Anda di halaman 1dari 3

Nama :Siti Maisah

Nim : 160331100039
Kelas : A
Take Home Mata Kuliah Teknik Pengolahan Buah dan Sayur

Pengembangan Formula Krim Minyak Sereh (Cymbopogon Citratus) Sebagai Anti Nyamuk
Topikal

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beragam rempah sehat buat
kesehatan. Salah satu rempah tersebut adalah daun serah. Sereh atau serai dengan nama latin
Cymbopogon citrates adalah tanaman herbal yang dikenal dengan aromanya serta rasanya yang
wangi dan menyegarkan selain digunakan untuk menyedapkan masakan, juga memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan kulit. Tanaman sereh dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
sereh Lemon atau sereh bumbu (Cymbopogon citratus) dan sereh Wangi atau sereh sitronella
(Cymbopogon nardus).
Minyak serai adalah minyak atsiri diperoleh dengan jalan menyuling bagian atas
tumbuhan tersebut. Minyak serai dapat digunakan sebagai pengusir (repelen) nyamuk, baik
berupa tanaman ataupun berupa minyaknya. Daerah penanaman dan produksi minyak sereh
wangi di Indonesia dengan luas area pada tahun 2007 sebesar 19.592,25 ha, terbesar di daerah
Jawa, khususnya Jabar dan Jateng dengan pangsa pasar dan produksi mencapai 95% dari total
produksi Indonesia.
Serai wangi menghasilkan “citronella oil. Minyak sitronela mengandung dua bahan
kimia penting sitronelal dan geraniol untuk bahan dasar pembuatan ester-ester seperti hidroksi
sitronelal, genaniol asetat dan mentol sintetik yang mempunyai sifat lebih stabil dan banyak di
gunakan dalam industry wangi-wangian.

Manfaat minyak serai


Serai memiliki kandungan sitronela. Kandungan sitronela ini ampuh untuk mengusir
nyamuk. Nyamuk tidak menyukai bau dari serai. Selain untuk mengusir nyamuk, serai umumnya
disuling untuk diambil minyak atsirinya. Minyak serai memiliki banyak fungsi antara lain untuk
pengobatan tradisional biasanya serai wangi digunakan perawatan selepas bersalin, selain itu
dapat meredakan perut kembung dengan cara dioleskan ke bagian perut, melembabkan dan
menyehatkan kulit, hingga menghilangkan bau badan. Untyk kosmetika, sereh berfungsi sebagai
deodoran, astringent, antibakteri, tonik kulit, penghangat, analgesik, dan penolak serangga.
Selain untuk kesehatan dan kecantikan, serai juga berfungsi untuk penyedap dan pemberi aroma
harum dalam masakan. Masakan Indonesia sering mengandung serai dalam kandungan bumbu.
Contoh masakan yang menggunakan serai biasanya masakan berempah banyak seperti rendang,
soto, rawon, tumis-tumisan, dan masakan lainnya yang biasa ditemui di berbagai tempat
nusantara.
Teknologi yang digunakan
Minyak atsiri daun sereh dapur sebagai anti nyamuk tropikal diisolasi dengan
menggunakan metode destilasi uap, metode ini adalah metode yang sederhana dengan cara
sampel dan pelarut diuapkan, sehingga minyak atsiri menjadi menguap bersamaan dengan
menguapnya air suling. Sistem penyulingan ini mengunakan tekanan uap yang tinggi. Tekanan
uap air yang dihasilkan lebih tinggi dari pada tekanan udara luar. Air sebagai sumber uap panas
terdapat dalam “boiler” yang terpisah dari ketel penyulingan. Proses penyulingan uap cocok
dikakukan untuk bahan tanaman seperti kayu, kulit batang maupun biji-bijian yang relatif keras.
Pada awalnya metode penyulingan ini dipergunakan tekanan uap yang rendah (kurang lebih 1
atm), kemudian tekanan menjadi 3atm. Jika pada awal penyulingan tekanannya sudah tinggi,
maka komponen kimia dalam minyak akan mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam bahan
diperkirakan sudah habis, maka tekanan uap perlu diperbesar lagi dengan tujuan menyuling
komponen kimia yang bertitik didih lebihtinggi.

Metode
Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah herbal sereh, aquadest,
propilenglikol, vaselin putih, asam stearat, malam putih, trietanolamin, nyamuk Aedes aegypti
betina.
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat destilasi uap, mortir, stamper, cawan
porselin, penangas air, alatalat gelas, pot salep, pH meter, timbangan, sangkar nyamuk,
seperangkat alat uji daya sebar dan Viskometer RION® VT04.
Isolasi Minyak Atsiri Sereh
Isolasi minyak sereh dilakukan dengan cara destilasi uap. Bahan yang telah dipotong-
potong kecil sebanyak 6 kg dimasukkan kedalam bejana destilasi bagian atas. Pemanas di
hidupkan dengan nyala penuh, kemudian setelah mulai keluar uap air,pemanas dikecilkan sampai
nyala sedang. Minyak atsiri yang terbawa bersama uap air dialirkan melalui pendingin. Minyak
yang belum murni akan mengembun dan ditampung dalam vial melalui adaptor. Minyak atsiri
yang diperoleh dilakukan pemeriksaan sifat fisik seperti organoleptik (bau dan warna).
Pembuatan Krim Minyak Atsiri Sereh
Dibuat empat macam formula krim minyak atsiri herbal Cymbopogon citrates dengan
konsentrasi 0%, 0,5 %, 1 %, 5 %, 10 % dan 15 % b/v. Pembuatan basis krim dilakukan dengan
cara melebur bahan-bahan berminyak di atas penangas air, dan memanaskan bagian fase air
dengan suhu yang sama dengan fase minyak, kemudian dicampur dan diaduk sampai homogen
dan dingin.
Uji Sifat Fisik Krim
Uji organoleptis krim meliputi uji secara makroskopik dan mikroskopik. Uji makroskopik
meliputi warna yang dilakukan secara visual dan bau. Sedangkan untuk uji mikroskopik
dilakukan untuk mengetahui profil dari krim untuk masing-masing konsentrasi. Uji mikroskopik
ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Selanjutnya dilakukan uji pH, viskositas, dan
daya sebar krim.
Dari penelitian diatas dapat dismpulkan Krim minyak sereh (Cymbopogon citratus
Stapf.) mempunyai aktivitas repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti, sehingga dapat menjadi
alternatif antinyamuk dengan bahan alami.
Kadar efektif minimum krim minyak sereh (Cymbopogon citratus Stapf.) mempunyai
aktivitas repelan terhadap nyamuk Aedes aegyptiadalah 10 %.
Referensi
Ameliana, L dan Ulfa, E. U. 2012. Pengembangan Formula Krim Minyak Sereh (Cymbopogon
Citratus) Sebagai Anti Nyamuk Topikal. Stomatognatic (J.K.G Unej). 9(1): 9-15.
Yulianis1, Dachriyanus dan Putra, A. 2014. Uji Aktifitas Antinyamuk Minyak Atsiri Sereh
Dapur Dalam Bentuk Semprot. Jurnal Ipteks Terapan. 12(1): 78-83.
Suwarmi, A., Ariani H, W dan Munisih, S. 2012. Pemanfaatan Minyak Sereh Menjadi
Bermacam-Macam Produk. Jurnal Media Farmasi Indonesia. 12(1): 1137-1143.

Anda mungkin juga menyukai