Anda di halaman 1dari 12

KEMISKINAN YANG MENJADI MASALAH TAK BERUJUNG

DI INDONESIA

Nur Prasetyo Aji


Mahasiswa Program Studi Ekonomi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
e-mail: ajiktn@gmail.com

Abstrak
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang selalu menyelimuti setiap
negara di dunia termasuk didalamnya Indonesia. Selalu muncul banyak strategi
untuk upaya mengentaskan kemiskinan seperti pembangunan insrastruktur,
subsidi, pengoptimalan UKM dan sebagainya, namun dalam implementasinya
seakan akan selalu mengalami jalan buntu sehingga masalah ini sudah menjadi
ciri khas Indonesia setiap tahun.
Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan
memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik,
terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak
dasar warga negara secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan
berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat. Kesenjangan
antara region di Indonesia (antar provinsi, antar pulau maupun antar kawasan)
tidak saja terlihat dari nilai pertumbuhan ekonomi namun juga kesejahteraan
masyarakat atau kemiskinan di setiap daerah.

Kata Kunci: Kemiskinan, Kesenjangan, Kesenjangan Penduduk, Mengentaskan


Kemiskinan

Halaman 1
Abstract
Poverty is a problem that always blanket every country in the world
including Indonesia. There are always many strategies to alleviate poverty such as
infrastructure development, subsidy, UKM optimization and so on, but in its
implementation it will always be deadlocked so that this problem has become the
characteristic of Indonesia every year.
Poverty is an urgent nation's problem and requires systematic, integrated
and holistic approaches and approaches, in order to reduce the burden and fulfill
basic citizens' rights appropriately through inclusive, just and sustainable
development to realize a dignified life. The gap between regions in Indonesia
(inter-p rovinces, inter-island and inter-regional) is not only seen from the value
of economic growth but also the welfare of the people or poverty in each region.

Keywords: Poverty, Disparity, Population Gap, Poverty Alleviation

PENDAHULUAN
Pembangunan adalah tujuan dari sutau negara, dimana negara tersebut
semakin maju ketika ada peningkatan pada pembangunannya. Salah satu indikator
keberhasilan pembangunan adalah dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi,
diharapkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi mampu mengurangi
pengangguran ataupun kemiskinan yang ada (Rustam 2010). Selain pertumbuhan
ekonomi salah satu aspek yang digunakan untuk melihat kinerja pembangunan
ekonomi adalah seberapa besar efektifitas penggunaan sumber daya yang
tersedia(Yacoub 2012).
Kemiskinan sendiri pada negara berkeembang merupakan masalah yang
cukup rumit meskipun beberapa negara berkembang telah berhasil melaksanakan

Halaman 2
pembangunan dalam hal produksi dan pendapatan nasional (Sartika et al. 2016).1
Kondisi kemiskinan suatu negara atau daerah juga merupakan cerminan dari
tingkat kesejahteraan penduduk yang tinggal pada negara/daerah tersebut
(Christianto, 2013). Indonesia adalah negara yang tergolong masih berkembang
dan kemiskinan merupakan masalah yang masih menjadi perhatian.
Pratama ( 2014) mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang
yang sudah berumur 57 tahun, masih mengalami masalah kemiskinana sebesar
24% jika angka kemiskinan di bawah 1$US dari 240 juta jiwa. Namun, jika angka
kemiskinan menggunakan standart hidup dibawah 2$ maka angka kemiskinan
tersebut melonjak menjadi 35%. Pembangunan ekonomi Indonesia saat ini dirasa
masih kurang efektif dalam menangani masalah kemiskinan yang ada.
Hal tersebut terlihat dalam laporan BPS pada bulan september 2016 bahwa
presentase penduduk miskin perkotaan turun dari 7,79% menjadi 7,73%
sementara pada daerah perdesaan turun dari 14,11% menjadi 13,96%. Namun
meskipun demikian jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 0.15 juta
orang. Selain itu masih adanya provinsi yang memiliki presentase kemiskinan
diatas presentase nasional. Hal tersebut menandakan bahwa masih adanya angka
kemiskinan yang tinggi yang terjadi pada daerah provinsi yang ada di Indonesia.
Teori trickle-down effect menjelaskan bahwa kemajuan yang diperoleh
oleh sekelompok masyarakat akan sendirinya menetes ke bawah sehingga
menciptakan lapangan kerja dan berbagai peluang ekonomi yang pada gilirannya
akan menumbuhkan berbagai kondisi demi terciptanya distribusi hasil-hasil
pertumbuhan ekonomi yang merata. Teori tersebut mengimplikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh aliran vertikal dari penduduk kaya ke
penduduk miskin yang terjadi dengan sendirinya. Manfaat pertumbuhan ekonomi
akan dirasakan penduduk kaya terlebih dahulu, dan kemudian pada tahap
selanjutnya penduduk miskin mulai memperoleh manfaat ketika penduduk kaya
mulai membelanjakan hasil dari pertumbuhaan ekonomi yang telah diterimanya.
1
Soleh, Ahmad. 2011. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Di Indonesia.
https://media.neliti.com
Halaman 3
Dengan demikian, maka pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penuruan
angka kemiskinan merupakan efek tidak langsung oleh adanya aliran vertikal dari
penduduk kaya ke penduduk miskin. Hal ini berarti juga bahwa kemiskinan akan
berkurang dalam skala yang sangat kecil bila penduduk miskin hanya menerima
sedikit manfaat dari total manfaat yang ditimbulkan dari adanya pertumbuhan
ekonomi. Kondisi ini dapat membuka peluang terjadinya peningkatan kemiskinan
sebagai akibat dari meningkatnya ketimpangan pendapatan yang disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi yang lebih memihak penduduk kaya dibanding penduduk
miskin.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep dan Indikator Kemiskinan


Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. World Bank mendefinisikan
kemiskinan dengan menggunakan ukuran kemampuan/ daya beli, yaitu US $1
atau US $2 per kapita per hari. Sementara itu, BPS mendefinisikan kemiskinan
didasarkan pada garis kemiskinan,(poaerty line). Nilai garis kemiskinan yang
digunakan untuk menentukan kemiskinan mengacu pada kebutuhan minimum
yang dibutuhkan oleh seseorang yaitu 21,00 kalori per kapita per hari, ditambah
dengan kebutuhan minimurn non-makan yang merupakan kebutuhan dasar
seseorang yang meliputi: papan, sandang, sekolah, transportasi, sera kebutuhan
rumah tangga dan individu yang mendasarinya.
Menurut BllS, seseorang/ individu yang pengeluarannya lebih rendah dari
Garis Kemiskinan maka seseorang/individu tersebut dikatakan miskin. Sedangkan
kemiskinan menurut Bappenas (2004) adalah kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orangr laki dan perempuan, yang tidak mampu memenuhi hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Hak-hak dasar manusia tersebut meliputi: terpenuhinya kebutuhan
pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, pekerja.rn, penunahan, air

Halaman 4
bersih,2pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan3 atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sosial politik.
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Berbagai studi empiris yang telah ada menunjukkan bahwa harapan
pembangunan ekonomi adalah untuk membawa perbaikan ekonomi, seperti
pengentasan kemiskinan, standart pendidikan yang lebih baik atau perbaikan
kesehatan (Cremin & Nakabugo 2012). Pertumbuhan ekonomi sendiri dapat
menjadi kekuatan pendorong untuk menghasilkan kekayaan yang nantinya akan
menetes kebawah untuk memberantas kemiskinan dan semua masalah yang
menyertainya (Cremin & Nakabugo 2012). Pendidikan merupakan investasi yang
dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Mendidik anak-anak miskin memiliki
peluang yang tinggi untuk membawa mereka keluar dari kemiskinan (World
Bank).
Salah satu indikator pendidikan dapat dilihat dari tingkat IPM. IPM
merupakan indeks komprehensif sebagai ciri tingkat pembangunan manusia
disuatu daerah atau negara yang diukur dari tingkat pendidikan, kesehatan dan
umur panjang, serta pendapatan (Yakunina RP & Bychkov GA 2015). IPM
menurut BPS ada tiga dimensi yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan
dan standar hidup yang layak. Kesehatan datang sebagai konsep dari bagian
modal manusia sebagai bukti dampak panjang pada pertumbuhan ekonomi seperti
halnya yang terjadi di Inggris 200 tahun terakhir (Hafner & Mayer-Foulkes 2013).
Disisi lain pengangguran merupakan salah satu penyebab kemiskinan.
Pengangguran, setengah menganggur atau kurangnya lahan produktif sebagai aset
penghasil pendapatan merupakan hal yang akut bagi masyarakat miskin ketika
dalam memeroleh kebutuhan paling dasar untuk makanan, air dan tempat tinggal
adalah hal yang harus diperjuangkan pada setiap harinya (World Bank).

2
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan

Halaman 5
Agar kemiskinan tidak semakian akut, maka pemerintah harus meletakkan
kemskinan menjadi pusat perhatian, beberapa ahli menyebutkan bahwa
penanggulangan kemiskinan yang paling jitu adalah dengan menciptakan aktivitas
ekonomi pada daerah guna menciptakan pertumbuhan ekonomi (Yacoub 2012).
Pertumbuhan ekonomi yang ada nantinya diharapkan dapat membuka lapangan
kerja baru sehingga berkurangnya pengangguran yang ada, serta meningkatkan
kualitas hidup masyarakat yang nanti akan dapat mengurangi kemiskinan yang
ada.

Potensi UKM Dalam Pengentasan Kemiskinan


Strategi pembangunan ekonomi yang mendasarkan diri pada pertumbuhan
ternyata tidak berhasil memberikan kesejahteraan pada semua masyarakat.
Strategi yang demikian condong menimbulkan munculnya kesenjangan karena
ada kelompok yang makmur di satu sisi, namun ada masyarakat yang tetap miskin
dan tertinggal pada sisi yang lain. Kondisi ini tercipta karena asumsi akan
munculnya trickle down effect yang dibangun oleh para ekonom neoklasik
ternyata tidak terjadi pada pembangunan di Indonesia.
Di dalam strategi pembangunan yang mengutamakan perfumbuhan
ekonomi, harapan terbesar diletakkan di pundak sektor industri, terutama industri
berskala besar. Industri besar ini diharapkan mampu menjadi lokomotif
perekonomian nasional untuk mencapai target-target pertumbuhan ekonomi. Bukti
mengenai hal ini dapat dilihat dari kebijakan pemerintah Indonesia sejak awal
Orde Baru yang lebih mengutamakan industrialisasi melalui penciptaan
perusahaan-perusahaan yang berskala besar. Puncak dari kebijakan yang demikian
tadi adalah muncuhrya konglomerat-kongklomerat baru di Indonesia pada masa
kejayaan Orde Baru.

Halaman 6
Pentingnya kontribusi UKM terhadap pengentasan kemiskinan telah
ditegaskan oleh banyak ahli dari temuan temuan di lapangan, diantaranya:4
1. UKM mampu menciptakan lapangan kerja.5
2. UKM memiliki kemampuan memunculkan industri-industri kecil baru
lainnya yang bersifat fleksibel dan bervariasi.
3. UKM memiliki kemampuan mendrong terjadinya persaingan secara
intensif antar UKM bahkan usaha besar serupa. Hal ini sangat penting
utnuk mendorong lingkungan usaha yang kondusif dan berbudaya usaha
yang kuat.
4. UKM mendorong inovasi.
5. UKM mampu meningkatkan hubungan industrial dan menyediakan
lingkungan kerja yang baik dengan para buruhnya.

Argumen-argumen Pentingnya UKM dalam Menanggulangi Kemiskinan di


Indonesia
Mengapa UKM diprediksikan akan mampu mereduksi kemiskinan di
Indonesia? Hal ini karena dari berbagai data yang ada penyebab kemiskinan yang
utama di Indonesia adalah tingginya angka pengangguran. Adanya kenyataan
yang demikian maka salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan yang
paling mendesak untuk dilakukan adalah dengan penciptaan sumber-sumber
pendapatan bagi orang miskin tersebut. Sebagaimana sudah didiskusikan UKM
memiliki peranan yang bisa dikembangkan sebagai salah satu potensi penciptaan
lapangan kerja bagi penduduk miskin. Beberapa fakta berikut menjelaskan
keunggulan-keunggulan UKM dalam mengatasi kemiskinan.

4
Purwanto, Erwan. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Keci dan Menengah(UKM) untuk
Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11009/8250
5
Perencanaan Program Aksi Penanggulangan Kemiskinan melalui Pemberdayaan
UMKM, http: /www.antara.co.id /seenws?id=3656
Halaman 7
Peran Krusial Infrastruktur
Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad
masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi
proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai kehidupan yang serba
lebih baik. Proses pembangunan memiliki tiga tujuan yaitu peningkatan
ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup
yang pokok, peningkatan standar hidup dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis
dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan (Todaro dan
Smith, 2006).
Pembangunan infrastruktur akan dapat berdampak pada pertumbuhan
ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur sendiri
merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk berkembang dan juga sebagai
sarana penciptaan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan
sumber daya untuk membangun infrastruktur akan memicu proses ekonomi
sehingga menimbulkan penggandaan dampak ekonomi maupun sosial.

Penyebab Kemiskinan
Menurut Todaro dan Smith (2006), kemiskinan yang terjadi di negara-
negara berkembang akibat dari interaksi antara 6 karakteristik berikut:
1. Tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang rendah,
dan laju pertumbuhan ekonominya tergolong lambat.
2. Pendapatan perkapita negara-negara Dunia Ketiga juga masih rendah dan
pertumbuhannya amat sangat lambat, bahkan ada beberapa yang
mengalami stagnasi.
3. Distribusi pendapatan amat sangat timpang atau sangat tidak merata
4. Mayoritas penduduk di negara-negara Dunia Ketiga harus hidup dibawah
tekanan kemiskinan absolut.6

6
Todaro,MP., dan Smith, SC., (2006). Pembangunan Ekonomi Ed ke-9. (Terjemahan)
Erlangga, Jakarta.
Halaman 8
5. Fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk dan sangat terbatas, kekurangan
gizi dan banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat kematian bayi di 7
negara-negara Dunia Ketiga sepuluh kali lebih tinggi dibanding dengan
yang ada di negara maju.
6. Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang maupun isi
kurikulumnya relatif masih kurang relevan maupun kurang memadai.

Sisi Buruk Pengangguran


Pengangguran yang terjadi di dalam suatu perekonomian dapat memiliki
dampak atau akibat buruk baik terhadap perekonomian maupun individu dan
masyarakat. Salah satu dampak buruk pengangguran terhadap perekonomian yaitu
menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan kesejahteraan yang
mungkin dicapainya. Sedangkan salah satu dampak pengangguran terhadap
individu dan masyarakat yaitu pengangguran dapat menyebabkan kehilangan mata
percaharian dan pendapatan.
Di negara-negara maju, para pengangguran memperoleh tunjangan
(bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran. Oleh sebab itu, mereka
masih mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya.
Mereka tidak perlu bergantung kepada tabungan mereka atau bantuan orang lain.
Di negara-negara sedang berkembang tidak terdapat asuransi pengangguran dan
karenanya kehidupan penganggur harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau
pinjaman/bantuan keluarga dan teman- teman (Nanga, 2001: 237).
Menurut Sukirno (2010: 50), salah satu faktor penting yang menentukan
kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan
masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, hal ini
yang dapat mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau dari
sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial
6
Sadono, Sukirno 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga PT. Grasindo
Jakarta
Halaman 9
kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para
pengangguran harus mengurangi pengeluaran konsumsinya.
Apabila pengangguran disuatu negara adalah sangat buruk, kekacauan
politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk kepada
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka
panjang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur
tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena
tidak memiliki pendapatan.

KESIMPULAN
Kemiskinan merupakan masalah yang cukup rumit yang dialami beberapa
negara berkembang didunia, tak heran jika kemiskinan itu sendiri dianalogikan
sebagai “Rantai Setannya” negara, karena ditilik dari pengalaman bahwa
mengentaskan kemiskinan seperti tak ada habisnya, setiap tahun selalu ada
rumusan rencana, strategi, teknik maupun cara mengatasinya tapi nyatanya suatu
negara sebut saja Indonesia tetap saja dibelenggu oleh masalah ini.
Dimasa pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini, pemerintahan
mengupayakan beberapa cara maupun strategi dalam mengurangi rasio
kemiskinan di Indonesia seperti subsidi, optimalisasi UKM, stabilitas harga, dana
desa dan yang paling menonjol adalah pembangunan infrastruktur sebagai upaya
pemerataan pendapatan. Di era pemerintahan ini sedang gencar gencarnya
pemerataan pembangungan diberbagai penjuru Indonesia sebagai harapan agar
distrbusi produksi dan pendapatan dapat dirasakan oleh masyarakat manapun
sehingga tidak terjadi ketimpangan sosial.
Pembangunan infrastruktur akan dapat berdampak pada pertumbuhan
ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur sendiri
merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk berkembang dan juga sebagai
sarana penciptaan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan

Halaman 10
sumber daya untuk membangun infrastruktur akan memicu proses ekonomi
sehingga menimbulkan penggandaan dampak ekonomi maupun sosial.
Kemudian optimalisasi UKM juga akan berpengaruh krusial karena dikaji
dari pengalaman yang ada bahwa kemiskinan ini selalu terkait dengan banyaknya
pengangguran, yang berarti kualitas sumber daya manusia di Indonesia ini masih
dalam masalah. Dengan adanya dana desa, subsidi dan pengoptimalan UKM ini
diharapkan meningkatkan kualitas pelaku ekonomi di Indonesia sehingga mampu
mendobrak pertumbuhan ekonomi serta kenaikan rasio pendapatan.
Kemiskinan di Indonesia ini bisa dilawan jika kualitas pelaku ekonominya
baik, karena percuma saja jika infrastruktur lengkap tapi sumber daya manusianya
belum bisa memaanfaatkannya dengan efektif dan efisien. Pertanyaannya kini
adalah seberapa besar dampak dari berbagai kebijakan dan program kemiskinan
yang telah banyak dilakukan tersebut terhadap keberhasilan pengentasan
kemiskinan? Mengapa upaya pengentasan kemiskinan belum berhasil? Salah satu
iawabannya adalah program pengentasan kemiskinan tersebut tidak mampu
mendorong kemandirian masyarakat miskin. Hal ini karena pada umumnya
program-program tersebut diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak
memahami bagaimana mereka harus mengelola bantuan yang diberikan oleh
pemerintah tersebut. Pendekatan yang demikian tentu berakibat negatif karena
bantuan yang mereka terima tidak dimanfaatkan untuk kegiatan produktif yang
dapat memberikan dampak keberlanjutary melainkan untuk kebutuhan-kebutuhan
yang sering bersifat konsumtif.

Halaman 11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2000-2002). UKM dalam Angka.


Jakarta: Deperindag.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
ILO 2004. Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan UKM dan Ekonomi Lokal,
http://www.ilo.org/
Mubyarto (2003). Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Rakyat Th. II No. 2, April, 2003. http://www.ekonomirakyat.org
Noor, Akhmad. 2015. Peranan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Implikasi pada Kebijakan Pembangunan di Kota Samarinda. Di akses
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article
Nugraheni, Diyah 2012. Kinerja Keuangan Daerah, Infrastruktur, dan
Kemiskinan. Di Akses https://media.neliti.com/media/publications
Perencanaan Program Aksi Penanggulangan Kemiskinan melalui Pemberdayaan
UMKM, http://www.antara.co.id/seenews/?id=3656
Purwanto, Erwan. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Keci dan Menengah (UKM)
untuk Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11009/8250
Sadono, Sukirno 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga PT.
Grasindo Jakarta.
Todaro,MP., dan Smith, SC., (2006). Pembangunan Ekonomi Ed ke-9.
(Terjemahan) Erlangga, Jakarta.

Halaman 12

Anda mungkin juga menyukai