Anda di halaman 1dari 8

Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang paling letal.

Diperkirakan

kasus baru di Amerika pada tahun 2014 adalah 21.980 kasus dan 14.720

meninggal (Siegel R, et all., 2013). Insidennya meningkat dengan bertambahnya

usia. Usia rata-rata penderita kanker ovarium adalah 63 tahun dan 70% di

antaranya adalah stadium lanjut. Tipe epitel merupakan 90% dari semua kanker

ovarium.( Reis LAG, et al,. 1975-2001 & Gibbs RS, et al., 2008)

Meningkatnya stadium penyakit menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan

mortalitas. Pada stadium lanjut, sering diperoleh adanya metastasis intraabdomen

dan organ jauh sehingga akan menurunkan angka kesintasan 5 tahun menjadi 12–

30% dibandingkan dengan stadium dini yang mencapai 50–90%.( Howlander NA,

et al., 2011)

1. Siegel R, Naishadham D, Jemal A. Cancer statistics. A Cancer Journal for

Clinicians. 2013; 63(1):11–30

2. Reis LAG, Eisner MP, Kosary CL, et al (eds). SEER Cancer Statistics Review,

1975-2001.

3. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nyaard IE. Dan forth’s obstetrics and

gynecology. 10th ed. Philadelphia: Williams & Wilkins;

2008.

4. Howlander NA, Krapcho M, Neyman N, Aminou R, Altekruse SF. SEER

cancer statistic review 1975–2009. National Cancer Institute; 2011


Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan, sedangkan

keluhan yang timbul pada kanker stadium lanjut karena adanya penyebaran

kanker, penyebaran kanker pada permukaan serosa dari kolon dan asites adalah

rasa nyeri di area abdomen, tidak nyaman dan cepat merasa kenyang. Gejala lain

yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan

nafas pendek, sehingga pasien dengan kanker ovarium akan mengalami

penurunan nafsu makan, penurunan aktifitas akibat mudah lelah. (Yanti, 2015)

Kesehatan reproduksi menurut WHO, adalah suatu keadaan fisik, mental

dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam

segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya,

atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta

mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman

(Depkes, 2009).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial

secara utuh, tidak semata - mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Peraturan Pemerintah No

61, Tahun 2014). Kanker merupakan salah satu gangguan pada system reproduksi

perempuan, kanker yang sering dialami oleh wanita adalah kanker payudara,

kanker leher rahim, kanker kolorektal, kanker ovarium. (Riskesdas, 2007).

Kanker ganas ovarium merupakan kanker ganas ginekologi ke dua

terbanyak diseluruh dunia. Pada tahun 2013 ditemukan 22240 kasus baru dengan

angka kematian 14.030 (15 %). Insiden kanker ganas ovarium di Eropa barat lebih
tinggi dibandingkan dengan Amerika utara,Afrika dan Vhina yaitu kurang dari 12

wanita tiap 100.000 penduduk (American Cancer Society, 2013).

Indonesia berdasarkan data dari The Internasional Agency For Research

On Cancer (IARC) tahun 2008, kanker ovarium menduduki urutan ke lima dengan

insidensi 6,2% dari 24 jenis kanker yang dilaporkan ( Globocan, 2008). Hasil

peneltian Zuraidah (2005) selama tahun 2001 - 2005 terdapat 432 kasus kanker

ginekologik di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo, dimana kanker

ovarium menempati urutan ketiga dari seluruh penyakit kanker pada wanita

sebanyak 23,45%. Menurut Iqbal (2009) dari bulan Januari 2002 sampai dengan

Desember 2006 di RSUP Haji Adam Malik Medan terdapat 105 kasus kanker

ovarium dengan 60.3% penderita yang datang didagnosis berada di stadium lanjut

dan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 391 dari jumlah kunjungan pasien ke

rumah sakit dengan diagnosis kanker ovarium. Sedangkan kejadian kanker

ovarium di rumah sakit umum pusat nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 menunjukkan angka kejadian

tertinggi diantara jenis kanker ginekologik, dan kematian yang diakibatkan oleh

kanker ovarium dengan angka 34,1% dari 327 kasus kematian akibat (Surbakti E,

2006). Di Indonesia, penderita kanker ovarium ditemukan sebanyak 2.314 kasus

(Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia, 2008). Di Tanah Air sekitar 25-50

persen kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan

dengan kehamilan dan persalinan, serta penyakit sistem reproduksi, misalnya

kanker ovarium (Kemenkes RI,2011).


Penyakit yang menerang bagian indung telur ini, jumlah penderitanya

terus meningkat. Dari data Kemenkes pada 2012 menyebutkan, prevalensi kanker

mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Padahal data sebelumnya menyebutkan

prevalensi hanya 1 banding 1.000 orang. Berdasarkan data dari rekam medik

ruang onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta penderita kanker

ovarium dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014 sebanyak 178

penderita.

Kanker ovarium adalah kanker ginekologi ketiga yang paling umum di

seluruh dunia, dengan tingkat kejadian terstandarisasi usia 6,1 per 10.000 wanita

(GLOBOCAN 2012). Kanker ovarium epitel (EOC), yang timbul dari lapisan

permukaan ovarium, bertanggung jawab atas lebih dari 90% dari semua kanker

ovarium dan sedang dalam perkembangan dunia, penyebab utama kematian di

antara wanita dengan ginekologi kanker, dengan tingkat amortalitas lebih dari

60%. Ini sebagian besar karena kebanyakan wanita dengan EOC didiagnosis

ketika kanker sudah pada tahap lanjut (Jemal 2008). Intaperitoneal yang luas

metastasis adalah tipikal dari EOC tingkat lanjut.

Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker

ginekologi di Amerika Serikat, dengan puncak insidensi terjadi di awal 1980-an.

Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium sering kali

sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh di dalam pelvis (Brunner, 2015).

Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok yaitu tumor jinak, bordeline (kanker

diferensiasi sedang), dan tumor ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30 % terjadi

dari seluruh kanker pada sistem genitalia wanita (Arania & Windarti, 2015).
Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker ovarium menduduki

peringkat kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada wanita. Sekitar 22.280

kasus baru kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240 wanita meninggal karena

kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kelangsungan hidup 5 tahun hanya

sekitar 46,2 %. Berdasarkan laporan International Agency for Research on Cancer

( IARC ) tahun 2012, angka kejadian kanker ovarium pada tingkat global adalah

3,6/100.000 penduduk. Kelangsungan hidup diperkirakan dalam 5 tahun pada

stadium I, II, III, dan IV yaitu masing-masingnya sekitar 90 %, 70 %, 39 %, dan

17 %.

Data Globocan tahun 2012, insiden dan mortalitas kanker ovarium di Asia

menempati urutan kesembilan dari penyakit-penyakit kanker yang menyerang

pada saluran genitalia wanita. Insiden kanker ovarium di Asia Tenggara sebanyak

47.689 kasus atau 5,2 % dari seluruh usia pada wanita ( IARC tahun 2012 ).

Penduduk Indonesia yang menderita kanker ovarium menduduki urutan ke enam

terbanyak setelah karsinoma servik, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma.

Insidens kanker ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus atau 6,2 % dengan

angka mortalitas 7.031 kasus. Data kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais

Tahun 2010-2013 pada penyakit kanker ovarium tahun 2010 pada kasus baru

terdapat 113 dan kasus kematian terdapat 22, tahun 2011 terdapat kasus baru 146

dan kasus kematian 31, tahun 2012 terdapat kasus baru 144 dan kasus kematian

27 dan pada tahun 2013 kasus baru terdapat 134 dan kasus kematin 46

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Menurut data dari prevalensi

dan estimasi jumlah penderita penyakit kanker pada penduduk semua umur tahun
2013 di provinsi Sumatera Barat di diagnosis dokter terdapat 1,7 % dengan

estimasi jumlah absolut 8.560 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2015). Data RSUP Dr. M. Djamil Padang di Bangsal Ginekologi penderita kanker

ovarium pada tahun 2014 sebanyak 309 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 285

orang (Medical Record RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2014 & 2015). Sedangkan

data 3 bulan terakhir kanker ovarium di ruang Ginekologi-Onkologi IRNA

Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang sebanyak 38 orang. Hasil

penelitian Arania & Windarti (2015) tentang karakteristik pasien kanker ovarium

di rumah sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 2009- 2013

adalah 31-40 tahun yaitu sebanyak 10 orang (41,7 %). Menurut literatur bahwa

kanker ovarium meningkat dengan cepat sesudah usia 40 tahun, usia puncak

adalah 50-60 tahun. Setelah dilakukan penelitian, banyak ditemukan

adenokarsinoma jenis serosa pada wanita usia 31-40 tahun yang berukuran 10-15

cm. Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami perubahan

pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena awal perubahannya di

dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap wanita itu hal biasa. Tetapi,

pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan mengalami perubahan pada tubuh

karena sudah bermetastase ke jaringan luar pelvis misalnya jaringan hati,

gastrointestinal dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia, asites, efusi

pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).

Asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan emosi

untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi, perawat

melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur teknis, serta memberikan tindakan


kenyamanan. Perawat memberikan dukungan untuk membantu keluarga

berkoping dan menyesuaikan diri, memberikan kesempatan pada mereka untuk

menceritakan dan mengatasi rasa takut, serta membantu mengkoordinasikan

sumber dukungan bagi keluarga dan proses pemulihan (Reeder, dkk, 2013). Peran

perawat pada kasus kanker ovarium yaitu melakukan asuhan keperawatan mulai

dari: (1) pengkajian keperawatan, data dapat diperoleh dari riwayat kesehatan,

keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang; (2)

diagnosa keperawatan, setelah pengkajian lengkap maka perawat merumuskan

diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang muncul dari hasil pengkajian;

(3) intervensi keperawatan, perawat menentukan prioritas masalah, tujuan, kriteria

hasil serta merumuskan intervensi; (4) implementasi keperawatan, perawat

melakukan tindakan keperawatan secara mandiri (teknik non farmakologi untuk

mengatasi nyeri) kolaborasi (manajemen mengontrol kecemasan, menajemen

nutrisi untuk menjaga keseimbangan nutrisi); (5) evaluasi keperawatan, perawat

memantau perkembangan kesehatan klien (Moorhead. S, Dkk. 2016). Berdasarkan

studi awal yang dilakukan tanggal 30 Januari 2017 ditemukan 2 orang wanita

dengan kasus kanker ovarium di ruang Ginekologi IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hasil wawancara peneliti dengan perawat, setiap

bulannya ada pasien kanker ovarium misalnya pada 3 bulan terakhir ada 24 orang

yang menderita kanker ovarium ( Medical Record Rumah Sakit RSUP Dr. M.

Djamil Padang. 2014 & 2015 ). Data yang di didapatkan pasien kanker ovarium

kebanyakan berusia di atas usia 40 tahun. Berdasarkan hasil wawancara, hasil

pengkajian perawat ke pasien, pasien mengatakan ia merasa cemas, lemah, nafsu


makan menurun, ia sangat ingin sembuh dari penyakitnya ini dan ia takut karena

harus selalu menjalani pemeriksaan laboratorim dan tindakan pembedahan

lainnya. Berdasarkan pengamatan peneliti, perawat sudah melakukan asuhan

keperawatan yang baik, yaitu sudah melakukan dari pengkajian keperawatan,

menentukan diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan

dan evaluasi keperawatan. Perawat melakukan tindakan masih berfokus pada

tindakan farmakologis dan kolaborasi dengan dokter, masih kurang mendalam

mengkaji keadaan psikologis pasien. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti

melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Ovarium

di Ruang Ginekologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang”.

Anda mungkin juga menyukai