Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

GAMBARAN KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL DI SEKOLAH


LUAR BIASA KABUPATEN BONE

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:
RAHMIANI M
C121 12 031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RAHMIANI M

NIM : C121 12 031

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan hasil tulisan atau pemikiran

dari orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian

atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi yang seberat-

beratnya atas perbuatan yang tidak terpuji tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan sama sekali .

Makassar, Januari 2019

Yang membuat pernyataan,

(RAHMIANI M)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Gambaran Kemandirian Anak Retardasi Mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten

Bone”, penyusunan skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan

sejak awal hingga akhir. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan kerjasama dari

berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi penulis dapat

diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Hasanuddin.

2. Akbar Harisa S.Kep.,Ns.,PMNC.MN selaku pembimbing satu yang senantiasa

memberi masukan dan arahan-arahan dalam penyempurnaan penelitian dan

penulisan skripsi ini.

3. Nurhidayat Jafar S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing dua yang juga

senantiasa memberi masukan dan arahan-arahan dalam penyempurnaan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. Tuti Seniwati, S.Kep., Ns., M.Kes dan Suni Hariati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku

tim penguji yang memberikan banyak masukan dan arahan demi

penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Keperawatan Unhas, yang telah banyak

membantu dalam bidang akademik selama proses perkuliahan


6. Staf perpustakaan Fakultas Keperawatan Unhas, Andi Nur Awang, S.Hum

yang telah membantu dalam penyediaan referensi selama proses penelitian.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Malik, S.Pd dan Ibunda Hj. Masalam,

S.Pd yang senangtiasa mendukung, mendoakan, memberi sayang tak bersyarat

dengan dukungan moril maupun materil.

8. Kepala Sekolah Luar Biasa Kabapubaten Bone, dan seluruh guru-guru beserta

stafnya yang begitu ramah, hangat dan bersahabat, telah memberikan ijin

penelitian, dan banyak membantu dengan tulus ikhlas kepada penulis.

9. Kakak-kakakku tersayang Fitriani, Zulkifli, Brigpol Ruslan beserta keluarga

besar Muh.Husain terimah kasih atas dukungan, semangat, motivasi serta

doanya.

10. Keluarga besar “HIPOGLOSUS’ terima kasih atas kebersamaan, dukungan,

motivasi, dan bantuannya kepada penulis setiap saat. Kalian saudara lain ibu

dan lain ayah yang terbaik.

11. Kakak-kakak dan adik-adik Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Hasanuddin.

12. Teman-teman pondok putri amalia yang telah mengukir tawa dan memberikan

banyak motivasi serta bantuan.

13. Teman-teman KKN Profesi Kesehatan Universitas Hasanuddin Angkatan 50

Desa Mappilawing Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng yang selalu

mendukung dan memberikan semangat motivasi kepada peneliti.

Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis tentunya

tidak dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa semoga Allah
subhanah wa taala senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada

Hamba-Nya yang senantiasa membantu sesamanya .

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulis

hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini, karena sesungguhnya kebenaran sempurna hanya milik

Allah semata. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukan yang

konstruktif sehingga penulisdapat berkarya lebih baik lagi di masa yang akan

datang. Akhir kata mohon maaf atas segala salah dan khilaf.

Makassar, Desember 2018

Rahmiani M
ABSTRAK
Rahmiani M. C12112031. GAMBARAN KEMANDIRIAN ANAK RETERDASI MENTAL DI
SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN BONE, dibimbing oleh Akbar Harisa dan Nuurhidayat
Jafar
Latar Belakang: Kemandirian anak retardasi mental merupakan keseimbangan antara merawat diri
dan kemampuan untuk mengurus kebutuhan dasar dirinya sendiri, dan mereka senantiasa
memerlukan melakukan aktivitas sehari-hari misalnya makan, minum, berpakaian, mencuci
tangan, dan menggosok gigi.
Tujuan: Mengetahui gambaran kemandirian anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa
Kabupaten Bone.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Jumlah sampel 45 anak reterdasi mental
yang dipilih dengan menggunakan total sampling. Pengukuran pada penelitian ini menggunakan
lembar observasi yang dilakukan selama 3 kali berturut-turut di Sekolah Luar Biasa Kabupaten
Bone.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemandirian berpakaian pada anak
retardasi mental ringan dalam kategori cukup (93%) dan kemandirian mencuci tangan dalam
kategori kurang (91%) Sedangkan kemandirian menggosok gigi dalam kategori kurang, (80%).

Kesimpulan & Saran: Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kemandirian anak
retardasi mental dalam kategorik kurang yang belum mampu melakukan perawatan diri secara
mandiri. Oleh karena itu disarankan kepada orangtua dan guru agar lebih bisa membantu dan
membimbing anak reterdasi mental agar anak bisa hidup secara mandiri.

Kata kunci : Reterdasi mental, Kemandirian


Kepustakaan : 22 Kepustakaan (2006-2017)
ABSTRACT

Rahmiani M. C12112031. DESCRIPTION OF THE INDEPENDENCE OF CHILDREN OF


MENTAL RETERDATION IN THE EXTRAORDINARY SCHOOL OF BONE DISTRICT,
supervised by Akbar Harisa and Nuurhidayat Jafar

Background: The independence of children with mental retardation is a balance between caring for
themselves and the ability to take care of their own basic needs, and they always need help and
supervision. However, there are still many mental retardation children who are less independent in
carrying out daily activities such as eating, drinking, dressing, hand washing, and brushing their
teeth.

Objective: To find out the picture of the independence of children with mental retardation in the
Special School of Bone Regency.

Methods: This research uses descriptive method. The number of samples of 45 mental reterdation
children was chosen using total sampling. The measurement in this study uses an observation sheet
which were carried out 3 times.

Results: Based on the results of this study indicate that dress independence in children is in the good
category (93%) and the independence of hand washing in the category of less (91%) While the
independence of brushing teeth in the category is lacking (80%).

Conclusions & Recommendation: From the results of the study, it can be concluded that the
independence of children with mental retardation is less categorical who have not been able to self-
care independently. Therefore it is recommended to parents and teachers to be more able to help and
guide children with mental retention so that children can live independently.

Keywords : Mental retardation, Independence


Literature : 22 Literature (2006-2017)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

ABSTRAK ........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8

A. Tinjauan Tentang Retardasi Mental ........................................................ 8

1. Pengertian Retardasi Mental ............................................................. 8

2. Ciri-ciri Klinis Mental Retardation ................................................... 8

3. Faktor-faktor Penyebab Retardasi Mental ...................................... 11

4. Cara Penanganan Retardasi Mental ................................................ 13

B. Tinjauan Tentang Kemandirian............................................................. 17

1. Definisi Kemandirian Anak ............................................................ 17

2. Definisi KemandirianAnak Retardasi Mental ................................. 18


3. Upaya Mencapai Kemandirian Pada AnakRetardasi Mental .......... 19

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi KemandirianAnak ................... 20

BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................... 23

A. Kerangka Konsep .................................................................................. 23

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 24

A. Rancangan Penelitian ............................................................................ 24

B. Tempat dan Waktu ................................................................................ 24

1. Tempat Penelitian............................................................................ 24

2. Waktu Penelitian ............................................................................. 24

C. Populas dan Sampel .............................................................................. 24

1. Populasi ........................................................................................... 24

2. Sampel ............................................................................................. 25

3. Kriteria Inkslusi dan Eksklusi ......................................................... 25

D. Alur Penelitian ...................................................................................... 26

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operational ....................................... 27

1. Identifikasi Variabel ........................................................................ 27

2. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif .................................... 27

F. Instrumen Penelitian.............................................................................. 29

G. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 31

1. Pengolahan Data.............................................................................. 31

2. Analisa Data .................................................................................... 31

H. Masalah Etika ........................................................................................ 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34


A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 34

1. Karakteristik Responden ............................................................... 35

B. Pembahasan ........................................................................................... 37

C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 45

A. Kesimpulan ........................................................................................... 45

B. Saran ...................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 47

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden...............................35

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Observasi Hari pertma-Ketiga Berpakaian

Anak Reterdasi Mental Di SLB Kabupate Bone ..........................35

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Observasi Hari pertma-Ketiga Mencuci

tangan Anak Reterdasi Mental Di SLB Kabupaten Bone..............36

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Observasi Hari pertma-Ketiga Menggosok

gigi Anak Reterdasi Mental Di SLB Kabupaten Bone...................36


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Instrumen Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Master Tabel

Lampiran 5 : Lembar Analisa Data

Lampiran 6 : Lembar Surat izin Penelitian


DAFTAR BAGAN

NAMA BAGAN HAL

Bagan 3.1 Kerangka konsep 23

Bagan 4.1 Alur penelitian 26


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retardasi mental menurut American Associiation on Mental

Retardation (AAMR) adalah fungsi intelektual umum secara bermakna

dibawah normal, disertai adanya keterbatasan pada 2 fungsi adaptif atau

lebih, yaitu komunikasi, menolong diri sendiri, keterampilan sosial,

mengarahkan diri, keterampilan akademik, bekerja, menggunakan waktu

luang, kesehatan atau keamanan (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2011, sekitar 15

persen dari populasi dunia 785 juta orang memiliki cacat mental yang

signifikan, termasuk sekitar 5 persen dari anak-anak, menurut sebuah

laporan baru disusun bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan Bank

Dunia (Febri, 2013).

Anak dengan retardasi mental di dunia diestimasikan antara 1-8%

dari total jumlah penduduk, sedangkan di Indonesia diperkirakan angka

prevalensi anak dengan retardasi mental sebesar 3%. Angka ini diperkuat

dengan data statistik yang menunjukkan di Indonesia terdapat 1.750.000-

5.250.000 anak dengan retardasi mental (Muttaqin, (2008) dikutip dalam

skripsi Zakarya (2013)).

Jumlah anak retardasi mental di Yogyakarta tahun 2010, sebanyak

9301 orang yang merupakan jumlah terbesar kedua dibandingkan dengan


jumlah kecacatan lainnya dari jumlah penduduk di Yogyakarta. Kasus

retardasi mental dimasing-masing wilayah provinsi Dearah Istimewa

Yogyakarta yaitu, Kota Yogyakarta 684 orang (7,35%), Kabupaten Bantul

1968 orang (21,15%), Kabupaten Kulonprogo 1632 orang (17,54%),

Kabupaten Gunung Kidul 2482 orang (26,68) dan Kabupaten Sleman 2535

(27,25%) (Dinas Sosial, 2010).

Anak retardasi mental yang mampu terlayani sebagai siswa pada

Pendidikan Luar Biasa (PLB) di Sulawesi Selatan tahun pelajaran

2011/2012 sebanyak 873 orang dari 265.834 anak usia sekolah. Kasus

retardasi mental pada wilayah provinsi Sulawesi Selatan yaitu, kota

Makassar sebanyak 212 orang (30,24%), siswa dengan retardasi mental di

Kabupaten Bone merupakan jumlah yang paling banyak dibandingkan

dengan kecacatan lainnya yaitu, 30 orang (30%) (Kementerian Pendidikan

Nasional, 2012).

Anak dengan kelainan mental memperlihatkan fungsi intelektual

dan kemampuan dalam perilaku adaptif di bawah usianya sehingga anak

yang mengalami kelainan mental kurang mampu mengembangkan

keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki anak seusianya.

Kelainan alat sensori ini pada seseorang (mental subnormal) juga berarti

telah kehilangan sebagian besar kemampuan untuk mengabstraksi peristiwa

yang ada di lingkungan secara akurat (Efendi, 2009).

Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang

disesuaikan dengan taraf IQ-nya. Mereka digolongkan mampu didik untuk


retardasi mental ringan dan golongan mampu latih untuk anak dengan

retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini

adalah SLB-C, dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari

(Soetjiningsih & Ranuh, 2013).

Gangguan perkembangan mendeskripsikan apabila proses

perkembangan seseorang mengalami suatu hambatan atau ketiadaan

dinamika, baik yang disebabkan oleh gangguansifat pribadi maupun

lingkungan, seperti hambatan dalam membina hubungan sosial. Gangguan

yang berkaitandengan fisik dan psikomotorik bersumber dari kerusakan

fungsi otak dan organis perifer, adalah keruskan pada susunan pusat saraf,

kelenjar dan pancarindera. Sementara gangguanyang berkaitan dengan

intelektual bersumber dari kelemahan mental, kerusakan fungsiotak, dan

tuntutan sosial dan masyarakat (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).

Salah satu potensi menghadapi kehidupan disekitarnya adalah

membentuk kemandirian. Kemandirian merupakan suatu hal atau keadaan

di mana seseorang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Kemandirian yang dimaksud yaitu agar anak mampu untuk membantu

dirinya dalam kehidupan rutin setiap hari, seperti makan, minum, mandi, ke

wc, memakai dan melepas baju, memakai dan melepaskaos kaki, dan lain-

lain (Januari, 2014). Anak dengan retardasi mental cenderung tergantung

pada orang lain, yang dapat dilihat dalam aktivitas sehari-harinya seperti

kegiatan makan dan minum yang masih memerlukan bantuan dari orang
lain, sehingga anak sulit untuk memenuhi kebutuhan makan dan minumnya

sendiri (Ekasari, Danashati, & Andilatri, 2014).

Kemandirian merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang

sangat penting, tidak terkecuali bagi anak retardasi mental. Keterbatasan

yang diakibatkan dari kondisi ketunaan/kecacatan pada anak retardasi

mental, berakibat pada hambatan perkembangan untuk menguasai ilmu

pengetahuan, keterampilan serta kemandirian seperti layaknya anak normal

pada umumnya. Mereka memerlukan pendidikan program khusus yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam kemandirian

untuk aktivitas hidup sehari-hari baik di sekolah, di rumah, maupun di

lingkungan masyarakat (Suparno, 2010).

Di Kabupaten Bone sendiri terdapat 2 Sekolah Luar Biasa (SLB)

Swasta dan 1 SLB Negeri. SLB Negeri Lonrae mempunyai siswa terbanyak

nomor dua setalah SLB Amanah dengan jumlah siswa 37 orang. Data yang

diperoleh pada tahun 2017, jumlah anak penderita reterdasi mental di SLB

Negeri Lonrae sebanyak 17 anak dengan disribusi retardasi mental ringan

(mampu didik) sebanyak 6 orang, reteadasi mental sedang (mampu latih)

sebanyak 11 orang. SLB Amanah memiliki siswa terbanyak dibandingkan

dua Sekolah Luar Biasa lainnya, yang berjumlah 46 orang, jumlah anak

penderita retardasi mental ringan (mampu didik) sebanyak 25 anak.

Sedangkan jumlah siswa SLB Al Qasmi memiliki siswa sebanyak 32 orang

dengan jumlah anak penderita retardasi mental ringan (mampu didik)

sebanyak 10 anak.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan

kepala sekolah, bahwa dalam perawatan diri, rata-rata anak retardasi mental

kategori ringan yang sudah berada di kelas 6, SMP dan SMA sudah mandiri

dalam melakukan aktivitas perawatan diri sendiri seperti dalam kebersihan

gigi, berpakaian, serta membersihkan tangan sebelum makan dikarenakan

fisik yang mendukung serta intelektual yang lebih baik. Hal ini sesuai

dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kepada 7 siswa kelas 6,

terlihat bahwa semuanya memiliki kebersihan pakaian yang baik dan rapi.

Namun untuk siswa di bawah kelas 6 masih perlu diberikan bimbingan

karena kemampuan perawatan diri anak yang memiliki keterbelakangan

mental masih kurang maksimal.

B. Rumusan Masalah

Sekolah Luar Biasa di Kabupaten Bone merupakan lembaga

pendidikan yang secara khusus membantu proses pendidikan anak retardasi

mental, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar serta aktivitas untuk

membantu retardasi mental mengembangkan potensi mereka. Kegiatan

sosialisasi yang merupakan aktivitas yang mengabungkan aktivitas bermain

dan belajar. Melalui aktivitas bermain anak-anak dikenalkan dan

berinteraksi langsung dengan lingkungan tempat mereka berkunjung.

Namun karena keterbatasan kemampuan maka kebayakan siswa SLBN

Lonrae, SLB Amanah, dan SLB Al Qasmi masih kurang maksimal

melakukan aktivitas secara mandiri misalnya, kebersihan diri tanpa

bimbingan langsung dari guru atau orang tua. Pada saat didampingi guru
ataupun orang tua anak retardasi mental bisa melakukan kebersihan diri

dengan sedikit bantuan, namun bila tanpa dampingan guru ataupun orang

tua, anak retardasi mental masih kurang maksimal dalam melakukan

perawatan diri secara mandiri.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian “Bagaimana gambaran kemandirian anak retardasi

mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kemandirian anak retardasi mental di Sekolah

Luar Biasa Kabupaten Bone.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran kemandirian berpakaian pada anak

retardasi mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone.

b. Mengidentifikasi gambaran kemandirian mencuci tangan anak

retardasi mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone.

c. Mengidentifikasi gambaran kemandirian menggosok gigi anak

retardasi mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Diharapkan menambah pengetahuan.pengalaman dan wawasan

mengenai anak retardasi mental khususnya tentang kemandirian anak

reterdasi mental.

2. Bagi sekolah

Diharapkan guru dapat lebih memahami dan memperhatikan tentang

pentingnya perawatan diri pada anak khususnya pada anak reterdasi

mental.

3. Bagi perawat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan

pengetahuan bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan bagi

anak reterdasi mental.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Retardasi Mental

1. Definisi Retardasi Mental

Keterbelakangan mental (mental retardation) adalah suatu keadaan

yang ditandai dengan fungsi kecerdasan yang berada di bawah rata-rata

yang disertai dengan kurangnya kemampuan menyesuaikan diri (perilaku

maladaptif), yang mulai tampak pada awal kelahiran. Pada mereka yang

mengalami retardasi mental memiliki keterbelakangan dalam kecerdasan,

mengalami kesulitan belajar dan adaptasi sosial. Diperkirakan ada sekitar

tiga persen dari total penduduk dunia mengalami keterbelakangan mental

(Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).

2. Ciri-Ciri Klisnis Mental Retardation

Menurut DSM-IV-TR ciri-ciri klinisretardasi mental:

a. Orang yang memiliki fungsi intelektual yang secara signifikan

berada di tingkat subaverage (IQ<70).

b. Orang yang memiliki defisit atau kendaya dalam fungsi adaptif yang

timbul secara bervariasi. Tanda-tanda umum dari klinis retardasi

mental adalah kesulitan dalam berkomunikasi, kesulitan dalam

mengurus diri sendiri atau rumah, kesulitan membina relasi sosial

atau personal, rendahnya kemampuan akademis, kesehatan dan

keselamatan.
c. Umur onset, yakni timbulnya klinisretardasi mental pada usia 18

tahun. Batasan ini ditetapkan sebagai identifikasi gangguan pada

fase-fase perkembangan berikutnya.

Selanjutnya menurut DSM-IV-TR, ciri-ciri khas retardsi

mental diselelaraskan dengan tingkatan kemampuannya,yakni:

1) Mental retardation kategori ringan

Disebut juga dengan retardasi mental kategori mild (ringan)

dengan tingkat IQ=50-70, memiiki fungsi inteligensi yang secara

signifikan berada pada subaverage ke bawah. Penderitanya

membutuhkan bantuan yang cukup terbatas dan tak

membutuhkan bantuan total. Dia masih bisa mandiri dengan

tingkat pengawasan yang minimal dan masih memiliki prestasi

yang memadai. Akan tetapi mereka masih sangat tergantung pada

pendidikan, pelatihan, dan dukungan masyarakat.

2) Mental retardation kategori sedang

Disebut juga dengan retardasi mentalkategori moderate

(sedang), memiliki tingkat IQ=35-40 atau IQ=50-55.

Penderitanya membutuhkan bantuan yang cukup terbatas, tidak

membutuhkan bantuan total, masih mampu mandiri dengan

tingkat pengawasan yang cukup minimal, masih memiliki

prestasi yang memadai dan tergantung pola pendidikan,

bimbingan, pelatihan, dan dukungan masyarakat.


3) Mental retardation kategori berat

Disebut juga dengan retardasi mentalkategori severe (berat)

dengan tingkat skor IQ=20-25 dan IQ=30-45, memiiki

keterampilan komunikasi formal yang sangat terbatas, sehingga

tidak pernah bicara lisan dan jika adapun bicaranya hanya sebatas

satu atau dua kata. Penderitanya membutuhkan bantuan khusus

dan total, seperti mandi, berpakaian, dan makan. Penderitanya

total membutuhkan bantuan living home, tidak memiiki

keselamatan, kesehatan apalagi keterampilan akdemik.

4) Mental retardation kategori sangat berat

Disebut juga retardasi mental kategori profound (sangat

berat) dengan tingkat skor IQ=20-25, tidak memiliki

keterampilan komunikasi formal, sehingga tidak pernah bicara

lisan sama sekali, tak pernah belajar menggunakan bicara sebagai

media komunikasi, dan tidak mampu menggunakan alternatif

bahasa isyarat atau alat komunikasi lainnya. Dia sangat sulit

belajar akibat disfungsi kognitif dan memiliki tingkat

ketergantungan yang tinggi sehingga aktivitas sehari-harinya

sangat total membutuhkan bantuan living home, keselamatan,

kesehatan dan keterampilan akademiknya sama sekali tidak ada.


3. Faktor-Faktor Penyebab Retardasi Mental

a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)

Faktor perkembangan dan kelahiran yang dimaksudkan

ialah faktor-faktor yang berkaitan perkembangan selama

pranatal, perinatal, postnatal. Faktor pranatal, yakni akibat

penyakit, keracunan dari bahan-bahan kimia, obat-obatan yang

tidak terkendali daam penggunaannya, penggunaan alkohol

(fetal alcohol sindrom), drugs, rokok, dan malnutrisi selama

kandungan. Fakor perinatal, yakni pengaruh dari kesulitan

melahirkan atau kelahiran yang kurang oksigen (hipoksia).

Faktor postnatal, yakni akibat infeksi atau virus, luka atau

pencederaan pada otak atau cacat pada kepala (Pieter, Janiwarti,

& Saragih, 2011).

b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir) dan kelainanan kromosom

Bawaan sesudah lahir yang menyebabkan retardasi

mental yaitu rubela kongenitalis, meningitis, sitomegalo,

ensefalitis, toksoplasmosis kengenitalis, listeriosis, dan HIV.

Sementara kelainan kromosom yang menyebabkan retardasi

mental adalah kesalahan pada jumlah kromosom (sindrom

down), defek pada kromosom (sindrom X yang rapuh, sindrom

angelman, sindrom prader-willi), transaokasi, dan sindrom cri

du chat (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).


c. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan

Kelainan genetik yang menyebabkan retardasi mental

adalah galaktosemia, penyakit tay-sachs, fenilktonuria, sindrom

hunter, sindrom sanfiippo, leukodistrofi metakromatik

adrenoleukodistrof, sindrom lesch-nyhan, sindrom rett, dan

sklerosis tuberose.Sementara faktor-faktor metabolic yang

dapat menyebabkan retardasi mental adalah sindrom reye,

dehidrasi hipenatremik, hipotiroid kongenital, hipoglikemia,

dan diabetes mellitus (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).

d. Akibat keracunan

Pemakaian alkohol, kokain, amfetamina, dan obat lainnya

pada ibu hamil, serat keracunan etil merkuri (timah hitam) juga

dianggap memberikan kontribusi besar sebagai penyebab

retardasi mental (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).

e. Gizi dan lingkungan

Faktor-faktor penyebab retardasi mental yang berkaitan

dengan aspek gizi yaitu kwasiorkor, maramus, dan malanutrisi.

Sementara faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam

pembentukan retardasi mental adalah kemiskinan, deprivasi

sosial, lingkungan rumah dengan sikap tidak memedulikan anak

atau adanya penelantaran anak, budaya (cultur familial

retardation), atau lingkungan yang menghasilkan bahan-bahan


kimia beracun dan berbahaya (Pieter, Janiwarti, & Saragih,

2011).

4. Cara Penanganan Mental Retardation

Penanganan retardasi mental secara biologis untuk saat ini

bukan pilihan utama.Secara umum, penanganan pada retardasi

mental harus pararel, yakni dengan mengajarkan berbagai

keterampilan yang dibutuhkan agar mereka dapat produktif dan

mandiri. Perlu kita ketahui bahwa para penderita retardasi mental

yang sangat mereka butuhkan ialah agar mereka dapat berpartisipasi

dengan cara-cara tertentu dalam bermasyarakat, bersekolah bahkan

memiliki harapan untuk dapat bekerja dan memperoleh kesempatan

menjalin hubungan sosial yang lebih berarti. Dengan kemajuan

teknologi dan pendidikan memberikan peluang yang lebih baik dan

realitas dalam kehidupan bagi para penderita retardasi mental

(Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).

a. Penanganan behavioral

Penanganan gangguan retardasi mental pertama kali

diintroduksikan pada tahun 1960 yang menekankan pada pengajaran

keterampilan melalui inovasi perilaku (behavior), seperti dengan

mengajarkan mereka keterampilan untuk mandi, berpakaian dan

buang air.
b. Latihan komunikasi

Latihan komunikasi sangat penting bagi retardasi mental.

Langkah awal yang perlu diketahui yaitu bagaimana membuat

kebutuhan yang dapat memberikan rasa puas dalam berbagai

aktivitasnya. Tujuan latihan ini berbeda bagi setiap penderita,

tergantung pada tingkat keterampilan yang dimilikinya. Bagi

penderita retardasi mental ringan, tujuannya pada aspek artikulan

pengorganisasian bicara.

c. Support emploment

Merupakan salah satu metode yang mengajarkan penderita

retardasi mental agar dapat berpartisipasi dalam dunia pekerjaan

secara memuaskan dan berkompetisi.

Menurut Mahmudah (2008), materi bina diri untuk anak

retardasi mental terdiri dari :

1) Usaha membersihkan diri dan merapikan diri

Orang-orang yang memperhatikan kebersihan dan kerapian diri

nya, akan lebih dihargai dalam hidup bermasyarakat dari pada

mereka yang kurang memperhatikan hal tersebut. Semua orang

mempunyai kepentingan terhadap kebersihan dan kerapian diri.

Karena hal ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan

hidup dan kesehatan. Kebersihan dan kerapian juga mempunyai

fungsi sosial. Hal ini berbeda dengan anareterdasi mental yang


harus dilatih untuk memperhatikan kebersihan dan kerapian diri

nya, agar terhindar dari penyak dan lebih mendapat penghargan

dari pada mereka yang membiarkan dirinya kotor.

2) Berpakaian/berbusana

Berpakaian/berbusana berfungsi untuk menambah keindahan

diri dan berbusana juga sangat penting bagi kehidupan manusia.

Oleh karena itu pada anak retard mental sangatlah perlu dilatih

untuk berbusana asi dengan rapi, sopan, sesuai dengan keadaan,

sehingga mereka mempunyai rasa percaya diri dan dapat

mengembangkan perasaan estetis. Pakaian yang bersih, dan rapi

akan membuat pemakainya kelihatan gagah, tampan, dan cantik

sehingga menimbulkan rasa percaya diri pada anak pemakainya.

3) Makan dan minum

Makan dan minum juga mempunyai fungsi sosial dan susila.

Makanan dan minuman kadang-kadang juga dipakai untuk

menyenangkan orang lain misalnya pada waktu bertamu. Cara

makan dan minum seseorang dapat menunjukkan status sosial,

tingkat pendidikan dan kebiasaan sehari-hari. Makan adalah

proses yang rumit, dan jauh lebih rumit di awal-awal tahapan

belajar. Bagi anak retardasi mental cara makan dan minum

haruslah dilatihkan karena mereka tidak langsung dapat melaku

kan sebelum adanya latihan. Anak retardasi mental tidak

memiliki koordinasi yang baik, ketidakmampuan fisik yang


mungkin mengganggu cara kerja tangan. Dengan makan dan

minum yang teratur, kesehatan anak tunagrahita akan lebih

terjaga, dan akan lebih terdidik

4) Menghindari diri dari bahaya

Menghindari bahaya sama artinya dengan menyelamatkan diri.

Setelah orang yang tertimpa bahaya akan berusaha

menghindarkan diri atau menyelamatkan diri karena ini merupa

kan suatu refleks. Dengan kecerdasan yang terbatas anak

reterdasi mental tidak mampu untuk 13 dan pelayanan khusus.

Kemampuan komunikasi hampir tidak ada, kadang dapat

memberikan beberapa respon, Selalu memerlukan pengawasan

terhadap dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari anak ini

membutukan banyak bantuan dari orang-orang sekitarnya

khususnya dari orangtua karena kemampuan yang dimiliki pada

anak reterdasi mental berat in sangat minim. Dapat dilatih

mengurus diri yang mudah dilakukan. Anak ini akan selalu

membutuhkan bantuan karena tidak mampu melakukan

melakukan aktivitasnya.

B. Tinjauan Tentang Kemandirian

1. Definisi Kemandirian Anak


Januari (2014) mengatakan bahwa kemandirian merupakan suatu

hal atau keadaan di mana seseorang dapat berdiri sendiri tanpa

bergantung pada orang lain. Kemandirian akan berpengaruh terhadap


hasil belajar siswa, kemandirian diharapkan mampu beradaptasi dengan

siapa pun, dan akan mudah dalam menjalin komunikasi dengan

siapapun. Sehingga kemandirian belajar dapat mengembangkan

kemampuan kognitif pada siswa, karena siswa sudah terbiasa

menghadapi tugas yang diberikan guru tanpa bergantung pada teman

atau dengan orang lain dan siswa akan belajar berdiskusi dengan dengan

orang lain apabila menghadapi kesulitan.

Kemandirian pada anak berasal dari keluarga serta dipengaruhi

oleh pola asuh orangtua. Didalam keluarga orang tualah yang berperan

dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak

untuk menjadi mandiri. Masa anak-anak merupakan masa yang paling

penting dalam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman

dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam

meningkatkan kemandirian amatlah krusial. Meskipun dunia sekolah

juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk

mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam

pembentukan anak untuk mandiri (Teugeh, Rompas, & Ransun, 2011)

2. Definisi Kemandirian Anak Retaradsi Mental


Kemandirian anak retardasi mental merupakan keseimbangan

antara merawat diri dan kemampuan untuk mengurus kebutuhan dasar

dirinya sendiri, dan mereka senantiasa memerlukan bantuan dan

pengawasan (Fadilah, 2008).


Kemampuan anak retardasi mental dalam merawat diri antara lain

sebagai berikut:

a. Anak retardasi mental ringan

Anak retardasi mental ringan memiliki kemampuan melakukan

perawatan diri dalam hal makan, mandi, berpakaian, buang air

besar dan kecil.

b. Anak retardasi mental sedang

Anak retardasi mental sedang dapat di latih merawat dirinya

sendiri misalnya makan, mandi, dan berpakaian sendiri.

c. Anak retardasi mental berat

Anak retardasi mental berat dapat di latih merawat dirinya sendiri

misalnya makan, mandi, dan berpakaian sendiri.

d. Anak retardasi mental Sangat berat

Anak retardasi mental sangat berat tidak memiliki kemampuan

melakukan perawatan diri.

3. Upaya Mencapai Kemandirian pada Anak Retardasi Mental


Astati, (2010) dikutip dalam skripsi Kurniawati (2014))

mengumukakan cara atau upaya agar kemandirian anak retardasi mental

bisa tercapai, adalah sebagai berikut :

a. Pemahaman dan pengenalan akan keberadaan anak retardasi mental

secara komprehensif.

b. Optimalisasi pelaksanaan bidang akademik bina diri, ketrampilan.

c. Upaya pencapaian ciri-ciri kemandirian:


1) Menumbuhkan rasa percaya diri.

2) Menumbuhkan rasa bertanggung jawab.

3) Menumbuh kemampuan dalam menentukan pilihan dan

mengambil keputusan sendiri.

d. Menumbuh kemampuan dan mengandalikan emosi.

e. Mengembangkan model bahan ajar atau pelatihan.

f. Mengembangkan startegi dan pendekatan pembelajaran.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak


Ali & Asrori, (2004) dikutip dalam skripsi Darmayanti (2014))

beberapa faktor menanamkan kemandirian pada anak dalam anak antara

lain:

a. Faktor intern

1) Faktor fisik

Anak yang dilahirkan dalam keadaan cacat maka akan

menghambat dalam perkembangan anak selanjutnya, demikian

halnya dengan tahap kemandiriannya. Anak akan menghadapi

kesulitan akibat kondisi tidak sempurna yang mengakibatkan

anak bergantung pada orang tua, orang dewasa lain, teman

sebaya, lingkungan sekitar. Sebaliknya anak yang fisiknya

sehat akan mudah mengembangkan kemandiriannya.

2) Konsep diri

Konsep diri mula-mula terbentuk berdasarkan persepsi

dari orang lain terhadap keadaan diri sendiri, konsep diri


berdasarkan atas keyakinan anak mengenai pendapat orang

yang penting dalam kehidupan anak, yaitu orang tua, guru, dan

teman sebaya tentang dirinya. Jika konsep diri anak terhadap

dirinya baik maka kemandiriannya akan tumbuh dengan baik

maka mempengaruhi kemandirian anak.

3) Faktor perbedaan individu

Menyadari adanya perbedaan tingkat kemampuan

kognitif sesuai dengan asas perkembangan aspek kognitif, maka

cara-cara yang digunakan perlu disesuaikan dengan tingkatan

kemampuan kognitif. Menanamkan kemandirian tidak lepas

dari mengembangkan pengertian-pengertian karena itu harus

disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Melatih

kemandirian terhadap anpak umur 3 tahun harus berbeda

menghadapi anak umur 12 tahun.

b. Faktor ekstern

1) Faktor pola asuh orang tua

Setiap orang tua mempunyai spesifikasi dalam mendidik,

ada orang tua yang mendidik anak secara otoriter, ada yang

demokratis, dimana pendapat anak juga diterima oleh orang

tua.Tetapi ada juga orang tua yang acuh dan masa bodoh dengan

pendapat setiap anggota keluarga.Dari ketiga orang tua dalam


mendidik kesemuanya membawa dampak pada kepribadian

serta kemandirian anak.

2) Hubungan orang tua dengan anak

Ada keluarga dengan hubungan orang tua dengan anak

dekat sehingga anak takut berpisah dengan orang tua, bahkan

ketika masuk usia sekolah tidak mau ditinggal orang tua. Anak

yang berasal dari hubungan keluarga demikian kadang-kadang

mengakibatkan bergantung dan tidak mandiri.

3) Faktor pembiasaan

Menanamkan kemandirian dilakukan pembiasaan rutin

dan konsisten.Melatih dan mendorong perlu dilakukan berulang-

ulang sampai tercapai keadaan dimana anak bisa melakukan

sendiri sehingga tercapai kemandirian tersebut.

4) Faktor pengenalan diri

Menanamkan kemandirian pada anak harus dimulai

sedini mungkin, yaitu sejak anak mengembangkan pengertian-

pengertian dan mulai bisa mengerjakan sendiri, tidak lagi totally

dependent.

5) Faktor pendidikan orang tua

Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi

akan berbeda dalam cara mengasuh dan menanamkan

kemandirian anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi akan

lebih fleksibel dalam memberikan pengertian-pengertian pada


anak sehingga kemandiriannya akan muncul. Orang tua yang

memiliki latar belakang pendidikan rendah, juga akan berbeda

dalam menanamkan kemandirian kepada anak.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep yang ingin diketahui adalah bagaimana

kemandirian anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone.

Kemandirian Berpakaian

Kemandirian Anak Kemandirian Mencuci


Retardasi Mental Tangan

Kemandirian Menggosok
Gigi

Keterangan :

Variabel yang diteliti :


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

metode deskriptif yaitu dimana peneliti ingin mengetahui gambaran

kemandirian anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone.

Metode deskriptif penelitian ini dalam hal kemandirian berpakaian, mencuci

tangan, dan menggosok gigi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SLB Negeri Lonrae, SLB Amanah,

SLB Al Qasmi Kabupaten Bone.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan juni 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak retardasi

mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone yang berjumlah 52

orang. Dari data yang diperoleh pada tahun 2017, jumlah anak penderita

retardasi mental di SLB Negeri Lonrae sebanyak 17 anak dengan

disribusi retardasi mental ringan (mampu didik) 6 orang, retardasi

sedang (mampu latih) 11 orang. SLB Amanah dengan jumlah anak


retardasi mental (mampu didik) 25 orang. SLB Al Qasmi dengan jumlah

anak retardasi mental (mampu didik) 10 orang.

2. Sampel

Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan

menggunakan sampling jenuh, yaitu suatu teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel dalam

penelitian ini adalah 52 orang yang terdiri dari reterdasi mental ringan

(mampu didik) sebanyak 41 orang, dan reterdasi mental sedang(mampu

latih) sebanyak 11 orang.

3. Kriteria Inkluasi dan Ekslusi

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini, antara lain :

1) Bersedia menjadi responden. Pengisian lembar persetujuan

diwakili oleh guru pendamping.

2) Responden berada pada tempat penelitian selama penelitan

berlangsung.

3) Anak reterdasi mental ringan (mampu didik), dan reterdasi

sedang (mampu latih).

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Responden dalam keadaan tidak sehat/sakit

2) Responden meninggalkan tempat pengumpulan data sebelum

pengumpulan data selesai.


D. Alur Penelitian

Izin pengambilan data


awal

Pengambilan data awal di Sekolah Luar Biasa


Kabupaten Bone

Penetapan populasi yaitu semua anak retardasi mental di


Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone (n=45)

Se
Sampel atau partisipan diambil dari populasi yang diteliti dengan
menggunakan metode sampling jenuh dengan jumlah n = 45 orang

MenjelaskanPengumpulan
kepada responden tentangmenggunakan
data dengan penelitian yang akan dilakukan,
lembar
tujuan observasi
dan manfaatnya

observasi

Pengolahan data dan analisa data

Penyajian hasil dan pembahasan

Kesimpulan
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah kemadirian anak retardasi

mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone.

2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini, yaitu:

a. Kemandirian Berpakaian

Kemampuan melakukan aktivitas berupa berpakaian anak

retardasi mental mulai dari memakai kaos, kemeja, rok/celana

pendek, rok/celana panjang, kaos kaki, sepatu, mengikat tali sepatu,

melepaskan kaos, kemeja dan celana yang diukur dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi.

Kriteria objektif :

1) Kurang = x ˂ 7

2) Cukup = 7 ≤ x ≤ 13

3) Baik = 13 ≤ x

b. Kemandirian Mencuci Tangan

Kemampuan melakukan aktivitas berupa mencuci tangan

anak retardasi mental di lingkungan sekolah mulai dari membuka

kran air dan membasuh kedua tangan, menggunakan sabun cair atau

batang, menggosok kedua telapak tangan hingga timbul busa pada

seluruh permukaan tangan, menggosok kedua punggung tangan

secara bergantian, membersihkan ujung jari secara bergantian

dengan mengatupkan, menggosok dan putar kedua ibu jari secara


bergantian, meletakkan ujung jari ketelapak tangan kemudian

menggosok perlahan, membersihkan kedua pergelangan tangan

secara bergantian dengan cara memutar, membilas kedua tangan

dengan air bersih mengalir, mengeringkan kedua tangan dengan tisu

atau handuk dan mematikan kran air yang diukur dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi.

Kriteria objektif ::

1) Kurang = x ˂ 7

2) Cukup = 7 ≤ x ≤ 15

3) Baik = 15 ≤ x

c. Kemandirian Menggosok Gigi

Kemampuan melakukan aktivitas berupa menggosok gigi

anak retardasi mental mulai dari memegang sikat dengan bulu sikat

menghadap ke atas, menuangkan pasta gigi dari ujung ke ujung bulu

sikat gigi, menggosok gigi bagian depan dengan cara naik turun,

menggosok gigi bagian samping kanan dengan cara maju mundur,

menggosok gigi bagian samping kiri dengan cara maju mundur,

menggosok gigi bagian kunyah sebelah kanan atas dengan cara

maju mundur, menggosok gigi bagian kunyah sebelah kiri atas

dengan cara maju mundur, menggosok gigi bagian kunyah sebelah

kanan bawah dengan cara maju mundur, menggosok gigi bagian

kunyah sebelah kiri bawah dengan cara maju mundur, menggosok

gigi bagian dalam kanan atas dengan cara maju mundur, menggosok

gigi bagian dalam kiri atas dengan cara maju mundur, menggosok
gigi bagian dalam kanan bawah dengan cara maju mundur,

menggosok gigi bagian dalam kiri bawah dengan cara maju mundur,

menggosok gigi bagian depan atas, menggosok gigi bagian depan

bawah, dan menggosok lidah dengan vertikal yang diukur dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi.

Kriteria objektif :

1) Kurang = x ˂ 11

2) Cukup = 11 ≤ x ≤ 21

3) Baik = 21 ≤ x

F. Instrumen Penelitian

Adapuun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa subvariabel. Masing-

masing subvariabel memiliki kategori-kategori dan skor tertentu untuk

menilai kemampuan anak retardasi mental. Lembar observasi saya

mengadopsi dari penelitian sebelumnya yaitu Dian Ramawati (2011)

dalam melakukan kegiatan berpakaian, kemudian kegiatan mencuci

tangan Yunus Nur Zakarya (2013) sedangkan dalam kegiatan

menggosok gigi Fachruniza Privita Hardiyanti (2016). Lembar

observasi terdiri dari 66 pernyataan kemampuan perawatan diri anak

retardasi mental dengan memberikan tanda check list (√) pada setiap

kolom penilaian yang dipilih oleh responden. Adapun karakteristik


penilaian yaitu skor 0 jika tidak melakukan tindakan, skor 1 jika

melakukan tindakan tetapi dengan bantuan, skor 2 jika melakukan

tindakan tanpa bantuan. Nilai dari lembar observasi praktik berpakaian,

mencuci tangan, menggosok gigi kemudian dijumlahkan dan hasil

penilaian tersebut diklafikasi menjadi 3 kategori dengan rumus:

a. Kurang = x < (𝜇 − 1. 𝜎)

b. Cukup = (𝜇 − 1. 𝜎) ≤ x ≤ (𝜇 + 1. 𝜎)

c. Baik = (𝜇 + 1. 𝜎) < x (Aswar, 2010).

Observasi ini dilakukan secara berturut-turut selama 3 kali

observasi yaitu pada tanggal 6 -15 Juni 2017 pada 3 sekolah dasar di

Kabupaten Bone yaitu pada tanggal 6 - 9 Juni 2017 di SLB Al-Qashmi,

11-13 Juni 2017 di SLB Amanah, dan 14-16 juni 2017 di SLBN Lonrae.

Pengumpulan data di lokasi penelitian yaitu dengan mengkoordinasi

pihak kepala SLB di Kabupaten Bone. Peneliti masuk kedalam kelas

mengumpulkan anak retardasi mental dalam satu ruangan, kemudian

peneliti memperkenalkan diri dihadapan anak-anak yang dibantu oleh

guru menerangkan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan

disekolah tersebut. Setelah itu peneliti memanggil satu persatu anak

retardasi mental untuk dinilai dalam melakukan kegiatan yaitu

berpakaian, mencuci tangan, dan menggosok gigi.


G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan

pemeriksaan data untuk menyesuaikan hasil yang diperoleh

berdasarkan lembar observasi, serta pemeriksaan terhadap ukuran/

dimensi dan dijelaskan data serta pembuktiaanya.

b. Coding

Proses memberikan kode-kode pada jawaban-jawaban

responden dan ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis

sesuai dengan rancangan awal.

c. Processing

Data yang sudah dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam

program komputer. Salah satu paket program yang paling sering

digunakan untuk memasukkan data penelitian adalah SPSS for

Windows.

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisa Data

Pada penelitian ini digunakan adalah analisa univariat yaitu

analisis yang dilakukan untuk menganalisis setiap variabel yang ada

secara deskriptif. Dari data yang terkumpul dilakulakan analisa secara


statistic untuk menilai gambaran kemandirian anak retardasi mental di

Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone melalui pengolahan data yang

dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product

and Service Sulution) untuk mengubah data tersebut menjadi sebuah

informasi.

H. Masalah Etika

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus menekankan masalah

etika sesuai dengan pedoman Komisi Nasional Etika Penelitian

Kesehatan (2007) meliputi:

meliputi :

1. Respect for persons (menghormati harkat dan martabat manusia)

Peneliti harus mampu mempertimbangkan hak-hak subjek

penelitian dalam memperoleh suatu informasi berdasarkan tujuan

peneliti.Selain itu, peneliti juga harus memberikan kebebasan kepada subjek

penelitian untuk memberikan informasi atau tidak. Peneliti dalam

menghormati harkat dan martabat subjek penelitian harus mempersiapkan

formulir persetujuan (informed concent ).

Dalam informed concent dijelaskan mengenai manfaat penelitian,

kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan, manfaat yang

didapatkan, dan jaminan anonimitas dan kerahasiaan identitas dan informs

yang diberikan oleh responden.


2. Beneficence dan non maleficence (prinsip etik berbuat baik)

Penelitian yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal

yang akan didapatkan masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian

pada khususnya. Peneliti akan berusaha meminimalkan dampak yang

merugikan dengan mencegah hal-hal yang dapat membahayakan subjek

penelitian.

3. Justice (prinsip etik keadilan)

Prinsip keadilan memberikan jaminan kepada responden bahwa

semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang

sama tanpa membedakan agama, suku, jender, dan lain-lain.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara berturut-turut selama 3 kali observasi

yaitu pada tanggal 6-16 Juni 2017 pada 3 sekolah dasar di Kabupaten Bone

yaitu pada tanggal 6-8 Juni 2017 di SLB Al-Qasmi, 11-13 Juni 2017 di SLB

Amanah, dan 14-16 Juni 2017 di SLBN Lonrae. Penelitian ini menggunakan

metode observasi dengan lembar obeservasi menggunakan skala likert.

Jumlah sampel yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 45 anak.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan anak retardasi

mental dalam satu ruangan, kemudian peneliti memperkenalkan diri

dihadapan responden dan menjelaskan prosedur penelitian serta meminta

izin dengan menandatangani lembar persetujuan responden. Setelah itu

peneliti memanggil satu persatu responden untuk dinilai dalam melakukan

kegiatan yaitu berpakaian, mencuci tangan, dan menggosok gigi. Kemudian

dilakukan pengumpulan data, data kemudian diolah dengan menggunakan

SPSS. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan analisa

sesuai variabel sebagai berikut:


1. Karakteristik responden

Karakteristik responden meliputi : jenis kelamin, usia dan kategori

retaradsi mental dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=45)
Karakteristik Anak Frekuensi (n) Persentasi (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 33 73,3
Perempuan 12 46,7
Usia 6-12 Tahun 24 53,3
>12 Tahun 21 46,7
Kategori RM Ringan 34 75,6
Sedang 11 24,4
Sumber: data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa anak yang berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan anak perempuan yaitu anak

laki-laki berjumlah 33 orang (73,3%) dan anak perempuan berjumlah 12

orang (46.7%). Usia 6-12 tahun yaitu 24 orang (53,3%) dan usia >12

tahun berjumlah 21 orang ( 46,7). RM ringan yaitu 34 orang (75,6)

sedangkan RM sedang berjumlah 11 orang ( 24,4).

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Observasi Hari Pertama-Ketiga Kemandirian
Berpakaian Anak Retardasi Mental Di SLB Kabupaten Bone (n=45)
Kategori Kemandirian Berpakaian
RM Kurang Cukup Baik Total
N % N % N % N %
Ringan 9 100 14 93 11 52 34 76

Sedang 0 0 1 7 10 48 11 24
Total 9 100 15 100 21 100 45 100

Sumber: data primer, 2018

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden (100%)

termasuk dalam kategori reterdasi mental ringan yang kurang dalam


kemadirian berpakaian, cukup sebanyak 14 responden (93%) dan baik

sebanyak 11 responden (52%). Selanjutnya 1 responden (7%) termasuk

dalam kategori reterdasi mental sedang yang cukup dalam kemandirian

berpakaian dan 10 responden (48%) dengan kategori baik.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Observasi Hari Pertama-Ketiga Kemandirian Mencuci
Tangan Anak Retardasi Mental Di SLB Kabupaten Bone (n=45)
Kategori Kemandirian Mencuci Tangan
RM Total
Kurang Cukup
N % N % N %
Ringan 29 91 5 38 34 76

Sedang 3 9 8 62 11 24

Total 32 100 13 100 45 100

Sumber: data primer, 2018

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden (91%)

termasuk dalam kategori reterdasi mental ringan yang kurang dalam

kemadirian mencuci tangan, cukup sebanyak 5 responden (38%).

Selanjutnya 3 responden (9%) termasuk dalam kategori reterdasi mental

sedang yang kurang dalam kemandirian mencuci tangan dan 8 responden

(62%) dengan kategori cukup.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Observasi Hari Pertama-Ketiga Kemandirian Menggosok
Gigi Anak Retardasi MentalDi SLB Kabupaten Bone (n=45)
Kategori Kemandirian Berpakaian
RM Kurang Cukup Baik Total
N % N % N % N %
Ringan 24 80 6 75 4 57 34 76

Sedang 6 20 2 25 3 43 11 24

Total 30 100 8 100 7 100 45 100

Sumber: data primer, 2018


Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden (80%)

termasuk dalam kategori reterdasi mental ringan yang kurang dalam

kemadirian menggosok gigi, cukup sebanyak 6 responden (75%), dan baik

sebanyak 4 responden (57%). Selanjutnya 6 responden (20%) termasuk

dalam kategori reterdasi mental sedang yang kurang dalam kemandirian

menggosok gigi, cukup 2 responden (25%) dan baik sebanyak 3

responden (43%).

B. PEMBAHASAN

Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Reterdasi Mental

1. Gambaran berpakaian anak retardasi mental

Berpakaian memiliki manfaat dalam segi kesehatan, kerapian,

kesopanan, dan keindahan, sehingga berpakaian adalah hal wajib yang

dapat dilakukan anak retardsasi mental secara mandiri. Bagi manusia

normal pada umumnya, berpakaian merupakan hal yang mudah untuk

dilakukan. Berpakaian bagi anak retardasi mental juga penting

merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menutupi aurat

dan indah bagi orang yang memandangnya. Pada pertemuan hari

pertama siswa yang awalnya pasif atau cenderung diam pada saat

proses pengujuran tingkat kemandiriannya dalam berpakaian, namun

dihari berikutnya menjadi lebih aktif dan dalam melakukan kegiatan

berpakaian.

Berdasarkan hasil penelitian kemandirian berpakaian dari hari

pertama-ketiga memperoleh hasil 14 responden (93%) dari 45


responden dengan kategori retardasi mental ringan memiliki

kemandirian yang cukup dalam berpakaian. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh (Lita Susanti, 2013) dari hasil pengkajian data

ditemukan sebagian besar anak dengan retardasi mental memliliki

keterbatasan khususnya dalam bepakaian

Menurut (Musbikin, 2006) kemandirian anak retardasi mental

ketika berpakaian akan sangat tergantung pada peran serta dan

dukungan penuh dari keluarga, sebab pada dasarnya keberhasilan suatu

program untuk melatih kemandirian berpakaian bukan hanya

merupakan tanggung jawab dari lembaga pendidikan yang terkait saja

dan latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, rutin, bebas dari

segala tekananatau paksaan dan dilakukan secara santai, tidak tergesa-

gesa, tidak membahayakan sehingga tidak terlalu memaksakan

keterbatasannya. Menurut Mohammad, A. (2008) yang mengemukakan

kemandirian atau memelihara diri sendiri sesuai. Meskipun untuk anak

anak retardasi mental dalam kemandirian mengurus diri masih sangat

memerlukan bantuan dan pemantauan yang cukup dari orang terdekat

terutama orang tua.

2. Gambaran kemandirian cuci tangan anak retardasi mental

Cuci tangan merupakan dasar menjaga kesehatan diri dan upaya

preventif dari berbagai macam penyakit yang ditimbulkan dari tangan

yang kotor. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan gerakan

seperti cuci tangan pada anak retardasi mental. Anak retardasi mental
memiliki banyak keterbatasan baik fisik maupun mental. Dalam

pelaksanaan observasi pada kemandirian cuci tangan, langkah-langkah

cuci tangan yang belum dilakukan secara maksimal pada tahap

menggosok jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci,

mengosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

sebaliknya dan lain sebangaiya.

Berdasarkan hasil penelitian kemandirian mencuci tangan dari

hari pertama-ketiga menujukkan 29 responden (91%) dengan kategori

retardasi mental ringan memiliki kemandirian yang kurang dalam

mencuci tangan.11 langkah cuci tangan bersih yang mayoritas bisa

dilakukan oleh anak retardasi mental kategori kurang diantaranya

adalah langkah 1 (membuka kran dan membasahi tangan) sedangkan

langkah 2 sampai 10 tidak dipraktikkan. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakarya,Y.N. (2013)

menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 14 anak (56%) dari 35 anak

yang memiliki kemampuan

cuci tangan bersih kategori kurang. Kemampuan anak dikatakan kurang

apabila pada hasil observasi check list cuci tangan yang dilakukan oleh

peneliti, anak hanya memiliki nilai total kurang dari 7 (nilai minimal =

7 dan nilai maksimal 15). Cuci tangan bersih kategori kurang pada anak

retardasi mental kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan gerakan seperti

cuci tangan pada anak retardasi mental. Keterbatasan fisik meliputi


telapak tangan pendek, ditambah lagi memiliki tubuh pendek dan

gemuk. Keterbatasan fisik seperti kurangnya koordinasi, gerakan

motorik halus dan kasar yang tidak optimal, kurangnya sensitivitas dan

kelainan fisik pada tangan (gemuk dan pendek). Keterbatasan mental

meliputi kemampuan beradaptasi, komunikasi, keterampilan sosial,

akademik, kesehatan, keamanan, dan merawat diri (Schwart, 2004).

3. Gambaran kemandirian menggosok gigi anak retardasi mental

Menggosok gigi merupakan salah satu aspek yang harus dikuasai

oleh anak retradasi mental kategori ringan dan sedang . Menggosok gigi

merupakan membersihkan gigi dengan sikat gigi dan paling sedikit

dilaksanakan 2 kali sehari, yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur.

Kadang anak retardasi mental kurang mengusai beberapa tahapan pada

menggosok gigi. Banyak diantara mereka kemampuannya masih

kurang dalam memahami bagian gigi mana saja yang harus dibersihkan,

sehingga sering kali kurang bersih dalam menyikat gigi, karena

beberapa hal seperti hanya menyikat bagian tertentu gigi saja, tidak

menyikat secara berurutan, waktu menyikat terlalu sebentar, dll.

Menggosok gigi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga agar

gigi tetap dalam keadaan yang bersih dan sehat. Kelainan pada gigi

anak retardasi mental yang sering terjadi yaitu karies gigi dan kelainan

pada gusi. (Siswanto, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian kemandirian menggosok gigi anak

retardasi mental dari hari pertama-ketiga memperoleh hasil 24


responden (80%) dari 45 dengan kategori retardasi mental ringan

memiliki kemandirian yang kurang dalam menggosok gigi. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

sebelumya (Hardiyanti, 2016) yang melakukan pre-test sebelum

melakukan intervensi menggosok gigi anak retardasi mental

menujukkan salah satunya terdapat tahapan menyikat bagian-bagian

gigi. Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa retardasi mental kategori sedang masih rendah,

sehingga menyebabkan mereka masih kesulitan dalam menyikat bagian

gigi, hanya pada bagian gigi tertentu saja yang disikat sementara yang

lain tidak.

Menurut Warner (Maria J Wantah, 2007) mengatakan bahwasanya

anak tunagrahita sedang banyak yang sering mengalami permasalahan

pada gigi dan gusinya. Oleh karena itu menggosok gigi merupakan

kegiatan yang sangat penting bagi anak tunagrahita sedang

Kemampuan menggosok gigi pada anak tungrahita kategri sedang salah

satunya terdapat tahapan menyikat bagian-bagian gigi. Permasalahan

yang ditemukan dalam penelitia ini adalah kemampuan siswa tugrahita

kategori sedang masih rendah, sehingga menyebabkan mereka masih

kesulitan dalam menyikat bagian bagian gigi, hanya pada bagian gigi

tertentu saja yang disikat sementara yang

lain tidak.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Motto,

Mintjelungan, & Ticoalu, 2017) secara keseluruhan rata-rata

kebersihan mulut tergolong pada kriteria sedang baik dalam melakukan

menggosok gigi. Penelitian serupa oleh (Mawardiyanti, 2012) di SLB

Bintoro Jember mendapatkan 15 responde yaitu tidak terdapat

responden dengan kriteria buruk. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa responden termasuk kategori baik dalam menjaga kebersihan

gigi dan mulut.

Kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh perilaku

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pada masing-masing individu.

Menurut (Widi, 2014) salah satu faktor yang memengaruhi tingkat

kebersihan gigi dan mulut yaitu perilaku. Perilaku dapat dibentuk dari

lingkungan dan juga faktor genetik. Pembentukan perilaku yang berasal

dari lingkungan dapat berupa pengalaman yang diperoleh dari

lingkungan kehidupan sehari-hari, sedangkan untuk faktor genetik

berupa perilaku yang diturunkan dari orang tua. Menggosok gigi

merupakan salah satu aspek yang harus dikuasai oleh anak tunagrahita

kategori sedang.

Menggosok gigi merupakan membersihkan gigi dengan sikat

gigi dan paling sedikit dilaksanakan 2 kali sehari, yaitu setelah makan

pagi dan sebelum tidur. Werner (dalam Maria J Wantah, 2007)

mengatakan bahwa anak tunagrahita kategori ringan maupun sedang

banyak mengalami permasalahan pada gigi dan gusinya karena


beberapa hal, yaitu mulut dan lidah anak tunagrahita sedang tidak dapat

mengontrol makanan, seringnya diberikan makanan yang mampu

merusak gigi dan gusi, pemberian obat yang menyebabkan kerusakan

gusi, serta sulitnya merawat gigi pada anak tunagrahita kategori sedang.

C. Keterbatasan Peneliti

Peneliti menyadai keterbatasan dari penelian ini disebabkan oleh

beberapa faktor yang merupakan sebagai kelemahan meliputi :

keterbatasan sampel dan keterbatasan tempat penelian.

1. Keterbatasan sampel

Penelitian ini dilakukan dengan responden adalah anak retardasi

mental yang terdaftar di tiga sekolah luar biasa (SLB) di Kabupaten

Bone. Keterbatasan sampel atau responden disebabkan sebagian siswa

SLB tidak masuk sekolah yang disebabkan oleh beberapa hal seperti,

cuaca yang tidak mendukung (hujan deras), atau kondisi anak retardasi

mental yang sedang sakit. Hal ini disebabkan tidak semua siswa

retardasi mental yang memenuhi kriteria sebagai sampel yang ikut

dalam penelitian.

2. Keterbatasan tempat penelitian

Tempat penelitian adalah SLB atau sebuah institusi pendididkan

khusus untuk anak dengan disabilitas baik mental dan fisik. Seperti

institusi pendidikan lainnya, maka SLB juga telah mempunyai

kurikulum pembelajaran terkait kemandirian perawatan diri pada anak

retardasi mental yang tidak bersekolah atau yang berada di masyarakat


tidak dapat diukur. Hal ini berdampak pada generalisasi hasil penelitian

yang terbatas pada anak retardasi mental yang berada di sekolah khusus

atau SLB.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran kemandirian anak

reterdasi mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone adalah sebagai

berikut:

1. Kemandirian berpakaian anak retardasi mental dalam kategori cukup

2. Kemandirian mencuci tangan anak retardasi mental dalam kategori

kurang

3. Kemandirian menggosok gigi anak retardasi mental dalam kategori

kurang

B. Saran

1. Bagi perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan sebaiknya mulai

memperhatikan pentingnya kemampuan perawatan diri pada anak

retardasi mental atau dengan anak berkebutuhan khusus lainnya,

sehingga dapat memperoleh bimbingan dan latihan sejak usia dini yang

akan terus berkembang seiring dengan pertambahan usianya.

2. Bagi sekolah Luar Biasa (SLB) Penelitian ini menjadi motivasi bagi

sekolah untuk memberikan pelayanan kepada keluarga murid

khususnya orang tua agar dapat membantu dalam memberikan

dukungan, semangat, dan motivasi untuk anak reterdasi mental. Ini

dikarenakan masih banyaknya anak retardasi mental yang belum

mampu melakukan kegiatan perawatan diri dibeberapa area, pihak


sekolah diharapkan terus mengembangkan program pengajaran

disekolah mengenai perawatan diri pada retardasi mental.

3. Diharapkan peneliti selanjutnya , dapat pengembangan data awal dan

riset selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait kemandirian anak

retardasi mental.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan RI. (2010). Tumbuh Kembang Usia Remaja. http://www.depkes.


go.id/index.phpberita/perss-release/460-tumbuh kembang-usia-remaja .ht ml.
diakses pada 4 november 2014.
Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara
Ekasari, N. A., Danashati, L. S., & Andilatri, S. A. (2014). Pengaruh Terapi Okupasi
Terhadap Tingkat Kemandirian Makan Dan Minum Pada Anak Keterbatasan
Menta SLB C 1 Negeri Dempasar. 1, 188.
Fadilah, Lailatul. (2008). Kendala Penerapan Terapi ABA (Applied Behavior Analisys)
terhadap Kemandirian Anak Retardasi Mental/GDD di Pusat Terapi Terpadu A
Plus Malang.Skripsi.Malang : Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Febri, S. A. (2013). Gambaran Pengalaman Orang Tua Dalam Memandirikan Anak
Retardasi Mental Di SLBN Surakarta. 3.
Hardiyanti, F. P. (2016). Peningkatan Kemampuan Menggosok Gigi Melalui Media
Boneka Gigi Pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang Kelas IV Di SLB-C
Rindang Kasih Secang.

Januari. (2014). Peran SLB-A Yaketunis Terhadap Pembentukkan Kemandirian Acting


Of Dailing Living Anak Tunanetra Pada Tingkat Sekolah Dasar (SD). 5-8.
Kementrian Pendidikan Nasional (2012). Data dan Informasi Sekolah dan Siswa Luar
Biasa. Jakarta.
Kurniawati, S. (2014). Stategi Pengembangan Sikap Kemandirian pada Anak
Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul, Yokyakarta. 25.
Lita Susanti. (2013). Meningkatkan Kemampuan Memakai Seragam Sekolah Melalui
Media Model Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusus
Maria J Wantah. (2007). Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih.
Jakarta: DEPDIKNAS
Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatoogi Untuk
Keperawatan (1 ed.). Jakarta: Kencana.
Ramawati, D. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita Di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.

Siswanto,(2010). Kesehatan Gigi Anak Berkebutuhan Khusus. Solo: Tiga Serangkai


Pustaka

Soetjiningsih, & Ranuh, G. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.


Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Luar Biasa. PT. Refika Aditama.
Suparno, W. (2010). Pelatihan Kompetensi Program Khusus Guru Sekolah Luar Biasa
Modul bagi Siswa Tuna Grahita SD Integratif/Inklusi Pendidikan Program
Khusus, Dinas Pendidikan, Pemuda Dan Olahraga. Yogyakarta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Teugeh, J., Rompas, F., & Ransun, D. (2011). Peran Keluarga Dalam Memandirikan
Anak Retardasi Mental Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado Tahun
2011. 1, 31.
Widasari D. Perbedaan status kesehatan pada anak tunarungu dengan tidak
tunarungu usia 6-12 tahun. UNEJ. Digital Repository. 2014;11.
Widi ER. Hubungan perilaku membersihkan gigi terhadap tingkat kebersihan mulut
siswa sekolah dasar negeri wilayah kerja Puskesmas
Zakarya, Y. N. (2013). Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih Dengan Metode
Bermain Puzzel Terhadap Kemandirian Melakukan Cuci Tangan Anak
Tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember. 3.
Lamprian 1

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Gambaran Kemandirian Anak Retardasi Mental di Sekolah Luar

Biasa Kabupaten Bone.

Peneliti : Rahmiani M

NIM : C12112031
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan pendidikan di S1 di Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar, saya

bermaksud mengadakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran

Kemandirian Anak Reterdasi Mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone..

2. Keterbelakangan mental (mental retardation) adalah suatu keadaan yang ditandai

dengan fungsi kecerdasan yang berada di bawah rata-rata yang disertai dengan

kurangnya kemampuan menyesuaikan diri (perilaku maladaptif), yang mulai tampak

pada awal kelahiran.

3. Kemandirian merupakan suatu hal atau keadaan di mana seseorang dapat berdiri

sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian akan berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa, kemandirian diharapkan mampu beradaptasi dengan siapa pun,

dan akan mudah dalam menjalin komunikasi dengan siapapun.


4. Sekitar 45 orang anak retardasi mental yang akan terlibat dalam penelitian ini yang

dilakukan di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone. Anda yang berpartisipasi dalam

penelitian ini, akan saya berikan pretest menggunakan lembar observasi yang berisi

tentang kemandirian anak dalam berpakaian, mencuci tangan, dan menggosok gigi

secara mandiri.

5. Saya akan menjaga kerahasiaan anda dan keterlibatan anda dalam penelitian ini.

Nama anda tidak akan dicatat dimanapun. Semua lembar observasi hanya akan

diberikan nomor kode yang tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi identitas

anda. Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satupun identifikasi yang

berkaitan dengan anda akan ditampilkan dalam publikasi tersebut. Siapa pun yang

bertanya tentang keterlibatan anda dan apa yang anda jawab dalam penelitian ini,

anda berhak untuk tidak menjawab. Keterlibatan anda dalam penelitian ini, sejauh

yang saya ketahui tidak menyebabkan risiko.

6. Walaupun keterlibatan dalam penelitian ini tidak memberikan keuntungan langsung

pada anda, namun hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui

peningkatan kemandirian anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa Kabupaten

Bone

7. Apabila setelah terlibat dalam penelitian ini anda masih memiliki pertanyaan, anda

dapat menghubungi saya di nomor telepon 082344990432.

8. Peneliti berharap melalui penjelasan singkat ini, bapak/ibu berkenan untuk menjadi

responden penelitian. Terima kasih atas kesediaan dan partisipasinya.


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi Responden dalam

penelitian yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin yang bernama Rahmiani.M / C12112031

dengan Judul: “GAMBARAN KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL DI

SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN BONE” Saya memahami penelitian ini

dimaksudkan untuk kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan skripsi bagi peneliti

dan tidak merugikan saya, serta jawaban yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya.

Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,

saya berpartisipasi dalam penelitian ini.

Bone , Juni 2017

Responden Penelitian

( )
Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

Gambaran Kemandirian Anak Retardasi Mental

Di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Bone

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Kategori RM :

Hari/ Tanggal Kegiatan : ...................../............./.............

A. Lembar Observasi Berpakaian Anak Retardasi Mental

Langkah-langkah berpakain Nilai


Variabel
0 1 2

Kemandirian Memakai kaos


berpakain anak
retardasi Memakai kemeja
mental Memakai rok/celana pendek

Memakai rok/celana panjang

Memakai sepatu

Memakai kaos kaki

Mengikat tali sepatu

Melepas kaos kaki

Melepas kemeja
Melepas rok/celana

Total
Keterangan :

a. Skor 0 : Anak retardasi mental tidak melakukan tindakan.


b. Skor 1 : Anak retardasi mental melakukan tindakan tetapi dengan bantuan.
c. Skor 2 : Anak retardasi mental dapat melakukan tindakan.
B. Lembar Observasi Mencuci Tangan Anak Retardasi Mental

Langkah-langkah mencuci tangan Nilai


Variabel
0 1 2
Kemandirian Membuka kran air dan basuh kedua tangan
mencuci tangan
anak retardasi Menggunakan sabun cair atau batang
mental
Menggosok kedua telapak hingga timbul busa
pada seluruh permukaan tangan

Menggosok kedua punggung tangan dan sela-sela


jari pada tangan kanan dan kiri

Menggosok telapak tangan dan sela-sela jari

Menggosok ujung jari ketelapak tangan

Menggosok ibu jari pada tangan kanan dan kiri

Menggosok keseluruh ujung jari tangan ketelapak


tangan pada tangan kanan dan kiri

Membilas kedua tangan dengan air bersih


mengalir

Meringkan kedua tangan dengan tisu atauhanduk

Mematikan kran air

Total

Keterangan :

a. Skor 0 : Anak retardasi mental tidak melakukan tindakan.


b. Skor 1 : Anak retardasi mental melakukan tindakan tetapi dengan bantuan.
c. Skor 2 : Anak retardasi mental dapat melakukan tindakan.
C. Lembar Observasi Gigi Anak Retardasi Mental

Langkah-langkah menggosok gigi Nilai


0 1 2
Variabel
Kemandirian Memegang sikat dengan bulu sikat menghadap
menggosok ke atas
gigi anak
retardasi Menuangkan pasta gigi dari ujung ke ujung
mental bulu sikat gigi

Menggosok gigi bagian depan dengan cara naik


turun

Menggosok gigi bagian samping kanan dengan


cara maju mundur

Menggosok gigi bagian samping kiri dengan


cara maju mundur

Menggosok gigi bagian kunyah sebelah kanan


atas dengan cara maju mundur

Menggosok gigi bagian kunyah sebelah kiri


atas dengan cara maju mundur
Menggosok gigi bagian kunyah sebelah kanan
bawah dengan cara maju mundur

Menggosok gigi bagian kunyah sebelah kiri


bawah dengan cara maju mundur
Menggosok gigi bagian dalam kanan atas
dengan cara maju mundur
Menggosok gigi bagian dalam kiri atas dengan
cara maju mundur
Menggosok gigi bagian dalam kanan bawah
dengan cara maju mundur
Menggosok gigi bagian dalam kiri bawah
dengan cara maju mundur
Menggosok gig idalam bagian depan atas

Menggosok gigi dalam bagian depan bawah


Menggosok lidah dengan vertical

Total

Keterangan :

a. Skor 0 : Anak retardasi mental tidak melakukan tindakan.


b. Skor 1 : Anak retardasi mental melakukan tindakan tetapi dengan bantuan.
c. Skor 2 : Anak retardasi mental dapat melakukan tindakan.
Lampiran 4. Master tabel Penelitian Gambaran Kemandirian Anak Retardasi Mental Di Sekolah
Luar Biasa Kabupaten Bone

A. Karakteristik Responden

No KARAKTERISTIRESPONDEN No KARAKTERISTIK RESPONDEN

INISIAL JK USIA RM INISIAL JK USIA RM

1 IM L 14 TAHUN RINGAN 24 IM L 10 TAHUN RINGAN


2 JU L 25 TAHUN RINGAN 25 EP P 9 TAHUN RINGAN
3 LN L 25 TAHUN SEDANG 26 NC L 8 TAHUN RINGAN
4 MA L 9 TAHUN SEDANG 27 MN L 8 TAHUN SEDANG
5 MS L 16 TAHUN RINGAN 28 MI P 16 TAHUN RINGAN
6 MA P 22 TAHUN SEDANG 29 JI L 18 TAHUN RINGAN
7 MD P 8 TAHUN RINGAN 30 SN L 18 TAHUN RINGAN
8 AR P 15 TAHUN RINGAN 31 SR L 19 TAHUN RINGAN
9 AA L 14 TAHUN SEDANG 32 AL L 8 TAHUN RINGAN
10 AP L 17 TAHUN RINGAN 33 AM L 9 TAHUN RINGAN
11 AA L 14 TAHUN RINGAN 34 AS P 8 TAHUN RINGAN
12 AP L 17 TAHUN SEDANG 35 SL P 10 TAHUN RINGAN
13 AA L 9 TAHUN RINGAN 36 MS L 8 TAHUN RINGAN
14 AN L 12 TAHUN RINGAN 37 SA P 8 TAHUN RINGAN
15 AM L 19 TAHUN SEDANG 38 HN L 9 TAHUN RINGAN
16 FR P 17 TAHUN SEDANG 39 NR L 13 TAHUN RINGAN
17 RA L 9 TAHUN RINGAN 40 AA L 11 TAHUN RINGAN
18 RI P 9 TAHUN RINGAN 41 AM P 10 TAHUN RINGAN
19 VN L 21 TAHUN SEDANG 42 ER L 9 TAHUN RINGAN
20 SI L 25 TAHUN SEDANG 43 ES P 17 TAHUN RINGAN
21 MI L 9 TAHUN RINGAN 44 AS P 18 TAHUN SEDANG
22 ED L 9 TAHUN RINGAN 45 AI L 10 TAHUN RINGAN
23 AS L 10 TAHUN RINGAN
B. Gambaran Kemandirian
1. Kemandirian Bepakaian, Mencuci Tangan Dan Menggosok Gigi Hari Pertama

KEMANDIRIAN KEMANDIRIAN MENCUCI


BERPAKAIAN TO TANGAN TO
P P P P P P P P P P TA
M M M M M M M M M M M TA
L
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 L
0
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 1 0 1 0 0 1 1 9
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 0 2 0 0 1 0 0 0 0 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 7
2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 17 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8
2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 15 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11
2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 15 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 7
2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 17 1 2 1 2 1 1 1 0 0 0 1 11
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 2 1 1 1 0 0 1 1 9 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 5
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 14 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 6 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 16 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 16 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6

KEMANDIRIAN MENGGOSOSK GIGI


TOTAL

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G1 G1 G1 G1 G1 G1 G16
0 1 2 3 4 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4
2 2 1 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 14
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4
2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9
2 2 0 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 15
2 2 0 2 2 2 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 15
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 15
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 18
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

1 1 11 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
1 1 11 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
1 1 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 12
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
2 2 0 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 13
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7

2. Kemandirian Bepakaian, Mencuci Tangan Dan Menggosok Gigi Hari Kedua

KEMANDIRIAN KEMANDIRIAN
BERPAKAIAN TOT MENCUCI TANGAN TOT
AL AL
P P P P P P P P P9 P M M M M M M M M M M M
1 2 3 4 5 6 7 8 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 1 0 1 0 0 1 1 9
1 1 2 1 1 1 0 0 1 1 9 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 17 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 1 2 1 0 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 7
2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 17 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 2 8
2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 15 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 2 11
2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 15 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 7
2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 17 1 2 1 2 1 1 1 0 0 0 2 11
1 1 2 1 0 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 2 1 1 1 0 0 1 1 9 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 1 2 1 0 1 1 1 1 1 10 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 0 0 1 0 0 1 1 7 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 0 0 1 0 0 1 1 7 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 0 0 1 0 1 1 1 8 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 9 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 0 0 1 0 1 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 2 1 0 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 2 0 0 1 0 0 1 1 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 2 0 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 14 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 16 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
KEMANDIRIAN MENGGOSOSK GIGI
TOTAL

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G1 G1 G1 G1 G1 G1 G16
0 1 2 3 4 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4
2 2 1 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 14
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4
2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9
2 2 0 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 15
2 2 0 2 2 2 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 15
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 15
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 18
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

1 1 11 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
1 1 11 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
1 1 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 12
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
2 2 0 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 13
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7
3.Kemandirian Bepakaian, Mencuci Tangan Dan Menggosok Gigi Hari Ketiga

KEMANDIRIAN KEMANDIRIAN
BERPAKAIAN TOT MENCUCI TANGAN TOT
AL AL
P P P P P P P P P9 P M M M M M M M M M M M
1 2 3 4 5 6 7 8 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 1 0 1 0 0 1 1 9
1 1 2 1 1 1 0 0 1 1 9 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 17 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 1 2 1 0 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 15 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 7
2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 17 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 2 8
2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 15 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 2 11
2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 15 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 7
2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 17 1 2 1 2 1 1 1 0 0 0 2 11
1 1 2 1 0 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 2 1 1 1 0 0 1 1 9 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 2 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
1 1 2 1 0 1 1 1 1 1 10 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 0 0 1 0 0 1 1 7 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 0 0 1 0 0 1 1 7 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 0 0 1 0 1 1 1 8 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 9 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
1 1 2 0 0 1 0 1 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 2 1 0 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 2 0 0 1 0 0 1 1 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 2 0 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 14 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 16 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6
KEMANDIRIAN MENGGOSOSK GIGI
TOTAL

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G1 G1 G1 G1 G1 G1 G16
0 1 2 3 4 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4
2 2 1 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 14
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4
2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9
2 2 0 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 15
2 2 0 2 2 2 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 15
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 15
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 18
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

1 1 11 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
1 1 11 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
1 1 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 12
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
2 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
2 2 0 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 13
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7
Lampiran 5
A. Analisa Data
1. Karakteristik Responden

Statistics
UMUR JENIS RETARD KEMANDIRIAN K.MENCUC K,MENGGOSO
RESPONDE KELAMIN ASI BERPAKAIAN CI_TANGAN K_GIGI
N RESPONDEN MENTAL
N Valid 45 45 45 45 45 45
Missing 0 0 0 0 0 0

UMUR RESPONDEN
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 6-12 Tahun 24 53.3 53.3 53.3
>12 tahun 21 46.7 46.7 100.0
Total 45 100.0 100.0

JENIS KELAMIN RESPONDEN


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid LAKI LAKI 33 73.3 73.3 73.3
PEREMPUAN 12 26.7 26.7 100.0
Total 45 100.0 100.0

RETARDASI MENTAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RINGAN 34 75.6 75.6 75.6
SEDANG 11 24.4 24.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
2. Gambaran Kemandirian Berpakaian, Mencuci Tangan Dan Menggosok Gigi Hari
Pertama

KEMANDIRIAN BERPAKAIAN * RETARDASI MENTAL Crosstabulation


RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN KURANG (NILAI Count 18 1 19
BERPAKAIAN RESPONDEN <=7) % of Total 40.0% 2.2% 42.2%
CUKUP (NILAI Count 5 1 6
RESPONDEN >7-13) % of Total 11.1% 2.2% 13.3%
BAIK (NILAI RESPONDEN Count 11 9 20
>13) % of Total 24.4% 20.0% 44.4%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%

KEMANDIRIAN MENCUCI TANGAN * RETARDASI MENTAL Crosstabulation


RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN MENCUCI KURANG (NILAI Count 29 4 33
TANGAN RESPONDEN <7) % of Total 64.4% 8.9% 73.3%
CUKUP (NILAI Count 5 7 12
RESPONDEN >7-15) % of Total 11.1% 15.6% 26.7%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%
KEMANDIRIAN MENGGOSOK GIGI * RETARDASI MENTAL Crosstabulation
RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN KURANG (NILAI Count 29 6 35
MENGGOSOK GIGI RESPONDEN <=11) % of Total 64.4% 13.3% 77.8%
CUKUP (NILAI Count 5 5 10
RESPONDEN >11-21) % of Total 11.1% 11.1% 22.2%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%

3. Kemandirian Berpakaian, Mencuci Tangan Dan Menggosok Gigi Hari Kedua

KEMANDIRIAN BERPAKAIAN * RETARDASI MENTAL Crosstabulation


RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN KURANG (NILAI Count 4 0 4
BERPAKAIAN RESPONDEN <=7) % of Total 8.9% 0.0% 8.9%
CUKUP (NILAI Count 19 1 20
RESPONDEN >7-13) % of Total 42.2% 2.2% 44.4%
BAIK (NILAI RESPONDEN Count 11 10 21
>13) % of Total 24.4% 22.2% 46.7%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%
KEMANDIRIAN MENCUCI TANGAN * RETARDASI MENTAL Crosstabulation
RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN MENCUCI KURANG (NILAI Count 29 2 31
TANGAN RESPONDEN <7) % of Total 64.4% 4.4% 68.9%
CUKUP (NILAI Count 5 9 14
RESPONDEN >7-15) % of Total 11.1% 20.0% 31.1%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%

KEMANDIRIAN MENGGOSOK GIGI * RETARDASI MENTAL Crosstabulation


RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN MENGGOSOK KURANG (NILAI Count 21 6 27
GIGI RESPONDEN <=11) % of Total 46.7% 13.3% 60.0%
CUKUP (NILAI Count 7 0 7
RESPONDEN >11-21) % of Total 15.6% 0.0% 15.6%
BAIK (NILAI RESPONDEN Count 6 5 11
>21) % of Total 13.3% 11.1% 24.4%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%
4. Kemandirian Berpakaian, Mencuci Tangan Dan Menggosok Gigi Hari
Ketiga

KEMANDIRIAN BERPAKAIAN * RETARDASI MENTAL Crosstabulation


RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN KURANG (NILAI Count 4 0 4
BERPAKAIAN RESPONDEN <=7) % of Total 8.9% 0.0% 8.9%
CUKUP (NILAI Count 19 1 20
RESPONDEN >7-13) % of Total 42.2% 2.2% 44.4%
BAIK (NILAI RESPONDEN Count 11 10 21
>13) % of Total 24.4% 22.2% 46.7%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%

KEMANDIRIAN MENCUCI TANGAN * RETARDASI MENTAL Crosstabulation


RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN MENCUCI KURANG (NILAI Count 29 2 31
TANGAN RESPONDEN <7) % of Total 64.4% 4.4% 68.9%
CUKUP (NILAI Count 5 9 14
RESPONDEN >7-15) % of Total 11.1% 20.0% 31.1%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%

KEMANDIRIAN MENGGOSOK GIGI * RETARDASI MENTAL Crosstabulation


RETARDASI MENTAL
RINGAN SEDANG Total
KEMANDIRIAN KURANG (NILAI Count 21 6 27
MENGGOSOK GIGI RESPONDEN <=11) % of Total 46.7% 13.3% 60.0%
Count 7 0 7
CUKUP (NILAI % of Total 15.6% 0.0% 15.6%
RESPONDEN >11-21)
BAIK (NILAI RESPONDEN Count 6 5 11
>21) % of Total 13.3% 11.1% 24.4%
Total Count 34 11 45
% of Total 75.6% 24.4% 100.0%

Anda mungkin juga menyukai