Suatu ilmu pengetahuan tak lepas dari istilah hakikat. Maka
keberadaan ilmu pengetahuan tersebut bisa dikaji pada aspek ontologi, aksiologi, dan epistemologi. Kajian ontologi berhubungan dengan ada tidaknya makna sebuah kehidupan. Aksiologi lebih menuju pada nilai- nilai atau tujuan dari ilmu pengetahuan tersebut. Epistemologi adalah sistem, dasar atau batasan-batasan dalam ilmu pengetahuan tersebut. Adanya kajian-kajian tersebut dilakukan karena untuk melihat inti pokok dari supervisi pembelajaran.
Kata kunci: ilmu pengetahuan, supervisi, pembelajaran
Istilah supervisi baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa terakhir
ini (Suharsimi Arikunto,2004). Kegiatan serupa yang dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupaka bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiaan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan.
Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan.
1. Ontologis
Secara etimologis supervisi berasal dari bahasa Inggris, to supervise,
“mengawasi”. Dalam Merriam Webster’s Collegiate Dictionary disebutkan bahwa supervisi adalah a critical watching and directing. Wiles dan Bondi (1986: 9) menerjemahkan supervisi sebagai suatu fungsi kepemimpinan umum yang mengkoordinir dan mengelola aktivitas sekolah yang berkaitan dengan pembelajaran. Jelaslah bahwa dalam penerapannya, supervisi merupakan suatu bentuk bimbingan profesional dalam rangka perbaikan suasan belajar mengajar melalui guru-guru.
Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif ((Purwanto, 2000) dalam Priansa (2014:84).
Substansi Esensi Eksistensi Aktualisasi
- Pengumpul - Pengawasan - Supervisor/ - Peningkatan an data - Pembinaan Penyelia mutu - Studi - Pelaksana - Institusional dokumen Pendidikan - Pelaksana - Wawancara Pendidikan
Kajian ontologi supervisi pembelajaran merupakan proses
pengawasan dan pembinaan oleh seorang supervisor dengan para khalayak (guru atau pendidik lainnya) dalam hubungan teman sejawat dan kerjasama untuk mengusahakan mutu pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Konsep supervisi didasarkan atas keyakinan bahwa perbaikan merupakan suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang berpartisipasi dan supervisor sebagai pemimpin, yang juga berperilaku sebagai stimulator, pembimbing, dan konsultan bagi para bawahannya dalam rangka perbaikan dari masalah-masalah yang muncul.
2. Aksiologis
Supervisi pembelajaran dapat ditelaah dengan kajian aksiologi
dengan orientasi pada kegunaan ilmu pengetahuan itu dalam kehidupan manusia. Supervisi pembelajaran ada sebagai sarana pengawasan bagi pelaksana pendidikan untuk memantau, menilai, memperbaiki, dan membina masalah yang dihadapi di suatu institusional (khususnya sekolah). Tujuan secara umum yakni agar suatu institusi mampu menemukan solusi sesuai kapasitas SDM (pengajar maupun yang diajar dan faktor-faktor penunjang pembelajarannya) dari permasalahan dan hambatan-hambatan yang muncul. Maka secara tidak langsung sang supervisor juga mampu membuat program-program yang sesuai dengan kondisi khalayak yang akan menjadi sasaran pembenahan.
3. Epistimologis
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan (pengumpulan
data, studi dokumen, atau semacamnya) dan pembinaan untuk mencari solusi dan meningkatkan mutu institusi tersebut. Maka dari itu aktivitasnya tidak boleh melampaui batas dari kaidah-kaidah yang sudah ada. Tolak ukur seorang supervisor dalam menjalankan aksinya yaitu sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada masa itu dan tujuan Pendidikan nasional. Batasan ruang lingkupnya tentu hanya sebatas pada area lingkungan institusi pendidikan. Perbedaan supervisi pembelajaran dengan pengawasan yang lain yakni pada pihak-pihak yang ikut menjadi sasaran pengawasan dan pembinaan. Pada supervisi pembelajaran, sang supervisor melakukan pembinaan kepada bawahannya. Dan pada saat itu juga, mereka wajib melakukan report kepada institusi di atasnya yang bernana Dinas Pendidikan wilayahnya. Simpulan
Dari paparan mengenai supervisi pembelajaran diatas, maka dapat
dinyatakan bahwa supervisi aktivitas pengumpulan data, studi dokumen, atau wawancara oleh supervisor (penyelia) dalam suatu institusional secara administratif dan akademis guna peningkatan mutu bagi pelaksana pendidikan.
Supervisi harus dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan
tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekadar mengawasi. Aspek tujuan dari supervisi adalah untuk terus memperbaiki keadaan sekolah baik secara material, finansial maupun dengan hubungan sosialnya di dalam lingkungan sekolah. Penyelenggaraan supervisi pendidikan diperlukan usaha dan kerja sama antara supervisor (kepala sekolah) dengan seluruh stakeholder mengenai pandangan tentang tujuan dari supervisi pendidikan serta pendirian mengenai seperti apa atau yang bagaimana supervisi yang dikehendaki sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Daftar Acuan
Arikunto. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Priansa, Donni. 2014. Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah.