0 - - - -

u Pereaksi 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0


k tembaga
u Alkalis
r Asam 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
a fosfomolibdat
Perhitungan kadar glukosa ini dilakukan dengan menggunakan tabung
Folin-Wu. Pengujian dilakukan dengan beberapa perlakuan, yaitu satu
perlakuan blanko, dua standar glukosa dan dua perlakuan uji.

a. Pada Perlakuan Blanko ditambahkan sebanyak 2 mL akuades


dan dimasukan dengan 2 mL pereaksi tembaga alkalis.

b. Perlakuan standar glukosa didapatkan dengan cara


mencampurkan 2 mL standar glukosa dengan 2 mL pereaksi
tembaga alkalis.

4
c. Pengujian terhadap filtrat dengan cara sebanyak 2 mL filtrat
bebas protein dicampurkan dengan 2 mL pereaksi tembaga
alkalis.

d. Seluruh perlakuan dicampurkan dengan baik dengan cara


menggoyang-goyangkan tabung.

e. Semua campuran diletakkan dalam penangas air mendidih


selama tepat 8 menit kemudian didinginkan dalam es selama 3
menit.

f. Sebanyak 2 mL asam fosfomolibdat dicampurkan kedalam 5


buah tabung tersebut.

g. Campurkan dengan baik kemudian tabung didiamkan selama 3


menit untuk melarutkan 𝐶𝑢2𝑂. Diencerkan sampai 25 mL dengan
akuades.

h. Baca Serapan (A) tiap tabung pada spektrofotometer dengan


panjang gelombang 420 nm.

i. Nilai serapan dianalisis dengan rumus :

AU−AB
Kadar glukosa = AS−AB 𝑥 0,2 𝑥 100 0,2 mg/100mL

Keterangan :

Au = Absorban Uji

AB = Absorban Blanko

AS = Absorban Standar

3. Prinsip Kerja
4. Bahan dan Pereaksi
4.1 Pemeriksaan Glukometer
1. Smart Check Blood Glucose Meter
2. Spuit 3cc

5
3. Tourniquet, plaster
4. Lancet
5. alcohol swab
6. Blood Glucose Test Strip
4.2 Metode Follin-Wu
1.Bahan yang akan diperiksa
2.Akuades
3.Larutan natrium tungstat 10%
4.Larutan asam sulfat (H2SO4) 2/3 N
5. Cara Kerja
5.1 Pemeriksaan Glukometer
1. Siapkan peralatan yang Anda butuhkan, yaitu: Smart Check Blood Glucose
Meter, spuit 3cc, tourniquet, plaster, alcohol swab, lancet dan Blood
Glucose Test Strip
2. Cuci tangan dan astikan pastikan kedua tangan kering
3. Masukkan jarum penusuk (lancet) ke lancing device. Pastikan bahwa
jarum yang Anda pakai masih baru dan steril. Jarum penusuk hanya
digunakan untuk sekali pakai.
4. Letakkan ujung jari Anda yang akan ditusuk.
5. Gunakan kapas beralkohol untuk membersihkan ujung jari yang akan
ditusuk agar tidak infeksi.
6. Tusukkan jarum ke ujung jari Anda. Lap darah pertama yang keluar
dengan kapas dan biarkan bulatan kecil darah terbentuk di ujung jari.
7. Tempelkan ujung test strip ke bulatan darah sampai terbasahi merata
bagian untuk sampelnya. Bila sampel darah sudah memadai maka alat
akan mulai mengukur (waktu pengukuran terlihat di display dalam
hitungan mundur).
8. Tempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang tertusuk untuk
menghentikan perdarahan.

6
5.2 Metode Folin-Wu

Pembuatan bahan yang akan diperiksa

1. Ambil darah vena minimal 4 cc


2. Masukkan ke dalam tabung EDTA, masukkan tabung reaksi
ditambah EDTA 0,1 mg/ml ( jangan berlebih, sebab jika berlebihan
eritrosit lisis => heme keluar =>Plateletnya banyak (harus
ditambahkan langsung ke dinding).
3. Disentrifugasi 3500-5000 rpm selama 5-10 menit
4. Dipisahkan supernatan, supernatan digunakan untuk uji Follin Wu

Pembuatan filtrat bebas protein dengan cara folin wu


1. Pipetkan 7 mL akuades ke dalam labu Erlenmeyer 125 mL kering.
2. Tambahkan 1 mL bahan yang akan diperiksa, goyang labu.
3. Tambahkan 1 mL larutan Na-tungstat 10 %, campur dengan
menggoyang labu.
4. Tambahkan 1 mL H2S04 2/3 N secara tetes demi tetes sambil
terus menggoyangkan labu
5. Diamkan 10 menit
6. Saring melalui kertas saring dan filtrat yang keluar di tampung

Pengukuran kadar glukosa


1. Pengukuran kadar glukosa ini dilakukan dengan menggunakan
tabung Follin Wu
2. Pipetkan ke dalam tabung
a) Sentrifugasi tabung uji dan blanko dengan kecepatan 3500 rpm selama
5 menit
b) tambahkan 0,75 ml TBA 0.67% pada tabung uji dan tabung blanko
c) Masukkan ke penangas selama 10 menit
d) Dinginkan, kemudian baca serapan pada gelombang 532 nm

7
6. Hasil

6.1 Deskripsi Kadar Glukosa Darah Menggunakan Alat Glukometer

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar glukosa darah dengan


menggunakan alat glukometer ditampilkan dalam grafik batang.

Kadar glukosa (mg/dl)


Glukometer
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4

(Grafik 1 kadar glukosa darah menggunakan alat glukometer)

Berdasarkan Grafik , dari sebanyak 4 sampel darah kapiler pada


mahasiswa yang diperiksa kadar glukosa darahnya menggunakan alat
glukometer, diperoleh nilai rata-rata sebesar 82 mg/dl, nilai terendah 67
mg/dl, dan nilai tertinggi 98 mg/dl.

8
6.2 Deskripsi Kadar Glukosa Darah Menggunakan Alat Spektrofotometer

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar glukosa darah dengan


menggunakan alat spektrofotometer ditampilkan pada grafik.

Kadar glukosa (mg/dl)


Spektrofotometer
120
100
80
60
Spektrofotometer
40
20
0
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4

(Grafik 2 kadar glukosa darah menggunakan alat spektrofotometer)

Berdasarkan Grafik, dari sebanyak 4 sampel darah vena pada mahasiswa


yang diperiksa kadar glukosa darahnya menggunakan alat
spektrofotometer, diperoleh nilai rata-rata sebesar 46,495 mg/dl, nilai
terendah 16,13 mg/dl, dan nilai tertinggi 112 mg/dl.

6.3 Deskripsi Kadar Glukosa Darah

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar glukosa darah dengan


menggunakan alat spektrofotometer ditampilkan pada grafik.

9
Kadar glukosa
(mg/dl)
200
180
160
140
120
100 Glukometer
80 Spektrofotometer
60
40
20
0
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4

(Grafik 3 kadar glukosa darah menggunakan alat glukometer dan


spektrofotometer)

Berdasarkan hasil pada grafik 3 menunjukkan bahwa 4 responden yang diteliti


memiliki rata-rata kadar glukosa darah yang diukur dengan alat glukometer
sebesar 82mg/dl dengan nilai terendah 67mg/dl dan nilai tertinggi 98 mg/dl
sedangkan nilai rata-rata kadar glukosa yang diperiksa dengan menggunakan
spektrofotometer sebesar 46,495 mg/dl dengan nilai terendah 16,13 mg/dl dan
nilai tertinggi lebih tinggi 112 mg/dl.

NO Kadar Glukosa Darah Rata-rata


1 Glukometer 82 mg/dl
2 Spektrofotometer 46,495 mg/dl
(Tabel 1.Nilai rata-rata kadar glukosa darah menggunakan alat glukometer dan
spektrofotometer )

Berdasarkan hasil pada tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar glukosa
darah yang diukur dengan alat glukometer lebih tinggi daripada alat
spektrofotometer

10
6.4 Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikan 0.932 > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.

6.5 Uji Hipotesis

Sedangkan pada output independent sampel test, SPSS menampilkan dua uji T
dengan asumsi varian kedua kelompok sama dan uji T dengan asumsi varian
pada kedua kelompok berbeda. Untuk memilih uji yang dipakai, dilihat dari
uji Levene’s. Pada tabel diatas diperoleh nilai P pada uji Levene’s adalah
0.120. Nilai ini lebih besar dari 0.05, artinya varian pada kedua kelompok
diatas sama. Sehingga,didapat nilai p= 0.179 dan disimpulkan bahwa pada α
5% tidak ada perbedaan yang signifikan antara glukometer (GCU) dan
spektrofotometer.

7. Pembahasan

Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu yang


memakai alat spektrofotometer dan glucometer didapatkan hasil yang berbeda.
Perbedaan antar kedua ini dapat disebabkan karena jenis sampel yang
digunakan berbeda.

Pada pemeriksaan dengan alat spektrofotometer dengan metode Folin Wu


yang menggunakan darah vena, digunakan plasma darah sebagai sampelnya,
sedangkan pada pemeriksaan menggunakan alat glucometer digunakan darah
kapiler sebagai sampelnya. Darah vena banyak mengandung karbon dioksida
karena merupakan pembuluh balik yang membawa karbondioksida dari
jaringan ke paru-paru sedangkan darah kapiler merupakan pertemuan antara
pembuluh darah vena dan arteri yang mengandung karbondioksida, oksigen
dan zat-zat kimia lain yang terkandung di jaringan sekitarnya.

Kadar glukosa darah akan mejadi lebih tinggi daripada vena karena darah
lengkap dari kapiler merupakan pertemuan antara arteri dan vena yang
mengandung berbagai macam molekul baik karbondioksida, oksigen,
hormone, vitamin, mineral dan zat kimia lain yang dapat menyulitkan dalam

11
pemeriksaan glukosa darah sehingga menyebabkan kadar glukosa darah
menjadi tinggi. Jika menggunakan darah vena, sampel plasma yang digunakan
merupakan bagian cair dari darah yang mengandung molekul-molekul kimia
yang menunjukkan metabolisme tubuh manusia.

Menurut Mariady dkk, berdasarkan penelitian yang telah mereka lakukan


menunjukkan hasil sejalan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
Dalam penelitian sebelumnya diperoleh hasil rerata kadar glukosa darah
sewaktu menggunakan glucometer (263,03 mg/dl) lebih tinggi 21,76 mg/dl
daripada rerata glukosa darah sewaktu menggunakan spektrofotometer
(214,27 mg/dl) dengan nilai p<0,05.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pemeriksaan kadar


glukosa darah dengan menggunakan spektrofotometer dan glukometer
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov yang didapatkan nilai p = 0.179.
Didapatkan hasil dari alat spektrofotometer yang memiliki nilai standar
deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai standar deviasi pada alat
glukometer. Sedangkan, berdasarkan hasil penelitian oleh Mariady, dkk.
dengan perbedaan yang signifikan didapatkan nilai standar deviasi yang lebih
kecil pada alat spektrofotometer dibandingkan dengan nilai standar deviasi
pada alat glukometer. Ini menandakan bahwa alat spektorfotometer
memberikan hasil kesalahan yang lebih kecil dibandingan dengan alat
glukometer serta lebih sedikit dalam variasi hasil dibandingkan alat
glukometer. Perbedaan hasil ini dapat terjadi karena kesalahan dalam
melakukan pemeriksaan glukosa darah dengan alat spektrofotometer dan
terjadi penurunan sensitifitas pada chip glukosa pada glukometer yang telah
kadaluwarsa.

Penggunaan kedua alat tersebut menggunakan metode enzimatik dengan


perbedaan sampel dan prinsip kerja pemeriksaan. Alat spektrofotometer
menggunakan prinsip kerja enzim glucose oxidase yang mengkatalisis reaksi
oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen
peroksida yang terbentuk bereaksi dengan Fenol dan 4-amino phenazone
dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan quinoneimine yang

12
berwarna merah muda. Senyawa ini dapat diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 420 nm. Intesitas warna yang terbentuk tersebut
setara dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sampel. Sedangkan,
glukometer menggunakan strip test, saat darah diteteskan pada zona reaksi tes
strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intesitas yang
terbentuk dari elektron dalam strip setara dengan konsentrasi glukosa darah.

8. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan praktikum, didapatkan nilai P = 0.179.


Sehingga, dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
rata-rata kadar glukosa darah yang menggunakan metode Folin-Wu dan
Glukometer.

9. Daftar Pustaka

Girindra A.1988. Biokimia I. Jakarta : Gramedia

Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA.
2014. Biokimia Harper Edisi 29. Manurung LR, Mandera LI, penerjemah.
Jakarta(ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Harper’s
Illustrated Biochemistry, 29th Ed

Uetake K, Ishiwata, Abe T, Eguchi N, Tanaka Y. 2006. Hormonal and


metabolicrelation to restraint and human handling in growing-fatteningsteers.
Animal Science. 77 (3): 370-374.

Tonyushkina K, Nichols JH. Glucose meters: a review of technical challenges


to obtaining accurate results. J Diabetes Sci Technol. 2009;3(4):971–980.
Published 2009 Jul 1. doi:10.1177/193229680900300446

13
Lampiran

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 4
a
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation 44.43847006

Most Extreme Differences Absolute .270

Positive .270

Negative -.209

Kolmogorov-Smirnov Z .541

Asymp. Sig. (2-tailed) .932

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikan 0.932 > 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.

T-Test

Group Statistics

alat N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Hasil pengukuran gula darah spektofotometerFW 4 46.4950 44.72754 22.36377

gula darah GCU 4 82.0000 13.44123 6.72062

Berdasarkan output diatas (group statistik) terlihat bahwa rata-rata kadar glukosa
alat spektrofotometer yaitu 46.49 mg/dl berbeda dengan rata-rata kadar glukosa
pada alat glukometer (GCU) yaitu 82.00 mg/dl

14
Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of


Variances t-test for Equality of Means

Std. Error 95% Confidence Interval of the

Differenc Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference e Lower Upper

Hasil Equal variances


3.280 .120 -1.520 6 .179 -35.50500 23.35176 -92.64471 21.63471
pengukuran assumed
gula darah Equal variances not
-1.520 3.537 .212 -35.50500 23.35176 -103.82401 32.81401
assumed

Sedangkan pada output independent sampel test, SPSS menampilkan dua uji T dengan asumsi varian kedua kelompok sama dan uji T dengan asumsi
varian pada kedua kelompok berbeda. Untuk memilih uji yang dipakai, dilihat dari uji Levene’s. Pada tabel diatas diperoleh nilai P pada uji Levene’s
adalah 0.120. Nilai ini lebih besar dari 0.05, artinya varian pada kedua kelompok diatas sama. Sehingga,didapat nilai p= 0.179 dan disimpulkan bahwa
pada α 5% tidak ada perbedaan yang signifikan antara glukometer (GCU) dan spektrofotometer

Anda mungkin juga menyukai