Anda di halaman 1dari 14

Sel Punca dan Komikasi Sel Saraf

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta


Theo Nalmiades Ambra
theonalmiades.ambra@yahoo.com

Abstrak
Pendahuluan : Sel punca merupakan penemuan baru, yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan pengobatan berbagai penyakit yang berat seperti strok, gangguan hati, kanker,
dan lain-lain. Komunikasi sel juga perlu diketahui untuk membantu dalam memahami sel
punca yang kemudian berubah menjadi sel saraf untuk penyakit paca stroke. Isi : Sel punca
adalah jenis sel yang belum berdiferensiasi, sehingga berpotensi untuk berkembang menjadi
banyak jenis sel yang berada didalam tubuh. Sel saraf dalam komunikasinya ada yang dikenal
dengan potensial berjenjang dan potensial aksi. Potensial berjenjang dapat memicu potensial
aksi, dan potensial aksi dapat menyalurkan arus listrik untuk menyalurkan neurotransmitter,
proses ini disebut pengantaran sinaps. Kesimpulan : Jadi sel punca dapat berdiferensiasi
menjadi sel saraf, kemudian berkomunikasi dan melakukan mekanisme sinaps, sehingga
dapat mengobati pasca stroke.
Kata kunci : sel punca, sinaps, neurotransmitter.

Abstract
Introduction: Stem cells is a new invention, which is very influential in the development of
the treatment of severe diseases such as stroke, heart disorders, cancer, and others. Cell
communication also needs to be known to assist in understanding stem cells are then
transformed into nerve cells for stroke paca disease. Contents: Stem cells are undifferentiated
cell types, so the potential to develop into many types of cells that are in the body. Nerve
cells are known to exist in its communication with tiered potential and action potential.
Tiered potential to trigger an action potential, and action potential can deliver electrical
current to deliver neurotransmitters, the delivery process is called a synapse. Conclusion: So
stem cells can differentiate into nerve cells, and then communicate and perform synapse
mechanism, so as to treat post-stroke.
Keywords: stem cells, synapses, neurotransmitters.

1
Pendahulaun

Peneliti medis meyakini bahwa penelitian sel punca berpotensi untuk mengubah keadaan
penyakit manusia dengan cara digunakan memperbaiki jaringan atau organ tubuh tertentu.
Namun demikian, hal ini tampaknya belum dapat benar-benar diwujudkan dewasa ini.
Penelitian sel punca dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960-an setelah dilakukannya
penelitian oleh ilmuwan Kanada, Ernest A. McCulloch dan James E. Till.

Ini harapan baru untuk kemajuan dalam mengobati penyakit di dunia medis. Karena berbagai
peneliti saat ini selalu mencari inovasi untuk menemukan metode penyembuhan penyakit-
penyakit yang rumit seperti kanker, stroke, penyakit hati dan lain-lain. Khusus untuk penyakit
pasca stroke, sel-selnya ada proses komunikasi. Untuk itu perlu diketahui proses komunikasi
sel sarafnya agar mendapatkan pemahaman yang mendalam. Selain komunikasi sel saraf,
perlu juga mengetahui proses sinaps yang terjadi dalam komunikasi sel saraf.

Sel Punca
Sel punca adalah jenis sel yang belum berdiferensiasi, sehingga berpotensi untuk berkembang
menjadi banyak jenis sel yang berada didalam tubuh. Fungsi dari sel punca yaitu untuk
mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Saat sel punca membelah, sel yang beru mempunyai
potensi menjadi sel punca yang dapat berkembang menjadi jenis sel yang laindengan fungsi
yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah atau sel otak.1

Dibandingkan dengan sel lain, sel punca mempunyai sifat yang khusus dan berbeda, yaitu sel
punca belum memiliki fungsi yang spesialisasi, tetapi dapat membelah diri walaupun tidak
aktif dalam wktu yang panjang. Kemudian dalam situasi tertentu, selpunca dapat diinduksi
menjadi sel yang mempunyai fungsi tertentu seperti sel jaringan maupun sel organ yang
mempunyai tugas tersendiri.1

Sel Saraf
Sistem saraf dibangun oleh sel-sel saraf. Sel saraf atau neuron merupakan sebuah sel dengan
struktur yang khas. Untuk mendukung kinerja menyampaikan sinyal ke sel lainnya, sel
neuron membentuk sebuah juluran-juluran sitoplasma yang disebut dendrit. Dendrit inilah
yang menjadi perantara bagi pergerakan sinyal dari organ reseptor ke pusat pengolahan saraf.
2
Jika simpul ini hilang atau rusak, seseorang akan mengalami kepikunan (jika terjadi di otak),
atau mati rasa (jika terjadi di bagian organ lain).2

Gambar 1.1 Sel saraf memiliki dendrit, selubung mielin, nodus Ranvier, sel Schwann,badan
sel, dan inti sel.

Sebuah sel saraf terdiri atas dendrit, selubung mielin, nodus Ranvier, sel Schwann, badan sel,
dan inti sel (Gambar 1.1). Akson (neurit) merupakan bagian sel saraf yang merupakan
perpanjangan dari sitoplasma dalam bentuk tunggal. Akson dibungkus oleh sebuah lapisan
lemak yang disebut selubung mielin. Selubung mielin adalah bagian khusus dari membran
plasma sel aksesoris neuron yang disebut sel Schwann.2

Sel Schwann berfungsi melindungi akson dari kerusakan, luka, atau tekanan. Sel Schwann
termasuk neuroglia. Sel Schwann tersusun beraturan pada akson. Namun, terdapat bagian
akson yang tidak tertutup oleh Sel Schwann yang disebut nodus Ranvier. Nodus Ranvier
sangat berguna dalam mekanisme penghantaran impuls atau rangsang. Badan sel saraf
mengandung inti sel, neurofibril, badan Golgi, mitokondria, dan sitoplasma.2

Berdasaran fungsinya sel saraf dapat dibedakan atas sel saraf sensorik (saraf aferen), sel saraf
motorik (saraf eferen), dan sel saraf interneuron (saraf konektor, asosiasi, atau ajustor). Sel
saraf sensorik membawa informasi dari reseptor yang berhubungan langsung dengan
lingkungan. Sel saraf motorik membawa informasi ke otot atau kelenjar dan membuat mereka
bergerak atau bereaksi. Adapun sel saraf interneuron merupakan penghubung informasi
antara sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.

3
Berdasarkan strukturnya, sel saraf dibedakan atas neuron bipolar, neuron unipolar, dan
neuron multipolar. Neuron bipolar memiliki dua juluran dari badan selnya, menjadi dendrit
dan akson. Neuron unipolar memiliki satu juluran dari badan sel yang bercabang menjadi
dendrit dan akson. Adapun neuron multipolar memiliki banyak juluran dendrit dari badan
selnya dan memiliki satu juluran akson.3,4

Gambar 1.2 Beberapa struktur sel saraf. (a) Bipolar, (b) unipolar, dan (c) multipolar

Ukuran inti sel saraf pada umumnya lebih besar daripada sel lainnya di tubuh. Sel-sel saraf
atau neuron akan bergabung membentuk suatu simpul saraf yang disebut ganglion. Rangsang
bergerak dari sel saraf ke sel saraf lainnya, bermula dari dendrit menuju akson. Oleh karena
itu, dalam pergerakan tersebut kita akan menemukan hubungan antarneuron melalui kontak
juluran dendrit dan akson. Bagian yang berhubungan dengan sel saraf lain tersebut dikenal
dengan nama sinapsis.2-5

Arah perambatan dari sinapsis sangat khas, yaitu hanya terjadi dalam satu arah. Perhatikan.
Jadi, pergerakan impuls saraf hampir sama dengan pergerakan arus listrik searah. Sel saraf
menghubungkan antara sel penerima rangsang dan pusat informasi serta menghantarkan
perintah pada organ target dalam satu arah. Secara umum, neuron memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut.
a. Menghubungkan impuls ke pusat saraf atau neuron sensorik (neuron aferen). Pada
neuron sensorik, bagian dendritnya akan berhubungan dengan organ reseptor,
sedangkan aksonnya berhubungan dengan neuron lain.
4
b. Menyampaikan impuls dari pusat saraf ke organ target atau neuron motorik (neuron
eferen). Dendrit akan berhubungan dengan sistem saraf pusat, sedangkan aksonnya
berhubungan dengan organ efektor.
c. Menghubungkan antara neuron sensorik dan motorik atau disebut interneuron. Bagian
interneuron yang menghubungkan antarneuron di otak dinamakan neuron konektor.
Sementara itu, interneuron di sumsum tulang belakang disebut neuron ajustor.2,4

Potensial Berjenjang

Potensial berjenjang adalah perubahan lokal potensial membran yang terjadi dalam berbagai
derajat atau tingkat kekuatan. Potensial berjenjang ini dipengaruhi oleh kekuatan kejadian
pemicu, semakin kuat kejadian pemicu, maka semakin besar potensial berjenjang yang
terbentuk. Potensial berjenjang ini dihasilkan oleh kejadian pemicu yang membuat saluran
ion berpintu terbuka dibagian tertentu, terutama dibagian membran sel yang peka terhadap
rangsang. Saluran ion berpintu yang terbuka itu adalah saluran ion Na+, sehingga ion ini bisa
masuk ke dalam sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi listriknya, hal ini membuat
terjadinya depolarisasi.6

Potensial berjenjang ini menyebar dengan aliran arus positif. Ketika terjadi potensial
berjenjang di membran sel saraf atau otot, maka bagian sel lainnya masih berada dalam
keadaan potensial istirahat. Daerah yang mengalami depolarisasi temporal disebut daerah
aktif. Daerah aktif relatif lebih positif daripada daerah inaktif yang berada dalam keadaan
potensial istirahat. Sedangkan diluar sel daerah aktif relative kurang positif disbanding daerah
sekitar. Karena perbedaan potensial ini, maka muatan listrik dibawa oleh ion, yang mengalir
pasir antara daerah aktif ke daerah sekitar baik disisi luar membran sel maupun disisi dalam.
Setiap aliran muatan listrik dinamai dengan istilah arus. Berdasarkan perjanjian, arah aliran
arus selalu disebutkan berdasarkan arah aliran muatan positif. Dibagian dalam muatan positif
mengalir melalui cairan intrasel dari daerah aktif yang positif ke daerah istirahat yang bersifat
lebih negatif. Diluar sel, muatan positif mengalir melalui cairan ekstrasel, dari daerah inaktif
positif kedaerah aktif relatif lebih negatif. Perpindahan ion berlangsung disepanjang
membran diantara derah-daerah yang berdekatan disisi membran yang sama. Aliran ini
berbeda dengan aliran ion yang menembus membran melalui saluran ion. Akibat dari arus
lokal antara daerah depolarisasi aktif ke daerah inaktif disekitarnya, maka terjadi perubahan
potensial juga di daerah yang semulanya inaktif. Muatan positif mengalir kedaerah sekitar

5
disisi dalam, sementara secara bersamaan, muatan positif mengalir keluar daerah ini disisi
luar. Karena itu didaerah sekitar bagian dalam menjadi lebih positif, dan bagian luar kurang
kurang positif daripada sebelumnya. Dengan kata lain daerah sekitar yang semula inaktif
telah mengalami depolarisasi sehingga potensial berjenjang telah menyebar. Besar arus yang
mengalir antara dua daerah, bergantung pada perbedaan potensial antar daerah dan resistensi.
Resistensi adalah hambatan terhadap perpindahan muatan listrik. Semakin besar beda
potensial, maka semakin besar aliran arus, dan resistensinya kecil. Itu artinya cairan intrasel
dan ekstrasel adalah konduktor yang baik, karena hambatannya dalam menghantarkan arus
sedikit. Sedangkan yang hambatannya tinggi dalam menghantarkan arus listrik, itu namanya
insulator. Yang bersifat insulator adalah plastic pembungkus kabel listrik, dan lemak tubuh.
Karena membran sel strukturnya mengandung lipid bileyer maka arus tidak bisa menembus
membran. Arus dapat menembus membran hanya melalui saluran ion.6

Gambar 1.3 Proses penjalaran potensial berjenjang.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa arus pasif antara daerah aktif ke daerah sekitar
inaktif. Namun arus itu akan melenyap dan menghilang jika membran plasma yang
membungkus aliran listrik itu melalui membran terbuka/bocor. Sehingga ion-ion yang
membawa muatan listrik itu melaui membran yang terbuka. Akibat kibatnya berkurangnya
arus ini maka kekuatan arus lokal secara progresif melemah, seiring dengan bertambahnya
jarah dari tempat asal. Karena itu kekuatan potensial berjenjang terus menurun semakin jauh
potensial ini merambat dari daerah aktif asal. Maka dapat dikatakan kekuatan potensial
berjenjang menurun bertahap. Dan karena potensial berjenjang juga semakin berkurang
karena pertambahan jarak yang tidak jauh namun dapat menurunkan kekuatan potensial,

6
maka kekuatan potensial ini hanya dapat untuk sinyal jarak pendek. Walaupun potensial
berjenjang memiliki jangkauan sinyal yang terbatas namun potensial ini sangat penting bagi
fungsi tubuh, yaitu untuk potensial pascasinaps, potensial resptor, potensial end-plate,
potensial pemacu dan potensial gelombang lambat. Yang penting dalam potensial berjenjang
yaitu potensial berjenjang merupakan respons terhadap suatu kejadian pemicu, dan potensial
berjenjang itu juga dapat memicu potensial aksi, yang merupakan pensinyalan jarak jauh.6

Potensial Aksi

Potensial aksi adalah peristiwa listrik yang terlokalisir yaitu depolarisasi membran pada titik
perangsangan yang spesifik. Potensial aksi tidak bergantung pada kekuatan stimulus
pendepolarisasi. Semakin besar diameter akson semakin cepat penghantaran potensial aksi
karena tahanan arus listrik berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar arus
tersebut. Potensial aksi dibangkitkan ketika ion Natrium mengalir ke dalam melintasi
membran. Depolarisasi potensial pertama telah menyebar ke wilayah bersebelahan pada
membran tersebut, mendepolarisasi wilayah ini dan memulai potensial aksi kedua. Pada
lokasi potensial aksi pertama membran mengalami repolarisasi ketika K+ mengalir keluar.
Potensial aksi ketiga merambat secara berurutan saat repolarisasi berlangsung. Melalui
mekanisme ini aliran ion lokal menembus membran plasma dan menghasilkan impuls saraf
yang merambat sepanjang akson tersebut. Saluran ion yang pembukaan gerbangnya diatur
oleh voltase yang menghasilkan potensial aksi hanya berkonsentrasi di sekitar nodus Ranvier.
Cairan ekstraseluler juga berhubungan dengan membran akson namun melompat dari satu
nodus ke nodus lain melewati daerah yang berinsulasi myelin pada membran di antara nodus
itu. Mekanisme ini disebut penghantaran bersalto salvatory conduction. Dalam potensial
aksi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan terkait diantaranya kanal Na+, pompa Na-K, ion
Na+, ion K+, kanal K+, dan faktor-faktor yang lain. Setiap jenis kanal tersebut memiliki
fungsi spesifik dalam aktifitas elektrik saraf. Kanal-kanal ion tersebut berfungsi menjaga
potensial sel.2,6

a. Ion Na+

Ion Na+ merupakan ion yang bermuatan positif. Ion Na+ berada dibagian luar sel dari
sistem saraf. Hanya sedikit ion Na+ yang berada di dalam sel. Perbedaan jumlah ini
membuat perbedaan gradien konsentrasi dan dapat menyebabkan ion Na melewati
membran. Ion Na+ membantu dalam potensial aksi ketika penghantaran sel saraf.

7
b. Ion K+
Ion K+ merupakan ion yang bermuatan positif,kebanyakan ion K+ berada di dalam
sel. Pada keadaan tertentu ion K+ ini akan keluar sel sehingga akan mengurangi
muatan positif di dalam sel.
c. Kanal ion Na+
Kanal ini berfungsi dalam meneruskan potensial aksi dengan membuka jika terjadi
depolarisasi membran. Pembukaan kanal ion ini menyebabkan ion Na+ dapat masuk
melintasi membran dan menyebabkan depolarisasi.
d. Kanal ion K+
Kanal ini berperan sebagai kekuatan penstabil (stabilizing force). Beberapa fungsinya
antara lain repolarisasi setelah terjadinya potensial aksi dan mengatur potensial
istirahat (resting potensial).

Neuron berada di dalam otak dan sistem saraf. neuron berkomunikasi dengan neuron yang
lain melalui potensial aksi yang mana adalah sebuah impuls dari aktifitas listrik. Neuron ini
membantu kita untuk berfikir, bergerak, dan melakukan sesuatu.Neuron bagian dalam lebih
negatif daripada bagian luar. Sejak kebanyakan ion K+ keluar daripada Na+ yang masuk,
maka neuron bagian dalam akan lebih negatif daripada bagian luar yang biasa disebut dengan
potensial elektrik atau potensial membran. Muatan intrasel kurang lebih -70 mv. Sedangkan
muatan ekstrasel adalah 0 mv. Muatan negatif yang terdapat pada intrasel ketika sel dalam
keadaan istirahat ini disebut dengan resting potensial atau potensial istirahat.2,6

Pada saat kenegativan berkurang,ini biasa disebut dengan depolarisasi. Depolarisasi


ini disebabkan berkurangnya perbedaan polaritas membran sel antara intra dan ekstra sel.
Suatu sel harus menjaga keseimbangan ion Na+ dan ion K+ di kompartemen luar dan dalam
sel. Jika kanal ion Na+ membuka dan menyebabkan ion Na+ masuk ke dalam sel, maka
gradien konsentrasi Na+ di luar dan di dalam sel berkurang. Karena ion Na+ bermuatan
positif, maka dia akan menambah muatan positif di dalam kompartemen intrasel, sehingga
perbedaan polaritas menjadi berkurang dan menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi ini
penting dalam penerusan potensial aksi sepanjang sel saraf karena depolarisasi dapat
menyebabkan pembukaan kanal ion Na+ lainnya yang bertanggung jawab terhadap penerusan
impuls saraf di sepanjang akson.2,6

Pada saat keadaan neuron perbedaan negatifnya tinggi, ini biasa disebut dengan
hiperpolarisasi. Secara normal, kanal ion K+ selanjutnya akan membuka dan menyebabkan
8
kembalinya polaritas atau repolarisasi. Tetapi jika kanal K+ membuka secara berlebihan,
maka ion K+ akan keluar dan menyebabkan kompartemen di dalam sel semakin
negatif,sehingga perbedaan polaritas meningkat. Meningkatnya perbedaan polaritas ini
disebut hiperpolarisasi membran. Hiperpolarisasi juga dapat terjadi jika kanal Cl- di
permukaan sel membuka. Ion Cl- yang bermuatan negatif akan masuk ke dalam sel
menyebabkan muatan di dalam sel menjadi lebih negatif dan meningkatkan perbedaan
potensial membran antara ekstrasel dan intrasel.Jika depolarisasi menyebabkan penerusan
potensial aksi sepanjang sel saraf, maka hiperpolarisasi menyebabkan penghambatan
penerusan potensial aksi tersebut sehingga menghasilkan efek-efek depresi sistem saraf
pusat.2,6

Gradien konsentrasi di dalam neuron bisa dijaga salah satunya dengan pompa Na+/K+
ATPase dengan melibatkan kanal ion K+ dengan Na+. Jika ion K+ masuk ke kanal,ia akan
melintasi membran menuju ke bagian ekstrasel. Sedangkan jika Na+ masuk kanal, ia akan
melintas masuk menuju kompartemen intrasel. Pergerakan ion keluar dari dan masuk ke sel
itu disebut dengan leaking. Peristiwa leaking yang berlebihan akan menyebabkan gangguan
terhadap homeostasis sel, karena harus ada mekanisme untuk mengembalikan ion-ion yang
berpindah tadi ke tempat semula. Pengembalian ini menggunakan pompa Na+/K+ ATPase.
Pompa ini akan memompa 3 ion Na+ keluar dan 2 ion K+ masuk,sehingga akan kembali pada
keseimbangan semula dimana muatan intrasel lebih negatif dapat dicapai kembali.2,6

Neuron sebagai penghantar impuls saraf ke sistem saraf yang lain dibantu dengan
adanya gradien konsentrasi dari Na+,K+ , beberapa kanal Na+ dan K+. Kanal dan ion ini
mengatur impuls yang disebut dengan potensial aksi. Suatu neuron memiliki bagian akson
yang permukaannya dipenuhi dengan kanal Na+ dan K+. Kanal Na+ ini berfungsi
melewatkan ion Na+ ke neuron. Sedangkan kanal K+ berfungsi sebagai jalan dari ion K+
untuk melewati membran. Ketika neuron dalam keadaan istirahat, maka kanal ion Na+ bagian
luar akan tertutup,namun bagian dalam neuron akan terbuka. Pada keadaan ini kanal K+
bagian intrasel akan terbuka sedangkan bagian ekstrasel akan tertutup. Pada keadaan
depolarisasi,keadaan ini akan membuka kanal Na+ bagian luar, kemudian ion Na+ akan
masuk dan menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi ini menyebabkan kanal Na+ disebelahnya
membuka dan terjadi depolarisasi juga dikanal tersebut. Demikian seterusnya sehingga
potensial aksi akan terhantar sepanjang akson sampai ke ujung saraf. Peristiwa yang terjadi
pada kanal Na+ ini disebut dengan propagasi potensial aksi. Propagasi ini berjalan ke satu

9
arah dan tidak berbalik arah karena kanal ion yang sudah membuka selanjutnya menjadi
inaktif dan tidak terpengaruh lagi oleh adanya depolarisasi.2,6

Depolarisasi yang terjadi menyebabkan pembukaan kanal K+ sehingga ion K+ keluar


melintasi membran sel. Perpindahan ini menyebabkan potensial membran lebih negatif dan
sel terjadi repolarisasi. Ketika sel menjadi lebih negatif, maka pintu kanal K+ akan tertutup ,
kanal Na+ bagian luar tertutup dan kanal Na+ bagian dalam terbuka. Pembukaan kanal K+
yang lama menyebabkan potensial membran terjadi hiperpolarisasi sebentar sampai kanal K+
benar-benar tertutup. Penutupan kanal ini menyebabkan potensial membran kembali ke level
istirahat. Peristiwa ini membutuhkan waktu yang sangat singkat. Jadi potensial aksi terjadi
disepanjang akson dan ini menunjukkan perjalanan dari badan sel ke akson terminal. Ketika
saraf terminal terdepolarisasi,ini akan mengeluarkan droplet yang sangat kecil yang disebut
dengan neurotransmiter, sebuah molekul kima dari dendrit ke saraf yang lain. Proses ini
diulang pada saraf selanjutnya.2,6

Struktur Sinaps dan Mekanisme Informasi di Sinaps

Neuron-neuron yang berhubungan dalam sebuah sinapsis mempunyai mekanisme


khas dalam menyampaikan perambatan impuls. Antara neuron dan neuron tidak terjadi
hubungan langsung karena terdapat sebuah celah sempit yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls di sinapsis. Celah ini disebut dengan celah sinaptik yang akan
meneruskan impuls dari neuron ke neuron lainnya melalui sebuah perantara yang
disebut neurotransmitter. Neurotransmitter merupakan sebuah cairan kimia dalam tubuh,
seperti asetilkolin, serotonin, atau noradrenalin yang berfungsi menghantarkan impuls.
Sinapsis terdapat di antara akson neuron yang satu dengan dendrit atau badan sel atau akson
dari neuron lain. 3

Arah impuls saraf hanya terjadi dalam satu arah, baik dari dendrit menuju akson ataupun
antar neuron. Jika bekerja terus-menerus, sel saraf akan mengalami kelelahan. Contohnya,
ketika kita membaui sesuatu yang tidak enak, lama-kelamaan bau tersebut tidak akan sekeras
pada awalnya. Kecepatan rambat impuls dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
sebagai berikut.

a. Diameter serabut saraf. Sel saraf dengan diameter besar akan lebih cepat
merambatkan impuls dibandingkan dengan sel saraf dengan diameter yang lebih kecil.

10
b. Selubung mielin. Daerah akson yang tertutup mielin akan menghantarkan impuls
lebih cepat dibandingkan dengan akson yag tidak tertutup mielin.
c. Suhu. Hingga ambang batas tertentu kenaikan suhu akan mempercepat penghantaran
impuls dibandingkan ketika suhu rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan lebih
cepatnya perambatan impuls pada hewan homoioterm, seperti Mammalia
dibandingkan hewan berdarah dingin poikiloterm, seperti Reptilia atau Amphibia.2,3,6

Impuls saraf yang telah mencapai sinapsis, diteruskan oleh cairan kimia yang disebut
neurotransmitter. Saat ini, telah diketahui 50 jenis neurotransmitter dan neuropeptida (suatu
molekul protein kecil yang berfungsi seperti neurotransmitter). Beberapa neurotransmitter
yang dikenal luas adalah sebagai berikut.

a. Asetilkolin. Asetilkolin banyak ditemukan di otak dan merupakan satu-satunya


neurotransmitter yang ditemukan di sinapsis dan otot.
b. Dopamin. Neurotransmitter ini dikeluarkan oleh bagian neuron yang mengalami
kerusakan. Dopamin akan banyak ditemukan pada sinapsis penderita penyakit
Parkinson. Penyakit Parkinson, seperti yang diderita oleh petinju legendaris
Mohammad Ali, adalah jenis penyakit dengan ciri-ciri susah mengendalikan
pergerakan dan goncangan pada tangan (tremor).
c. Serotonin. Serotonin merupakan jenis neurotransmitter yang ada di otak dan sumsum
tulang belakang. Serotonin bertugas dalam penghambatan impuls rasa sakit. Selain
itu, serotonin juga diduga memengaruhi tidur dan perasaan kita (mood).
d. Norepinefrin. Norepinefrin banyak dikeluarkan pada sinapsis yang berhubungan
dengan alat kerja organ dalam, seperti jantung, hati, paru-paru, serta alat pencernaan.
Struktur kimianya mirip dengan hormon adrenalin yang bekerja pada saat kondisi
tubuh tertekan (stress).
e. Neuropeptida. Contoh neuropeptida adalah opioid yang banyak berpengaruh dalam
pengaturan kondisi tubuh, seperti rasa lapar, temperatur tubuh, rasa marah, dan
perasaan-perasaan lain yang ditimbulkan secara emosional.

Proses dibentuknya neurotransmitter atau neuropeptida, yang kemudian dijadikan sinyal


kimiawi. Neuropeptida tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun demikian,

11
zat ini disintesis sebagai bagian integral dari molekul protein besar oleh ribosom-ribosom
dalam badan sel neuron. Molekul protein selanjutnya mula-mula memasuki retikulum
endoplasma badan sel dan kemudian ke aparatus golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan
berikut:

a. Protein secara enzimatik memecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan
dengan demikian melepaskan neuropeptidanya sendiri atau prekursornya.
b. Aparatus golgi mengemas neuropeptida menjadi gelembung-gelembung transmitter
berukuran kecil yang dilepaskan ke dalam sitoplasma.
c. Gelembung transmitter ini dibawa ke ujung serabut saraf lewat aliran aksonal dari
sitoplasma akson, berkeliling dengan kecepatan lambat hanya beberapa sentimeter per
hari.
d. Akhirnya gelembung ini melepaskan trasnmitternya sebagai respon terhadap potensial
aksi dengan cara yang sama seperti untuk transmitter molekul kecil. Namun
gelembung diautolisis dan tidak digunakan kembali.2

12
Gambar 1.4 struktur sinaps dan proses pelepasan neurotransmitter

Neurotransmiter membawa sinyal menyebrangi suatu sinaps, inilah kejadian-kejadian


yang berlangsung disinaps:

a. Ketika potensial aksi dineuron prasinapsis telah menjalar ke terminal akson,


perubahan potensial lokal ini memicu terbukanya saluran Ca2+ berpintu voltase di
sinaptik knob.
b. Karena Ca2+ lebih pekat di CES dan gradien listriknya mengarah ke dalam, maka ion
ini mengalir kedalam sinaptik knob melalui saluran-saluran yang terbuka.
c. Ca2+ memicu neurotransmitter dari sebagian volikel sinaps, kedalam celah sinaps.
Pelepasan ini terlaksana dengan eksositosis.
d. Neurotransmitter yang dibebaskan berdifusi menyebrangi celah dan berikatan dengan
reseptor protein spesifik di membran subsinaps, bagian membran pasca sinaps yang
tepat berada dibawah sinaptik knob.
e. Pengikatan ini memicu terbukanya saluran ion spesifik dimembran subsinaps,
mengubah neuron pasca sinaps terhadap ion. Ini adalah saluran-saluran berpintu
kimiawi, yang berbeda dengan saluran berpintu voltase yang berperan dalam
pembentuka potensial aksi dan infuse Ca2+ kedalam sinaptik knob.6

Kesimpulan

Sel punca merupakan sel yang mampu berregenerasi dengan cepat dan berdiferensiasi
menjadi berbagai jenis sel. Oleh sebab itu sel punca dapat dipakai untuk mengobati berbagai
macam penyakit seperti kanker, gangguan hati, stroke, dan lain-lain. Untuk sel punca yang
dapat mengobati penyakit pasca stroke, maka perlu pengetahuan lebih mendalam tentang
sistem komunikasi sel sarafnya sehingga dapat memperbaik sel saraf yang rusak. untuk itu,
seperti dendrite, akson, badan sel, meilin/ sel swhann, dan nodus ranvier adalah bagian-
bagian penyusun sel saraf. Serta macam-macam struktur sel saraf seperti bipolar, unipolar,
dan multipolar. Lalu dalam sistem saraf juga ada saraf sensorik dan motorik yang kemudian
membentuk proses pensinapan. Proses sinaps terjadi satu arah, dan memerlukan peristiwa
potensial aksi dan potensial berjenjang. Kemudian untuk menyalurkan sinyal kimiawi dari sel
saraf yaitu menggunakan neurotransmitter. Melalui mekanisme diatas, sehingga sel punca
yang berdiferensiasi menjadi sel saraf yang baru, dapat mengobati pasca stroke.

13
Daftar Pustaka

1. Kusuma I, Ibrahim N. Induk sel somatik menjadi sel punca pluripoten.CDK 186 Juli-
Agustus 2011; vol. 38 no. 5: 327-8.
2. Ikawati Z. Pengantar farmakologi molekuler. Yogyakarta: UGM Press; 2008.
3. Campbell, Recce, Mitchell. Biologi. Edisi ke 5, Jilid 3. Jakarta: Erlangga; 2004.
h.201.
4. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2002.h.254.
5. Wolpert L. Thei miracle of cell. Bandung: Perpustakaan Nasional, Katalok dalam
Terbitan (KDT); 2011. h.150.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011. h.97.

14

Anda mungkin juga menyukai