Anda di halaman 1dari 5

BAGIAN KEDUA : HUKUM ORANG (PERSONENRECHT)

BAB II

PRINSIP-PRINSIP HUKUM DALAM HUKUM PERDATA

A. Istilah dan Pengertian Hukum Perdata


Menurut pandangan para ahli, pengertian hukum perdata sebagai berikut :.
a. Vollmar : Hukum Perdata ialah aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan
pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan-kepentingan
perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan
kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang
mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas.
b. Sudikno Mertokusumo : Hukum Perdata ialah Hukum antarperorangan yang mengatur hak
dan kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan
kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan masing-
masing pihak.

B. Luas Lapangan Hukum Perdata


Hukum perdata dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata dalam arti luas dan
hukum perdata dalam arti sempit. Yang dimaksud hukum perdata dalam arti luas ialah bahan
hukum sebagaimana yang tertera dalam KUH Perdata (BW), KUHD (WvK), beserta sejumlah yang
disebut undang-undang tambahan (UU nama perniagaan, UU mengenai perkumpulan koperasi,
hukum kepailitan dan hukum acara). Sedangkan dalam arti sempit ialah bahan hukum yang
terdapat dalam KUH Perdata saja.

C. Hukum Perdata Materiil di Indonesia


Pemerintah Hindia Belanda tertera pada pasal 131 IS (Indische Staatsregeling) membagi
penduduk di daerah jajahannya atas tiga golongan yang dikemukakan berikut ini:
a. Golongan Eropa
b. Golongan Timur Asing, yaitu orang Tionghoa dan bukan Tionghoa.
c. Bumiputera, yaitu orang Indonesia asli.

D. Sumber Hukum Perdata Tertulis


Sumber hukum perdata dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata tertulis adalah
tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tertulis, yaitu seperti
terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi.

E. Sejarah Terjadinya Hukum Perdata


Pada mulanya, hukum perdata Belanda dirancang oleh suatu panitia yang dibentuk pada
tahun 1814, yang diketuai oleh Mr. J. M. Kemper (1776-1824). Pada tahun 1816, J. M. Kemper
menyampaikan rencana code hukum tersebut kepada pemerintah Belanda. Rencana code
hukum Belanda didasarkan pada Hukum Belanda Kuno. Code hukum ini diberi nama Ontwerp
Kemper. Namun Ontwemper Kemper ini mendapat tantangan yang keras dari P. Th. Nicolai.
Nicolai ini merupakan anggota parlemen yang berkebangsaan Belgia dan juga menjadi presiden
pengadilan Belgia. Pada tahun 1824, J. M. Kemper meninggal dunia. Selanjutnya, penyusunan
kodifikasi code hukum perdata diserahkan kepada Nicolai. Akibat perubahan tersebut, hukum
yang didasarkan pada hukum kebiasaan/hukum kuno, tetapi dalam perkembangannya sebagian
besar code hukum Belanda didasarkan pada code civil Prancis. Code civil ini juga meresepsi
hukum Romawi, corpus civilis dari Justisianus. Jadi, hukum perdata Belanda merupakan
gabungan dari hukum kebiasaan/hukum kuno Belanda dan code civil Prancis. Berdasarkan atas
gabungan berbagai ketentuan tersebut, maka pada tahun 1838, kodifikasi hukum perdata
Belanda ditetapkan dengan Stb. 1838. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1848,
kodifikasi hukum perdata Belanda diberlakukan di indonesia dengan Stb.1848. Jadi, pada saat
itulah hukum perdata Belanda mulai berlaku di indonesia yang hanya diberlakukan bagi orang-
orang Eropa dan dipersamakan dengan mereka.

F. Berlakunya Hukum Perdata


Sejak Kemerdekaan Hukum perdata yang berlaku saat ini didasarkan pada Pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945. Pasal II AP UUD 1945 berbunyi : “Segala badan negara dan
peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD
ini.” Berarti bahwa ketentuan yang ada pada zaman Hindia Belanda, khususnya hukum perdata,
masih berlaku di Indonesia. Tujuannya untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum di bidang
hukum keperdataan.

G. Sistematika Hukum Perdata


Sistematika hukum perdata dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu menurut ilmu
pengetahuan dan menurut KUH Perdata.
Sistematika hukum pedata berdasarkan ilmu pengetahuan adalah :
a. Hukum tentang orang
b. Hukum kekeluargaan
c. Hukum harta kekayaan
d. Hukum warisan
Sistematika hukum perdata berdasarkan KUH Perdata sebagai berikut :
a. Buku I : tentang Orang
b. Buku II : tentang Hukum Belanda
c. Buku III : tentang Perikatan
d. Buku IV : tentang Pembuktian dan Daluwarsa
Hukum perdata Belanda dibagi menjadi lima buku, yaitu sebagai berikut :
a. Buku I : tentang Hukum Orang dan Keluarga (Personen-en-Famili-erecht)
b. Buku II : tentang Badan Hukum (Rechtpersoon)
c. Buku III : tentang Hak Kebendaan (Van Zaken)
d. Buku IV : tentang Perikatan (Van Verbintenissen)
e. Buku V : tentang Daluwarsa (Van Verjaring)
BAB III

SUBJEK HUKUM

A. Pengertian Hukum Orang


Hukum Orang adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang subjek hukum
dan wewenangnya, kecakapannya, domisili dan catatan sipil.

B. Tempat Pengaturan Hukum Orang


Hal-hal yang diatur dalam Buku I KUH Perdata dikemukakan berikut ini :
1. Menikmati dan kehilangan hak kewargaan (Pasal 1 s.d. Pasal 3 KUH Perdata)
2. Akta catatan sipil (Pasal 4 s.d. Pasal 16 KUH Perdata)
3. Tempat tinggal (domisili) (Pasal 17 s.d. Pasal 25 KUH Perdata)
4. Perkawinan (Pasal 26 s.d. Pasal 102/249 KUH Perdata)
5. Hak dan kewajiban suami-istri (Pasal 103 s.d. Pasal 118 KUH Perdata)
6. Persatuan harta kekayaan menurut UU dan pengurusannya (Pasal 119 s.d Pasal 138 KUH
Perdata)
7. Perjanjian Kawin (Pasal 139 s.d Pasal 179 KUH Perdata)
8. Persatuan atau perjanjian kawin dalam perkawinan untuk kedua kalinya atau
selanjutnya (Pasal 180 s.d 185 KUH Perdata)
9. Perpisahan Harta Perkawinan (Pasal 180 s.d. Pasal 185 KUH Perdata)
10. Pembubaran Perkawinan (Pasal 199 s.d. 232a KUH Perdata)
11. Perpisahan meja dan ranjang (Pasal 233 s.d Pasal 249 KUH Perdata)
12. Kebapakan dan keturunan anak-anak (Pasal 250 s.d Pasal 289 KUH Perdata)
13. Kekeluargaan sedarah dan semenda (Pasal 290 s.d. Pasal 297 KUH Perdata)
14. Kekuasaan orangtua (Pasal 298 s.d. Pasal 329 KUH Perdata)
15. Kebelumdewasaan dan perwalian (Pasal 330 s.d. Pasal 418 KUH Perdata)
16. Perlunakan (Pasal 419 s.d. Pasal 432 KUH Perdata)
17. Pengampuan (Pasal 433 s.d. Pasal 462 KUH Perdata)
18. Keadaan tak hadir (Pasal 463 s.d. Pasal 465 KUH Perdata)

C. Subjek Hukum
1. Pengertian Subjek Hukum
Istilah subjek hukum berasal dari terjemahan rechtsubject (Belanda) atau law of subject
(Inggris). Pada umunya rechtsubject diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban.

2. Pembagian Subjek Hukum


Didalam berbagai literatur dikenal dua macam subjek hukum, yaitu manusia dan badan
hukum. Ada dua pengertian manusia yaitu biologis dan yuridis.
1) Manusia Orang yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah orang yang
telah dewasa atau kawin dan ukuran kedewasaan adalah sudah berumur 21
tahun atau sudah kawin.
2) Badan Hukum
a. Landasan dan Konsepsi Yuridis Badan Hukum Badan hukum diatur
dalam Pasal 1653 s.d Pasal 1665 KUH Perdata. Badan hukum dalam
bahasa Belanda disebut Rechtpersoon. Rechtpersoon adalah suatu
badan yang dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban
seperti orang-orang pribadi. Unsur-unsur Badan Hukum adalah:
a) Mempunyai perkumpulan
b) Mempunyai tujuan tertentu
c) Mempunyai harta kekayaan
d) Mempunyai hak dan kewajiban
e) Mempunyai hak untuk menggugat dan digugat
b. Pembagian Badan Hukum
Badan Hukum dapat dibedakan menurut bentuknya, peraturan yang
mengaturnya, dan sifatnya sebagai berikut :
a) Badan Hukum menurut bentuknya ada dua macam Badan Hukum
menurut bentuknya yaitu Badan Hukum Publik dan Badan Hukum
Privat.
b) Ada dua macam badan hukum menurut peraturan yang
mengaturnya yaitu Badan Hukum yang tertletak dalam lapangan
Hukum Perdata BW dan Badan Hukum yang letaknya dalam lapangan
Hukum Adat.
c) Badan Hukum menurut sifatnya dibagi menjadi dua macam yaitu
korporasi dan yayasan.

c. Teori-teori Badan Hukum Ada lima teori yang menganalisis tentang


Badan Hukum, sebagaimana dikemukakan berikut ini:
a) Teori Fiksi.
b) Teori Konsensi
c) Teori Zweckvermogen
d) Teori Kekayaan Bersama (Teori Jhering)
e) Teori Realis atau Organik

D. Hubungan antara Hukum, Hak dan Kewajiban


Hukum mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat karena hukum itu berfungsi untuk melindungi
kepentingan manusia dan membagi hak dan kewajiban. Hak dibagi dua macam, yaitu hak
mutlak dan hak relatif. Hak mutlak adalah hak-hak yang memuat kekuasaan untuk bertindak.
Hak relatif adalah hak yang berisi wewenang untuk menuntut hak yang hanya dimiliki seseorang
terhadap orang-orang tertentu. Kewajiban merupakan suatu pembatasan dan beban. Ada lima
kelompok kewajiban, yaitu :
a) Kewajiban-kewajiban yang mutlak dan nisbi
b) Kewajiban-kewajiban publik dan perdata
c) Kewajiban-kewajiban yang positif dan negatif
d) Kewajiban-kewajiban universal, umum dan khusus
e) Kewajiban-kewajiban primer dan yang bersifat memberi sanksi
Dari uraian diatas jelaslah bahwa antara hukum, hak dan kewajiban terdapat hubungan yang
erat antara ketiganya, karena hukum itu melindungi kepentingan manusia dan membagi hak dan
kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai