Anda di halaman 1dari 24

1

Blok II
KONSEP SEHAT SAKIT
KH 10 ; Oktober 2018
Dosen Dr.H.Syahrul Muhammad,MARS

Ilmu kedokteran dari sudut Epistomologi


Epistomologi ;
Adalah Cabang Ilmu filsafat yang menerangkan segala sesuatu tentang Ilmu
pengetahuan, baik asal usulnya maupun bagaimana ilmu itu mengembangkan diri serta
syarat syarat yang harus di penuhi untuk bisa disebut sebuah disiplin ke ilmuan.

Kajian epistomologi yang akhirnya sangat mendalam antara lain kajian tentang hubungan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi terhadap kebahagiaan dan eksitensi
kehidupan manusia.

Dalam ilmu kedokteran, epistomologi berkaitan erat dengan sejarah ilmu kedokteran itu
sendiri. Epistomologi ilmu kedokteran akan mudah dengan di bahas melalui pertanyaan
sebagai berikut :
A. Apa itu ilmu kedokteran
B. Bagaimana ilmu kedokteran berkembang
C. Bagaimana operasionalisasi ilmu kedokteran
D. Dimana posisi ilmu kedokteran dalam sistimatika ilmu pengetahuan.

Ilmu kedokteran
Suatu bidang keilmuan dapat disebut suatu disiplin ilmu (kesatuannya) ilmu apabila
memenuhi tiga persyaratan, yaitu ada objek materianya, ada objek formanya, dan ada
kegunaannya (aksiologinya).

Objek materia (ruang lingkup kajian).


dengan mudah di sebut bahwa ruang lingkup pengetahuan ilmun kedokteran adalah
manusia.
2

Objek forma (sudut pandang kajian)


manusia yang menjadi perhatian ilmu kedokteran bukan keindahan gerak geriknya yang
menjadi perhatian seni tari, tetapi dalam kaitannya dengan sakit atau penyakit, sehingga
pada awalnya sudut pandang manusia dalam keadaan sakit, yang kemudian
mengembangkan diri mempelajari manusia yang sehat seperti seperti ilmu anatomi,
fisiologi, biokimia, dan lain lain. Dengan demikian objek forma ilmu kedokteran adalah
manusia dipandang dari segi sehat dan sakit.

Aksiologi (kegunaan ilmu)


pada mulanya ilmu kedokteran bergerak dalam hal penyembuhan penyakit atau
menyembuhkan orang sakit. Jadi, ada orang yang menderita, kemudian ada orang lain
yang peduli (hiba) berusaha menolong. Jadi kegunaan secara nyata adalah menolong
orang sakit. Menolong orang sakit tersebut dengan sendirinya mensejahterakan atau
membahagiakan manusia.

Berdasarkan uraian diatas, ilmu kedokteran dapat di defenisikan sebagai berikut :


Ilmu kedokteran adalah ilmu dan seni yang mempelajari manusia dalam kaitannya
dengan sehat dan sakit dengan tujuan mensejahterakan atau demi kebahagiaan
manusia. (daldiyono, 2006, hal 191).

Selanjutnya apa yang disebut manusia menurut pandangan ilmu kedokteran ?, jawabnya
sederhana tetapi tidak mudah. Seorang manusia mulai ”ada”, setelah pertemuan sperma
dan ovum menjadi zigote yang membelah manjadi dua sel. Kedua sel tersebut dapat
bersatu terus menjadi satu manusia atau membelah menjadi dua masing masing
berkembang menjadi dua manusia. Dari zigot berkembang menjadi blastula, morula, lalu
jadi foetus yang lahir sebagai bayi, kemudian berkembang melalui masa anak – remaja –
dewasa, tua dan ahirnya meninggal dunia.

Proses dari zigot ke meninggal lazim disebut daur hidup manusia. Bila di renungkan,
ilmu kedokteran sebenarnya hanyalah menjaga proses daur hidup manusia sebaik baiknya
3

melalui upaya upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Ilmu kedokteran tidak
membuat sesuatu yang baru, semuanya sudah ada (dari Tuhan YME).

Bagaimana Ilmu kedokteran berkembang


Tidak terlepas dari sejarahnya. Perkembangan ilmu dengan sendirinya tergantung dari
individu individu yang secara penuh dan berdedikasi bergerak dalam keilmuannya,
setapak demi setapak. Pada mulanya berkembang secara deskriptif, kemudian dipelajari
secara aktif dengan melakukan percobaan (secera eksperimental).

Ilmu kedokteran berkembang pesat, setelah Versalius dikenal anatomi, setelah Harvey
dikenal fisiologi, setelah Malphigi dikenal patologi, setelah Virchow dikenal patologi sel,
setelah Pasteur dan Koch dikenal bakteriologi, setelah Claude Benard di kenal
endokrinologi, setelah Wohler dikenal biokimia, setelah Chusing dikenal bedah otak,
demikian seterusnya kemudian di pacu oleh rekomendasi Flexner yang mengharuskan
pendidikan kedokteran diselenggarakan di Lembaga Pendidikan Tinggi, maka bersamaan
dengan makin banyak dilaksanakannya penelitian penelitian, munculah pelbagai
spesialisasi dan subspesialisasi dalam ilmu kedokteran.

Tahun 1988 tercatat dalam The American Medical Dictionary, ada 33 macam, tahun 1995
jumlah spesialisasi dan subspesialisasi semakin meningkat tidak kurang dari 57 macam
(Azwar, Azrul, Pengantar dokter keluarga, hal 13, Jakarta, 1995).

Perkembangan ilmu kedokteran pada mula nya manusia dipelajari secara di bagi bagi
menjadi bagian bagian yang terkecil kemudian digabung kembali dalam kesatuannya,
dari bagian bagian tersebut dapat dilihat bagaimana ilmu kedokteran bercabang.
Percabangan awalnya kearah organ menjadi neurologi, dermatologi, kardiologi,
pulmonologi, sedangkan dalam bidang hal fungsinya timbul ilmu faal, biokimia, alergi,
imunologi, dan sebagainya. Dari pembagian tersebut ada kelemahannya atau kekurangan
pendidikan ilmu kedokteran saat ini, dimana aspek kejiwaan (psikis) sama sekali tidak
diperhatikan. Aspek kejiwaan justru langsung dipelajari pada jiwa yang sakit dalam
psikiatri. Psikiatri sebetulnya cabang ilmu kedokteran tentang jiwa yang sehat kemudian
4

menjadi sakit meskipun organnya sehat. Ini kemudian menimbulkan kerancuan bahwa
orang sakit jiwa sebenarnya suatru kelainan organ yang belum di ketahui (Daldiyono, hal
193, 2006).

M A N U S IA

S E H A T S A K IT

J IW A (P S IK IS ) R A G A (J A S M A N I)

O R G A N

S TR U K TU R
FU N G S I J A R IN G A N

S E L

O R G A N E L

M O LE K U L

E N E R G I

S T R U K T U R IL M U K E D O K T E R A N
5

Operasionalisasi Ilmu kedokteran


Operasionalisasi suatu ilmu berarti menjawab pertanyaan bagimana ilmu itu bekerja.
Ilmu kedokteran dipelajari di fakultas kedokteran aplikasinya dilaksanakan oleh dokter
bila bersangkutan dengan orang sakit dan orang sehat. Dalam konteks epistemiologi cara
kerja ilmu kedokteran

P A T O F IS IO L O G I

P A T O G E N E S E
IL M U
K E D O K T E R A N
P R A K L IN IK

S E H A T S A K IT

IL M U P R O S E S
K E D O K T E R A N P E N Y E M B U H A N
K L IN IK

D IN A M IK A S E H A T S A K IT
G A R IS B E S A R O P E R A S IO N A L IS A S I
IL M U K E D O K T E R A N

:
Dalam operasionalisasi, dan kaitannya dengan konsep sehat sakit telah di rumuskan suatu
upaya kesehatan yang komprehensip berupa :
1. Meningkatkan derajat kesehatan
2. Mencegah penyakit
3. Diagnosis dini dan mengobati
4. Mencegah kecacatan
5. Rehabilitasi

Berdasarkan upaya kesehatan yang komprehensip tersebut, kemudian bercabang pula


ilmu kesehatan, yaitu ilmu kesehatan masyarakat, ilmu kesehatan komunitas, ilmu
kedokteran keluarga, disamping ilmu kedokteran klinik. Ilmu kesehatan sendiri belum
pernah di defenisikan (Daldiyono, 2006,) yang ada adalah ilmu ilmu yang berkaitan
dengan kesehatan termasuk ilmu kedokteran. Selain itu ada ilmu ilmu penunjang ilmu
kedokteran termasuk ilmu antropologi kesehatan, psikologi kesehatan, dan sebagainya.
6

Ilmu kedokteran klinik atau kedokteran kuratif


Awal sejarahnya kedokteran sebenarnya ilmu kedokteran klinik, ilmu ini aplikasinya pada
proses penyembuhan. Karena ilmu makin dalam dan perlu tehnology dan keahlian
khusus, timbul spesialisasi yang kemudian berkembang menjadi spesialis konsultan. Pada
garis besar operasionalisasi ilmu kedokteran serta upaya kesehatan komprehensip, akan
terlihat suatu pembagian tugas antara dokter umum atau dokter keluarga dengan dokter
spesialis. Daerah kerja dokter umum terdiri atas tiga daerah promotif, preventif dan
kuratif sampai batas tertentu. Daerah kerja ini cukup luas dan banyak bila dikerjakan
dengan seksama. Yang ada sekarang ini dokter umum bekerja mengandalkan proses
kuratif sehingga berbenturan dengan dokter spesialis. Sebaliknya dokter spesialis terlalu
sibuk mengurus yang sebenarnya menjadi porsi dokter umum, akibatnya spesialis
menjadi lebih dangkal sehingga kurang memenuhi harapan masyarakat Fungsi
profesional spesialis sebenanya menyelesaikan segenap problem kuratif seluruhnya.
Instrumen kerja sebenarnya sudah ada yaitu proses rujukan (timbal balik), sayangnya
belum berjalan dengan semestinya sehingga mengecewakan masyarakat.

Pasien
Pasien adalah orang yang datang ke dokter dengan maksud meminta pertolongan medik.
Orang yang datang pada dokter dengan sendirinya memiliki problema medik. Problema
medik dapat bersifat psikologis, misalnya atas dasar kekhawatiran (problem psikologik)
atau sekadar konsultasi ingin tahu keadaan kesehatannya, atau karena problem
fungsional, dapat pula karena problem gangguan organik. Bahasan utama disini
berpangkal pada pengertian bahwa pasien datang ke dokter karena merasa atau terdapat
gangguan pada kesehatannya.

Gangguan kesehatan tersebut dapat dirinci menjadi tiga kemungkinan atau tiga tipe garis
besar yakni gangguan kejiwaan (psikis), gangguan fungsional, dan gangguan organik.
Gangguan-gangguan tersebut dirasakan oleh pasien sebagai perasaan tidak nyaman. Ada
yang berpendapat atau memberi makna bahwa rasa tidak nyaman tersebut sebagai
pertanda adanya gangguan kesehatan atau suatu pertanda adanya penyakit. Sebenarnya
tidak demikian. Rasa tidak nyaman yang paling sederhana, misalnya rasa lapar dan rasa
7

haus masih dalam batas rasa tidak nyaman yang fisiologis. Selanjutnya adalah rasa tidak
nyaman akibat perubahan keseimbangan fisiologis ke keseimbangan fisiologis yang lain.

Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut Setiap individu akan berada pada
suatu keseimbangan fisiologis tertentu berdasarkan pengaturan faali endogen, sebagai
respon terhadap kebiasaan hidup atau penyesuaian (adaptasi) terhadap lingkungannya,
balk secara fisik maupun psikis. Sebagai contoh adalah perasaan pegal linu setelah
olahraga. Rasa pegal linu sehabis olahraga akan hilang atau tidak akan timbul bila
individu tersebut membiasakan diri dengan berolahraga. Dalam hal ini, keseimbangan
faali tanpa olahraga beralih kepada keseimbangan barn dengan membiasakan diri
berolahraga. Sebaliknya, mereka yang semula berolahraga kemudian berhenti akan
merasa lagi pegal linu sementara sampai tercipta keseimbangan faali tanpa olahraga.
perubahan keseimbangan faali endogen tersebut yang menonjol adalah mual dan muntah
(nausea dan emesis) pada hamil muda sampai situasi jet lag setelah penerbangan atau
rindu kampung halaman (home sick). Konsep ini mengacu pada konsep perubahan
keseimbangan milieu interrioure dan konsep homeostasis.

Uraian di atas dibuat untuk menegaskan adanya berbagai rasa tidak nyaman yaitu (rasa
sakit) yang fisiologis, fungsional, dan rasa tidak nyaman (rasa sakit) oleh penyakit. Jadi,
kalau digambarkan ada empat kelompok besar yang dapat dilihat pada skema sebagai
berikut:
8

O R AN G YG M ER ASA
P A S IE N TERG AN G G U
KESEHATAN NYA

TER G ANG G U TERG AN G G U


TER G AN G G U TERG AN G G U
DALAM BATAS F A A L I & O R G A N IK
P S IK IS F A A L IN Y A
F IS IO L O G IS

TANPA SUATU A D A P E N Y A K IT
P E N Y A K IT

B IO L O G I P S IK IA T R I

H U B U N G A N R A S A S A K IT D A N P E N Y A K IT

b a g a n 5 h a la m a n 1 0

Skema sederhana menggambarkan hubungan rasa sakit dan penyakit agar tidak terjadi
salah paham bahwa semua orang yang merasa sakit selalu ada penyakitnya. "The sick
person does not always have a disease" Yang menjadi soal bagi dokter adalah
membedakan antara rasa sakit tanpa penyakit dan rasa sakit dengan adanya penyakit.
Soal ini hanya dapat diselesaikan dengan pengalaman. Ini pun dengan syarat bahwa
dokter selalu berusaha memahami dan berempati dengan keluhan pasien. Berkaitan
dengan pengertian rasa sakit tanpa penyakit Berkaitan rasa sakit akibat penyakit tersebut
termasuk pula di sini adalah berbagai reaksi fisiologik (yang patologik) akibat
kegentingan (guncangan) kejiwaan. Tentang hal ini, Prof. Dr. D. Bachtiar Lubis me-
nunjukkan empat dalil penting (5):
1. Suatu kejadian yang mengguncangkan emosi dapat mencetuskan gangguan fungsi
tubuh atau penyakit tubuh.
2. Semua respons emosional biasanya disertai hal-ihwal fisiologik tertentu (rasa jijik
disertai mual, putus asa disertai hilang nafsu makan, rasa takut disertai keringat)
dan gangguan psikologik seringkali merupakan penyerta fisiologik tetapi yang
berlebihan.
9

3. Respons fisik dapat menjadi berkepanjangan dan jauh melampaui masa


rangsangnya berlangsung sehingga berupa suatu penyakit dengan akibat-akibat
bagi kesehatan, jiwa maupun jasmani, akibat yang kadang-kadang gawat.
4. Sikap, kelakuan, dan perkataan dokter memainkan peranan penting dalam
perbaikan atau perburukan pasien.

Penderitaan

Konsep (istilah) yang perlu dijelaskan di sini adalah istilah penderitaan. Suatu
penderitaan mesti bermula atau dimulai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri yang
kemudian ditanggapi oleh individu dengan reaksi tidak senang atau khawatir sampai
suatu kesedihan. jadi, penderitaan berarti suatu reaksi psikologis individu terhadap rasa
tidak nyaman. Dengan demikian, bila dokter ingin menghilangkan penderitaan, ada dua
hal yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah memberi keterangan dan penyuluhan
untuk menghilangkan kekhawatiran dengan nasihat (psikoterapi), yang kadang-kadang
perlu disertai dengan obat penenang (tranquilizer), dan yang kedua dengan meng-
hilangkan rasa sakit. Harap diperhatikan bahwa proses ini tidak sederhana, harap
mengikuti uraian selanjutnya dengan saksama.
Penderitaan kurang mendapat perhatian dokter.
Pasien dari kata ”patients” yang akar katanya ”patio” yang berarti orang yang menderita.
Pasien datang ke dokter atau rumah sakit karena membutuhkan bantuan tenaga medis
untuk menyembuhkan dirinya. Dalam bahasa Inggri, rumah sakit diterjemahkan hospital.
Kata hospital mempunyai asal usul kata yang sama dengan hospitality artinya keramah-
tamahan. Hospital sendiri merupakan terjemahan dari bahasa latin hospitalis yang berasal
dari kata hospis artinya tamu. Dengan kata lain, seorang pasien yang datang ke rumah
sakit adalah seorang tamu yang datang dalam keadaan menderita. Sebagai tamu dia layak
dan pantas disambut dengan keramahan dan di hormati. Di zaman kuno, kemampuan
menyembuhkan dipunyai pimpinan spiritual atau keagamaan. Mereka memperlakukan
pasien secara lebih utuh. Saat ini, cara melayani pasien sudah berubah, telah terjadi
pergeseran. Makna kata pasien beralih menjadi customer (pembeli) dan client (seseorang
yang datang dengan maksud meminta konsultasi semata).
10

Profesi medis pada umumnya berprinsip bahwa kedokteran adalah suatu cabang ilmu
alam dan proses penyakit penyakit harus dapat dijelaskan dalam istilah anatomis dan
fisiologis. Para dokter beranggapan bahwa penyakit adalah fenomena biologis, Namun,
bagi pasien yang sedang sakit, penderitaan yang tengah ia alami adalah persoalan harga
diri, keputusasaan, gambaran kehidupan yang suram terhadap eksistensi diri. Perawatan
emosi dan jiwa menjadi terabaikan dan terpinggirkan. Para pasien, orang yang
menderita, membutuhkan bantuan untuk menjadikannya utuh kembali.
Tehnologi kedokteran di awali dengan ditemukannya stetoskop sederhana pada
tahun1816. Secara simbolis, alat ini memperlebar hubungan dokter pasien, bukan hanya
secara fisik, melainkan juga secara emosional, psikologis dan proses penyembuhan.
Dengan ditemukannya berbagai modalitas, jarak dokter pasien semakin jauh. Komunikasi
dokter pasien semakin terbatas. Dokter hanya berusaha memahami pasien demi mendapat
diagnosis dan kurang memperhatikan eksistensi pasien secara utuh.
Permasalahan dalam hubungan dokter pasien dalam proses transaksi terapeutik lebih
banyak pada hal komunikasi dari pada masalah tehnis medis.Daniel Goleman
memberikan komentar bahwa cara perawatan modern saat ini terlampau sering
kehilangan kecerdasan emosional. Petugas medis sering mengabaikan reaksi emosional
pasien pasiennya, bahkan ketika mereka memeriksa kondisi fisik pasien. Tiadanya
kepedulian pada realitas emosi si pasien apan penyakitnya berati tidak menghiraukan
bukti bukti yang semakin menumpuk yang menunjukkan bahwa emosi dapat memainkan
peran yang amat berarti dalam mengatasi ke khawatiran terhadap penyakit dan dalam
arah menuju kesembuhan. Dr. Mimi Guarneri, penulis buku The Heart Speaks dan
seorang kardiolog terkenal, memberikan komentar mengenai sikap dokter, Beberapa
dokter modern memiliki mental montir dengan menganggap tugas mereka dalah
menemukan masalah secepat mungkin dan segera memperbaikinya , dan bukan
membangun hubungan jangka panjang. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Rabow
dan Mc Phee ”Para dokter lebih berfokus pada pengobatan terhadap keluhan fisik dan
kurang memperhatikan aspek emosi, terlebih masalah penderitaan.
Keterbatasan dalam komunikasi membuat risiko kesalahan diagnosa semakin meningkat,
Dr. Jean Vannatta, mantan dekan Fakultas kedokteran Oklahoma ”Tahnologi telah
menjadi agama di kalangan kedokteran. Mudah sekali bagi dokter untuk melewatkan
11

sebuah fakta yang menunjukkan bahwa, bahkan ketika sudah berada di abad ke 21, 80%-
85% dari diagnosa terdapat dalam cerita yang dikisahkan pasien. Penelitian membuktikan
bahwa keberhasilan membina hubungan antara dokter pasien melalui hubungan
interpersonal dan komunikasi yang efektif dapat memcepat kesembuhan (aspek medis),
mengurangi biaya pemeriksaan yang tidak perlu (aspek ekonomis), meningkatkan
kepuasan pasien (aspek psikologis), dan mengurangi risiko tuntutan malpraktek apa bila
dikemudian hari terjadi cedera medis yang tidak diharapkan (aspek medikolegal). Dengan
perkataan lain hubungan dokter pasien yang kurang baik membuat peluang kesembuhan
menurun, dan risiko tuntutan medikolegal semakin meningkat. Eric Cassel ”kata
penderitaan tidak tertulis dalam daftar diagnosa” dia menyatakan bahwa jika dokter lebih
berfokus pada aspek ragawi pasien daripada individu secara utuh, ia telah gagal
mendiagnosa penderitaan. Mendiagnosa penderitaan cukup sulit karena bahasa untuk
menggambarkan dan memberi arti penderitaan berbeda dengan terminologi kedokteran.
Penderitaan bersifat sangat subjektif. Dokter yang kurang mendengarkan dan kurang
berempati kepada pasien akan mengabaikan penderitaan yang dialami pasiennya.
Penderitaan hanya dapat diungkapkan melalyui proses tanya jawab, dengan melontarkan
berbagai pertanyaan; Apakah anda sedang mengalami masalah/penderitaan, Saya
memahami anda mengalami rasa sakit, tetapi adalah hal lain yang lebih mengganggu
selain sakit yang anda raskan. Apakah anda mengalami kecemasan dan ketakutan ooleh
semua yang anda derita ini ?. Apa hal yang paling anda rasakan sebagai hal yang paling
menakutkan ?.

Konsep sehat dan sakit


Diskusi tentang makna kata atau konsep sehat dan sakit tidaklah sederhana. Sebaiknya
kita menerima definisi sehat menurut WHO (World Health Organization), yaitu "Health is
a state of complete physical mental and social well being and not merely the absence of
disease or infirmity. “Kesehatan adalah keadaan (status) sehat utuh secara fisik,
mental (rohani) dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan.
12

Suatu pengertian yang dekat dengan konsep sehat adalah pengertian tentang sembuh.
Sembuh berarti pasien kembali sehat. Banyak dokter yang sering mengatakan penyakit
diabetes melitus dan asma tidak dapat disembuhkan, yang sebenarnya tidak tepat. Pasien
asma di luar serangan adalah orang sehat dan penderita diabetes bila gula darahnya
normal kembali berarti sehat secara jasmani dan faali. Jadi, seharusnya kita mengatakan
sembuh bersyarat atau sehat bersyarat. Sebaliknya, orang tua yang sudah berumur 70
tahun dengan berbagai kelainan organis namun secara faali berfungsi baik, secara mental
normal (seimbang), dan secara sosial berfungsi dengan baik maka orang tua tersebut
berarti orang sehat bersyarat. Hal ini diuraikan disini agar pemahaman tentang konsep
sehat-sakit-sembuh menjadi lebih mendalam.

Penyakit
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah yang disebut dengan penyakit? Dalam bahasa
Inggris, ada berbagai istilah yang sering menimbulkan kerancuan yaitu disease, illness,
ailment, dan sickness. Untunglah, dalam bahasa Indonesia hanya ada dua istilah yaitu
sakit dan penyakit. Dalam percakapan sehari-hari, kedua istilah sakit dan penyakit sering
dikacaukan.

Membuat batasan (definisi) panyakit tidaklah mudah. Setiap definisi yang diajukan selalu
mengandung kelemahan atau mudah terbantahkan. Akhirnya, diajukan suatu definisi
yang cukup kuat yaitu suatu rasa tidak nyaman yang merugikan. Definisi tersebut
cocok dengan uraian di atas yang menegaskan ada dua jenis rasa sakit yang bukan
penyakit dan rasa sakit akibat adanya penyakit. Biasanya rasa sakit yang diakibatkan
penyakit relatif lebih lama menetap, yang hilang setelah penyakitnya sembuh. Dengan
demikian, untuk selanjutnya dapat dikatakan bahwa penyakit adalah sesuatu yang
abnormal (misalnya rasa sakit) yang merugikan yang ter-dapat pada seseorang yang
semula sehat. Aplikasi pengertian atau definisi penyakit di atas sangat relevan dengan
pola berpikiryang bertumpu pada penyelesaian masalah (problem solving medical
thinking), yang akan dibahas kemudian.

Definisi lain yang dimuat dalam. Butterworth Medical Dictionary, agaknya baik untuk
dikutip di sini agar pengertian tentang istilah penyakit menjadi lebih jelas. "penyakit
13

adalah kondisi yang berubah dari keadaan sehat atau penyakit adalah sekumpulan
reaksi individu baik fisik maupun mental terhadap bibit penyakit (penyebab =
agent), yaitu bakteri, jamur, protozoa, virus, dan racun, yang masuk atau mengganggu
individu; trauma, kelainan metabolik, kekurangan gizi, proses degenerasi, atau kelainan
sejak lahir (kongenital).

Reaksi tubuh terhadap suatu bibit penyakit (penyebab = agent) biasanya sangat spesifik
meskipun terdapat variasi individual akibat proses adaptasi maupun persepsi terhadap
rasa sakit yang tidak sama dari orang ke orang. Jadi, setiap penyebab mengakibatkan
kerusakan tertentu pula yang kemudian oleh pasien dirasakan sebagai rasa sakit atau rasa
tidak nyaman. Rasa sakit yang diderita pasien yang biasanya diceritakan penderita
disebut gejala penyakit (symptom).

Kelainan organ yang diakibatkan oleh penyebab (agen) tersebut yang umumnya tidak
disadari oleh pasien yang harus dideteksi atau ditemukan oleh dokter pada pemeriksaan
fisik, diberi istilah tanda penyakit (sign). Jadi, setiap penyebab penyakit akan memiliki
gejala dan tanda tertentu pula. Kesatuan konsep antara penyebab penyakit dengan gejala
dan tanda disebut kesatuan klinik (clinical entity), yang bila diketahui penyebab (etiologi)
tunggal disebut kesatuan penyakit (disease entity) seperti yang tersebut pada diagnosis,
misalnya influenza dan malaria. Sedangkan bila etiologinya banyak disebut sindrom.

Teori dasar timbulnya penyakit, dalam sejarahnya terus berubah seiring dengan
perkembangan budaya dan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masyarakat
purba, dipercaya bahwa penyakit timbul karena kemarahan para dewa yang berwujud
bencana alam dan wabah penyakit. Dalam budaya Yunani kuno, dipercaya adanya dewa
yang berkaitan dengan penyakit. Ada dewa yang menyebabkan penyakit dan ada dewa
penyembuh.

Apollo, Askelopios, hygea dan Panacea


Apollo adalah dewa surya juga adalah dewa kesehatan, dewa ilmu serta seni medik.
Asklepios adalah anak dewa Apollo, Asklepios adalah dewa penyembuhan, dia
mempunyai dua putri yang pertama adalah Hygea yang melambangkan dewi kesehatan
14

dan Panacea dewi pemulihan kesehatan, kata higiene di turunkan dari kata hygea dan
Panacea mempunyai arti ”penawar rasa sakit”. Dewa dewi ini tinggal di wilayah
Epidaurus yang juga sekaligus tempat habitatnya sejenis ular tang berwarna kuing yang
tidak berbisa. Binatang ular ini hidup bebas dan diberi makan oleh masyarakat disana dan
jika ular ini mendekati seseorang ini merupakan pertanda baik, terutama yang
menyangkut hal hal yang ada kaitannya dengan pemulihan kesehatan. Seirama dengan
ajaran Asklepios ini ada upacara ritual pemujaan terhadap ular kuning tersaebut, dan
sampai sekarang citra ular ini tetap melekat serta muncul secara global sebagai lambang
kearifan dan kemakrifatan dokter.

Trias Epidemiologi
Selanjutnya, pada zaman Hippocrates, faktor lingkungan mulai disebutsebut. Hippocrates
mempergunakan kata endemik untuk menggambarkan adanya penyakit pada lingkungan
(daerah) tertentu. Istilah malaria menunjukkan adanya penyakit akibat udara (lingkungan)
yang jelek. Teori dasar bahwa lingkungan berpengaruh terhadap tumbuhnya penyakit
tetap dianut sampai sekarang. Teori ini mengatakan bahwa penyakit timbul oleh interaksi
antara manusia, lingkungan dan penyebab (bibit penyakit), yang terkenal dengan
konsep Trias Epidemiologi, yang bisa digambarkan dalam bagan berikut ini.

T E O R I D A S A R T IM B U L N Y A P E N Y A K IT

B IB IT P E N Y A K IT L IN G K U N G A N

M A N U S IA

b a g n 8 h a la m a n 1 5

Konsep Trias Epidemiologi ini sangat terkenal atau sangat relevan pada era penyakit
menular mendominasi problem kesehatan. Pada saat ini, penyakit menular mulai surut,
15

khususnya di negara maju yang higienenya sudah sangat baik. Problema kesehatan
bergeser kepada penyakit degeneratif, proses penuaan dan keganasan. Jadi, terdapat
pergeseran yang lazim disebut transisi epidemiologik. Pada situasi ini, teori dasarnya
masih berlaku, yaitu yang mempengaruhi manusia menimbulkan kerusakan gen, baik
menimbulkan kerusakan kromosom yang disebut mutasi genetik maupun kerusakan pada
susunan asam nukleat pada DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) maupun pada RNA (Ribo
Nucleic Acid).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis tumbuhnya penyakit
pada manusia, yaitu adanya agen (penyebab penyakit) dan adanya perubahan pada gen.
Harap dimengerti bahwa yang disebut faktor lingkungan mencakup lingkungan lokal
(sekitar tempat hidup), lingkungan regional, dan lingkungan dalam Skala global,
misalnya pengaruh sinar ultra violet baik secara fisik maupun psikologik.

Penyakit pada Pasien


Di depan sudah dijelaskan tentang apa dan siapa pasien. Pada pembahasan selanjutnya,
pasien tidak lain adalah orang yang mulanya sehat menjadi sakit karena ada penyakitnya.
Kemudian, sudah dijelaskan apa itu penyakit dan teori dasar timbulnya penyakit. Juga
sudah dijelaskan bahwa dokter untuk dapat menyembuhkan penyakit harus dapat
menentukan jenis penyakit apa yang ada pada pasien yang lazim disebut menentukan
diagnosis. Pokok bahasan bagaimana menentukan jenis penyakit (diagnosis) akan mudah
dimengerti setelah mendalami atau merenungkan pertanyaan, bagaimana jenis penyakit
yang ada pada pasien dapat dideteksi atau dikenali?

Penyakit, berawal pada penyebab penyakit yang masuk yang kemudian mengganggu
tubuh manusia. Proses mulai awal penyakit sampai terjadinya kerusakan organ atau
sistem tubuh atau gangguan faali lazim disebut sebagai proses patogenesis penyakit .
Sedangkan urut-urutan proses penyakit yang biasa bertahap dan sedikit demi sedikit
sampai timbulnya gejala lazim diberi istilah patofisiologi. Jadi, sampai disini, ada dua
pengertian baru yakni proses patogeneses dan proses patofisiologis
16

T E O R I D A S A R P A T O G E N E S IS P E N Y A K IT

L IN G K U N G A N

M A N U S IA + B IB IT P E N Y A K IT (P E N Y E B A B = A G E N )

M U T A S I G E N E T IK

O R A N G S A K IT = O R A N G S E H A T + P E N Y A K IT

T A N D A K L IN IK G E J A L A K L IN IK

b a g a n 9 h a la m a n 1 7

Setiap langkah atau tahap patogenesis dan patofisiologi menimbulkan gejala tertentu dan
tanda tertentu. Ada suatu hal penting yang perlu disadari bahwa penyakit pada pasien
adalah proses yang dinamik, bukan stasis. Oleh karena itu penampakan klinik suatu
penyakit dari waktu ke waktu tidak sama, dari awal yang ringan dan samar-samar sampai
sangat jelas pada tahap akhir. Selain itu, penampakan penyakit tersebut juga sangat
tergantung respons individual manusia terhadap proses penyakit, balk respons
fisik maupun respon psikis.
17

T E O R I D A S A R P A T O F IS IO L O G I P E N Y A K IT

L IN G K U N G A N

M A N U S IA + B IB IT P E N Y A K IT (P E N Y E B A B = A G E N )

T ID A K J A D I S A K IT R E A K S I F A A L I (F IS IO L O G I) A D A P T A S I

E R A D IK A S I P E N Y E B A B ADAPTASI
M E K A N IS M E P E R T A H A N A N
O P O R T U N IT IS PRO SES BERHENTI

P R O S E S P A T O L O G IS = M E N J A D I S A K IT

REAKSI A N E R G I, A L E R G I, A N A F IL A K T IS
S IS T E M H U M O R A L R E A K S I A U T O IM U N
R E A K S I S IS T IM A U T O IM U N

K E L A IN A N O R G A N

REAKSI FAALI

R EAKSI FAALI G E J A L A K L IN IK S U B J E K T IF P R IM E R R EAKSI FAALI

G E J A L A K L IN IK S U B J E K T IF P R IM E R G E J A L A K L IN IK S U B J E K T IF P R IM E R

R EAKSI FAALI KO M PEN SASI

G E J A L A K L IN IK S U B J E K T IF S E K U N D E R

sebagai contoh olahragawan atau tentara atau pekerja lapangan kuli pelabuhan tidak
merasa apa apa dengan suhu sekitar 38 derajat Celsius karena saat mereka aktif, mereka
sudah terbiasa dengan suhu tubuh 38 derajat Celsius. Jadi, gejala demam tifoid akan lain
pada olahragawan dibanding pada ibu rumahtangga. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa penampakan penyakit tergantung pada waktu dan respons individual. Uraian di
atas bisa disimpulkan sebagai berikut: "Gejala penyakit yang dikeluhkan pasien dan tanda
penyakit yang didapatkan oleh dokter bila disusun berdasarkan kronologi dan ringan-
beratnya akan menggambarkan suatu rangkaian/kesatuan (kompositas) yang sebenarnya
adalah penampakan suatu jenis penyakit tertentu pada fase penyakit tertentu pula."
18

Bila uraian di atas masih sukar diterima, Contoh berikut mungkin dapat membantu.
Apabila kita mendengarkan bunyi kotek ayam di luar rumah, secara otomatis pada
pikiran kita tergambar seekor ayam. Contoh lain adalah bila kita mendengar nyanyian
burung perkutut meskipun kita tidak melihat burungnya, langsung tergambar wujud
burung perkutut pada pikiran kita. Jadi, dengan mendengar bunyi kotek ayam dan suara
burung perkutut, timbul kesadaran atau gambaran akan sesuatu pada pikiran kita sampai
pada kesadaran adanya ayam dan burung perkutut.

Kesadaran atau gambaran akan sesuatu pada pikiran kita tentunya disertai syarat bahwa
kita pernah tahu sebelumnya atau mengenal bahwa ada ayam yang berkotek clan ada
perkutut yang bernyanyi. Kesadaran dan gambaran pada pikiran kita tidak akan tercapai
bila kita baru pertama kali mendengar kotek ayam dan nyanyian burung perkutut tanpa
melihat ayam dan perkutut tersebut. Contoh tersebut sekaligus merupakan penjelasan
tulisan di depan bahwa dokter berpikir dengan bekal ilmu kedokteran yang sudah
dipelajari sebelumnya.

Gejala dan tanda penyakit yang ingin diketahui (ditentukan) oleh dokter pada dasarnya
adalah "penampakan" penyakit yang bisa ditangkap maknanya oleh dokter, seperti kotek
ayam yang kita dengar, yang sebenarnya penampakan atau manifestasi adanya ayam.
Jadi, dokter dapat menentukan adanya penyakit bila dapat menangkap gejala dan tanda
penyakit yang ada pada pasien. Gejala dan tanda sebagai penampakan penyakit dapat
sangat sederhana, dapat pula tidak sederhana dan bahkan kadang kadang sangat
membingungkan untuk dokter yang dudah berpengalaman sekalipun.

Contoh :
Seorang wanita Nn Nanik berumur 16 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan
sakit kepala selama dua hari, meriang, badan panas, batuk, tenggorokan terasa nyeri, serta
bila menelan terasa nyeri sekali, seperti ada duri ditenggorokannya. Setelah diperiksa
secara seksama di temukan kelianan sebagai berikut :
Pasien dengan keadaan umum yang baik :
19

Kesadaran : Baik = komposmentis


Tensi : 110/70
Nadi : 37,8 derajat Celcius
Tonsil : Kedua tonsil membesar dan terlihat merah
Faring : Kemerahan dan bergranuler/benjol kecil kecil

Pemeriksaan yang lain normal. Dari kasus tersebut diatas, bila dirinci dalam hal gejala
dan tanda akan tersusun sebagai berikut :
Identifikasi pasien : Wanita, 16 tahun
Gejala penyakit :
1. Sakit kepala : 4. batuk
2. Meriang : 5. Tenggorokan sakit
3. Otot pegal linu : 6. Menelan sakit
Berdasarkan tabel diatas, setiap perumusan diagnosis tersebut haruslah dapat
menerangkan bagaimana pasien tersebut dapat sakit.
Tanda penyakit :
a. Suhu 37, 8 derajat Celcius
b. Nadi 100 kali per menit
c. Tonsil membesar
d. Faring hyperemis
Apa pengertian/konsep tentang penyakit kemudian di hubungkan dengan adanya penyakit
pada pasien dapat di gambarkan pada tabel di bawah ini :
Kesatuan penyakit Reaksi pasien terhadap penyakit
1. Ada gejala Rasa sakit/penderitaan dan dikeluhkan
2. Ada kelainan dan disfungsi Rasa sakit setempat dan kelainan organ
organ
3. Ada proses patogenesisnya Rasa sakit yang berangsur angsur
4. Ada proses patofisiologinya Rasa tidak nyaman umum maupun
setempat
5. Ada etiologinya Setiap etiologi menimbulkan penyakit
dengan gejala dan tanda spesifik.
Hal ini disebut berfikir reflektif dari tabel diatas adalah bahwa penyakit pada pasien
adalah proses dinamik (bukan statis) dan sangat bervariasi berdasarkan response pasien,
sedangkan yang dipelajari dari buku dan kuliah adalah gambaran penyakit bila gejala atau
tanda sudah timbul lengkap.

Data Klinik
20

Contoh kasus Nn. Nanik di atas adalah salah satu gambaran yang jelas dari suatu infeksi
(peradangan) pada tonsil dan faring yang lazim disebut kesatuan klinik (clinical entity)
tonsilofaringitis akut, yang bila etiologi bakterinya dapat ditentukan disebut kesatuan
penyakit (disease entity). Deretan 1 sampai 6 gejala di atas merupakan penampilan
penyakit yang terdapat pada pasien Nn. Nanik yang dirasakan oleh pasien kemudian
diberitahukan pada dokter dan kemudian ditulis seperti di atas.

Dengan sendirinya gejala yang diceritakan bersifat subjektif. Maka, dalam proses
berpikir, gejala (symptom) di atas diberi istilah data klinik subjektif. Data klinik tersebut
sering juga disebut data medik yang dalam bahasan selanjutnya dipakai istilah data
klinik.

Data klinik subjektif didapat dari proses wawancara dua arah antara dokter dan pasien.
Proses wawancara tersebut dalam terminologi kedokteran disebut anamnese. Anamnase
yang langsung dengan pasien disebut autoanamnase. Pada pasien anak-anak atau pasien
tidak sadar autoanamnase tidak mungkin karena itu perlu pertolongan orang lain. Proses
anamnase dengan orang selain pasien disebut alloanamnase.

Deretan tanda (a) sampai (d) yang didapatkan oleh dokter yang kemudian ditulis pada
status. Karena prosesnya didapatkan pada pasien, dalam proses berpikir diberi istilah data
klinik objektif. Sampai saat ini sudah dikemukakan pengertian data klinik subyektif yang
tidak lain adalah gejala penyakit (keluhan pasien) dan data klinik objektif yang tidak lain
adalah tanda penyakit yang tidak lain pula adalah kelainan yang diketemukan pada pasien
oleh dokter.

Selanjutnya, termasuk dalam pengertian data klinik objektif adalah hasil pemeriksaan
lanjutan balk hasil pemeriksaan laboratorium maupun hasil pemeriksaan dengan alat
misalnya rontgen (Xray), dan lain-lain, yang lazim diberi istilah pemerikksaan
penunjang.
Data klinik subjektif = hasil anamnese (autoanamnese dan alloanamnase)
21

Data klinik objektif = hasil pemeriksaan fisik +hasil perneriksaan. laboratorium + hasil
pemeriksaan penunjang

Data klinis subjektif disebut demikian karena pengungkapan rasa sakit sangat ditentukan
oleh cara dan persepsi pasien, bahasa dan tutur kata, serta tergantung kepada ungkapan
ungkapan serrta kebiasaan masyarakat setempat. Keluhan dan ungkapan rasa sakit yang
di utarakan pasien di dengar oleh dokter kemudian diinterprestasikan atau di olah
maknanya oleh dokter menjadi ”Gejala Penyakit” dan kemudian di tuliskan menjadi data
klinik subjektif, sebgai terlihat pada bagan berikut :

P R O S E S M E R U M U S K A N D A T A K L IN IK D A R I O R A N G S A K IT

O RANG SEHAT T E R K E N A B IB IT /P E N Y E B A B P E N Y A K IT O R A N G S A K IT

G A N G G U A N M E N T A L /P S IK IS

KEBU TU H AN KO N SU LTASI R A S A T ID A K N Y A M A N
G ANG G U AN FU NG SI
DO KTER A T A U R A S A S A K IT

G ANG G U AN O RG AN
M E N G E L U H /B E R C E R IT A
PAD A DO KTER

KELU HAN D I DENG AR


D IO L A H F IK IR O L E H D O K T E R M A K N A D A R I M A S IN G
D O KTER
D I CATAT M A S IN G K E L U H A N G E J A L A
K O M U N IK A S I

D IR U M U S K A N S E B A G A I
D A T A K L IN IK S U B J E K T IF
22

Yang sering muncul adalah terdapat beda makna antara yang dikeluhkan pasien dengan
yang ditangkap dokter kemudian dirumuskan sebagai data klinik

Data klinik = nyeri epigastrium,


biasa dikeluhkan oleh pasien sebagai: • rasa terbakar,
rasa tertusuk,
rasa mengisap,
rasa pedih,
rasa perih, dan
rasa panas ulu hati.
Dari uraian di atas, mudah-mudahan jelas bahwa dalam berkomunikasi dengan pasien
diperlukan pemikiran khusus dan dokter justru perlu belajar dari pasien tentang
ungkapan-ungkapan keluhan mereka. Setiap tempat dan setiap masyarakat mempunyai
bahasa sendiri untuk mengutarakan rasa sakit mereka.
Kembali ke data klinik subjektif di atas, ada suatu pertanyaan yang jawabannya perlu
dimengerti yaitu di mana letak kegunaan data klinik tersebut dalam kerangka (konteks)
alur berpikir seorang dokter. Kalau kita perhatikan dengan saksama data klinik subjektif
pada contoh kasus Nn. Nanik di atas yaitu:
Data klinik subjektif Nn. Nanik :
1. Sakit kepala
2. Meriang
3. Otot pegal linu
4. Panas badan
5. Batuk
6. Tenggorokan sakit
7. Menelan terasa sakit.
Perlu diketahui bahwa gejala di atas timbul akibat perubahan dalam badan. Suatu yang
pasti adalah perubahan/gangguan dalam badan jarang timbul bersamaan sekaligus tetapi
berturutan atau dengan kata lain gejala timbul berurutan secara kronologis berangsur-
angsur tergantung dari perubahan yang timbul dalam badan. Agar kita lebih mudah untuk
berpikir, sebaiknya penyusunan data klinik diatas berdasarkan urutan kronologis mana
yang timbul duluan. Selain timbulnya gejala klinik berurutan adalagi pengertian bahwa
sebenarnya rasa sakit (gejala) yang satu dapat menimbulkan berbagai gejala ikutan. Jadi
ada dua jenis gejala penyakit/data klinik subjektif yang dalam bahsan ini disebut data
23

klinik sunjektif primer dan data klinis subjektif sekunder, sehingga harus di pahami betul
mana yang primer dan mana yang sekunder. Dari contoh diatas pada awalnya timbul
badan panas akibat radang di tonsil dan faring. Akibat panas, timbul reaksi badan berupa
pegal linu, pusing, meriang. Penentuan data subjektif primer dan data subjektif sekunder
nanti penting dalam rangkaian alur fikir perumusan masalah penentuan diagnosis kerja
dan diagnosis banding.
K E S IM P U L A N B E R F IK IR D A R I A N A M N E S E

AUTO ANAM NESE


S E L U R U H IN F O R M A S I C E R IT A P A S IE N
+ H A S IL T A N Y A J A W A B
ALLO ANAM NESE

S E L U R U H IN F O R M A S I Y G
D ID A P A T D O K T E R D IC A T A T

D IS U S U N S B G S U A T U K IS A H
(E S S A Y ) A T A U R E K A M M E D IK

IN F O R M A S I D IS A R IN G M E N J A D I D A T A
M A N A Y G D IP E R L U K A N D A N Y G T ID A K

P E R U M U S A N D A T A K L IN IK
S U B J E K T IF

K E S IM P U L A N B E R F IK IR D A T A K L IN IK D IP IL A H M E N J A D I
TAH AP I D A T A K L IN IK S U N J E K T IF P R IM E R &
P U T U S A N B E R F IK IR A W A L SEKU NDER

1 . P ER UM USAN M A S A L A H M E D IK S U B J E K T IF (P E N D E R IT A A N P A S IE N )
2 . S U A T U H IP O T E S A A W A L O R G A N A T A U S IS T E M A P A Y G T E R G A N G G U
3 . T ER B U K A JA LA N U N T U K P R IO R IT A S P E M E R IK S A A N F IS IK
4 . T ER B U K A JA LA N U T K M E R E N C A N A K A N T E R A P I S IM P T O M A T IS & T E R A P I M E N G E M B A L IK A N K E S E IM B A N G A N F A A L I
6 . T ER B U K A JA LA N U T K P E N Y U L U H A N K H U S U S N Y A P S IK O T E R A P I

Referensi
1. Daldiyono.DR.dr.Prof. Menuju seni Ilmu kedokteran ”Bagaimana dokter berfikir
dan bekerja”, PT Gramedia Jakarta 2006.
2. Freddy Tengker,SH,CN,Drs. ”Hak Pasien”, Penerbit PT Mandar Maju, Bandung
2007.
3. Azrul Azwar, DR.MPH, ”Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga”, Yayasan
Penerbit IDI, Jakarta 1996.
24

Anda mungkin juga menyukai