Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

HIPERTENSI KEHAMILAN

Disusun oleh:

Anggraini Jawinta 133307010043


Anis Masruroh 133307010164
Kiki Mirna Ramadhani 133307010145

Pembimbing:
Dr. dr. Mangatas Silaen, M.K.M., Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Bagian Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Prima Indonesia
Rumah Sakit Royal Prima
Medan
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan serta rahmat-Nya kepada kami, sehingga lapkas ini dapat terselesaikan
dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana,
lapkas ini membahas tentang “HIPERTENSI KEHAMILAN” dan kiranya lapkas ini
dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dalam
menegakkan diagnosa pasien dengan “HIPERTENSI KEHAMILAN”.
Dengan adanya lapkas ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan
minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat
mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu
individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan lapkas ini masih sangat
minim, sehinggga saran dari doter pembimbing serta kritikan dari semua pihak masih
kami harapkan demi perbaikan lapkas ini. Kami ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan lapkas ini.

Medan, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3

BAB III LAPORAN KASUS......................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan


merupakan salah satu dari tiga rangkaian penyebab kematian tersering, selain
perdarahan dan infeksi, dan juga banyak memberikan kontribusi pada
morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001, menurut National
Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada
150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-kawan
(2003) melaporkan bahwa hampir 16% dari 3.201 kematian yang
berhubungan dengan kehamilan di Amerika Serikat dari tahun 1991 - 1997
adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang berhubungan
dengan kehamila.
Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa
dekade, hipertensi yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan
tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan. Secara umum, preeklamsi
merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada
kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia
kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada
multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda,
diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan
berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada
sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada
kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab
sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali dengan
pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25%
mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan.

1
Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal,
dan kerusakan end organ lainnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia


ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-
masing penyakit di atas tidak sama.
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga)
atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara
teoritik urutan urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi, dan
terakhir proteinuri. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas
dapat dianggap bukan preeklamsi.
Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang
paling penting. Namun, penderita serinhkali tidak merasakan perubahan ini. Bila
penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau
nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.

C. Faktor Risiko Preeklamsia


 Kehamilan pertama
 Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
 Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

2
 Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine,
dan tekanan darah tinggi)
 Kehamilan kembar
D. Gambaran Klinis Preeklampsia
a. Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah.
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan
sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari
140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110
mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan
takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati,
hiperefleksia, pendarahan otak.

Bagan : penilaian klinik preeklampsia dan eklamsia

3
Tekana Darah
Meningkat
140/90 mmHg normal

Gejala/tanda lain Gejala/tanda lain

Nyeri kepala dan Kejang, riwayat Demam (-), nyeri Trismus, Nyeri kepala,
atau gangguan kejang (+), kepala (-), kaku spasme otot gangguan
penglihatan dan atau demam (-), kaku kuduk (+), wajah penglihatan, mutah,
hiperrefleksia dan kuduk (-) disorientasi riwayat gejala
atau proteinuria dan serupa.
atau koma.

epilepsi Malaria serebral Tetanus migrain


Meningitis
Ensefalitis

Hamil <20 minggu Hamil >20 minggu

Hipertensi Superimposed Kejang (-) Kejang (+)


kronik preeclampsia

Eklampsia
Hipertensi Preeklamsia Preeklamsia
ringan berat

Sumber : Buku Acuan Pelatihan Klinik Pelayanan Obstetri Dasar, 2008

E. Patofisiologi Preeklampsia
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,
tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan
trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai
dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat

4
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar
dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes
fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intravaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh
perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim. Perubahan pada organ-organ:
1) Perubahan kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia
dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata
dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang
secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan
aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru.
2) Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita preeklampsia dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau
penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan
dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam
batas normal.
3) Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan
salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang
menunjukan tanda preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya

5
skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
preedaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
4) Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.
5) Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim
dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
6) Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya
aspirasi pneumonia, atau abses paru.

F. Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan
pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu;
Tabel. Diagnosis penyakit hipertensi sebagai penyulit kehamila
Hipertensi Gestasional
 TD sistolik > 140 atau TD diastolic >90mmHg ditemukan pertama kali
sewaktu hamil.
 Tidak ada proteinuria
 TD kembali ke normal sebelum 12 minggu pascapartum
 Mungkin memiliki gejala atau tanda lain preeklamsia, mis : dyspepsia atau
trombositopenia
Preeklamsia
Criteria umum
 TD >140/90mmHg yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu

6
 Proteinuria >300mg/24 jam atau >1+ pada pemeriksaan carik celup
Kemungkinan preeklamsi meningkat
 TD> 160/110mmHg
 Proteinuria 2,0g/24 jam atau >2+ pada pemeriksaan carik celup
(dipstick)
 Kreatinin serum >1,2mg/dL, kecuali memang sebelumnya diketahui
meningkat
 Trombosit <100.000/nL
 Hemolisis mikroangiopatik-peningkatan LDH
 Peningkatan kadar transaminase serum – ALT atau AST
 Nyeri kepala yang persisten atau gangguan yang serebral atau visual
lainya
 Nyeri epigastrik persisten
Eklamsia
 Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain pada perempuan
dengan preeklamsi
Preeklamsi yang bertumpang tindih pada hipertensi kronis
 Proteinuria awitan-baru >300mg/24 jam pada perempuan
hipertensif, tetapi tidak ditemukan proteinuria sebelum kehamilan
20 minggu.
 Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah atau hitung
trombosit <100.000/nL pada perempuan yang mengalami hipertensi
dan proteinuria sebelum kehamilan 20minggu
Hipertensi Kronis
 TD >140/90mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosis sebelum
kehamilan 20 minggu, tidak disebabkan penyakit trofoblastik
gestasional
 Hipertensi pertama kali didiagnosis setelah kehamilan 20 miggu
dan menetap setelah 12 minggu pascapartum

7
G. Penatalaksanaan
Adapun penangana umum dan terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien
dengan PEB antara lain adalah:
a. Tirah baring, miringkan ibu kearah satu sisi
b. Diet biasa dengan mengurangi makanan yang asin.
c. Pemberian oksigen
d. Pemasangan kateter
e. Pemasangan cairan intravena
f. Magnesium sulfat (MgSO4)
Obat ini diberikan dengan dosis 10cc MgSO4 40% secara intravena
loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40%
sebanyak 15cc dalam 500 RL selama 6 jam. MgSO4 ini diberikan dengan
beberapa syarat, yaitu :
1. Reflex patella normal
2. Frekuensi respirasi >16x/menit
3. Produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc/kgBB/jam
4. Disiapkan kalsium gluconas 10% dalam 10cc sebagai antidotum.
Bila nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi maka
kalsium gluconas tersebut diberikan dalam 3 menit.

Tekana Darah
Meningkat
140/90 mmHg normal

Gejala/tanda lain Gejala/tanda lain

Nyeri kepala dan Kejang, riwayat Demam (-), nyeri Trismus, Nyeri kepala,
atau gangguan kejang (+), kepala (-), kaku spasme otot gangguan
penglihatan dan atau demam (-), kaku kuduk (+), wajah penglihatan, mutah,
hiperrefleksia dan kuduk (-) disorientasi riwayat gejala
atau proteinuria dan serupa.
atau koma.

8
epilepsi Malaria serebral Tetanus migrain
Meningitis
Ensefalitis

Hamil <20 minggu Hamil >20 minggu

Hipertensi Superimposed Kejang (-) Kejang (+)


kronik preeclampsia

Eklampsia
Hipertensi Preeklamsia Preeklamsia
ringan berat

g. Antihipertensi
Obat ini diberikan jika tekanan darah diastolic >110mmHg. Pilihan
antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10mg dengan interval
1 jam, 2 jam, atau 3 jam sesuai kebutuhan. 1 penurunan tekanan darah
pada PEB tidak boleh terlalu agresif yaitu tekanan darah diastol tidak
kurang dari 90 mmHg atau maksimal 30%.
h. Kortikosteroid
National Institutes Of Health (NIH) merekomendasikan :
1. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 24-34 minggu
yang dalam persalinan prematur mengancam merupakan
kandidat untuk pemberian kortikosteroid antenatal dosis tunggal.
2. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12mg
sebanyak dua dosis dengan selang waktu 24 jam atau
deksametason 6mg sebanyak 4 dosis intramuskular dengan
interval 12 jam.
3. Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisia dan
berlangsung selama 7 hari.

9
10
BAB III
LAPORAN KASUS

ANAMNESIS PRIBADI
Nama : Elisa
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Bidan
Pendidikan : D-3
Suku : Karo
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Menikah
Tgl Masuk : 04 November 2018
Jam Masuk : 20.00 WIB
No. RM : 08.15.13

ANAMNESIS PENYAKIT
Ny. Elisa umur 27 tahun, datang ke IGD RS Royal Prima Medan dengan:
Keluhan Utama : sakit kepala
Keluhan Tambahan : oyong, muntah
Telaah : Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam diluar
siklus menstruasi, disertai sakit perut bagian bawah dan oyong,
pandangan berputar. Keluhan ini dirasakan pasien selama 3
tahun terakhir dan memberat selama 4 hari sebelum masuk
rumah sakit.
RPT : -
RPO : Antasida
RPK :-
RA :-
RO :-

11
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Sens : Compos mentis Anemis : (-)
TD : 183/110 mmHg Ikterus : (-)
HR : 88 x/i Dispnea : (-)
RR : 26 x/i Sianosis : (-)
Temp : 37oC Edema : (+)
TB : 165 cm

STATUS GENERALISATA
1. Kepala: Normocefali
2. Rambut: Hitam, tidak mudah dicabut
3. Mata: Simetris, Konjunctiva anemis (-/-)
Pupil isokor (+/+), sclera ikterik (-/-)
4. Telinga: Simetris , massa (-), sekret (-), benda asing (-)
5. Hidung: Septum nasi simetris, sekret (-), massa (-)
6. Bibir: Sianosis (-)
7. Leher: Pembesaran KGB (-)
8. Thoraks (paru):
 Inspeksi: Simetris dextra sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat
bernafas
 Palpasi: Stem fremitus kiri = kanan (normal)
 Perkusi: Sonor (Kedua lapangan paru)
 Auskultasi: Vesikuler, tidak ada suara tambahan
9. Abdomen
 Inspeksi: Membesar simetris, asites (-), bekas luka operasi (-)
 Palpasi: Teraba TFU cm, gerak janin (+)
 Perkusi: Shifting dullness (-), Timpani
 Auskultasi: Peristaltik normal
10. Ekstremitas: oedem tungkai kaki (+/+), hangat (+/+)
RIWAYAT HAID
HPHT : 31 Maret 2018

12
ANC : Dokter >3 kali
Status Lokalisata
1. Status Obstetrikus
Bagian tegang : -
Bagian terbawah : -
Gerak : -
His : -
DJJ : 140 x/menit
EBW : 1419 gr

USG
Gravida 31-32 minggu, janin tunggal, hidup, presentasi kepala. DJJ teratur.

LABORATORIUM

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


HEMATOLOGI
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Hemoglobin 11.7 g/dl 12.5 - 14.5
2 Leukosit 12.32 /mm3 5.0 - 11.0
3 Laju Endap Darah 45 mm/jam 0 - 20 .
4 Trombosit 143 /mm3 150 - 450 -
5 Hematocrit 33.2 % 30.5 - 45.0 -
6 Eritrosit 4.17 10^6/mm3 3.50 - 5.50 -
7 MCV 79.6 fL 75.0 - 95.0 -
8 MCH 28.1 pg 27.0 - 31.0 .
9 MCHC 35.2 g/dl 33.0 - 37.0 .
10 RDW 15.2 % 11.50 - 14.50 .
11 PDW 50.2 fL 12.0 - 53.0 .
12 MPV 9.7 fL 6.50 - 9.50 .
13 PCT 0.14 % 0.100 - 0.500 .
14 Hitung Eosinofil 2 % 1-3 .
Basofil 0.2 % 0-1 .
Jenis
Monosit 7.7 % 2-8 .
Lekosit Neutrofil 71.7 % 50 - 70 .
Limfosit 16.3 % 20-40 .

13
HEMATOLOGI
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
LUC 2 % 0-4

NO pemeriksaan Hasil satuan normal


1 URINE ROUTINE
Warna Kuning - kuning
Kekeruhan Keruh - Jernih
Berat jenis 1.025 - 1.005-1.030
PH 6.5 - 4.5-8.0
Glucose Negative - Negative
Bilirubin Negative - Negative
Keton Negative - Negative
Protein +2 - Negative
Urobilinogen 0.2 E.U/dl 0.1-1.0
Nitrit Negative - Negative
Blood +1 - Negative
Leucocyt +1 Negative
2 URINE SEDIMENT
Eritrosit 3-5 /lbp 0-1
Leukocyte 3-5 /lbp 0-3
Sel epitel 2-3 /lbp <6
Silinder Negative /lbp Negative
Kristal Negative Negative
Lain-lain Negative Negative

DIAGNOSA
Diagnosa kerja : G0P1A0 HAMIL 31-32 minggu + preeklamsi berat
Rencana Tindakan :

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
- IVFD RL; 30 gtt/i
- Inj. Ranitidin
- MgSo4 40%
- Dopamet tab 500mg

14
RENCANA
- Turunkan tensi

ANJURAN
- Awasi vital sign
- Pantau DJJ

FOLLOW UP
Tanggal 04 November 2018
Status Presens:
KU : pusing(+),oyong(+),muntah(+) Anemis : (-)
Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)
TD : 178/108 mmHg Dispnea : (-)
Frek. Nadi : 87x/i Sianosis : (-)
Frek. Nafas : 22 x/i Edema : (+)
Temp : 36,7 ˚C
Tanggal 05 November 2018
Status Presens:
KU : pusing(-),oyong(-),muntah(-) Anemis : (-)
Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)
TD : 170/110 mmHg Dispnea : (-)
Frek. Nadi : 80x/i Sianosis : (-)
Frek. Nafas : 22 x/i Edema : (+)
Temp : 36,˚C
Tanggal 06 November 2018
Status Presens:
KU : pusing(+),oyong(+),muntah(+) Anemis : (-)
Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)
TD : 130/80 mmHg Dispnea : (-)
Frek. Nadi : 84x/i Sianosis : (-)

15
Frek. Nafas : 22 x/i Edema : (+)
Temp : 36,7 ˚C
Tanggal 07 November 2018
Status Presens:
KU : pusing(+),oyong(+),muntah(+) Anemis : (-)
Sensorium : Compos Mentis Ikterik : (-)
TD : 180/110 mmHg Dispnea : (-)
Frek. Nadi : 80x/i Sianosis : (-)
Frek. Nafas : 22 x/i Edema : (+)
Temp : 36,7 ˚C

Status Lokalisata :
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal.
Pemeriksaan darah : - Hemoglobin : 11.7
- Hematocrit : 33.2

Diagnosis : G1P1A0 Hipertensi gestasional


Terapi : - IVFD RL; 30 gtt/i
- Inj. Ranitidin
- MgSo4 40%
- Dopamet tab 500mg
Resume
Telah datang seorang perempuan Ny. Elisa 27 tahun P3A0, ke IGD Rumah
sakit Royal Prima Medan 04 November 2018 dengan perdarahan pervaginam diluar
siklus menstruasi disertai nyeri perut bagian bawah dan teraba massa di regio
suprapubik. Sensorium: CM, TD: 120/70, HR: 68 x/i, RR: 20 x/i, Temp: 37,00C, Hb:
4,5 mg/dl. Pasien didiagnosis dengan Anemia Akut + Menorrhagia ec Mioma Uteri.
Dilakukan transfusi whole blood sebanyak 4 fls. Keadaan umum post transfusi:
Stabil, didapatkan Hb: 9,2. Pasien dianjurkan untuk histerektomi.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Eds.4. 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai