Anda di halaman 1dari 11

HAK ASASI MANUSIA DALAM NEGARA

HUKUM INDONESIA

Disusun oleh :

Selma Rosita Devi C100160309 / B


FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep “Rule of Law” lahir dan berkembang secara evolusioner dan


bertumpu pada sistem hukum Anglo Saxon (Common Law Inggris). Dalam
bahasa Inggris sesungguhnya tidak mengenal istilah “Negara Hukum”. Namun
demikian tidak berarti Inggris tidak mengenal Negara hukum. W. Friedmann
dalam bukunya Legal Theory (1967), mengatakan Inggris menggunakan istilah
lain untuk Negara hukum, pembatasan kekuasaan Negara oleh Rule of Law. Jadi
Negara hukum adalah Negara yang kekuasannya dibatasi oleh Rule of Law.
Istilah Rule of Law mulai popular dengan terbitnya buku Albert Venn Dicey pada
tahun 1885 dengan judul Introduction to the Study of Law of the Constitution. A.
V. Dicey memperkenalkan adanya tiga unsur dari Rule of Law, yaitu:
1) Supremacy of Law (Supremasi Hukum), kekuasaan tertinggi di dalam Negara
adalah hukum; 2) Equality before the Law, Persaman dalam kedudukan hukum
bagi setiap orang; 3) Human Rights, Hak-hak Asasi Manusia.1
Negara Indonesia termasuk negara hukum sebagaimana tercantum dalam
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berbunyi : “ Negara Indonesia adalah negara hukum”.2 Pengakuan Indonesia
sebagai sebuah negara hukum, membawa implikasi yang luas pada berbagai

1
Aloysius R. Entah, 2016, Indonesia: Negara Hukum yang Berdasarkan Pancasila, Semnas Hukum
UNNES Vol. 2 : FH UNMER Malang, hal. 534-535

2
Lihat UUD RI 1945
bidang lain. Tentang konsep negara hukum yang dianut Indonesia, juga berbagai
hal yang dipandang mempunyai arti penting di dalamnya, yakni perihal hak asasi
manusia yang mengalami perkembangan konseptual dan formulasi juridis di
dalam sistem hukum Indonesia.3
Secara teoritis HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus
dihormati, dijaga dan dilingungi. Hakekat HAM sendiri adalah merupakan upaya
menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu pula upaya
menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan
tanggung jawab bersama antara invididu. Pemerintah (aparatur pemerintah baik
sipil maupun militer) dan negara.4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat di tentukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah lahirnya hak asasi manusia di Indonesia ?
2. Bagaimana instrumen penegakan hak asasi manusia di Indonesia ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya hak asasi manusiayang ada di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana instrumen yang digunakan untuk penegakan hak
asasi manusia di Indonesia.

3
Natangsa Surbakti, 2010, FILSAFAT HUKUM: Perkembangan Pemikiran Relevansi dengan
Reformasi Hukum Indonesia, Surakarta: BP FKP UMS, hal. 135
4
A.Bazar Harapan, Nawangsih Sutardi, 2006, Hak Asasi Manusia dan Hukumnya, Jakarta: CV. Yani’s,
Hal 33-34
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya HAM di Indonesia


Menurut Miriam Budiarjo, HAM merupakan hak yang dimiliki setiap orang
yang dibawa sejak lahir ke dunia, hak itu sifatnya universal sebab dipunyai tanpa
adanya perbedaan kelamin, ras, budaya, suku, agama maupun sebagainya.
Sedangkan menurut Oemar Seno Adji, HAM merupakan hak yang melekat pada
setiap martabat manusia sebagai insan dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki sifat tidak boleh dilanggar oleh siapapun “manusia/kelompok lain”.5

Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, HAM bersifat universal karena hak-hak


tersebut dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap manusia, apapun
warna kulit, jenis kelamin, usia, latar belakang budaya, agama atau
kepercayaannya. HAM dikatakan melekat dan inheren karena hak-hak tersebut
dimiliki setiap manusia semata-mata karena keberadaannya sebagai manusia dan
bukan karena pemberian dari suatu organisasi kekuasaan manapun. HAM
sifatnya melekat karena hak-hak yang dimiliki manusia tidak dapat dirampas dan
dicabut. Dalam konteks ini sifat HAM yang melekat dan inheren pada setiap
manusia menghendaki tidak adanya institusi kekuasaan atau siapapun yang

5
Guru Pendidikan.com, 27 Pengertian HAM Menurut Para Ahli, Online
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-ham/ diakses pada tanggal 18 Juni 2019.
diperbolehkan merampas dan mencabutnya kecuali adanya alasan kemanusiaan
yang rasional dan absah menurut hukum.6
Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tanggal 10 Desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak
peradaban umat manusia setelah duania mengalami malapetaka akibata
kekejaman dan aib yang dilakukan negara-negara.7
Sedangkan di Indonesia, Konsep pemikiran HAM telah dikenal oleh Bangsa
Indonesia terutama sejak tahun 1908 lahirnya Budi Utomo, yakni di tahun mulai
timbulnya kesadaran akan pentingnya pembentukan suatu negara bangsa (nation
state) melalui berbagai tulisan dalam suatu Majalah Goeroe Desa. Konsep HAM
yang mengemuka adalah konsep-konsep mengenai hak atas kemerdekaan, dalam
arti hak sebagai bangsa merdeka yang bebas menentukan nasib sendiri (the rights
of self determination). Namun HAM bidang sipil, seperti hak bebas dari
diskriminasi dalam segala bentuknya dan hak untuk mengeluarkan pikiran dan
pendapat mulai juga diperbincangkan. Bahkan konsep mengenai hak untuk turut
8
serta dalam pemerintahan telah dikemukakan oleh Budi Utomo.
Perkembangan HAM di Indonesia selanjutnya tumbuh seiring dengan
kemunculan berbagai organisasi pergerakan yang intinya sebagaimana
diperjuangkan oleh Perhimpunan Indonesia yaitu hak menentukan nasib sendiri.
Pada masa-masa selanjutnya, pemikiran tentang demokrasi asli Bangsa Indonesia
yang antara lain dikemukakan Hatta, makin memperkuat anggapan bahwa HAM
telah dikenal dan bukanlah hal baru bagi Bangsa Indonesia. Perkembangan
pemikiran HAM mengalami masa-masa penting manakala terjadi perdebatan
tentang Rancangan UUD oleh BPUPKI. Teatapi akhirnya tercapailah Pasal 28
UUD 1945, dimana hak-hak dasar demokratis seperti hak untuk berserikat dan
berkumpul dan untuk menyampaikan pendapat diatur. Hak asasi barulah
mendapatkan tempat yang penting utamanya pada masa KRIS 1949 dan UUDS
1950, karena kedua UUD atau konstitusi itu memuat HAM secara terperinci. Hal
itu disebabkan KRIS 1949 dibuat setelah lahirnya Declaration of Human Right
6
M. Syafi’ie, 2012, Instrumentasi Hukum Ham, Pembentukan Lembaga Perlindungan Ham di
Indonesia dan Peran Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi: Vol. 9, hal. 683-684
7
Natangsa Surbakti, 2010, FILSAFAT HUKUM: Perkembangan Pemikiran Relevansi dengan
Reformasi Hukum Indonesia, Surakarta: BP FKP UMS, hal. 142
8
Retno Kusniati, 2011, Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia, Konsepsi Negara Hukum,
Jambi :Bimbingan Teknis HAM Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jambi, hal 88
1948, sedangkan UUDS 1950 adalah perubahan dari KRIS 1949 melalui UU
Federal No. 7 tahun 1950.
Di dalam sejarah ketatanegaraan RI, rumusan HAM secara eksplisit
dicantumkan dalam UUD RIS, UUDS, maupun UUD 1945 hasil amandemen.
Pada pelaksanakan sidang umum MPRS tahun 1966 telah ditetapkan Tap.MPRS
No.XIV/ MPRS/1966 tentang pembentukan panitia ad.Hoc.untuk menyiapkan
rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban warga negara. Hasil rancangan
panitia ad.Hoc tersebut pada sidang umum MPRS 1968 tidak dibahas, karena
lebih mengutamakan membahas masalah mendesak yang berkaitan dengan
rehabillitasi dan konsolidasi nasional setelah terjadi tragedi nasional
pemberontakan G 30 S /PKI.8 Selanjutnya pada tahun 1993, berdasarkan Kepres
No. 50 tahun 1993 dibentuklah Komnas HAM.Ketika Sidang Umum MPR RI
tahun 1968 perumusan tentang HAM secara rinci telah tercantum dalam
GBHN.Selanjutnya tahun 1999 lahir UU HAM no.39 tahun 1999.Sementara itu
amandemen UUD 1945 yang kedua tahun 2000, rumus HAM secara eksplisit
tertuang dalam UUD 1945 tepat di BAB X A, pasal 28A s/d 28 J.9

B. Instrumen Penegakan HAM di Indinesia


Instrumen merupakan suatu alat dan landasan suatu materi. Istilah hukum
menurut Mochtar Kusumaatmadja merupakan suatu instrumen asas-asas dan
kaidah-kaidah yang di gunakan untuk mengatur kehidupan manusia dalam hidup
bermasyarakat yang harus meliputi intitusi atau lembaga dan proses yang
dibutuhkan untuk menjadikan hukum dalam sebuah kenyataan. Instrumen hukum
dalam hal ini di artikan suatu alat atau landasan dari pada hukum.10
Berikut instrumen hukum HAM yang terproduksi pasca reformasi, pertama,
TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Ketetapan MPR ini merupakan
instrumen HAM yang tercipta sebagai akibat kuatnya tuntutan reformasi terhadap
penyelesaian pelanggaran HAM. Muatannya bukannya hanya tentang Piagam
HAM, tetapi juga memuat amanat kepada Presiden dan lembaga-lembaga tinggi
negara untuk memajukan perlindungan HAM, termasuk mengamanatkan kepada

9Eko Hidayat, Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negera Hukum Indonesia, Bandar Lampung:
Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung, hal 83-84
10
Sri Warjiyati, 2018, Instrumen Hukum Penegakan Hak Asasi Manusia, Justicia Islamica: Vol.15, hal
122
mereka untuk meratifikasi instrumen-instrumen internasional yang berkaitan
dengan jaminan pemenuhan HAM.
Kedua, UUD 1945 setelah amandemen. UUD 1945 pasca reformasi
mengalami amandemen sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1999, tahun 2000,
tahun 2001 dan tahun 2002. Instrumentasi UUD 1945 pasca amandemen ini
mengalami perubahan yang sangat berarti bagi perkembangan perlindungan
HAM di Indonesia. Pasal tentang HAM terletak pada bab tersendiri yaitu Bab XA,
di dalamnya terdapat 26 butir ketentuan yang menjamin terhadap pemenuhan
HAM. Selain pasal 28 UUD 1945, pasal-pasal UUD 1945 lainnya masih banyak
yang berdimensi perlindungan dan pemenuhan terhadap HAM.11
Perkembangan upaya penegakan hak asasi manusia di Indonesia kemudian
berlanjut dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentanh
Hak Asasi Manusia da Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang
Pengadila Hak Asasi Manusia.12
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM merupakan instrumen
yang pokok yang menjamin semua hak yang tercantum di berbagai instrumen
internasional tentang HAM. Undang-undang ini memuat pengakuan dan
perlindungan hak-hak yang sangat luas karena banyak ketentuannya yang
merujuk pada katagorisasi hak yang ada dalam UDHR, ICCPR, ICESCR, CRC,
dan beberapa Lainnya. Selain itu, UU. No. 39 tahun 1999 tentang HAM juga
mengatur soal kelembagaan Komnas HAM.13
Eksistensi tanggungjawab negara terhadap jaminan pemenuhan dan
perlindungan HAM, tidak terlepas dari prinsip-prinsip pokok HAM yang menjadi
acuan standar pelaksanaan HAM secara internasional dan nasional, meliputi :
1. Universal dan tidak dapat dicabut (Universality and inalienability). Hak
asasi merupakan hak yang melekat, dan seluruh umat manusia di dunia
memilikinya. Hak-hak tersebut tidak bisa diserahkan secara sukarela atau
dicabut. Hal ini selaras dengan Pasal 1 DUHAM yang berbunyi “Setiap

11M. Syafi’ie, 2012, Instrumentasi Hukum Ham, Pembentukan Lembaga Perlindungan Ham di
Indonesia dan Peran Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi: Vol. 9, hal 688
12
Natangsa Surbakti, 2010, FILSAFAT HUKUM: Perkembangan Pemikiran Relevansi dengan
Reformasi Hukum Indonesia, Surakarta: BP FKP UMS, hal. 154
13
M. Syafi’ie, Ibid, hal. 689
umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan
martabatnya.”
2. Tidak bisa dibagi (indivisibility). HAM baik sipil, politik, sosial, budaya
dan ekonomi semuanya inheren, menyatu sebagai bagian dari harkat
martabat umat manusia yang tidak terpisahkan. Konsekwensinya, semua
orang memiliki status hak yang sama dan sederajat, dan tidak bisa
digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis. Pengabaian pada satu
hak akan berdampak pada pengabaian hak-hak lainnya. Hak setiap orang
untuk memperoleh penghidupan yang layak adalah hak tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Hak tersebut merupakan modal dasar bagia setiap orang
agar mereka bisa menikmati hak-hak lainnya, seperti hak atas pendidikan
atau hak atas kesehatan.
3. Saling bergantung dan berkaitan (interdependence and interrelation). Baik
secara keseluruhan maupun sebagian, pemenuhan dari satu hak seringkali
bergantung kepada pemenuhan hak-hak lainnya. Contoh, dalam situasi
tertentu, hak untuk mendapatkan pendidikan atau hak memperoleh informasi
adalah hak yang saling bergantung satu sama lain
4. Keseteraan dan Non Diskriiminasi (equality and non
discrimination).Setiap individu sederajat sebagai umat manusia dan
memiliki kebaikan yang inheren dalam harkat martabatnya masing-masing.
Setiap manusia berhak sepenuhnya atas hakhaknya tanpa pembedaan dengan
alasan apapun, seperti pembedaan dengan alasan ras, warna kulit, jenis
kelamin, etnis, usia, bahasa, agama, pandangan politik dan pandangan
lainnya, kewarganegaraan dan latar belakang sosial, cacat dan kekurangan,
tingkat kesejahteraan, kelahiran dan status lainnya.
5. Partisipasi dan Kontribusi (participation and contribution). Setiap orang
dan seluruh masyarakat berhak untuk turut berperan aktif secara bebas dan
berarti dalam partisipasi dan berkontribusi untuk menikmati kehidupan
pembangunan, baik kehidupan sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya.
6. Tanggungjawab Negara dan Penegakan Hukum (state responsibility and
rule of law). Negara bertanggungjawab untuk menaati HAM. Mereka harus
tunduk pada normanorma hukum dan standar yang tercantum dalam
instrumeninstrumen HAM. seandainya negara gagal dalam melaksanakan
tanggungjawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan
tuntutan secara layak, yang sesuai dengan aturan dan prosedur yang
berlaku.14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah lahirnya HAM di Indonesia yaitu sejak tahun 1908 lahirnya Budi
Utomo, yakni di tahun mulai timbulnya kesadaran akan pentingnya pembentukan
suatu negara bangsa (nation state) melalui berbagai tulisan dalam suatu Majalah
Goeroe Desa. Perkembangan pemikiran HAM mengalami masa-masa penting
manakala terjadi perdebatan tentang Rancangan UUD oleh BPUPKI. Teatapi
akhirnya tercapailah Pasal 28 UUD 1945, dimana hak-hak dasar demokratis
seperti hak untuk berserikat dan berkumpul dan untuk menyampaikan pendapat
diatur. Hak asasi barulah mendapatkan tempat yang penting utamanya pada masa
KRIS 1949 dan UUDS 1950, karena kedua UUD atau konstitusi itu memuat
HAM secara terperinci. Di dalam sejarah ketatanegaraan RI, rumusan HAM
14 Ibid, hal. 685-686
secara eksplisit dicantumkan dalam UUD RIS, UUDS, maupun UUD 1945 hasil
amandemen.
Instrumen hukum HAM yang terproduksi pasca reformasi, yaitu, TAP MPR
No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Ketetapan MPR ini merupakan instrumen
HAM yang tercipta sebagai akibat kuatnya tuntutan reformasi terhadap
penyelesaian pelanggaran HAM. Kemudian UUD 1945 setelah amandemen.
UUD 1945 pasca reformasi mengalami amandemen sebanyak empat kali yaitu
pada tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001 dan tahun 2002. Instrumentasi UUD
1945 pasca amandemen ini mengalami perubahan yang sangat berarti bagi
perkembangan perlindungan HAM di Indonesia. Pasal tentang HAM terletak
pada bab tersendiri yaitu Bab XA, di dalamnya terdapat 26 butir ketentuan yang
menjamin terhadap pemenuhan HAM. Selain pasal 28 UUD 1945, pasal-pasal
UUD 1945 lainnya masih banyak yang berdimensi perlindungan dan pemenuhan
terhadap HAM.
Perkembangan upaya penegakan hak asasi manusia di Indonesia kemudian
berlanjut dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentanh
Hak Asasi Manusia da Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang
Pengadila Hak Asasi Manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Harapan, Bazar, dan Nawangsih Sutardi, 2006, Hak Asasi Manusia dan Hukumnya,
Jakarta: CV. Yani’s.

Surbakti, Natangsa 2010, FILSAFAT HUKUM: Perkembangan Pemikiran Relevansi


dengan Reformasi Hukum Indonesia, Surakarta: BP FKP UMS.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945


Entah, Aloysius R, 2016, Indonesia: Negara Hukum yang Berdasarkan Pancasila,
Semnas Hukum UNNES Vol. 2 : FH UNMER Malang.

Hidayat, Eko, Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negera Hukum Indonesia,
Bandar Lampung: Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung.

Kusniati, Retno 2011, Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia, Konsepsi
Negara Hukum, Jambi :Bimbingan Teknis HAM Kantor Wilayah Kementrian
Hukum dan HAM Jambi.

Syafi’ie, 2012, Instrumentasi Hukum Ham, Pembentukan Lembaga Perlindungan


Ham di Indonesia dan Peran Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi: Vol. 9

Warjiyati, Sri 2018, Instrumen Hukum Penegakan Hak Asasi Manusia, Justicia
Islamica: Vol.15

Guru Pendidikan.com, 27 Pengertian HAM Menurut Para Ahli, Online


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-ham/ diakses pada tanggal 18
Juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai